Anda di halaman 1dari 9

“Kode Etik Profesional Akuntan Publik”

1. Etika Umum dan Etika Profesional.

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti “karakter”.
Nama lain untuk etika adalah moralitas yang berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata
mores yang berarti “kebiasaan”. Moralitas berfokus pada “benar” dan “salah” perilaku
manusia. Jadi etika berhubungan dengan pernyataan bagaimana seseorang bertindak
terhadap orang lainnya.

Etika Umum

Etika umum selalu dihadapkan pada kebutuhan untuk memilih yang akan
mendatangkan akibat baik bagi mereka sendiri maupun pihak lainnya. Etika umum
berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu dengan merumuskan
apa yang baik untuk individu dan masyarakat, dengan menetapkan sifat kewajiban
atau tugas sehingga individu-individu memiliki kewajiban terhadap diri sendiri
maupun terhadap pihak lain.
Berhubung tidak ada seperangkat prinsip universal yang dapat dengan jelas
menunjukan pilihan perilaku yang benar untuk segala situasi, maka para ahli etika
mengembangkan suatu kerangka pengambilan keputusan etika umum. Kerangka
tersebut meliputi enam langkah berikut :
- Dapatkan fakta-fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan.
- Identifikasi masalah etika yang terkait dari fakta-fakta tersebut.
- Tentukan siapa yang terpengaruh oleh keputusan tersebut dan bagaimana
pengaruhnya.
- Identifikasi alternatif-alternatif pengambilan keputusan.
- Identifikasi konsekuensi dari setiap alternatif.
- Tetapkan pilihan etika.

Etika Profesional.

Etika Profesionalitas lebih luas dari prinsip-prinsip moral. Etika tersebut


mencakup prinsip perilaku untuk orang-orang profesional yang dirancang baik untuk
tujuan praktis maupun untuk tujuan idealistis. Oleh karena kode etika profesional
antara lain dirancang untuk mendorong perilaku ideal, maka kode etik harus realistis
dan dapat dilaksanakan. Agar bermanfaat, kode etik seyogyanya lebih tinggi dari
undang-undang tetapi di bawah idelal. Alasannya adalah untuk memelihara
kepercayaan masyarakat (public confidence) akan jasa yang diberikan profesi,
siapapun yang melksanakannya.
Etika profesional ditetapkan oleh organisasi profesi bagi para anggotanya yang
secara sukarela menerima prinsip perilaku profesional lebih keras daripada yang
diminta oleh undang-undang. Kode etik berpengaruh besar terhadap reputasi serta
kepercayaan masyarakat pada profesi yang bersangktuan. Kdoe etik berkembang dari
waktu ke waktu dan terus berubah sejalan dengan perubahan dalam praktik yang
dijalankan akuntan publik.

2. Kode Etik Profesi Akuntan Publik.


Organisasi profesi akuntan di Indonesia telah memiliki Kode Etik Akuntan
Indonesia yang terakhir ditetapkan dalam konggres VII Ikatan Akuntan Indonesia
pada tahun 1998 (berlaku efektif bulan Mei tahun 2000). Kode Etik tersebut
bersumber pada Kode Etik AICPA, Edisi Juni 1998, dan berlaku bagi semua akuntan
anggota IAI yang tidak hanya terdiri dari akuntan publik, tetapi juga meliputi akuntan
manajemen, akuntan pendidik, dan akuntan pemerintah. Sejak terbentuknya Institusi
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada tahun 2007 kode etik tersebut masih tetap
berlaku untuk seluruh anggota IAI, namun khusus bagi para akuntan publik anggota
IAPI diberlakukan kode etik baru yang disebut Kode Etik Profesi Akuntan Publik
yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (selanjutnya disingkat “Kode Etik”) terdiri
dari dua bagian, yaitu bagian A dan bagian B. Bagian A dari kode etik ini menetapkan
prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan
prinsip tersebut, sedangkan bagian B memberikan ilustrasi mengenai penerapan
kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu. Kode Etik tersebut menetapkan
prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu
dalam kantor akuntan publik (KAP atau Jaringan KAP), baik yang merupakan
anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional
yang meliputi jasa asurans dan jasa selain asurans seperti yang terantum dalam
standar profesi dan kode etik profesi. Dalam ode Etik ini individu tersebut disebut
“praktisi”.

3. Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesi.

Pendahuluan

Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi
lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan publik dalam melindungi kepentingan
publik. Oleh karena itu, tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas
pada kepentingan klien atau pemberi kerja. Bagian A dari kode etik menetapkan
prinsip dasar etika profesi untuk setiap Praktisi dan memberikan kreangka konseptual
untuk penerapan prinsip tersebut. Setiap praktisi wajib menerapkan kerangka
konseptual tersebut untuk mengidentifikasi ancaman (thereats) terhadap kepatuhan
pada prinsip dasar etika profesi dan mengevaluasi signifikansi ancaman tersebut.

Pendekatan kerangka konseptual.

Setiap prkatisi wajib menerapkan kerangka kerja konseptual tersebut untuk


mengidentifikasi ancama (threats) terhadap kepatuhan dn prinsip dasar serta
menerapkan pencegahan (safeguards). Bagian B kode etik yaitu harus dilakukan
ketika praktisi terlibat dalam melakukan pekerjaan profesionalnya.
• Ancaman terhadap keparuhan praktisi pada prinsip dasar etika profesi dapat
terjadi dalam situasi tertentu ketika praktisi melaksanakan pekerjaannya.
• Kode etik ini memberikan suatu kerangka untuk membantu praktisi alam
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggapi ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi.
• Setiap praktis harus mengevaluasi setiap ancaman terhadap kepatuhan
• Setiap memperhatikan factor-faktor kualitatif dan kuantitatif dalam
mempertimbangkan signifikasi suatu ancaman
• Praktisi mungkin saja melanggar suatu ketentuan dalam kode etik ini secara
tidak sengaja.
Ancaman dan pencegahan

Ancaman terhadap prinsip prinsip dasar sebagaimana dimaksud dalam kode


etik paragraph 100.6 diklasifikasikan menjadi 5 jenis ancaman yaitu: 1) Ancaman
kepentingan pribadi, 2)Ancaman telaah pribadi, 3)Ancaman advokasi, 4)Ancaman
kedekatan, 5)Ancaman intimidasi. Pencegahan yang dapat menghilangkan ancaman
tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima dapat diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu: 1)Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau
peraturan dan 2)Pencegahan dalam lingkungan kerja.

Penyelesaian masalah yang terkait dengan etika profesi.

Baik secara formal maupun infomal setiap praktisi baik secara individu
maupun bersama-sama dengan koleganya harus membeperhatikan hal-hal seperti:
fakta yang relevan, masalah etika profesi yang terkait, prinsip dasar etika profesi yang
terkait dengan masalah etika profesi yang dihadapi, prosedur internal yang berlaku,
dan tindakan alternative. Setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut praktisi harus
menentukan tindakan yang sesuai dengan prinsip dasar etika profesi yang
diidentifikasi dan juga mempertimbangkan akibatnya. Praktisi harus melakukan
konsultasi bila masalah yg dihadapi dengan orang dalam pemberi kerja. Praktisi harus
mendokumentasikan substansi permasalahan dan rincian pembahasan untuk
mengambil keputusan. Jika masalah tidak dapat diselesaikan maka praktisi harus
meminta nasihat professional dari organisasi profesi yang relevan. Jika setelah
mendalami semua kemungkinan yang relevan dan masalah tidak dapat diselesaikan
maka praktisi harus menolak untuk dikaitkan dengan hal yang menimbulkan masalah
etika profesi tersebut.

Prinsip Dasar

Prinsip dasar yang disajikan pada bagian A kode etik terdiri dari 5 prinsip:

1. Prinsip integritas, mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil
dalam hubungan professional dan hubungan bisnisnya.
2. Prinsip Objektivitas, praktisi tidak membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain mempengaruhi
pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya
3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional,
praktisi harus memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya. Menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan seksama, pemberian jasa professional yang
kompeten, sikap kecermatan dan kehati-hatian professional, setiap praktisi harus
memasktikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang tepat serta bila perlu praktisi
harus menjelaskan keterbatasan jasa professional yang diberikan kepada klien.
4. Prinsip Kerahasiaan, ini mewajibkan praktisi untuk tidak melakukan
tindakan-tindakan seperti mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia diluar KAP
atau jaringan KAP dan tidak menggunakan informasi yang bersifat rahasia tersebut
untuk hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
5. Prinsip Perilaku Profesional, mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi
setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku serta menghindari setiap tindakan
yang dapat mendiskreditkan profesi. Serta tidak boleh merendahkan martabat profesi
maupun membuat pernyataan yang berlebihan atas jasa professional yang diberikan.

4. Aturan Etika Profesi.

Pada bagian B memberikan ilustrasi tentang penerapan kerangka konseptual


dan contoh-contoh pencegahan yang diperlukan untuk mengatasi ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar. Oleh karena itu tidak cukup bagi praktisi untuk hanya
mematuhi contoh-contoh yang diberikan melainkan harus juga menerapkan kerangka
konseptual dalam setiap situasi yang dihadapinya. Berikut 10 seksi dalam bagian B

Kode Etik tersebut meliputi:

5.1 Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan


Setiap praktisi tidak boleh terlibat dalam bisnis, pekerjaan, atau aktivitas
lainnya yang dapat mengakibatkan pertentngan dengan jasa profesional yang
diberikannya. Ancaman-ancaman dapat diklasifikasikan sebagi berikut: 1) Ancaman
kepentingan pribadi contohnya hubungan bisnis yang erat dengan suatu klien,
2)Ancaman telaah pribadi contohnya penemuan kesalahan yang signifikan ketika
dilakukan pengevaluasian hasil pekerjaan praktisi, 3)Aancaman advokasi memberikan
nasihat hukum kepada klien assurance dalam litigasi perselisihan dengan pihak ketiga,
4)Ancaman kedekatan contohnya anggota tim perikatan merupakan anggota keluarga
langsung atau anggota keluarga dekat dari direktur atau pejabat klien, 5)Ancaman
intimidasi contohnya ancaman atas pemutusan perikatan atau penggantian tim
perikatan. Pencegahan yang dapat menghilangkan ancaman diklasifikasikan menjadi
2 yaitu: 1)Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau peraturan
dan 2) Pencegahan dalam lingkungan kerja. Pencegahan dalam ingkungan kerja
tingkat institusi seperti keoemimpinan KAP atau jaringan KAP yang menekankan
pentingnya kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Pencegahan dalam lingkungan
kerja pada tingkat perikatan seperti melibatkan praktisi lainnya untuk menelaah hasil
pekerjaan yang telah dilakukan untuk memberikan saran yang diperlukan. Praktisi
dapat juga mengandalkan pencegahan yang telah diterapkan oleh klien tergantung dari
sifat penugasannya. Pencegahan dalam system dan prosedur yang diterapkan oleh
klien mencakup, salah satunya klien memiliki karyawan yang kompeten dalam
pengalaman dan senioritas yang memadai untuk mengambil keputusan manajemen.

5.2 Seksi 210 Penunjukan praktisi, KAP, atau Jaringan KAP

5.2.1 Penerimaan Klien, sebelum menerima klien seorang prkatisi harus


Mempertmbangkan terjadinya ancaman atas kepatuhan. Ancaman potensial
integritas atau perilaku professional antara lain dapat terjadi dari isu-isu yang dapat
dipertanyakan terkait dengan klien. Signifikansi setiap ancaman harus dievaluasi.
Lalu melakukan pencegahan yang tepat anatara lain: memperoleh pemahaman tentang
klien dan memastikan adanya komitmen dari klien. Setiap praktisi harus menolak
untuk menerima suatu perikatan jika ancaman yang terjadi tidak dapat dikurangi.
Keputusan untuk menerima suatu klien harus ditelaah secara berkala untuk perikatan
yang berulang.

5.2.2 Penerimaan Perikatan, setiap praktisi harus mempertimbangkan setiap ancaman


yang mungkin terjadi saat diterimanya perikatan. Setiap praktisi harus
mengevaluasi signifikansi setiap ancaman dengan melakukan pencegahan seperti
memperoleh pengetahuan yang relevan mengenai industry atau hal pokok terkait
perikatan. Setiap praktisi harus mengevaluasi keandalan dari saran tenaga ahli
tersebut dalam melaksanakan perikatannya. Setiap praktisi tidak diperkenankan
menerima dan melaksanakan perikatan assurance yang jenis, periode, dan jenis
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Adanya pergantian seorang praktisi pengganti
yang menggantiakan praktisi pendahulu. Signifikansi setiap ancaman harus selalu
dievaluasi. Setiap praktisi pendahulu harus menjaga prinsip kerahasiaan dan
mendiskusikannya dengan praktisi pengganti ditentukan oleh sifat perikatan serta hal-
hal sebagai berikut: a)persetujuan dari klien untuk melakukan komunikasi tersebut
dan b) ketentuan hukum, peraturan, atau kode etik profesi yang terkait dengan
komunikasi dan pengungkapan tersebut. Jika ancaman yang diidentifikasi merupakan
ancaman selain ancaman yang secara jelas tidak signifikan maka harus dilakukan
pencegahan yang tepat. Pencegahan yang darpat dilakukan praktisi pengganti sesuai
paragraph 210 dari kode etik salah satunya mendiskusikan hal-hal yang berhubungan
dengan klien secara lengkap dan terbuka dengan praktisi pendahulu. Jika ancaman
tersebut tidak dapat dihilangkan atau dikurangi maka praktisi harus menolah perikatan
yang ditawarkan kecuali praktisi pengganti mempunyai keyakinan yang kuat
mengenai informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi ancaman tersebut dengan
cara lain. Praktisi pengganti bisa diminta untuk melakukan pekerjaan praktisi
pendahulu yang bersifat sebagai pelengkap.

5.2.3 Benturan Kepentingan, setiap praktisi harus dapat mengambil langkah-langkah


untuk mengidentifikasi setiap benturan kepentingan yang terjadi karena
nantinya dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi. Setiap praktisi harus mengevaluasi signifikan setiap
ancaman baik sebelum menerima atupun meneruskan hubungan dengan klien. Adapun
pencegahan tambahan yang harus dipertimbangkan salah satunya penggunaan
perjanjian kerahasiaan yang ditanda tangani oleh setiap rekan KAP maupun jaringan
KAP. Jika benturan praktisi kepentingan menyebabkan ancaman terhadap satu atau
lebih prinsip dasar etika profesi maka praktisi harus menolak untuk menerima
perikatan tersebut bahkan mengunsurkan diri dari satu atau lebih perikatan. Jika klien
tidak memberikan persetujuan kepada praktisi sehubung dengan permohonan praktisi
dalam melakukan jasa prosesionalnya yang kepentingannya berbenturan dengan klien
maka praktisi tidak boleh melanjutkan pemberian jasa profesionalnya kepada salah
satu dari pihak-pihak tersebut.

5.2.4 Pendapat Kedua


Ancaman terhadap keatuhan dapat terjadi ketika Praktisi diminta untuk
memberikan pendapat kedua atas penerapan akuntansi atau standar perinsip lain untuk
keadaan ,transaksi dan kepentingan tertentu. Ketika diminta untuk memberikan
pendapat kedua ,setiap praktisi harus mengevaluasi signifikan setiap ancaman dan
untuk menghilangkan ancaman tersebut ada pencegahan yang dapat
dilakukan,diantaranya : a) meminta persetujuan klien untuk menghubungi praktisi
yang memberikan pendapat pendapat pertama, b)menjelaskan mengenai keterbatasan
pendapat kepada klien, c)memberikan Salinan pendapat pertama kepada praktisi.
Jika perusahaan atau entitas yang meminta pendapat tidak memberikan persetujuan,
maka praktisi yang diminta untuk memberi pendapat kedua harus
mempertimbangkan seluruh kondisi untuk menentukan tepat tidaknya pendapat
kedua diberikan.

Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunera

-Dalam melakukan negosiasi praktisi dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa


professional yang dipandang sesuai ,namun ancaman terhadap kepatuhan prinsip
dasar etika profesi dapat saja terjadi karena besarnya imbalan jas professional yang
diusulkan.
-Pencegahan dapat dilakukan untuk menghindari ancaman tersebut diantaranya a)
membuat klien menyadari persyataran dan dasar penentua imbalan, b) engalokasikan
wwaktu dan menggunakan kompeten yang tepat.
-Ada imbalan jasa professional yang bersifat kontijen untuk jasa selain assurance,
juga dapat menimbulkan pelanggaran terhadap kepatuhan pada prinsip dasra etika
profesi,yaitu kepentingan pribadi terhadap objektivitas
-Signifikansi setiap ancaman harus di evaluasi dan, jika ancaman tersebutsecara jelas
signifikan, maka pencegahan harus dilakukan seperti : a) Perjanjian tertulis bersama
klien dibuat dimuka,b) Pengungkapan dasar penentuan imbalan kepada pengguna, c)
kebijakan dan prosedur pengendlian mutu, d) penelaahan oleh pihak ketiga.
-Dalam situasi tertentu, seorang praktisi dapat menerima imbalan jasa professional
rujukan atau komisi dari pihak ke tiga. Peneriman komisi juga dapat menimbulkan
ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas.
-Seorang praktisi juga dapat membayar jasa profrsionl rujukan atau komisi untuk
mendapatkan klien atau perikatan dari praktisi lain.
-Setiap praktisi boleh menerima komisi hanya jika sudah menerapkan pencegahan
sebagai berikut : a) mengungkapkan kepada klien mengenai janji komisi kepada
praktisi lain atas satu perikatan, b) memperoleh persetujuan dimuka dari klien
mengenai penerimaan komisi dari pihak ke tiga atas penjualan barang,jasa kepada
klien.
-Praktisi dapat membeli seluruh atau sebagian KAP dengan melakukan pembayaran
kepada pemilik KAP sebelumnya. Dengan melakukan pembayaran kepada alhi aris
atau walinya.
5.4 Pemasaran Jasa Profesional
-Ancaman terhadap kepatuhan pada prilaku professional dapat terjadi ketika jas
aprofesional atau produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan prinsip prilaku
profesional.
-Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan : a)nenbuat
pernyataan yang berlebihan mengenai jasa yang diberikan, b)membuat pernyataan
yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak didukung bukti lengkap.
5.5 Penerimaan Hadiah Atau Bentuk Keramah Tamahan Lainnya
-Ancaman terhadap objektivitas dapat terjadi bila hadiah dari klien diterima.
-Signifikan ancaman sangat beragam, tergantung dari sifat, nilai dan magsud dibalik
pemberian tersebut.
-Bila ancaman yang timbul adalah signifikan, maka praktisi tidak diperbolehkan
untuk menerima pemberian tersebut.
5.6 Penyimpanan Aset Milik Klien
-Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang atau aset
lainnya milik klien. Kecuali ditetapkan dalam ketentuan hukum.
-Praktisi harus melakukan wawancara mengenai sumber aset tersebut dan
mempertimbangkan kewajiban yang timbul berdasarkan ketentuan hukum.
5.7 Objektivitas
-Dalam memberikan jasanya, setiap Praktisi harus mempertimbangkan ada tidaknya
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi dari
adanya kepentingan dalam , atau hubungan dengan , klien maupun direktur, pejabat
atau karyawwan. Dipastikan tidak ada hubungan kerabat , keluarga, hubungan khusus
dan hubungan bisnis.
-Setiap praktisi yang memberikan jasa harus bersikap independen terhadap klien
assurance.
-Keberadaan ancaman tergantung pada kondisi tertentu dan sifat dari perikatan yang
dilakukan oleh praktisi.
-Setiap praktisi harus mengevaluasi signifikansi setiap ancaman yang
diidentifikasi,jika ancaman tersebut berupa ancaman signifikan maka pencegahan
yang harsu dipertimbangkan dan diterapkan adalah : a) mengundurkan diri dari tim
perikatan, b) Menerapkan prosedur penyeliaan yang memadai, c)menghentikan
hubungan keuangan maupun bisnis yang menyebabkan ancaman, d) mendiskusikan
ancaman dengan manajemen KAP, e) mendiskusikan ancaman dengan pihak klien.

5. Independensi.

Seksi 290 menjelaskan persyaratan independensi bagi tim Assurance, KAP,


dan jaringan KAP. Seksi ini terdiri dari 162 paragraf. Beberapa paragraf penting pada
awal seleksi 290 antara lain : independensi dalam kode etik ini mewajibkan setiap
praktisi untuk bersikap a) Independensi dalam pemikiran, merupakan sikap mental
yang memungkinkan pernyataan dan pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal
pengganggu, b) Independensi dalam penampilan, merupakan sikap yang menghindari
tindakan atau situasi yang dapat menyebabkan pihak ke tiga meragukan integritas,
objektivitas, atau skeptisme profesional dari anggota tim assurance, KAP, atau
jaringan KAP.

6.1 Pendekatan Konseptual Atas Independensi


-Anggota tim assurance, KAP, atau jaringan KAP harus menerapkan kerangka kerja
konseptual ynag terdapat dalam bagian A dari Kode Etik ini sesuai dengan situasi
yang dihadapinya.
-Contoh-contoh yang diberikan dalam seksi ini berikan dalam seksi ini bertujuan
untuk memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual. Namun
anggota tim assurance, KAP, atau jaringan KAP harus menerapkan kerangka kerja
konseptual dalam berbagai situasi yang dihadapinya, serta tidak hanya mengacu pada
contoh-contoh yang diberikan.

6.2 Ilustrasi Ancaman-Ancaman Terhadap Independensi Dalam Perikatan Assurace


dan Pencegahannya
Paragraf 290. 100 sampai dengan 2290. 214 memberikan ilustrasi ancaman terhadap
independensi dalam perikatan assurance dan pencegahannya. Ancaman tersebut
diilustrasikan timbul ketika adanya
a) kepentingan keuangan. Dapat menimbulakan ancaman kepentingan pribadi,
ancaman ini dapat terjadi ketika anggota tim assurance maupun anggota keluarganya
langsung menerima suatu pembelian spt. warisam, hadiah.

b) Pinjaman dan penjaminan yang diberikan oleh klien assurance, serta simpanan
yang ditempatkan pada klien. Pinjaman atau pinjaman penjamianan yang diberikan
kepada KAP yang merupakan BANK atau institusi sejenis tidak akan menimbulkan
ancaman bagi independensi jika pinjaman tersebut diberikan dengan cara yang lazim
dan tidak material bagi KAP dank lien assurance.

c) Hubungan bisnis yang dekat dengan klien,


d) Hubungan sonikeluarga dan hubungan pribadi dengan klien, hal ini dapat
menimbulkan ancaman kepentingan pribadi, ancaman kedekatan, atau ancaman
intimidasi

e) Personil KAP yang bergabung dengan klien assurance, situasi seperti ini dapat
menimbulkan ancaman kepentingan pribadi, ancaman kedekatan, atau ancaman
intimidasi, terutama ketika hubungan yang signifikan tetap terjadi antara individu
tersebut dengan KAP tempatnya bekerja sebelumnya

f) Personil klien Assurance yang bergabung dengan KAP, ancaman kepentingan


pribadi, ancaman telaah pribadi, dan ancaman kedekatan dapet terjadi ketika mantan
pejabat, direktur maupun. karyawan dari klien assurance bergabung kedalam KAP dan
menjadi tim assuran

g) Rangkap jabatan personil KAP sebagai direktur atau pejabat klien assurance. Bila
hal ini terjadi merupakan ancaman yang signifikan sehinggan tidak ada satupun
pencegahan yang dapat mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima.
Oleh karen itu satu satunya tindakan yang tepat agar KAP tetap dapat melaksanakan
perikatannya adalah dengan menolak untuk menerima atau melanjutkan pelaksanaan,
atau bahkan mengundurkan diri dari perikatan assurance.

h)Keterkaitan yang cukup lama antara KAP dengan klien assurance, ketika klien
audit laporan keuangan menjadi Elemen, lamanya jangka waktu yang telah dijalani
oleh personil KAP harus dipertimbangkan dalam menentukan saat dirotasinya
personil tersebut. Namun personil tersebut tetap dapat melanjutkan fungsinyaatas
penggendalian mutu perikatan selama dua tahun berikutnya sebelum personil tersebut
harus dirotasi.

i) Imbalan jasa profesional. 1) Imbalan jasa profesional – suatu besaran yang relatif,
pada hal ini ancaman dapat terjadi ketika proporsi jumlah imbalan yang diperoleh dari
klien demikian signifikan dibandingkan jumlah keseluruhan KAP, atau atas dasar
kekhawatiran akan kehilangan klien.2) Imbalan jasa profesional yang telah lewat
waktu, dalam hal ini ancaman dapat terjadi ketika imbalan jasa dari klien belum juga
terlunasi dalam jangka wkatu yang lama. Pencegahan yang mungkin dapat dilakukan
terhadap ancaman-ancaman diatas yaitu : (a)Mendiskusikan besara dan sifat imbalan
jasa profesional termasuk waktu pembayaran dengan pihak klien , (b) Mleibatkan
praktisi lainnya yang tidak terlibat dalam perkatan assurance untuk menelaah hasil
pekerjaan yang telah dilakukan atau untuk memberikan saran.
Referensi: Yusuf,Haryono.2014.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi.Auditing.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai