Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Riset Akuakultur, 12 (4), 2017, 341-350

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jra

PENGARUH KEPADATAN TERHADAP SINTASAN, PERTUMBUHAN, DAN


GAMBARAN DARAH BENIH IKAN BETUTU Oxyeleotris marmorata

Tri Heru Prihadi#, Adang Saputra, Gleni Hasan Huwoyon, dan Brata Pantjara
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan
(Naskah diterima: 13 Desember 2017; Revisi final: 27 Desember 2017; Disetujui publikasi: 27 Desember 2017)

ABSTRAK

Ikan betutu Oxyeleotris marmorata merupakan ikan lokal potensial menjadi komoditas budidaya. Performa
pertumbuhan dan sintasan dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan padat tebar. Tujuan penelitian
adalah menentukan padat tebar yang menghasilkan sintasan dan pertumbuhan tinggi, serta respons
fisiologis terbaik. Kolam yang digunakan berukuran 2 m x 1 m x 1 m dan diisi air 1 m3. Perlakuan yang diuji
adalah kepadatan 50 ekor/m3, 100 ekor/m3, dan 150 ekor/m3. Ukuran benih yang digunakan 4,24 ± 0,58
cm dengan bobot 2,74 ± 0,45 g. Selama 60 hari masa pemeliharaan, pakan yang diberikan adalah cacing
sutra Tubifex sp. secara sekenyangnya. Hasil penelitian menunjukkan sintasan benih ikan betutu yang
dipelihara pada berbagai padat tebar tidak berbeda secara nyata, pertumbuhan spesifik panjang (1,50 ±
0,37%/hari) dan bobot total benih ikan betutu (1,95 ± 0,32%/hari) tertinggi, dan perubah respons fisiologis
berupa gambaran darah paling stabil dicapai pada padat tebar 50 ekor/m3, serta biomassa tertinggi dicapai
pada kepadatan 150/m3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dasar untuk melakukan pendederan
ikan betutu secara terkontrol.
KATA KUNCI: kepadatan; sintasan; pertumbuhan; ikan betutu; Oxyleotris marmorata

ABSTRACT: The effect of stocking density on survival rate, growth, and hematological parameters of sand
goby Oxyeleotris marmorata Juvenile. By: Tri Heru Prihadi, Adang Saputra, Gleni Hasan Huwoyon,
and Brata Pantjara

Sand goby, Oxyeleotris marmorata is a potential fish species for aquaculture in Indonesia. However, the growth
performance and survival rate of the fish seed are still low. Such challenges could be solved through the optimization
of stocking density of the fish. The research objective was to determine the optimal stocking density to produce high
growth and survival rate, as well as the best physiological response. The ponds used in this experiment were 2 m x 1 m
x 1 m in size (water volume: 1 m3). The stocking density treatments were 50, 100, and 150 individual/m3. The initial
fish length average was 4.24 ± 0.58 cm, with the initial body weight average of 2.74 ± 0.45 g. During 60 days of
rearing period, the fish were fed with Tubifex sp. ad libitum. The results showed that the survival rates on different
stocking densities were not significantly different. The highest specific growth on length (1.50 ± 0.37%/day) and body
weight total (1.95 ± 0.32%/day) and the most stable physiological response related to its hematological parameters
were achieved by seed stocked at 50 individuals/m3. The best biomass total was achieved by seed stocked at 150
individuals/m3. The result of this study could be applied as basic information to culture sand goby in a controlled
environment.
KEYWORDS: stocking density; survival rate; growth; sand goby, Oxyeleotris marmorata

PENDAHULUAN pembesaran. Penelitian terkait ikan betutu di


antaranya pakan alami dan pakan buatan (Arief et al.,
Ikan betutu Oxyeleotris marmorata merupakan ikan
2009), dan salinitas optimum (Ardi et al., 2016). Namun
lokal potensial menjadi komoditas budidaya (Sukadi
pada tahap ini, kinerja petumbuhan dan sintasan masih
et al., 2009). Kegiatan budidaya ikan betutu sudah
rendah.
berkembang mulai dari tahap pedederan sampai
Upaya peningkatan performa pertumbuhan benih
ikan betutu sudah dilakukan, namun hasilnya masih
#
Korespondensi: Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan
Penyuluhan Perikanan. Jl. Sempur No. 1, Bogor 16154,
belum optimum (Darwis et al., 2009). Tingkat
Indonesia. Tel. + 62 251 8313200 kematian masih tinggi, dengan gejala klinis tidak mau
E-mail: triheru_p@yahoo.com makan, badan kurus dan lemas. Menurut Ismail (2010),

Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534 341


Pengaruh kepadatan terhadap sintasan, pertumbuhan, dan gambaran ..... (Tri Heru Prihadi)

ikan betutu sangat sensitif terhadap perubahan yang dengan rancangan acak lengkap. Perlakuan yang
terjadi, baik bersifat eksternal maupun internal. diberikan berupa padat tebar 50, 100, dan 150 ekor/
Namun demikian, ikan mempunyai kemampuan ho- m3, masing-masing tiga ulangan.
meostasis tubuh sangat cepat untuk merespons segala
Kolam yang digunakan berupa kolam beton pada
bentuk perubahan sehingga tetap bisa tumbuh dan
bagian dinding dengan dasar berupa tanah dan seluruh
berkembang dengan normal.
kolam dilapisi dengan terpal. Ukuran kolam 2 m x 1 m
Benih ikan betutu seperti halnya ikan-ikan air tawar x 1 m yang diisi air 1 m3. Air yang digunakan bersumber
lainnya berusaha untuk mencapai kondisi homeostasi dari air sungai, sebelum digunakan air ditampung dulu
antara sistem internal (tubuh) dengan sistem eksternal pada wadah penampungan untuk mengendapkan
(air/media pemeliharaan). Proses homeostasi ionik partikel-partikel terlarut. Pengisian air setinggi 0,5
terkait dengan ion Na+ pada ikan, juga melibatkan cm dan dibiarkan sekitar 4-5 hari sebelum ditebar
regulasi hormonal (endokrin) di antaranya kortisol benih ikan betutu. Pergantian air sebanyak 20%-30%
(Cruz et al., 2013). Selanjutnya kortisol akan dilakukan setiap dua hari sekali.
merangsang perubahan glikogen menjadi glukosa
Benih ikan betutu yang digunakan berasal dari satu
untuk menyediakan energi dalam proses transpor
induk hasil dari pengumpul di Desa Ciseeng. Ukuran
aktif. Selain itu, kortisol juga memiliki peran
benih yang digunakan 4,24 ± 0,58 cm dengan bobot
meningkatkan penyerapan Na + melalui reseptor
2,74 ± 0,45 g. Benih disebar secara acak pada sembilan
glukokortikoid melalui metabolon fungsional NHE3b-
kolam sesuai perlakuan. Penebaran benih ikan betutu
Rhcg 1 (Kumai et al., 2012). Hal ini disebabkan
dilakukan sore hari. Selama 60 hari masa pemeliharaan,
peningkatan produksi kortisol untuk merubah
pakan yang diberikan adalah cacing sutra Tubifex sp.
glikogen menjadi glukosa darah sebagai salah satu
sekenyangnya. Hasil proksimat cacing sutra
bentuk energi dalam menunjang proses homeosta-
(persentase bobot kering) sebagai berikut: protein
sis.
57,10%; lemak 15,95%; kadar abu 5,32%; serat kasar
Peningkatan produktivitas benih ikan betutu salah 1,94%; dan BETN 19,69% (Priyadi et al., 2010).
satunya dengan mengoptimalkan padat tebar. Menurut
Sintasan dihitung pada akhir pemeliharaan.
Subagja & Radona (2017), pada tahap pendederan
Pertumbuhan panjang, bobot, dan laju pertumbuhan
diperlukan penentuan padat tebar agar sintasan dan
harian dihitung setiap 15 hari. Panjang badan diukur
pertumbuhan tetap optimal. Hal ini sesuai dengan
dengan pengaris dengan jumlah sampel sebanyak 15
pendapat Wedemeyer (2001), padat tebar diambang
ekor/kolam, bobot badan menggunakan timbangan
batas tertentu, akan mengganggu proses fisiologis,
dengan ketelitian dua desimal. Parameter sintasan,
sehingga dapat menurunkan sintasan dan
pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan
pertumbuhan. Beberapa penelitian terkait padat terbar
harian, biomassa dihitung berdasarkan rumus menurut
ikan-ikan air tawar prospektif yang sudah dilakukan
Effendie (2002). Analisis gambaran darah terdiri atas
di antaranya, pascalarva ikan nilem Osteochilus vittatus
glukosa darah, total leukosit, total eritrosit,
(Radona et al., 2012); ikan tambakan Helostoma
hematokrit, dan hemoglobin mengacu pada metode
temminckii (Joko et al., 2013); ikan uceng Nemacheilus
Blaxhall & Daisley (1973).
fasciatus (Prakoso et al., 2016); ikan lalawak
Barbonymus balleroides (Kusmini et al., 2017); dan ikan Parameter kualitas air sebagai data pendukung
semah Tor douronensis (Valenciennes, 1842) (Subagja diukur setiap 15 hari. Parameter kualitas air yang
& Radona, 2017). diukur terdiri atas suhu air menggunakan termometer
air raksa, pH menggunakan pH meter merek Horiba
Informasi terkait padat tebar terhadap peningkatan
dengan ketelitian dua desimal, oksigen terlarut
kinerja sintasan, pertumbuhan, dan respons stres
menggunakan DO meter merek Horiba dengan
benih ikan betutu sampai saat ini masih terbatas.
ketelitan dua desimal. Nitrit mengacu pada SNI 06-
Tujuan penelitian ini adalah menentukan padat tebar
6989.9-2005, dan amonia mengacu pada SNI 06-
yang menghasilkan sintasan dan pertumbuhan tinggi,
6989.30-2005.
serta respons fisiologis terbaik.
Data yang diperoleh kemudian ditabulasi, sintasan
BAHAN DAN METODE dan pertumbuhan dihitung pada akhir penelitian dan
Penelitian telah dilaksanakan di kolam milik dianalisis dengan ANOVA pada selang kepercayaan 95%.
pembudidaya ikan di Dusun Binong Poncol, RT 01/ Apabila terjadi perbedaan yang nyata, dilakukan uji
RW 06, Desa Babakan Kecamatan Ciseeng Kabupaten lanjut Duncan menggunakan program SPSS versi 18.
Bogor Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dirancang Parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif.

342 Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534


Jurnal Riset Akuakultur, 12 (4), 2017, 341-350

HASIL DAN BAHASAN mutlak tertinggi dengan nilai 6,29 ± 1,67 cm (Gambar
2). Pertumbahan mutlak benih ikan betutu yang
Sintasan benih ikan betutu yang dipelihara pada
dipelihara selama 60 hari berbeda nyata antar perlakuan
berbagai padat tebar selama 60 hari masa pemeliharaan
(P<0,05; Gambar 2).
disajikan pada Gambar 1. Hasil perhitungan
menunjukkan padat penebaran tidak berpengaruh Berdasarkan hasil perhitungan selama proses
nyata terhadap sintasan (P>0,05). Kondisi ini penelitian, pertumbuhan terbaik dicapai dengan
menggambarkan padat tebar tidak memberikan kepadatan 50 ekor/m3. Hal ini diduga benih ikan betutu
pengaruh terhadap sintasan, karena pada kondisi ini mampu memanfaatkan ruang dan mengoptimalkan
benih ikan betutu masih dapat tumbuh dan makanan yang tersedia tanpa harus mengeluarkan
berkembang dengan normal. Hal ini diduga padat tebar energi yang besar. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang diberikan masih dalam kondisi optimum, yang dilakukan pada ikan semah (Subagja & Radona,
sehingga tidak ada persaingan mendapatkan ruang yang 2017); ikan uceng (Prakoso et al., 2016); dan benih
mengakibatkan ikan menjadi stres. Hal ini tercermin ikan gabus (Wahyu et al., 2015); senegalese solea Solea
dari kadar glukosa darah yang terukur menunjukkan senegalensis (Cotas et al., 2008).
pola yang stabil pada setiap perlakuan, kecuali pada
Padat penebaran pada pendederan ikan betutu
padat teber 150/m3 ada sedikit perubahan pada
berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik
pengamatan hari ke-15 dan selanjutnya kembali stabil
baik panjang maupun bobot. Semakin tinggi padat
sampai akhir pemeliharaan (Gambar 4). Kondisi ini
tebar, laju pertumbuhan semakin rendah. L aju
sesuai dengan pendapat Cotas et al. (2008), rendahnya
pertumbuhan spesifik panjang mutlak dan bobot to-
glukosa darah menandakan tidak terjadi mobilisasi
tal disajikan pada Gambar 3.
glukosa ke dalam darah sebagai sumber energi untuk
pertumbuhan. Padat tebar merupakan faktor yang menjadi
pertimbangan prioritas dalam budidaya ikan.
Perlakuan padat tebar memberikan pengaruh nyata
Optimalisasi padat penebaran akan memengaruhi
terhadap pertumbuhan benih ikan betutu. Laju
terhadap respons fisiologis ikan selama siklus
pertumbuhan panjang mutlak individu benih ikan
hidupnya, sehingga ikan terhindar dari aktivitas sistem
betutu berbeda nyata di antara ketiga perlakuan. Padat
stres (Barton, 2002; Barreto & Volpato, 2006; Iwama
tebar 50 ekor/m3 menghasilkan pertumbuhan panjang
et al., 1999).

99 ± 0.58a 100 ± 0.00a 100 ± 0.00a


100
90
Sintasan (Survival rate ) (%)

80
70
60
50
40
30
20
10
0
50 100 150

Padat tebar (ekor/m3)


Stocking densities (individuals/m3)

Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang sama menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang nyata (P>0,05)
Remark: Numbers followed by the same superscript letter indicate no significant
difference (P>0.05)

Gambar 1. Sintasan ikan betutu pada berbagai padat tebar selama 60 hari
masa pemeliharaan.
Figure 1. Survival rate of sand goby during 60 days of rearing in various
stocking densities.

Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534 343


Pengaruh kepadatan terhadap sintasan, pertumbuhan, dan gambaran ..... (Tri Heru Prihadi)

7.00 7.0
6.29±1.67c
Panjang mutlak (Absolute length) (cm)

Bobot mutlak (Absolute weight) (g)


6.07±1.30b
6.00 6.0

5.00 5.0
3.91±0.06b
4.00 4.0
3.29±0.31a
2.75±0.51 a
3.00 3.0 2.59±0.81a

2.00 2.0

1.00 1.0

0.00 0.0
50 100 150 50 100 150
Padattebar
Padat (ekor/m33)
tebar(ekor/m Padattebar
Padat (ekor/m33))
tebar (ekor/m
3
Stockingdensity
Stocking (individuals/m33)
density(individual/m Stockingdensities
Stocking density (individuals/m
(individual/m)3)

Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata
(P>0,05)
Remarks: Numbers followed by the same superscript letter indicate no significant difference (P>0.05)

Gambar 2. Panjang dan bobot mutlak ikan betutu pada berbagai padat tebar selama 60 hari masa
pemeliharaan.
Figure 2. Absolute length and body weight of sand goby reared for 60 days of rearing in various
stocking densities.

1.60 1.50±0.37b 2.5


Laju pertumbuhan spesifik bobot (%/hari)
Laju pertumbuhan spesifik panjang (%/hari)

Specific growth rate of weight (%/days)


Specific growth rate of length (%/days)

1.40
1.95±0.32b
2.0
1.20 1.08±1.10ab

1.00 1.5
0.83±0.19a 1.31±0.32b

0.80 1.11±0.41a

1.0
0.60

0.40
0.5
0.20

0.00 0.0
50 100 150 50 100 150
3
Padat tebar (ekor/m ) 3
Padat tebar (ekor/m )
Stocking density (individuals/m3) Stocking density (individuals/m3)

Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata (P>0,05)
Remarks: Numbers followed by the same superscript letter indicate no significant difference (P>0.05)

Gambar 3. Laju pertumbuhan spesifik panjang dan bobot mutlak ikan betutu pada berbagai padat
tebar selama 60 hari masa pemeliharaan.
Figure 3. Specific growth rate length and body weight of sand goby reared for 60 days in various stocking
densities.

344 Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534


Jurnal Riset Akuakultur, 12 (4), 2017, 341-350

Tabel 1. Biomassa ikan betutu yang dipelihara pada berbagai


kepadatan selama 60 hari masa pemeliharaan
Table 1. Sand goby biomass reared for 60 days in various
stocking densities

Padat tebar Biomassa


Stocking density Biomass (mg)

50 ekor/m³ (individuals/m ³ ) 1,311.58 ± 40.88 a


100 ekor/m³ (individuals/m ³ ) 1,808.00 ± 17.93 b
³ ³
150 ekor/m (individuals/m ) 2,384.37 ± 79.67 c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang sama menunjukkan
tidak adanya perbedaan yang nyata (P>0,05)
Remarks: Numbers followed by the same superscript letter indicate no
significant difference (P>0.05)

Biomassa ikan betutu yang dipelihara selama 60 yang lebih kecil dibanding perlakuan lainnya. Dengan
hari pada berbagai kepadatan berbeda nyata (P<0,05; demikian, efisiensi dalam memanfaatkan pakan lebih
Tabel 1). Biomassa tertinggi dicapai pada kepadatan tinggi dibanding perlakuan lainnya. Menurut Zonneveld
150 ekor/m3, sedangkan terendah pada 50 ekor/m3. et al. (1991), pengaruh kepadatan pada pertumbuhan
Namun demikian, bobot rata-rata ikan betutu antara sangat kecil, sementara biomass standing crop
kepadatan 50 ekor/m3 dan 100 ekor/m3 tidak berbeda meningkat secara langsung dengan meningkatnya
nyata (P>0,05), tertinggi dicapai pada kepadatan 50 kepadatan.
ekor/m3 dan berbeda nyata dengan kepadatan 150 ekor/
Pada Tabel 2 memuat kisaran parameter kualitas
m3 (P<0,05). Hasil ini menggambarkan kepadatan 50
air selama 60 hari masa pemeliharaan benih ikan betutu
ekor/m 3 merupakan padat tebar terbaik untuk
pada berbagai kepadatan. Suhu, pH, DO, nitrit, dan
pemeliharaan benih ikan betutu.
amoniak pada setiap perlakuan masih dalam kondisi
Tingginya biomassa pada kepadatan 150 ekor/m3 yang optimum untuk pemeliharaan benih ikan betutu
disebabkan sintasan yang tinggi dan kepadatan (Olivera et al., 2012; Mallya, 2017; Ardi et al., 2016).
tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Kepadatan Kondisi parameter kualitas air terukur masih sangat
50 ekor/m 3 menghasilkan biomassa terendah mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan
dibandingkan perlakuan lainnya, hal ini diduga karena dengan baik, serta tidak berpotensi mengakibatkan
jumlah ikan betutu yang ditebar paling sedikit stres pada ikan yang dipelihara.
dibandingkan perlakuan lainnya. Namun, rata-rata
Gambaran glukosa darah pada setiap perlakuan
bobot lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, hal
disajikan pada Gambar 4. Hasil pengamatan hari ke-
ini berkaitan dengan persaingan mendapat makanan

Tabel 2. Kisaran nilai kualitas air untuk benih ikan betutu selama penelitian
Table 2. The water quality ranges in the rearing ponds during the experiment
3
Padat tebar (ekor/m )
Parameter Kisaran optimum
Stocking densities (individuals/m 3 )
Parameters Optimum range
50 100 150

Suhu (Temperature ) (°C) 28.10-31.50 28.00-30.60 28.10-32.10 26-32 1)


pH 6.00-7.30 6.20-7.30 6.20-6.60 4.25-9.41)
Oksigen terlarut
1.77-5.44 1.77-6.50 1.79-5.57 > 1.732)
Dissolved oxygen (mg/L)
Nitrit (Nitrite ) (mg/L) 0.14-8.60 0.17-8.30 0.35-13.70 103)
Amonia (Ammonia ) (mg/L) 0.001-0.007 0.002-0.021 0.005-0.017 ≤ 0.023)
Keterangan (Remaks): 1)Courtenay & Williams (2004); 2)Saputra & Puspaningsih (2015), 3)Standar baku
kualitas air kelas II PP No. 82 tahun 2001

Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534 345


Pengaruh kepadatan terhadap sintasan, pertumbuhan, dan gambaran ..... (Tri Heru Prihadi)

120.00 ekor/m3(individual/m³)
50ekor/m³
50 (individuals/m3)

Glukosa darah (Blood glucose)(mg/dL)


ekor/m3(individual/m³)
100ekor/m³
100 (individuals/m3)
100.00
ekor/m3(individual/m³)
150ekor/m³
150 (individuals/m3)
80.00

60.00

40.00

20.00

0.00
0 10 20 30 40 50 60

Hari (Days)

Gambar 4. Kadar glukosa darah ikan betutu pada berbagai padat tebar selama 60
hari masa pemeliharaan.
Figure 4. Blood glucose level of sand goby reared for 60 days in various stocking
densities.

15, glukosa darah benih ikan betutu yang dipelihara 150 ekor/m3 mengalami kenaikan mulai hari ke-14
pada kepadatan 150 ekor/m3 mengalami perubahan kemudian turun kembali mulai hari ke-45 sampai akhir
yang relatif tinggi dibandingkan dengan padat tebar pemeliharaan. Pola distribusi hemoglobin cenderung
lainnya, kemudian relatif stabil kembali pada meningkat dari awal sampai akhir pemeliharaan untuk
pengamatan hari ke-30 sampai akhir pemeliharaan. Hal semua perlakuan (Gambar 6). Konsentrasi hemoglo-
ini menggambarkan setelah masa adaptasi, benih ikan bin paling stabil dan terendah dicapai pada perlakuan
betutu tidak terindikasi stres walapun dipelihara 50 ekor/m3 dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini
dengan padat tebar berbeda. menggambarkan benih ikan betutu yang dipelihara
pada padat tebar 50 ekor/m3 kondisinya paling stabil
Pola sebaran total leukosit dan eritrosit benih ikan
dibandingkan padat tebar lainnya.
betuutu pada setiap pengamatan disajikan pada
Gambar 5. Total leukosit benih ikan betutu sampai Tingginya kadar glukosa darah benih ikan betutu
hari ke-30 mengalami peningkatan yang relatif tajam pada kepadatan 150 ekor/m3 diduga dalam kondisi
untuk semua perlakuan, kemudian menurun kembali stres karena persaingan proses adaptasi. Kadar glukosa
sampai akhir penelitian. Total leukosit terkecil dicapai darah paling kecil dan stabil dicapai pada kepadatan
pada kepadatan 50 ekor/m3 dan tertinggi 150 ekor/ 50 ekor/m3, hal ini mengambarkan tingkat stres yang
m3. Total eritrosit menggambarkan pola yang sama rendah. Ikan yang mengalami stres mengakibatkan
dengan leukosit benih ikan betutu mulai hari pertama hiperglisemia, yang dapat mengganggu perkembangan
sampai hari ke-30 yaitu mengalami kenaikan yang selanjutnya bahkan dapat mematikan (Hastuti et al.,
relatif tajam untuk semua perlakuan, kemudian 2003). Glukosa darah merupakan gambaran dari
menurun kembali mulai hari ke-45 sampai akhir masa respons stres sebagai akibat dari pelepasan hormon
pemeliharaan. Kondisi ini menggambarkan benih ikan kortisol di hipotalamus melalui aliran darah menuju
betutu pada berbagai kepadatan memerlukan waktu hati untuk merombak glikogen menjadi glukosa,
yang cukup lama untuk melakukan adaptasi terhadap sehingga glukosa darah menjadi meningkat (Porchase
kondisi fisiologi yang ada. et al., 2009).
Pola sebaran hematokrit dan hemoglobin benih Peningkatan total leukosit menunjukkan bahwa
ikan betutu pada setiap pengamatan disajikan pada benih ikan betutu mengalami stres (Supriyono et al.,
Gambar 6. Pola sebaran hematokrit benih ikan betutu 2011). Hal ini diduga berhubungan dengan respons
dari awal sampai akhir pemeliharaan tidak terjadi imunitas yang dipengaruhi olah hormon kortikosteron
perubahan yang relatif tinggi, namun pada kepadatan saat ikan mengalami stres (Davis et al., 2008). Namun

346 Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534


Jurnal Riset Akuakultur, 12 (4), 2017, 341-350

5,000,000
4,500,000
Erythrocytes total (cell/mm3)
Total eritrosit (sel/mm3)
4,000,000
3,500,000
3,000,000
2,500,000
2,000,000
1,500,000 ekor/m3 (individuals/m
50 ekor/m³ 3
)
50 (individual/m³)
1,000,000 100 ekor/m³
100 3
ekor/m (individuals/m 3
(individual/m³))
500,000 150
150 ekor/m³3 (individual/m³)
ekor/m (individuals/m 3
)
0
0 15 30 45 60
Hari (Days)

900,000 50 ekor/m3 (individuals/m


50 ekor/m³ 3
(individual/m³))
3 3
800,000 100 ekor/m³
100 ekor/m (individuals/m
(individual/m³))
Leukocytes total (cell/mm3)
Total leukosit (sel/mm3)

150
150 ekor/m³ (individual/m³)
ekor/m3 (individuals/m 3
)
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0
0 15 30 45 60
Hari (Days)

Gambar 5. Total leukosit dan eritrosit darah ikan betutu pada berbagai padat tebar selama
60 hari masa pemeliharaan.
Figure 5. Leukocytes and erythrocytes total of sand goby reared for 60 days in various stocking
densities.

hasil penelitian menunjukkan padat tebar tidak paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh
memberikan pengaruh yang nyata terhaap sintasan. (Wedemeyer, 1996). Hematokrit merupakan indikator
Kondisi ini menggambarkan perbedaan leukosit pada terinfeksinya benih ikan betutu karena penyakit yang
berbagai perlakuan masih dalam kondisi yang masih mengganggu sel darah merah, baik berlebihan ataupun
ditolelir ikan betutu untuk tumbuh dan berkembang kekurangan (Supriyono et al., 2011; Witeska, 2005).
dengan normal. Kondisi ini mendukung tingkat Hasil analisis terhadap hemoglobin dan hematokrit
imunitas dalam mempertahankan diri dari patogen tidak terlihat ada perubahan yang ekstrem pada
yang mematikan (Blaxhall, 1972). berbagai kepadatan, namun paling stabil diperoleh pada
kepadata 50 ekor/m3.
Hemoglobin merupakan metaloprotein di dalam
sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut Hasil analisis terhadap parameter uji menunjukkan
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Hemoglo- padat tebar tidak memberikan pengaruh yang nyata
bin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju terhadap sintasan benih ikan betutu, namun

Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534 347


Pengaruh kepadatan terhadap sintasan, pertumbuhan, dan gambaran ..... (Tri Heru Prihadi)

9.00
8.00
Hemoglobin (Haemoglobin) (%)

7.00
6.00
5.00

4.00
3.00
ekor/m3(individual/m³)
50ekor/m³
50 (individuals/m3)
2.00 ekor/m3(individual/m³)
100ekor/m³
100 (individuals/m3)
1.00 150
150ekor/m³
ekor/m3(individual/m³)
(individuals/m3)

-
0 10 20 30 40 50 60

45

40
Hematokrit (Haematocrit) (%)

35

30

25

20

15
ekor/m3(individual/m³)
50ekor/m³
50 (individuals/m3)
10
ekor/m3(individual/m³)
100ekor/m³
100 (individuals/m3)
5 150
150ekor/m³
ekor/m3(individual/m³)
(individuals/m3)
0
0 15 30 45 60

Gambar 6. Hematokrit dan hemoglobin ikan betutu pada berbagai padat tebar selama
60 hari masa.
Figure 6. Hematocrit and hemoglobin of sand goby reared for 60 days in various stocking
densities.

berpengaruh terhadap performa pertumbuhan panjang KESIMPULAN


mutlak dan bobot total. Padat tebar terbaik untuk
Padat tebar tidak berpengaruh terhadap sintasan,
mendapatkan performa pertumbuhan yang terbaik
namun berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
adalah 50 ekor/m3. Kondisi ini didukung oleh hasil
gambaran darah pada pendederan benih ikan betutu.
analisis respons fisiologi berupa gambaran darah yang
Padat tebar 50 ekor/m3 merupakan kepadatan opti-
paling rendah dan stabil di antara perlakuan lainnya.
mum untuk mencapai pertumbuhan terbaik benih ikan
Kondisi ini menggambarkan ikan betutu yang
betutu, dan respons fisiologis berupa glukosa darah,
dipelihara pada wadah terkontrol tidak terindikasi
total leukosit, total eritrosit, hematokrit, dan hemo-
mengalami stres sampai akhir pemeliharaan dan hidup
globin terbaik dibandingkan perlakuan lainnya dan
dalam kondisi normal.
biomassa tertinggi dicapai pada kepadatan 150
ekor/m3.

348 Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534


Jurnal Riset Akuakultur, 12 (4), 2017, 341-350

UCAPAN TERIMA KASIH vertebrates: a review for ecologist. Functional


Ecology, 22(5), 760-772.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Effendie, M.I. (2002). Biologi perikanan. Yogyakarta:
Perikanan, Bogor yang telah mendanai penelitian ini Yayasan Pustaka Nusatama, 163 hlm.
melalui APBN 2016. Ucapan terima kasih kami Hastuti, S., Supriyono, E., Mokoginta, I., &
sampaikan kepada, teknisi, dan pembudidaya ikan Subandiyono. (2003). Respons glukosa darah ikan
betutu di Parung. gurami Osphronemus gourami, LAC. terhadap stres
perubahan suhu lingkungan. Jurnal Akuakultur In-
DAFTAR ACUAN donesia, 2(2), 73-77.
Ardi, I., Setiadi, E., Kristanto, A.H., & Widiyati, A. Hermawan, A.T., Iskandar, & Subhan, U.
(2016). Salinitas optimal untuk pendederan benih (2012).Pengaruh padat tebar terhadap
ikan betutu Oxyeleotris marmorata. J. Ris. Akuakultur, kelangsungan hidup pertumbuhan lele dumbo
11(4), 339-347. Clarias gariepinus Burch. di kolam Kali Menir
Indramayu. Jurnal Perikanan Kelautan, 3(3), 85-93.
Arief, M., Triasih, I., & Lokapirnasih, W.P. (2009).
Pengaruh pemberian pakan alami dan pakan buatan Ismail, K. (2010). Kiat mengatasi stres pada ikan.
terhadap pertumbuhan benih ikan betutu Oxyeleotris Jakarta: Mediatama, 68 hlm.
marmorata Bleeker. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Iwama, G.K., Vijayan, M.M., Forsyth, R.B., &
Kelautan, 1, 57-60. Ackerman, P.A. (1999). Heat shock proteins and
Barreto, R.E., & Volpato, G.L. (2006). Stress physiological stress in fish. American Zoologgist,
responsses of the fish nile tilapia subjected to 39, 901-909.
electroshock and social stresors. Brazilian Jour- Joko, Muslim, & Taqwa, F.H. (2013). Pendederan larva
nal of Medical and Biological Research, 30, 1605-1612. ikan tambakan Helostoma temmincki dengan padat
Barton, B.A. (2002). Stress in fishes: a diversity of tebar berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 18(2),
responses with particular reference to changes 59-67.
in circulating corticosteroids. Integrated Compara- Kumai, Y., Nesan, D., Vijayan, M.M., & Perry, S.F.
tive Biology, 42, 517-525. (2012). Cortisol regulates Na+ uptake in
Blaxhall, P.C. (1972). The haematological assessment zebrafish, Danio rerio, larvae via the glucocorti-
of the health of freshwater fish. Journal of Fish coid receptor. Mol. Cel. Endocrinol., 364, 113-125.
Biology, 4(4), 593-604. Kusmini, I.I., Putri, F.P., & Radona, D. (2017).
Blaxhall, P.C., & Daisley, K.W. (1973). Routine Pertumbuhan dan sintasan pascalarva ikan lalawak
haematological methods for use with fish blood. Barbonymus balleroides Valenciennes, 1842 di
Journal of Fish Biology, 5(6), 771-781. akuarium dengan kepadatan berbeda. Jurnal Iktiologi
Indonesia, 17(1), 21-27.
Cotas, B., Arago, C., Mancera, J.M., Dinis, M.T., &
Conceicao, L.E.C. (2008). High stocking density Mallya, Y.J. (2007). The effects of dissolved oxygen
induces crowding stress and affects amino acid on fish growth in aquaculture. UNU-Fisheries
metabolism in Senegalese sole Solea snegalese Training Programme, 30 pp.
Kaup, 1858 juveniles. Aquacult. Res., 39, 1-9. Oliveira, E.G., Pinheiro, A.B., Oliveira, V.Q., Junior,
Courtenay, W.R., & Williams, J.D. (2004). Snakehead A.R., Moraes, M.G., Rocha, I.R., Sousa, R.R., &
Pisces, Channidae: A biological synopsis and risk Costa, F.H. (2012). Effect of stocking density on
assessment. Denver, Colo, USA: US Geological the performance of juvenile pirarucu Arapaima
Survei, US Geological Survei Circular, 155 pp. gigas in cages. Aquaculture, 370, 96-101.
Cruz, S.A., Chao, P.L., & Hwang, P.P. (2013). Cortisol Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82.
promotes differentiation of epidermal ionocytes (2001). Pengelolaan kualitas air dan pengendalian
through Foxi3 transcription factors in zebrafish pencemaran air kelas II. hlm. 421-487.
Danio rerio. Comp. Biochem. Physiol., 164, 249-257. Porchase, M.M., Luis, R., Martinez, C., Enriquez, R.,
Darwis, M., Shaleh, S.R.M., & Senoo, S. (2009). Daily & Rogelo. (2009). Cortisol and glucose: reliable
food intake, feeding activity and growth of marble indicators of fish stress. American Journal of Aquatic
goby, Oxyeleotris marmoratus juveniles reared un- Science, 4, 158-178.
der different salinity levels. Aquaculture Sci., 57(2), Prakoso, V.A., Ath-thar, M.H.F., Subagja, J., &
185-191. Kristanto, A.H. (2016). Pertumbuhan ikan uceng
Davis, A.K., Maney, D.L., & Maerz, J.C. (2008). The Nemacheilus fasciatus dengan padat tebar berbeda
use of leukocyte profiles to messure stress in dalam lingkungan ex situ. J. Ris. Akuakultur, 11(4),
355-362.

Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534 349


Pengaruh kepadatan terhadap sintasan, pertumbuhan, dan gambaran ..... (Tri Heru Prihadi)

Priyadi, A., Kusrini, E., & Megawati, T. (2010). Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, Surabaya 23-25
Perlakuan berbagai jenis pakan alami untuk Juni 2009. Pusat Riset Perikanan Budidaya, Badan
meningkatkan pertumbuhan dan sintasan larva ikan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta, 11 hlm.
upside-down catfish Synodontis nigriventris. Balai Supriyono, E., Syahputra, R., Ghozali, M.F.R.,
Riset Budidaya Ikan Hias Depok. Prosiding Forum Wahjuningrum, D., Nirmala, K., & Kristanto, A.H.
Inovasi Teknologi Akuakultur, hlm. 749-754. (2011). Efektivitas pemberian zeolite, arang aktif,
Radona, D., Asih, S., & Huwoyon, G.H. (2012). dan minyak cengkeh terhadap hormon kortisol dan
Optimalisasi kepadatan benih ikan mas Cyprinus gambaran darah benih ikan patin Pangasionodon
carpio strain rajadanu pada pendederan di kolam hypophthalmus pada pengangkutan dengan
air tenang. Berita Biologi, 11(2), 161-166. kepadatan tinggi. Jurnal Iktiologi Indonesia, 11(1),
Saputra, A., & Puspaningsih, D. (2015). Peranan 67-75.
fotoperiod terhadap sintasan dan pertumbuhan Wahyu, Supriyono, E., Nirmala, K., & Harris, E. (2015).
ikan gabus Channa striata pada fase pendederan. Pengaruh kepadatan ikan selama pengangkutan
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, hlm. terhadap gambaran darah, pH darah, dan
745-753. kelangsungan hidup benih ikan gabus Channa
Standar Nasional Indonesia 06-6989.30-2005. Air dan striata Bloch, 1793. Jurnal Iktiologi Indonesia, 15(2),
air limbah–Bagian 30: Cara uji kadar amonia dengan 165-177.
spektrofotometer secara fenat. ICS 13.060.01. Wedemeyer, G.A. (1996). Physiology of fish in inten-
Standar Nasional Indonesia 06-6989.9-2004 Air dan sive culture sytems. Springer Science & Business
air limbah–Bagian 9: Cara uji nitrit (NO2_N) secara Media. 232 pp.
spektrofotometri. ICS 13.060.50. Wedemeyer, G. (2001). Fish hatchery management.
Subagja, J., & Radona, D. (2017). Produktivitas Second edition. New York: American Fisheries
pascalarva ikan semah Tor douronensis Valenciennes, Society, 751 pp.
1842 pada lingkungan ex situ dengan padat tebar Witeska, M. (2005). Stress in fish: hematological and
berbeda. J. Ris. Akuakultur, 12(1), 41-48. immunological effect of heavy metals. Electronic
Sukadi, M.F., Kristanto, A.H., Nugroho, E., Komarudin, Journal of Ichtyology, 1(1), 35-41.
O., Widiyati, A., Gustiano, R., Djajasewaka, H., & Zonneveld, N., Huisman, E.A., & Boon, J.J. (1991).
Kusmini, I.I. (2009). Kandidat komoditas ikan lokal Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Jakarta: Gramedia
air tawar potensial untuk pengembangan Pustaka Utama.
budidayanya di Kalimantan Selatan. Prosiding

350 Copyright @ 2017, Jurnal Riset Akuakultur, e-ISSN 2502-6534

Anda mungkin juga menyukai