PENDAHULUAN
Diare didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar dan berubahnya
konsistensi menjadi lunak atau bahkan cair. Diare cair akut adalah buang air besar lembek
atau cair bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering dari
biasanya dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 7 hari.1 Diare biasanya merupakan tanda
adanya infeksi pada gastrointestinal yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit.
Infeksi dapat terjadi akibat kurangnya kebersihan pada seseorang. Infeksi virus terbanyak
disebabkan oleh rotavirus yang dapat menyebabkan diare akut.1,3,4
Berdasarkan data World Health Organization(WHO) ada sekitar 2 miliar kasus diare
diseluruh dunia setiap tahunnya dan 1,9 juta balita mengalami diare per tahun,terbanyak pada
negara berkembang. Diare merupakan penyebab kematian kedua setelah pneumonia pada
anak-anak berusia dibawah 5 tahun.1,5,,6 Di Indonesia penyebab utama diare akut berdarah
adalah shigella, salmonella, campylobacter jejuni, Escherichia coli (E.coli) dan entamoeba
hystolitica.1,2 Diare merupakan penyakit urutan pertama yang menyebabkan pasien rawat inap
di rumah sakit berdasarkan data kementrian kesehatan republik Indonesia. Bila dilihat per
kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi
terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.7,8
Berikut ini merupakan lapor kasus tentang diare akut tanpa dehidrasi pada seorang
anak yang dirawat di di ruang Irina E, RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
1
Bab II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : A.L
Di : Puskesmas Tuminting
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
2
Partus : Spontan
Oleh : Bidan
ANAMNESIS
Anak Tunggal
Umur Keterangan
♀ 10 tahun sehat
1 tahun sakit
Family Tree
Keterangan
: penderita
3
Keluhan Utama : BAB cair sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Penderita datang masuk Rumah sakit oleh orang tuanya yang merupakan rujukan
RS.Sity Maryam dengan keluhan BAB cair sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit dengan
frekuensi 8 kali per hari , dengan volume 1/2 gelas aqua. Ampas (+) BAB cair berwarna
kuning, disertai lendir berwarna putih ,darah tidak ada. Kemudian pasien dibawa ke dokter
spesialis anak dan di berikan obat syrup, setelah itu BAB berubah menjadi encer dan mulai
berubah menjadi berwarna kuning kehijauan.Tidak ada keluhan muntah , keluhan demam
dirasakan oleh ibunya sejak 2 hari SMRS, demam hangat pada perabaan kepala, namun tidak
di ekstremitas. Demam turun dengan obat penurun panas. Riwayat batuk beringus dikeluhkan
juga oleh ibu penderita yang hilang timbul . BAK seperti biasa, minum masih bisa.
Selama hamil ibu sehat, dan ibu tidak pernah menderita penyakit apa pun
Morbili :(-)
Varicella :(-)
Pertussis :(-)
Diare :(+)
Cacing :(+)
Batuk/pilek :(-)
4
Kepandaian/Kemajuan Bayi
PASI : (-)
5
Riwayat Imunisasi
DASAR LANJUTAN
I II III IV I II III
BCG +
POLIO + +
DTP +
CAMPAK -
HEPATITIS B +
Riwayat Keluarga
Penderita tinggal di rumah beratap genteng, dinding beton, lantai ubin. Rumah
memiliki 5 kamar tidur. Rumah di huni oleh 7 orang yang terdiri dari 5 orang dewasa,
dan 2 orang anak-anak. WC dan kamar mandi berada di dalam rumah.
Sumber air minum : aqua isi ulang
Sumber penerangan listrik : PLN
Penanganan sampah : Dibuang pada tempat pembuangan sampah
6
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Respirasi : 50×/menit
Suhu : 37,8°C
Kulit
- Bentuk : mesosefal
- Ubun-ubun besar : datar
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, gerakan normal ke
segala arah, tekanan bola mata kesan normal pada palpasi, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm.
7
- Telinga : sekret (-)
- Hidung : sekret (-)
- Mulut
o Bibir : sianosis (-)
o Selaput mulut : basah
o Lidah : beslag (-)
o Gigi : karies (-)
o Gusi : perdarahan (-)
o Bau pernapasan : foetor (-)
- Tenggorokan
o Tonsil : T1 – T1 hiperemis (-)
o Faring : hiperemis (-)
- Leher
o Trakea : letak di tengah
o Kelenjar : pembesaran KGB (-)
o Kaku kuduk : (-)
o Lain-lain : (-)
Thorax
- Bentuk : Simetri
- Rachitis Rosary : (-)
- Ruang Intercostal : Normal
- Precordial bulging : (-)
- Xiphosternum : (-)
- Harrison’s groove : (-)
- Pernapasan paradoksal : (-)
- Retraksi : (-)
PARU-PARU
- Inspeksi : simetris, retraksi (-)
- Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
- Perkusi : sonor kanan = kiri
- Auskultasi : Sp. Bronkovesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
8
JANTUNG
9
Resume
Pasien laki-laki 12 bulan, BB = 8,6 kg, TB = 74 cm, masuk rumah sakit pada tanggal
3 mei 2014 jam 15.00 WITA. Keluhan : BAB cair sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit dengan frekuensi 8 kali, volume 1/2 gelas aqua. BAB cair berwarna kuning,
lendir ada, darah tidak ada. Deman sejak 2 hari SMRS.
Kepala : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-) pernafasan cuping hidung (-),
air mata (+), mata cowong (-), UUB datar, mukosa mulut basah.
Cor/Pulmo : dbn
Abd : cembung, lemas, Bising usus (+) meningkat, turgor kulit kembali cepat.
Hepar/Lien : ttb
Tanda – tanda dehidrasi: Air mata (+), mata cowong (-). UUB datar, mukosa mulut
10
Tabel 1. Hasil laboratorium 3 Mei 2014
Analisa Feses
Konsistensi Cair
Bau Khas
Parasit -
Leukosit -
Eritrosit -
Telur cacing -
Bakteri +++++
Hematokrit 35.14 %
11
FOLLOW UP
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-), air mata (-), mata
cowong (-), UUB datar, mukosa mulut basah.
Abdomen : datar, lemas, Bising usus (+) meningkat, turgor kulit kembali cepat.
- Zinc 1 X 20 mg (1 tab)
12
O : keadaan umum: tampak sakit kesadaran: compos mentis
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-), air mata (-), mata
cowong (-), UUB datar, mukosa mulut basah.
Abdomen : cembung, lemas, Bising usus (+) meningkat, turgor kulit kembali cepat.
- Zinc 1 X 20 mg (1 tab)
S : Demam (-) BAB cair (+) 4 kali, ampas (+) lender(+) minum (+), muntah (-)
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-), air mata (-), mata
cowong (-), UUB datar, mukosa mulut basah.
13
Cor/Pulmo dalam batas normal
Abdomen : datar , lemas, Bising usus (+) meningkat, turgor kulit kembali
cepat.
- Zinc 1 X 20 mg (1 tab)
Pro : UL, DL
Kejernihan Jernih
Kristal -
Silinder -
Leukosit -
Eritrosit -
14
Tabel 4. Hasil laboratorium 5 mei 2014
Hematologi
Hematokrit 35.14 %
S : Demam (-), BAB padat (+) 1 kali, minum (+), intake (+)
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-), air mata (+), mata
cowong (-), UUB datar, mukosa mulut basah.
15
P : - Cefixime 2x45mg
- Zinc 1 X 20 mg (1 tab)
S : Demam (-), BAB padat (+) 1 kali, minum (+), intake (+) baik
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-), air mata (+), mata
cowong (-), UUB datar, mukosa mulut basah.
P : - Cefixime 2x45mg
- Zinc 1 X 20 mg (1 tab)
16
- Oralit (50-100cc tiap BAB cair atau muntah)
- rawat jalan
17
Bab III
PEMBAHASAN
Diare didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar dan berubahnya
konsistensi menjadi lunak atau bahkan cair. Diare cair akut adalah buang air besar lembek
atau cair bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering dari
biasanya dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari.1
Berdasarkan data World Health Organization(WHO) ada sekitar 2 miliar kasus diare
diseluruh dunia setiap tahunnya dan 1,9 juta balita mengalami diare per tahun, terbanyak
pada negara berkembang.1,6 Diare merupakan penyakit urutan pertama yang menyebabkan
pasien rawat inap di rumah sakit berdasarkan data kementrian kesehatan republik Indonesia.
Bila dilihat per kelompok umur, diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi
tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Pada survey yang dilakukan
kemenkes tahun 2010 diketahui bahwa proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah
kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65%.8,9 Cara penularan diare umumnya melalui
cara fekal – oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen,
atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yeng telah tercemar tinja
penderita atau tidak langsung melalui lalat.2
Diare dapat disebabkan oleh proses infeksi maupun non infeksi. Proses infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit. Bakteri yang dapat menyebabkan diare seperti
Campylobacter jejuni; salmonella; shigella; vibrio cholera; dan escherichia coli, virus
misalnya rotavirus; calcivirus; atau astovirus dan parasit yang menjadi penyebab diare seperti
giardia lamblia; entamoeba hystolytica; atau blastocystis homonis.6,7,10 Di negara berkembang
kuman patogen penyebab penting diare akut pada anak-anak yaitu rotavirus, eschericia coli
enterotoksigenik, shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium. Sedangkan proses
non infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya diare antara lain defek anatomis,
malabsorbsi, endokrinopati, keracunan makanan, infeksi non gastrointestinal, alergi susu sapi,
defisiensi imun dan lain-lain.2,11
Secara garis besar terdapat 2 mekanisme terjadinya diare yaitu diare osmotik dan diare
sekretorik. Diare osmotik terjadi karena adanya bahan yang tidak diserap sehingga
menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat
hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas akibatnya terjadi perbedaan tekanan osmosis
18
antara lumen usus yang menyebabkan tekanan osmotik di rongga usus meningkat yang akan
menarik air dan elektrolit ke dalam lumen usus, sehingga air dan elektrolit terbuang bersama
feses dan timbul diare. Sedangkan, diare sekretorik terjadi akibat rangsangan tertentu,
misalnya toksin pada dinding usus yang akan merangsang peningkatan sekresi air dan
elektrolit ke dalam rongga usus, sekresi air dan elektrolit ini menyebabkan air dan elektrolit
terbuang bersama feses dan timbul diare. Dikenal 2 bahan yang menstimulasi seksresi lumen
yaitu enterotoksin bakteri dan bahan kimia serta asam lemak. Toksin penyebab diare ini
terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP atau Ca++
yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase sehingga menyebabkan fosforilasi
membran protein yang mengakibatkan perubahan saluran ion sehingga terjadi diare.2,5
Diare yang tidak segera diatasi dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit dan
keseimbangan asam basa akibat dari kehilangan air dan elektrolit.2,12 Derajat dehidrasi dapat
dinilai berdasarkan kriteria gabungan dari WHO , Maurice King dan MMWR antara lain:
19
Mukosa mulut Basah Kering Sangat kering
Pengobatan diare bertujuan untuk mencegah dehidrasi, jika tidak ada tanda-tanda
dehidrasi; mengobati dehidrasi secepatnnya, jika ada; mengurangi durasi dan keparahan
diare, dan timbulnya pada episode mendatang, dengan memberikan suplemen zinc; serta
mencegah kekurangan nutrisi, dengan memberi makanan selama dan setelah dehidrasi.
Departemen kesehatan dengan merujuk pada panduan WHO menetapkan lima pilar
penatalaksanaan diare pada anak balita baik yang dirawat di rumah maupun di rumah sakit,
yaitu;1-3,7,10,11
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru. Cairan oralit diberikan segera bila anak diare,
untuk mencegah dan mengatasi diare. Larutan oralit diberikan pada anak setiap kali buang
20
air besar dengan ketentuan dosis untuk anak berumur < 2 tahun yaitu 50-100 ml tiap kali
BAB sedangkan, untuk anak berumur > 2 tahun yaitu 100-200 ml tiap kali BAB.
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut. Dosis zinc pada anak dibawah umur 6 bulan
yaitu 10 mg (½ tablet) per hari sedangkan dosis zinc pada anak diatas umur 6 bulan yaitu
20 mg (1 tablet) per hari.
3. ASI dan makanan tetap diteruskan. Hal ini bertujuan untuk mencegah kehilangan berat
badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan
fase kesembuhan.
4. Antibiotik selektif. Antibiotik diberikan apabila ada indikasi seperti diare berdarah, kolera
atau bukti adanya infeksi.
5. Nasihat kepada orang tua. Edukasi yang dapat diberikan pada orang tua yang anaknya
tidak dirawat di rumah sakit yaitu kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang,
makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3
hari.
Saat ini terapi tambahan pada anak yang mengalami diare yaitu dengan pemberian
bubur tempe.14 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IPB menunjukkan pemberian
tempe dapat mempercepat proses penyembuhan diare pada anak.15 Penelitian yang dilakukan
oleh Roubus pada tahun 2008 menunjukkan bahwa tempe dapat mengurangi adhesi dari
enterotoksin eschericia coli (ETEC) pada sel epitel intestinal. Hal ini karena adanya interaksi
ETEC dengan komposisi dari tempe itu sendiri.16
Pada kasus ini terapi yang diberikan sudah sesuai dengan lima pilar terapi yang
ditetapkan oleh departemen kesehatan serta menambahkan terapi terbaru dengan memberikan
bubur tempe. Terapi yang diberikan pada pasien ini yaitu oralit ad lib (50-100cc tiap BAB
cair atau muntah), zinc 1 X 1 tablet (20mg), bubur tempe 2 X 1 sacchet. Selain itu, diberikan
terapi antibiotik karena adanya peningkatan jumlah leukosit dan demam sesuai hasil
pemeriksaan lab berupa injeksi Inj. Ceftriaxone 1x700 mg iv.
Prognosis pada penderita ini adalah bonam karena penanganan penderita pada kasus ini
sudah tepat sehingga mencegah komplikasi yang dapat timbul. Prognosis yang baik juga
didukung dengan kepatuhan penderita untuk meminum obat.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Diarrhoea Treatment Guidelines: Including new recommendations for the use of
ORS and zinc supplementation for Clinic-Based Healthcare Workers. USA. 2005.
4. Liacouras CA, Picolli DA, editor. Pediatric Gastroenterology. USA: Mosby Inc. 2008.
5. Wahab S, Editor. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Vol. 2. Edisi 15. Jakarta: EGC. 2000.
9. Yusuf S. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri. 2011;13(4):265-70.
10. Schwartz MW, editor. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC. 2005.
11. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson BH, Behrman RE. Nelson: Essentials of Pediatrics.
6th ed. Canada: Saunders. 2011.
12. Fleisher GR, Ludwig S, editor. Textbook of Peditric Emergency Medicine. 6th ed.
Philadelpia: Lipincot Williams & Wilkins. 2010.
13. Pringle K, et al. Comparing the accuracy of the three popular clinical dehydration scales
in children with diarrhea. International Journal of Emergency Medicine. 2011;4(58) :1-6.
14. Hartiningrum SY. Pengaruh Pemberian Formula Preda dan Tempe Terhadap lama
Penyakit Diare Akut pada Anak Usia 6-24 Bulan Studi di RSU RA. Kartini Kabupaten
Jepara Tahun 2010 [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro. 2010
15. Vivaldy, Anton. Studi Pengaruh Intervensi Tempe Untuk Mempercepat Penyembuhan
Diare Pada Anak Balita [skripsi]. Repository Institut Pertanian Bogor. 2011.
22
16. Roubus VJ, Nout MJR, Beumer RR, Meulen JVD, Zwietering MH. Fermented soya bean
(tempe) extracts reduce adhesion of enterotoxigenic Escherichia coli to intestinal
epithelial cells. Journal of Applied Microbiology. 2008;106:1013-21.
23