om
Dengan menggunakan alat bantu software SPSS,
t.c
belajar statistika menjadi lebih mudah.
po
gs
lo
Buku ini menjelaskan bagaimana belajar statistika
.b
menggunakan alat bantu SPSS. Anda akan
do
in
dipandu mulai dari pemahaman dasar-dasar
a-
statistika. Selanjutnya, Anda akan mengenal
ak
statistik deskriptif, probabilitas, dan statistik
st
pu
parametrik.
om
t.c
po
gs
lo
.b
do
in
a-
ak
st
pu
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang HAK CIPTA
atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana
lo
nkfadli@elexmedia.co.id
121140224
ISBN: 978-602-02-3130-3
Statistika adalah ilmu yang sangat penting. Dengan statistika, kita bisa
mengolah data dan mengekstrak informasi dari data tersebut. Dengan
menggunakan alat bantu seperti software SPSS, belajar statistika menjadi
lebih mudah.
Buku ini menjelaskan bagaimana belajar statistika dengan SPSS. Anda akan
dipandu mulai dari pemahaman dasar-dasar statistika. Selanjutnya, Anda
akan mengenal statistik deskriptif, probabilitas, dan statistik parametrik.
om
Penulis menyadari bahwa buku ini tidak luput dari kesalahan dan masih jauh
t.c
dari sempurna. Untuk itu, penulis membuka diri untuk segala bentuk
po
Ali Zaki
SmitDev Community
v
Daftar Isi
vi
3.2.2 Teorema Bayes.......................................................................................................... 57
3.2.3 Menghitung Total Kemungkinan Kejadian ............................................................... 57
3.2.4 Permutasi................................................................................................................... 58
3.2.5 Kombinasi .................................................................................................................. 58
3.3 Distribusi Probabilitas Diskrit.............................................................................. 59
3.3.1 Distribusi Binomial.................................................................................................... 59
3.3.2 Tabel Binomial .......................................................................................................... 61
3.3.3 Distribusi Poisson ..................................................................................................... 61
3.4 Menggunakan SPSS untuk Mencari Nilai Probabilitas Binomial
dan Poisson ......................................................................................................... 63
3.5 Distribusi Probabilitas Normal ............................................................................ 67
3.5.1 Standar Deviasi ......................................................................................................... 68
3.5.2 Distribusi Normal Standar........................................................................................ 68
3.5.3 Ringkasan Masalah di Distribusi Probabilitas Normal ........................................... 72
3.5.4 Mengetahui Nilai Z dari Sebuah Data di SPSS..................................................... 72
3.6 Sampling dan Distribusi Sampling dari Mean................................................... 75
3.6.1 Probabilitas Sampling ............................................................................................... 75
3.6.2 Error Sampling dan Error Nonsampling ................................................................. 76
3.6.3 Distribusi Sampling dari Mean ................................................................................ 76
3.6.4 Teorema Batas Sentral ............................................................................................. 79
3.6.5 Estimasi Interval........................................................................................................ 80
3.6.6 Estimasi Proporsi Populasi ...................................................................................... 80
3.6.7 Menentukan Ukuran Sampel .................................................................................... 82
3.7 Panduan Lengkap Perhitungan Probabilitas Multi Distribusi dengan Compute
Variable ................................................................................................................ 84
3.7.1 Probabilitas Normal .................................................................................................. 95
3.7.2 Probabilitas Distribusi T........................................................................................... 99
3.7.3 Probabilitas Distribusi Chi Square ........................................................................ 102
3.7.4 Probabilitas Distribusi F ......................................................................................... 104
3.8 Mengecek Normalitas Variabel Random secara Grafis .................................... 107
vii
4.3 T-Test .............................................................................................................. 146
4.3.1 Asumsi Distribusi T................................................................................................ 147
4.3.2 One-sample t-test.................................................................................................... 147
4.3.3 Independent two-sample t-test............................................................................... 148
4.3.4 Independent-Samples T Test dengan SPSS ......................................................... 149
4.3.5 Paired Sample T Test ............................................................................................ 154
om
t.c
po
gs
lo
.b
do
in
a-
ak
st
pu
viii
BAB Pendahuluan
1
1
1.1 Taksonomi Statistik
Statistik secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
Statistik Deskriptif. Statistik Inferensial.
Probabilitas. Statistik Relasional.
2
Ada beberapa istilah yang perlu dipahami tentang statistik, seperti
populasi dan sampel. Berikut ini beberapa artinya:
Populasi: Keseluruhan yang dipelajari, misalnya siswa yang
ada di sekolah.
Sampel: Subset atau bagian dari populasi, seperti siswa di
satu kelas tertentu.
Parameter: Karakteristik dari populasi, seperti umur rata-
rata siswa yang ada di sekolah.
Statistik: Karakteristik dari sampel, seperti umur rata-rata
siswa yang ada di kelas.
Statistik adalah sebuah ilmu yang berkaitan dengan pengumpulan,
pengaturan, penyajian, analisa, dan interpretasi data numerik ber-
kaitan dengan proses pengambilan keputusan.
3
Variabel kualitatif: variabel yang tidak dijelaskan dengan
angka, misalnya nilai B, atau perasaan “bahagia”.
Pengukuran ditinjau dari jenis datanya adalah pengukuran diskrit
dan kontinu:
Pengukuran diskrit: Nilainya terbatas, misalnya angka
yang ada di sumbu X, jumlah cacat produksi di pabrik, dan
sebagainya.
Pengukuran kontinu: pengukuran bisa diasumsikan meng-
gunakan ukuran yang tidak terputus, misalnya berat
minuman 12,1 ons, atau berat badan orang 60,35 kg.
4
Ketika melakukan pengukuran data, ada beberapa jenis skala pe-
ngukuran atau bisa dibilang tipe data yang perlu dipahami, yaitu:
Nominal atau Kategorikal.
Digunakan untuk membedakan beberapa kategori untuk
variabel kualitatif. Jadi, kategori tertentu diberi angka
tertentu, dan kategori lainnya diberi angka berbeda. Jadi
dengan kata lain, angka di sini hanya berperan sebagai
label saja. Contohnya jenis kelamin atau nama suku.
Ordinal atau Rank.
Angka digunakan sebagai angka, di mana angka bisa di-
urutkan dan dibedakan mana yang lebih besar dan yang
lebih kecil. Tapi tidak bisa dibandingkan secara langsung
menggunakan pembagian atau perkalian. Contohnya,
om
tingkat kepuasan pelanggan atau kecantikan seseorang.
t.c
Interval.
po
interval dan ada angka nol-nya, tapi angka nol di sini tidak
lo
Rasio.
st
pu
5
Parameter adalah karakteristik dari populasi.
Populasi adalah cakupan total dari sesuatu yang dipelajari.
Data diskrit hanya mengizinkan nilai genap atau terbatas
pada sumbu X-nya.
Data kontinu mengasumsikan semua value bisa asosiasi-
kan dengan nilai yang tidak terputus.
Variabel kuantitatif, artinya bisa dinyatakan dengan angka.
Statistik inferensial berguna untuk mengestimasi parameter
populasi.
6
om
Gambar 1.6 Jendela Welcome di instalasi SPSS
t.c
po
7
Gambar 1.8 Isian Customer information
8
Gambar 1.10 Pemilihan apakah mau menginstal
Assistive Technology atau tidak
9
Gambar 1.12 Klik Install di Ready to install the program
10
Gambar 1.14 License my product now
11
13. Muncul konfirmasi kode, klik Next lagi.
12
Gambar 1.18 Mencari SPSS di search box
13
18. Muncul jendela start up, klik Cancel untuk menutup jendela
ini. Kalau tidak mau menampilkan jendela ini, cek pada
Don’t show this dialog in the future.
14
20. Ada jendela Output yang menampilkan output SPSS.
15
1.4 Membuka dan Menyimpan File di SPSS
Untuk membuka file SPSS yang sudah ada, Anda bisa memanfaat-
kan fasilitas Open dari SPSS dengan cara seperti berikut:
1. Klik pada File > Open > Data.
16
3. Maka, isi dari file tersebut terlihat di jendela kerja SPSS.
17
5. Kemudian tentukan nama file untuk menyimpan di jendela
Save Data As.
18
BAB Distribusi Frekuensi
2 dan Statistik Deskriptif
Lainnya
19
53
57
64
66
68
70
73
76
76
77
82
85
88
93
97
20
Kumulatif
Frekuensi Lebih Kurang
Relatif dari dari
Batas (Frekuensi batas batas
Kelas Batas Real Tally Frekuensi dibagi n) bawah atas
50-59 49,5-59-5 II 2 0,13 15 0
60-69 59,5-69,5 III 3 0,20 13 2
70-79 69,5 - 79,5 IIII 5 0,33 10 5
80-89 79,5-89,5 III 3 0,20 5 10
90-99 89,5- 99,5 I I 2 0,13 2 13
n (total) 15 0 15
21
Anda juga bisa memplot data kumulatif lebih dari batas bawah.
Gambar 2.3 Diagram plot data kumulatif lebih dari batas bawah
22
2.2.1 Mean
Pertama, kita akan membahas data-data yang tidak terkelompok,
misalnya data-data tunggal. Contohnya, ada data sederhana
jumlah sak gula yang terjual dalam seminggu (7 hari) seperti
berikut: 3, 7, 7, 4, 1, 8, 5.
Maka, ini bisa dihitung mean dari sampel dengan rumus berikut.
X
x
n
Dimana X bar (X dengan garis di atasnya) adalah mean dari
sampel, serta x adalah variabel yang dihitung dengan n adalah
jumlah data. Pada contoh di atas, rata-ratanya adalah (3 + 7+ 7
+4+ 1+ 8+ 5)/7 = 35/7 = 5.
(x ) 0
Misalnya, kalau ada 3 nilai: 1,3, dan 8. Maka rata-ratanya adalah
(1+8+3)/3 atau 12/3 = 4. Maka jumlah standar deviasi adalah:
= (1-4) + (3-4) + (8-4)
= -3 + (-1) + 4
=0
Ketika menggunakan mean, Anda harus berhati-hati karena mean
memiliki kekurangan sebagai media untuk mengukur tendensi
sentral, karena mudah dipengaruhi oleh sedikit nilai yang ekstrim.
Misalnya, ada 10 nilai rendah, lalu ada satu nilai ekstrim yang
tinggi bisa meningkatkan nilai mean.
23
2.2.2 Median
Median adalah nilai tengah dari data ketika diurutkan. Median bisa
dianggap sebagai urutan tengah secara geometri, sementara mean
adalah urutan tengah secara aritmetik. Jadi, media ini tidak di-
tentukan oleh besar atau kecilnya data, tapi selalu ada di tengah.
Untuk menentukan median, Anda bisa mengurutkan data, lalu
tentukan posisi median dengan menggunakan rumus.
n
0,5
2
Kalau nilainya pecahan, artinya nilainya ada di antara dua nilai,
karena itu harus dijumlahkan kedua nilai tersebut, baru dibagi
menjadi dua.
Misalnya kalau ada 7 nilai (3, 7, 7, 4,1, 8, dan 5).
Pertama, Anda harus mengurutkannya terlebih dahulu:
1,3,4,5,7,7,8.
Urutan datanya adalah jumlah data dibagi dua, ditambahkan
setengah. Jadi (7/2) + ½ : 4
Nilai keempat dari urutan adalah 5.
Jadi mediannya adalah 5.
24
2.2.4 Pengukuran Posisi
Salah satu pengukuran posisi yang sudah dijelaskan adalah
median. Tapi, selain median ada beberapa pengukuran lagi. Misal-
nya kuartil yang membagi data menjadi empat bagian.
Kuartil pertama atau Q1 adalah posisi data seperempat
pertama.
Kuartil kedua atau Q2 adalah posisi data di tengah (yaitu
median).
Kuartil ketiga atau Q3 adalah posisi data seperempat
terakhir, atau tiga per empat data.
Lokasi:
Q1 = (n/4)+.5
Q2 = (n/2)+.5
Q3= (3n/4)+.5
Kadang ada istilah antarkuartil yang merupakan jarak antara Q3
dan Q1. Ada juga istilah persentil yang membagi data menjadi
100.
2.3.1 Range
Range adalah nilai tertinggi dibagi nilai terendah, ini menjelaskan
total jangkauan seluruh data. Misalnya, nilai tertinggi adalah 8,
sementara nilai terendah adalah 1, maka range adalah 8 -1 atau 7.
25
2.3.2 Deviasi Rata-Rata Populasi
Deviasi rata-rata menjelaskan jumlah absolut dari nilai dikurangi
rata-rata dibagi dengan jumlah data.
Misalnya untuk data di atas, bisa dibuat tabel seperti berikut.
X µ x-µ |x-µ|
3 5 -2 2
7 5 2 2
7 5 2 2
4 5 -1 1
1 5 -4 4
8 5 3 3
5 5 0 0
Jumlah 14
2
( X )2
N
Contohnya untuk data di atas, adalah.
2
X µ x-µ (x-µ)
3 5 -2 4
7 5 2 4
7 5 2 4
4 5 -1 1
1 5 -4 16
8 5 3 9
5 5 0 0
Jumlah 38
38 dibagi dengan 7, hasilnya adalah 5,4.
Untuk standar deviasi, adalah akar kuadrat dari variansi, yaitu akar
kuadrat dari 5,4 atau sekitar 2,3.
26
Untuk variansi sampel, simbolnya adalah s2 sementara standar
deviasi adalah s.
Rumusnya adalah.
(x x)
2
S 2
n 1
Standar deviasi dapat digunakan sebagai ukuran variasi data.
Aturan standarnya adalah data pada umumnya berbentuk normal
dengan bentuk seperti bel.
Untuk data yang simetris, kira-kira 68,26% data akan berada di
dalam cakupan satu standar deviasi dari meannya, dan 95,44%
data akan berada di antara dua standar deviasi dari meannya.
Jadi kalau ada populasi dengan rata-rata populasi µ = 500, dan
standar deviasi = 100, maka 95,44 % datanya ada di antara 300
dan 700. Yaitu dengan jarak mean +- 2 (2 x standar deviasi).
27
Frekuensi Nilai
Batas Kelas (f) Tengah (x) fx
50-59 2 54,50 109
60-69 3 64,50 193,5
70-79 5 74,50 372,5
80-89 3 84,50 253,5
90-99 2 94,50 189
Σf 15 Σfx= 1117,5
n
CFb
L 2 (i )
f
Dimana L adalah atas bawah dari kelas median. CFb adalah
frekuensi relatif sebelum frekuensi median. Dan i adalah interval
kelas.
Misalnya untuk data di atas, n/2 adalah 15/2 atau 7,5.
Maka, digunakan rumus di atas adalah.
69,5 + 5 = 74,5
Sehingga, diperoleh median adalah 74,5.
28
2.5 Skewness
Distribusi data selain ada yang normal, ada juga yang tidak
simetris. Data yang tidak simetris ini disebut data yang skew, yang
berarti data memiliki kecondongan.
Skewness pada data memiliki dua variasi, yaitu data yang negatif
dan data yang positif. Kalau skew negatif, maka mean akan
menjadi ukuran terkecil dari tendensi sentral.
29
Tingkat kecondongan sebuah kurva bisa diukur menggunakan
koefisien kecondongan dari Pearson. Ini bisa diterapkan pada data
sampel atau data populasi.
Apabila data skew positif, maka mean akan menjadi lebih besar
daripada median, dan pengukuran koefisiennya positif. Ketika data
skew negatif, maka mean lebih kecil daripada median, dan
koefisiennya negatif. Distribusi normal memiliki koefisien pearson
bernilai nol.
Rumus koefisien skewness seperti berikut ini.
3(mean median)
Skewness
s tan dar _ deviasi
30
3. Masukkan nama variabel, misalnya “Gandum” untuk
menjelaskan nama variabel jumlah gandum yang terjual
dari gudang.
31
Gambar 2.11 Klik pada tombol elipsis yang muncul
32
8. Isikan label untuk data tersebut, kalau perlu isikan di
kolom Label.
10. Klik pada Data View, hingga terlihat tampilan data view
seperti berikut.
33
Gambar 2.16 Tampilan data view
12. Anda bisa meng-copy paste dari sumber data atau meng-
isikan secara manual.
34
Gambar 2.17 Menyalin data
35
15. Maka, variabel tersebut masuk ke sebelah kanan.
36
18. Cek pada item-item yang ingin ditampilkan, seperti kuartil,
tendensi sentral, dan standar deviasi.
37
Gambar 2.25 Klik Show normal curve on histogram
38
23. Muncul jendela output. Klik dua kali untuk mengaktifkan
opsi ini.
39
Gambar 2.30 Range di persentil tertentu
40
27. Di bawahnya ada histogram berisi chart jenis bar, beserta
dengan diagram normal yang ada.
28. Untuk menyimpan output-an ini, klik pada File > Save di
jendela output.
41
Gambar 2.34 Pengisian nama file di kotak teks File name
42
Gambar 2.36 Klik dua kali pada nama yang ingin diganti
32. Klik pada teks yang ingin dibuat, maka muncul formatting
toolbar, dan kotak bisa diubah.
43
Gambar 2.38 Memasukkan teks baru dengan
mengetikkan teks di keyboard
44
Gambar 2.40 Klik di sembarang tempat untuk menutup jendela editing
45
Gambar 2.42 Chart memiliki arsiran garis miring
46
39. Klik pada salah satu objek yang ingin diedit, misalnya
diganti warnanya. Kemudian pilih warna baru di palet yang
muncul di jendela Properties.
47
41. Anda juga bisa mengedit dan mengganti jenis style pada
teks. Pilih di combobox yang ada.
48
43. Anda bisa mengeksplorasi data untuk melihat deskripsi
atau penggambaran datanya dengan klik pada Analyze >
Descriptive Statistics > Explore.
49
46. Tentukan apa yang mau ditampilkan di Explore: Plots.
om
47. Muncul tampilan pertama, yang menentukan data, dan
t.c
mengecek apakah ada data yang hilang.
po
gs
lo
.b
do
50
49. Di stem & leaf, Anda bisa melihat plot stem & leaf untuk
data ini.
50. Di diagram tukey box plot, Anda bisa melihat data quartil
pertama di batas bawah box, mean berupa garis, dan batas
atas box yang menunjukkan kuartil ketiga.
51. Anda dapat menyimpan file, klik pada File > Save As.
51
Gambar 2.56 File > Save As
Gambar 2.57 Pengisian nama file di File name untuk menyimpan data
53. Maka, nama file data yang disimpan, muncul di title bar.
Gambar 2.58 Nama file data yang disimpan muncul di title bar SPSS
52
BAB Pengenalan Probabilitas
3
53
Jenis kedua adalah probabilitas relatif. Probabilitas relatif me-
merlukan eksperimen untuk mengukur data yang akan dijadikan
dasar pengukuran probabilitas.
Jadi rumusnya adalah:
P (A) = pengamatan event A / ukuran sampel
A
P( A)
N
Misalnya, disurvei dari 100 orang mahasiswa di sebuah perguruan
tinggi, 5 orang memiliki kendaraan roda empat. Jadi, kemungkin-
an seorang memiliki kendaraan roda empat adalah:
P (A) = 5/100
P (A) = 5%
Karena probabilitas relatif ini selalu berdasarkan pada pengamatan
sampel, dan karena populasi selalu berubah, maka nilai
probabilitas ini selalu berubah dengan konsisten.
Ketiga adalah probabilitas subjektif. Ini adalah jenis probabilitas
yang berbeda dengan probabilitas sebelumnya, karena probabilitas
jenis klasik dan relatif adalah probabilitas empiris yang berdasar-
kan data nyata. Sementara probabilitas subjektif hanya berdasar-
kan pendapat pribadi saja.
Misalnya, ketika perkembangan ekonomi membaik, seorang
pengusaha memprediksi bahwa penjualan akan naik sekitar 10%,
sementara pengusaha yang lain memprediksi bahwa penjualan
akan bisa naik sampai 25%.
54
Misalnya P (A) = 0,3
Maka:
~
P ( A ) = 1 – 0,3
~
P ( A ) = 0,7
Misalnya, ada sebuah data yang menjelaskan pengaruh antara
pemberian pupuk merek X pada tanaman dengan hasil panennya
seperti berikut.
Pupuk (kg) 5 7 2 6 10 4 6 5 3 8
Panen (ton) 50 80 25 50 90 30 60 60 40 80
≤5 4 1 5
>5 1 4 5
Total 5 5 10
55
Probabilitas atau kemungkinan terjadi persilangan (intersection) ini
disebut probabilitas gabungan atau joint probability.
Jadi, kalau ada 2 event yang independen, maka probabilitas
gabungannya adalah perkalian dari kedua probabilitas tersebut.
Jadi, kalau A dan B adalah event yang independen, maka:
P (A dan B) = P (A) x P(B)
Misalnya, melakukan tos atau pelemparan koin, adalah event
independen, yang muncul di tos pertama tidak akan mem-
pengaruhi yang muncul di tos kedua.
Misalnya, kemungkinan di tos pertama muncul atas, dan tos kedua
muncul atas adalah seperti berikut (A= atas):
P (A dan A) = P (A) x P (A)
= ½*½
=¼
Jadi, kalau dilakukan tos ketiga, peluang untuk mendapatkan sisi
atas di tos ketiga adalah:
=½*½*½
= 1/8
Adapun jika event A dan B adalah event yang dependen, di mana
kalau event A terjadi, akan mempengaruhi kejadian event B, maka
rumusnya tidak sekedar dikalikan saja, tapi perlu dimodifikasi
sedikit.
P (A dan B) = P (A) x P (B | A)
P (B|A) adalah probabilitas B diboboti oleh kejadian event A
Misalnya, untuk panen dan pupuk sebelumnya:
≤ 50 > 50 Total
≤5 4 1 5
>5 1 4 5
Total 5 5 10
56
3.2.2 Teorema Bayes
Teorema bayes digunakan untuk mencari probabilitas dari event
kondisional. Rumus teorema bayes ini adalah:
P (A | B ) = P (A dan B) / P (B)
P( A) P ( B | A)
~ ~
P( A) P ( B | A) P ( A ) P ( B | A )
Misalnya kalau ingin diketahui probabilitas panen > 50 ketika
pupuk > 5
P (> 50 | > 5) = ( P (>50 )x P (> 5 | > 50 )) / P (> 5)
P( 50) P( 5 | 50)
= ~ ~
P( 50) P( 5 | 50) P ( 5 0 ) P( 5 | 5 0 )
5 4
= 10 5
5 4 5 1
10 5 10 5
20 / 50 20 / 50
=
20 / 50 5 / 50 25 / 50
= 0, 8 = 80 %
57
Adapun kombinasi seperti berikut:
N!
N CR
( N R)!( R!)
3.2.4 Permutasi
Permutasi adalah susunan unsur-unsur yang berbeda dalam urutan
tertentu. Pada permutasi urutan diperhatikan. Jadi AB • BA.
Sehingga, permutasi k unsur dari n unsur, di mana k • n adalah
semua urutan yang berbeda, yang mungkin dari k unsur yang
diambil dari n unsur yang berbeda. Banyak permutasi k unsur dari
N!
n unsur ditulis N Pr , Prk atau P (n,r) P ( n, r ) .
( N r )!
Permutasi siklis (melingkar) dari n unsur adalah (n-1)!
Misalnya, ada 6 orang duduk mengelilingi sebuah meja yang ber-
bentuk lingkaran. Berapa banyak cara agar mereka dapat duduk
mengelilingi meja makan dengan cara yang berbeda?
Jawab :
Banyaknya cara agar 6 orang dapat duduk mengelilingi meja
makan dengan urutan yang berbeda, sama dengan banyak per-
mutasi siklis (melingkar) 6 unsur yaitu:
(n-1)! = (6-1)!
= 5!
= 5 x 4 x3 x2 x1 = 120
3.2.5 Kombinasi
Kombinasi adalah susunan unsur-unsur dengan tidak memperhati-
kan urutannya. Dalam kombinasi, AB = BA. Dari suatu himpunan
dengan n unsur dapat disusun himpunan bagiannya dengan untuk
k • n. Setiap himpunan bagian dengan k unsur dari himpunan
dengan unsur n disebut kombinasi r unsur dari n yang dilambang-
kan dengan N Cr , Crn atau C(n,r). Rumusnya adalah:
58
N!
C ( n, r )
( N r )!r!
Contoh, misalnya ada himpunan A, seperti berikut:
A {x | x 5, x c}
Tentukan banyak himpunan bagian dari himpunan A yang
memiliki 2 unsur!
Jawab:
A {x | x 5, x c} = {0,1,2,3,4,5}
n(A)=6
Banyak himpunan bagian dari A yang memiliki 2 unsur adalah C
(6, 2).
6!
C(6,2)= 15
(6 2)!2!
59
Begitu pula, bila kartu diambil berturut-turut, kita dapat memberi
label “berhasil” bila kartu yang terambil adalah kartu merah atau
“gagal” bila yang terambil adalah kartu hitam. Ulangan-ulangan
tersebut bersifat bebas dan peluang keberhasilan setiap ulangan
tetap sama, yaitu sebasar ½.
Distribusi probabilitas binomial memiliki beberapa karakteristik
berikut:
Eksperimen terdiri dari trial yang fix.
Bisa didefinisikan sebagai sukses atau gagal, tiap set hasil
bisa dihitung dan direpresentasikan sebagai event
independen.
Probabilitas sukses dan probabilitas gagal harus sesuai
dengan rumus P (sukses) = 1 – P (gagal).
Contoh distribusi binomial ini, misalnya melempar koin, meng-
hitung produk defek, dan melihat respon marketing. Untuk me-
nentukan distribusi binomial, Anda bisa menggunakan rumus:
n!
P( x) p xqn x
x!(n x)!
n = jumlah trial
x = jumlah sukses
p = kemungkinan sukses
q = kemungkinan gagal (1-p)
Misalnya, kalau melempar koin, kemungkinan mendapatkan satu
bagian atas dengan menggunakan dua lemparan adalah:
n=2
x = 1 (atas)
p = 0,5
q = 0,5
Maka:
P (x) = bisa dihitung = 2x 0,5 x 0,5 = 0,5
60
3.3.2 Tabel Binomial
Untuk memudahkan mencari probabilitas binomial, biasanya buku
-buku statistik sudah dilengkapi dengan tabel binomial, di mana
Anda bisa mencari probabilitas x dengan tingkat probabilitas ter-
tentu, dan dengan jumlah trial tertentu.
Misalnya, contoh berikut adalah tabel untuk eksperimen trial
dengan n = 2, dan beberapa probabilitas yang berbeda-beda.
61
Sebuah distribusi poisson bisa ditentukan menggunakan formula,
atau melihat di tabel saja.
Rumusnya adalah:
xe
P( X )
X!
Sebuah distribusi poisson, biasa dipakai untuk mengira-ngira
distribusi binomial. Misalnya, pada proses produksi seperti penge-
cekan produk error dan lain sebagainya. Ini akan menghemat
biaya dan waktu dibandingkan melakukan eksperimen untuk
distribusi binomial.
Kedua distribusi ini memiliki skewness yang mirip, jika jumlah trial
cukup besar (n • 30) dan kemungkinan kejadian (p) cukup kecil,
misalnya np atau nq < 5.
Nilai mean untuk poisson sebagai perkiraan dari binomial adalah:
µ = np
Di mana n adalah jumlah trial, dan p adalah probabilitas event.
Misalnya, kalau 4 dari 40 produk yang dibeli konsumen akhirnya
dikembalikan, maka ini adalah contoh distribusi binomial dengan:
P (sampel) = 4/40
Kalau Anda menentukan distribusi total dengan menggunakan
formula binomial, maka ini akan menjadi 40 kali kerja ekstra
keras. Karena itu, Anda dapat mengugnakan pendekatan poisson
dengan mean sampel adalah 0,10.
Tinggal cari di tabel dengan n • 30 dan np < 5 (40x 0,1 = 4).
Formula ini akan mengampilkan kemungkinan return 0 adalah 0,
9048.
62
3.4 Menggunakan SPSS untuk Mencari Nilai
Probabilitas Binomial dan Poisson
Berikut ini, contoh bagaimana membuat distribusi binomial dan
poisson menggunakan SPSS:
1. Buka SPSS.
2. Klik pada Variable View.
3. Masukkan varibel dengan nama “r” dan ganti Decimals
menjadi 0.
63
5. Klik pada Transform > Compute Variable.
64
Gambar 3.7 Pengisian probabilitas
65
9. Maka, hasil binomial komulatif seperti berikut ini.
66
11. Hasilnya, maka distribusi binomial dan poisson sudah
dibuat. Penjelasan lebih detail tentang fungsi-fungsi di
Compute Variable akan dijelaskan di akhir bab ini.
67
Gambar 3.12 Contoh sebuah kurva distribusi normal
68
Maka, bisa diambil nilai-nilai berikut:
A
µ±1
1.800 ± 1 (400)
1.800 ± 400
68,26% data di antara 1.400 dan 2.200
B
µ±2
1.800 ± 2 (400)
1.800 ± 800
95,44 % data di antara 1.000 dan 2.600
C
µ±3
1.800 ± 3 (400)
1.800 ± 1.200
99,74% data antara 600 dan 3.000
69
Untuk menyederhanakan dan menyeragamkan, bisa digunakan
nilai z. Tabel Z akan menampilkan probabilitas atau area di bawah
kurva. Rumusnya mencari nilai Z adalah:
X
Z=
Misalnya, kalau mau melihat data sebelumnya, ditanyakan berapa
probabiltias mendapatkan nilai antara 1.800 dan 2.200 adalah:
X
Z=
= (2.200 – 1.800 )/400 = 400/400
=1
Lalu lihat tabel, untuk 1,00 nilainya adalah 0,3413.
Jadi, kemungkinan nilai antara 1.800 dan 2.200 untuk dengan
rata-rata 1800 dan standar deviasi 400 adalah 34,13%.
70
Misalnya, berapa nilai antara 1.200 dan 2.004, Anda bisa mencari
nilai z untuk kedua nilai 1200 dan 2004. Di mana masing-masing
adalah -1,5 dan 0,51. Kalau dilihat di tabel, maka persentase total
adalah .433 + .195 atau sekiar 62,82 % data ada di antara nilai
1.200 dan 2.004.
71
Karena nilai 12 adalah nilai diskrit, maka dikonversi ke nilai
kontinu dulu. Misalnya, dikonversi ke batas bawah 11,5, maka
rumusnya seperti berikut:
Z = 11,5 -10 / 2,7386
= 0,55 => ,2088 atau 20,88%
Dan lebih dari 12 artinya 50% - 20,88%
= 29,12 %
72
Gambar 3.17 Membuka file yang berisi gandum terjual
73
5. Yang penting adalah cek pada Save standardized values
as variable.
74
Gambar 3.22 Otomatis muncul data z di tampilan kolom
75
1. Tiap anggota populasi memiliki kemungkinan yang sama
untuk dipilih.
2. Misalnya, letakkan identitas seperti nama, serial number,
dan lain sebagainya ke sebuah wadah, dan Anda bisa
mengambil untuk memilihnya.
Yang kedua adalah sampel acak sistematis:
1. Scanning item dilakukan tiap beberapa interval periode.
2. Informasi di awal interval atau akhir interval biasanya
memiliki kemungkinan lebih besar untuk terpilih.
Yang ketiga adalah sampel random bertingkat:
1. Populasi dibagi menjadi subkelompok yang homogen dan
sampling dilakukan di tiap subgroup.
2. Tipe ini bisa lebih representatif dibandingkan sampel acak
sederhana.
76
Gambar 3.23 Frekuensi populasi
x
µ= = (1+2+3+4+5)/5
N
µ= 3
Standar deviasi sekitar:
= 1,414
Kalau misalnya di sampel 3 dari 5 orang tersebut, maka didapat
data berikut:
77
Distribusi sampling dari mean seperti berikut:
x 30
µx = 3
N 10
1,414
x
= 0,82
n 3
78
3.6.4 Teorema Batas Sentral
Distribusi sampling dari semua mean akan selalu normal, ketika
distribusi populasi juga normal. Teorema batas sentra (central limit
theorem) juga bisa diaplikasikan ke populasi yang skew jika
jumlah sampelnya besar (n • 30).
Hubungan antara parameter populasi dan distribusi sampling, ter-
lihat seperti gambar berikut ini.
79
Sampel mean digunakan untuk memperkirakan mean
populasi.
Standar deviasi sampel untuk standar deviasi populasi.
Ketika n < 30 dan tidak diketahui, maka digunakan distribusi t
untuk menggantikan distribusi z. Beberapa software statistik
menggunakan kalkulasi interval dan distribusi t, berapapun ukuran
sampelnya.
x 1,96
n
Sementara untuk 99%
Z untuk 0,99/2 = 0,4950 => 2,58
x 2,58
n
Ketika standar deviasi populasi tidak diketahui, maka standar
deviasi dari sampel digunakan sebagai estimasi dari standar
deviasi populasi, ini kalau ukuran sampel besar.
x
p
n
80
Proporsi populasi digunakan untuk mengukur sifat-sifat seperti
pilihan konsumen terhadap produk tertentu, dan proporsi part
yang lolos inspeksi. Eksperimen yang dilakukan haruslah
memenuhi syarat kondisi binomial atau pendekatan normal dari
kondisi binomial.
Estimasi interval kepercayaan untuk proporsi populasi bisa meng-
gunakan rumus berikut:
p z p
Dimana:
p (1 p )
p
n
Di mana p adalah proporsi sampel. n adalah ukuran sampel, di
mana harus > 30. Dan z adalah interval kepercayaan yang di-
inginkan.
Contohnya, ada 100 customer dan 80 di antaranya merasa puas
dengan layanan. Maka, kita bisa menghitung proporsi populasi
untuk interval kepuasan 95%.
Maka, bisa dicari dengan cara seperti ini:
x
p
n
80 = 0,8
p
100
Karena n = 100, n • 30 jadi sudah memenuhi syarat.
Sementara z untuk 95% adalah 1,96
np = 100 x 0,8 = 80 • 5
nq = 100 x 0,2 = 20 • 5
p (1 p )
p
n
0,8(1 0,8)
100
0,0016 0,04
81
Cakupan adalah:
p z p
0,8 ± 1,96(0,04)
0,8 ± 0,0784
0,722 <-> 0,878
z
2
n
E
Misalnya ada data rata-rata dari 49 pembelian adalah 7500 rupiah,
lalu standar deviasi 700 rupiah. Dengan jumlah n = 49. Kira-kira
berapa jumlah sampel yang diperlukan untuk menurunkan error
sampling menjadi 100 rupiah dengan tingkat kepercayaan 99%.
82
Diketahui bahwa:
z
2
n
E
2
2,58 x700
n
100
n 18,06 2
n 327
Cek jawaban ini dengan menghitung level kepercayaan meng-
gunakan sampel baru.
xZ
n
700
x 2,58
327
x 99,87
Dimana 99,87 < 100 (diterima)
Karena interval diterima, maka survey bisa dilakukan dengan
sampel baru sejumlah 327. Ketika menentukan ukuran sampel
baik untuk mean dan proporsi, jawaban yang kurang dari 30 harus
digenapkan sampai 30, karena ukuran formula sampel digenapkan
ke 30. Ukuran sampel saat mengestimasi proporsi populasi seperti
berikut:
2
Z
n = p (1 p )
E
83
3.7 Panduan Lengkap Perhitungan
Probabilitas Multi Distribusi dengan
Compute Variable
Di tutorial kali ini, kita akan mendemokan penghitungan beberapa
jenis probabilitas dari berbagai jenis distribusi. Baik yang sudah
dijelaskan, atau akan dijelaskan di belakang. Dijadikan satu
karena menggunakan akses compute variable yang sama.
1. Klik pada Variable View, kemudian buat beberapa jenis
variabel dan biarkan tipe data standar Numeric, nanti
Width dan Decimals bisa diedit sambil jalan.
84
3. Pertama, lihat beberapa fungsi untuk mengakmodasi ber-
bagai variasi yang ada di jendela Compute Variable ini.
Semua fungsi di SPSS ini ada di box Function Group.
Memilih salah satu fungsi di sini akan menampilkan
submenu di kotak Functions and Special Variables.
85
5. Kalau memilih Inverse DF, Anda bisa mendapatkan menu-
menu tentang Inverse Functions for Cumulative
Probabilities.
86
7. Klik Significance untuk menyediakan akses ke fungsi-
fungsi yang diperlukan untuk menghitung significance
(atau sering disebut nilai p), yang berkaitan dengan
distribusi f dan chi square.
87
9. Kalau klik Arithmetic, Anda bisa melihat daftar fungsi
aritmetika, aljabar, dan transendental yang mungkin perlu
ditambahkan ke perhitungan Anda.
10. Misalnya, ada data nilai x yang sederhana, yaitu 5, 10, 15,
dan 20. Tuliskan data ini di variabel.
88
P (X•x) = CDF.BINOM (x,n,p)
Ini untuk distribusi binomial dengan probabilitas sukses p
dan jumlah trial n.
13. Set Target Variable ke Binomial, dan set n=23 dan p=0.37.
Komanya memakai titik, karena SPSS memakai standar
barat di mana koma pemisah desimal ditulis memakai titik.
89
14. Klik OK, muncul konfirmasi Change existing variable, klik
OK.
90
Gambar 3.42 Penggantian nilai desimal untuk binomial dan P
91
Gambar 3.44 Klik kanan dan paste di kolom P
92
Compute X = X + 1.
Compute prob = cdf.binom(X,n,psukses).
End loop.
End loop.
Compute InvBinom=X.
Execute.
93
Gambar 3.48 InvBinom menampilkan kebalikan binomial
yang sama seperti kolom x
94
3.7.1 Probabilitas Normal
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, karakteristik utama dari
distribusi normal adalah dua parameter, yaitu mean µ dan standar
deviasi . Sehingga, untuk menghitung frekuensi kumulatif untuk
nilai x tertentu di file data, Anda perlu memasukkan mean dan
standar deviasi ini. Misalnya, kalau diketahui data µ = 6,25 dan
standar deviasi = 3,5.
Sama seperti distribusi binomial, Anda bisa mengakses fungsi
Cumulative Frequency Distribution untuk distribusi normal dengan
mean dan standar deviasi.
Klik pada Compute variable, lalu pilih Cdf & Noncentral CDF.
Kemudian klik pada Cdf.Normal. Kalau nilai x dimasukkan, maka
akan dihitung probabilitas P(-•<X<x) di mana x merepresentasikan
nilai data yang digunakan.
1. Buka jendela Compute Variable.
2. Klik CDF & NonCentral CDF. Pilih CDF.normal.
95
Gambar 3.51 Pengisian x, mean, dan standar deviasi
96
Gambar 3.53 Klik menu Copy untuk menyalin di kolom Normal
97
9. Misalnya untuk mencari nilai x untuk P (-• < X < x) = p.
Anda bisa menggunakan Idf.Normal dengan p sudah
diketahui, rata-rata µ = 6,25 sudah diketahui dan standar
deviasi = 3,5 juga sudah diketahui. Buka Compute
Variable, kemudian pilih Inverse DF > Idf.Normal. Isikan
parameter p, lalu mean/rata-rata, dan standar deviasi.
98
3.7.2 Probabilitas Distribusi T
Parameter yang dibutuhkan untuk distribusi t adalah derajat
kebebasan atau degree of freedom:
df = n – 1
Cara menghitung probabilitas untuk distribusi t mirip dengan
langkah-langkah untuk menghitung distribusi normal dan
binomial. Fungsi distribusi frekuensi kumulatif untuk distribusi t
dengan df = n -1 dapat dibuka menggunakan Compute Variable,
kemudian memilih CDF & Non Centarl CDF dan memilih Cdf.T.
Ini akan menghitung hasil P (-• < T < x).
Langkah-langkahnya seperti ini:
1. Buka Compute Variable, dan pilih CDF & NonCentral CDF
dan klik Cdf.T.
99
Gambar 3.59 Kolom t menampilkan degree of freedom
100
Gambar 3.61 Hasil desimal t menjadi lebih tinggi
101
Gambar 3.63 Klik df untuk enter
102
4. Klik OK, maka hasilnya akan ditampilkan.
103
6. Maka hasilnya bisa dilihat di kolom InvChi.
104
2. Isikan target Variable ke ProbF, isikan fungsi CDF &
Noncentral CDF, dan klik pada Cdf.F, lalu masukkan x,
dfN, dan dfD.
105
4. Ganti nilai Decimals dari ProbF dengan nilai 4.
Gambar 3.71 Ganti nilai decimals dari kolom variabel ProbF menjadi 4
106
Gambar 3.73 Hasil ditampilkan di InvF
107
2. Pertama, sort atau urutkan dulu data, caranya klik pada
Data > Sort cases.
108
4. Kalau variabel x sudah dimasukkan, klik pada tombol OK.
109
Gambar 3.79 Edit > Insert Variable
110
Gambar 3.81 Pemberian isi dari angka 1 sampai angka 12
111
10. Berikutnya, tentukan posisi plot menggunakan pendekatan
Blom, yang menggunakan formula berikut di Compute
Variable:
i 0,375
p
n 0,25
11. Klik pada Transform > Compute Variable.
112
Gambar 3.85 Hasil perhitungan untuk p
113
Gambar 3.87 Kolom p berisi empat nilai desimal
114
17. Muncul Descriptives, dan masukkan x ke kotak variable di
sebelah kanan.
115
Gambar 3.91 Kolom Zx
116
Gambar 3.93 Pengisian target variable ze
117
Gambar 3.95 Pengubahan nilai desimal
118
27. Baru buat plot Zx dan Ze yang juga dianggap diagram QQ
plot untuk mengecek normal atau tidak. Klik pada Graphs
> Legacy Dialogs > Scatter/Dot.
119
Gambar 3.100 Memunculkan jendela scatter plot
120
31. Klik Titles, dan isikan judul di Title > Line1.
121
33. Hasil plot seperti berikut ini.
Gambar 3.105 Klik pada tombol Add a reference line from equation
122
35. Di jendela Reference Line, isikan Y = 1x di Custom
Equation.
123
37. Kalau dilihat data berdistribusi secara random di sekitar
reference line. Ini artinya data normal.
124
Gambar 3.110 Variabel X dimasukkan ke variables di QQ Plots
###
125
126
BAB Statistik Parametrik
4
127
Riset pemasaran, seperti proporsi pelanggan yang me-
nyukai produk baru.
Isu politik, seperti proporsi pemilih yang menyukai
kandidat tertentu.
Berikut ini beberapa hal penting dalam pengujian hipotesis:
H0 atau hipotesis nol, menyatakan nilai tertentu yang di-
hipotesiskan untuk parameter populasi, seperti mean.
H0 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan statistik
antara parameter µ dan nilai satistik X . Misalnya, sebuah
pemilik toko ingin mengetahui apakah ada rata-rata pem-
belian pelanggan dari sebuah toko yang dulunya punya
mean 7,75 pembelian per bulan sekarang berkurang,
karena 49 sampel yang diambil terakhir memiliki mean 7,5
pembelian saja per bulan.
H0 menyatakan bahwa rata-rata pembelian tidak berkurang dari
7,75. Atau kalau dinyatakan dalam bentuk matematis seperti
berikut:
H0: µ • 7,75
H0 akan ditolak jika perbedaan antara µ yang dihipotesiskan dan
x besar, dan sering terjadi. Arah dari ketidaksamaan adalah lebih
besar atau sama dengan • karena ini mengindikasikan mean tidak
berkurang. Maka, alternatif hipotesis adalah mean di bawah 7,75.
128
Kalau memutuskan untuk menolak hipotesis nol tentang rata -rata
pembelian 7,75 membuat munculnya error tipe 1, yaitu menerima
ada penurunan, padahal tidak ada penurunan. Error tipe 1 untuk
marketing biasanya 0,05 dan 0,01 untuk pengendalian kualitas.
Tipe error 2 atau tipe beta digunakan untuk menerima hipotesis
nol yang salah.
H0 True H0 False
Menerima H0 Benar Error Tipe 2
Menolak H0 Error Tipe 1 Benar
129
3. Tentukan test statistik yang relevan, seperti x atau p .
4. Tentukan aturan pengambilan keputusan menggunakan
grafik dari nilai kritis z. Terima hipotesis nol jika tes
statistik z tidak melebihi nilai kritis z. Kalau terjadi
kebalikannya, maka tolak hipotesis nol.
5. Ambil keputusan berdasarkan aturan tersebut.
Atau sederhananya, kalau tes statistik jauh lebih ekstrim
dibandingkan nilai kritis, maka tolak hipotesis nol.
130
4. Nilai kritis untuk 0,01 adalah z = 2,33. Jika tes di bawah
2,33, maka tolak H0.
5. Anda bisa menghitung nilai Z:
x 30,025 30 0,025
Z 2,315
0,65 0,0108
n 36
Maka H0 diterima, karena 2,315 < 2,33, jadi part tak terlalu berat.
131
4.1.4 Uji Hipotesis Populasi Independen
Dua buah variabel disebut independen jika kemunculan satu
variabel tidak mempengaruhi kemunculan variabel lainnya.
Misalnya, ada dua buah toko, dan dilihat rata-rata penjualannya
seperti berikut, dari ukuran sampel yang berbeda:
Toko satu diambil 50 sampel dan memiliki mean 7,5
penjualan per orang, dan standar deviasi 1.
Toko kedua diambil 32 sampel dan memiliki mean 7,4
penjualan per orang, dan standar deviasi 0,8.
Maka, dapat dilakukan langkah-langkah pengujian hipotesis
seperti berikut ini:
1. H0: µ1 = µ2 dan H1: µ1 • µ2.
2. Karena klaim ini berkaitan dengan dunia marketing, maka
digunakan level signifikansi 0,05.
3. Gunakan tes x untuk mencari nilai z:
x1 x2
Z
S12 S 22
n1 n2
90 100 10
Z 2,71
15 2
20 2
5,625 8
40 50
4. Nilai kritis untuk 0,025 (karena 2 sisi) adalah ± 1,96.
5. Karena H0 = -2,71 dan di luar -1,96, maka Anda bisa
menolak H0 dan menyatakan bahwa penjualan di dua toko
tidak sama.
132
Variasi random terjadi secara acak, berjalan dengan seiringnya
waktu berjalan. Sementara variasi sengaja dilakukan karena ada
kejadian yang disengaja, seperti penggantian material, kondisi
lingkungan, penyesuaian peralatan, dan lain sebagainya.
133
Untuk batas kontrol bawah, LCL (lower control limit), dapat
dihitung dengan cara seperti berikut:
s
LCL x 3
n
Di mana x adalah mean dari mean sampel. Dan s adalah rata-rata
dari standar deviasi sampel. Badan seperti American Society For
Testing And Materials (ASTM) juga menyediakan beberapa faktor
kontrol untuk memudahkan menghitung UCL dan LCL meng-
gunakan rumus seperti berikut:
UCL x A2 R LCL x A2 R
Di mana nilai A2 tergantung kepada ukuran sampel:
Ukuran sampel (n) A2 D3 D4
2 1,880 0 3,267
3 1,023 0 2,575
4 0,729 0 2,282
5 0,557 0 2,115
x
x 150 50 R
R 9 3
N 3 N 3
Kalau menggunakan interval kepercayaan 99,74%, maka UCL dan
LCL bisa dihitung dengan cara seperti berikut.
1. UCL = x A2 R = 50 + 0,729(3)
UCL = 50 + 2,187 = 52,187
134
2. LCL = x A2 R
LCL =50- 2,187
= 47,813
Maka, kalau diplot terlihat seperti berikut:
4.2.3 Grafik R
Grafik range mengukur variasi untuk range sampel dengan interval
kepercayaan tertentu. ASTM telah membuat rumus yang me-
mudahkan untuk menghitung UCL dan LCL:
UCL = D4 R
LCL = D3 R
LCL = D4 R =0(3)= 0
4.2.4 Grafik P
Grafik P megukur proporsi dari beberapa atribut (misalnya item
yang cacat dari produksi) yang merupakan hasil dari proses ter-
tentu. Ini mengukur atribut kualitatif (seperti tingkat defektif) dan
bukannya tingkat kuantitatif seperti berat atau suhu.
135
Misalnya, ada data tentang proporsi cacat produk dari sebuah
pabrik dengan n = 150, memiliki data seperti berikut:
Tanggal Cacat Proporsi Cacat
1 9 0,06
2 0 0,00
3 6 0,04
4 9 0,06
5 12 0,08
6 3 0,02
7 6 0,04
8 12 0,08
9 6 0,04
10 15 0,10
11 0 0,00
12 12 0,08
13 3 0,02
14 9 0,06
15 6 0,04
total _ defek
p
total _ sampel
Dalam contoh di atas:
108
p 0,048
2250
p (1 p )
UCL dan LCL = p 3
n
0,48(1 0,48)
0,480 3
150
-0,0044 sampai + 0,1004
136
Anda bisa membuat grafik pengukuran kualitas seperti berikut:
1. Buka SPSS, dan klik tab Variable untuk membuat 2
variabel baru. ID dengan tipe Nominal dan Diameter
dengan tipe Scale.
137
Gambar 4.5 Pemasukan 100 data
138
4. Pilih jenis X-bar, R, s pada kotak Control Charts. Klik
tombol Define.
139
Gambar 4.9 Memasukkan diameter di Titles
140
9. Klik OK untuk mulai membuat chart.
141
Gambar 4.14 Grafik range yang dibuat
142
No Jumlah No Jumlah
1 5 16 6
2 3 17 4
3 3 18 3
4 2 19 4
5 2 20 5
6 1 21 9
7 2 22 2
8 4 23 3
9 1 24 4
10 4 25 5
11 2 26 10
12 4 27 5
13 4 28 3
14 5 29 4
15 11 30 3
Gambar 4.16 Klik pada Analyze > Quality Control > Control Charts
143
Gambar 4.17 Pemilihan jenis Control Charts di Cases are subgroups
144
Gambar 4.19 Pengisian variabel untuk number nonconforming
145
9. Klik OK, maka chart akan langsung dibuat. Lengkap
dengan batas bawah LCL dan batas atas LCL.
4.3 T-Test
Test t adalah tes untuk menguji statistik yang mengikuti distribusi
student t jika ada hipotesis nol. Test t bisa dipakai untuk menentu-
kan apakah dua set data berbeda secara signifikan atau tidak.
146
Test T biasa digunakan ketika statistik mengikuti distribusi normal
dan jika nilai ukuran di statistik tes diketahui. Ketika nilai ukuran
tidak diketahui dan diganti oleh estimasi berdasarkan pada data,
maka statistik tes (dalam berapa batas tertentu) akan mengikuti
distribusi student T.
Di antara penggunaan test t adalah:
1. Pengujian satu sampel untuk mengetes apakah populasi
memiliki nilai tertentu di hipotesis nol.
2. Pengujian dua sampel untuk mengetahui apakah mean
dari dua populasi sama.
Tes ini bisa dikerjakan secara independen atau tidak.
147
Di mana x adalah mean sampel, s adalah standar deviasi dari
sampel dan n adalah ukuran sampel.
Derajat kebebasan (degree of freedom) yang digunakan di tes ini
adalah n-1. Walaupun populasi induknya tak perlu dibuat normal,
distribusi dari populasi dari mean sampel x dianggap normal.
148
X1 X 2 s12 s22
t . Di mana: s x1 x 2
s x1 x 2 n1 n2
Di sini s2 adalah estimator variansi dari dua sampel ni = jumlah
partisipan di group i, i=1 atau 2.
149
41 0 65 6 6
45 0 67 8 8
2 0 46 7 16
12 1 56 6 10
14 1 42 4 6
16 1 44 6 11
22 1 27 6 7
24 1 68 12 11
34 1 77 5 7
37 1 86 6 7
42 1 73 8 11
44 1 67 5 7
50 1 60 6 8
58 1 54 7 8
150
Gambar 4.26 Klik menu Compare means > Independent samples t test
151
7. Klik pada Use specified values. Dan tentukan pe-
ngelompokkan berdasarkan data nol (0) dan data satu (1).
152
10. Klik OK kalau sudah di jendela Independent Samples T
Test.
13. Dari tabel di atas, nilai t = 0,058 dan nilai signifikansi 2 tail
adalah 0,955, maka kesimpulannya tidak bisa dikatakan
ada perbedaan antara 2 perawatan ini.
153
4.3.5 Paired Sample T Test
Berikutnya adalah paired sample t test, di mana data yang akan
diuji perbedaannya adalah data yang berhubungan, misalnya
kondisi sebelum perawatan dan sesudah perawatan.
Cara melakukan paired sample t test seperti berikut ini:
1. Klik pada Analyze > Compare Means > Paired–Samples T
Test.
154
3. Kemudian klik pada KondisiAkhir dan klik untuk
memasukkan ke variable dua dari pair 1.
155
Gambar 4.39 Paired samples test
156
Tentang Penulis
157
Catatan:
Untuk melakukan pemesanan buku, hubungi
Layanan Langsung PT Elex Media Komputindo:
Gramedia Direct
Jl. Palmerah Barat No. 33, Jakarta 10270
Telemarketing/CS: 021-53650110/111 ext: 3901/3902
Email: author@gramediapublishers.com
158
Belajar Statistika dari Nol dengan SPSS
Statistika adalah ilmu yang sangat penting.
Dengan statistika, kita bisa mengolah data
dan mengekstrak informasi dari data tersebut.
Dengan menggunakan alat bantu software SPSS,
belajar statistika menjadi lebih mudah.