Anda di halaman 1dari 2

Memaksakan munculnya pemahaman yang sama terhadap ajaran agama sama halnya dengan

meniadakan agama itu sendiri karena sikap tersebut akan yang menimbulkan konflik
berkepanjangan. Masing-masing pemeluk agama akan menafikan kebenaran agama yang dianut
oleh orang lain dan hal ini bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Dalam sejarah telah terbukti
bahwa sikap eksklusif memunculkan pertentangan atau bahkan peperangan antar umat beragama.

Sikap eksklusif tersebut melahirkan radikalisme dalam beragama dan lagi-lagi Islamlah yang
mendapat tudingan sebagai pencetus segala aksi kekerasan di berbagai belahan dunia. Di satu sisi
mungkin pendapat ini bisa dianggap benar, karena sebagian besar tindakan terorisme tersebut
dilakukan oleh orang (yang mengaku) Islam. Mereka berasumsi bahwa sikap ersebut adalah
manifestasi Jihad dan balasannya adalah Surga. Namun di sisi lain, mereka tidsk menyadari bahwa
tindakan tersebut adalah dampak dari pemahaman yang parsial terhadaptekskeagamaan sehingga
diaplikasikan dalam tindakan yang jauh dari makna kontekstual yang diharapkan.

Radikalisme dalam agama ibaratkan pisau bermata dua, disatu sisi makna positif dari radikalisme
adalah spirit menuju perubahan ke arah yang lebih baik yang lazim disebut islah (perbaikan) atau
tajdid (pembaharuan). Dengan begitu radikalisme bukan sinonim dari ekstrimitas atau kekerasan, ia
akan sangat bermakna apabila dijalankan melalui pemahaman agama yang menyeluruh dan
diaplikasikan untuk ranah pribadi. Namun di sisi lain, radikalisme akan sangat berbahaya jika sampai
pada tataran ghuwul (melampaui batas) dan ifrath (keterlaluan) ketika dipaksakan pada pemeluk
agama lain. 1

Pengertian Radikalisme

Kata radikalisme ditinjau dari segi terminologis berasal dari kata dasar radix yang
artinya akar (pohon). Bahkan anak-anak sekolah menengah lanjutan pun sudah mengetahuinya
dalam pelajaran biologi. Makna kata tersebut, dapat diperluas kembali, berarti pegangan yang
kuat, keyakinan, pencipta perdamaian dan ketenteraman, dan makna-makna lainnya. Kata ini
dapatdikembangkan menjadi kata radikal, yang berarti lebih adjektif. Hingga dapat dipahami
secara kilat, bahwa orang yang berpikir radikal pasti memiliki pemahaman secara lebih detail
dan mendalam, layaknya akar tadi, serta keteguhan dalam mempertahankan kepercayaannya.
Memang terkesan tidak umum, hal inilah yang menimbulkan kesan menyimpang di
masyarakat. Setelah itu, penambahan sufiks –isme sendirri memberikan makna tentang
pandangan hidup (paradigma), sebuah faham, dan keyakinan atau ajaran. Penggunaannya juga
sering disambungkan dengan suatu aliran atau kepercayaan tertentu.
Ketua umum Dewan Masjid Indonesia, Dr. dr. KH. Tarmidzi Taher memberikan
komentarnya tentang radikalisme bemakna positif, yang memiliki makna tajdid (pembaharuan)
dan islah (peerbaikan), suatu spirit perubahan menuju kebaikan. Hingga dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara para pemikir radikal sebagai seorang pendukung reformasi jangka
panjang.
Dari sini, dapat dikembangkan telisik makna radikalissme, yaitu pandangan / cara
berfikir seseorang yang menginginkan peningkatan mutu, perbaikan, dan perdamaian
lingkungan multidimensional, hingga semua lapisan masyarakatnya dapat hidup rukun dan
tenteram.

1
Meminjam istilah yang dikemukakan Azyumardi Azra, bahwa radikalisme merupakan bentuk ekstrim dari revivalisme.
Revivalisme merupakan intensivikasi keislaman yang lebih berorientasi ke dalam (inward oriented), dengan artian
pengaplikasian dari sebuah kepercayaan hanya diterapkan untuk diri pribadi. Sedangkan bentuk radikalisme yang cederung
berorientasi keluar (outward oriented), atau kadang dalam penerapannya cenderung menggunakan aksi kekerasan lazim
disebut fundamentalisme. Lihat Azyumardi Azra, Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1999), 46-47
Namun demikian, dalam perkembangannya pemahaman terhadap radikalisme itu
sendiri mengalami pemelencengan makna, karena minimnya sudut pandang yang digunakan,
masyarakat umum hanya menyoroti apa yang kelompok-kelompok radikal lakukan (dalam hal
ini praktek kekerasan), dan tidak pernah berusaha mencari apa yang sebenarnya mereka cari
(perbaikan). Hal serupapun dilakukan oleh pihak pemerintah, hingga praktis pendiskriminasian
terhadap paham yang satu ini tak dapat dielakkan.

Kemunculan Radikalisme

Anda mungkin juga menyukai