PENDAHULUAN
sebanyak sebanyak 6,18% pada tahun 2012, menjadi 6,97% pada tahun 2013 dan
7,21% pada tahun 2014 (BPS, 2014). Hal ini juga didukung oleh data dari
Peran pekerja konstruksi dalam hal ini tukang sebagai tenaga pelaksana
Kualifikasi pekerja konstruksi tersebut dapat dinilai salah satunya dari tingkat
pendidikan tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Hal tersebut tentunya
1
kemampuan tukang tersebut seharusnya lebih tinggi dari pada tukang yang
tidak tamat SD, Tamat SD, Tamat SLTP/SMP, Tamat SLTA/SMA, dan Perguruan
tinggi. Hasil penelitian dari pratiwi (2009) menunjukkan dari total 72 tukang
bangunan 6 orang diantaranya tidak tamat SD, 24 orang tamatan SD, 25 orang
tamatan SMP, 15 orang tamatan SMA, dan 2 orang tamatan perguruan tinggi. Hal
tersebut juga didukung uleh kajian yang dilakukan oleh Ronald (2015) dimana
yang dimilikinya.
pendidikan berupa pendidikan formal dan non formal mempunyai tujuan untuk
manusia seutuhnya agar manusia menjadi sadar akan dirinya dan dapat
2
Kualifikasi selanjutnya yang harus dimiliki tukang adalah pengalaman
kompeten dan produktif dalam bidang pekerjaannya. Beberapa hal yang berkaitan
penerapan dan hasil. Ditinjau dari segi waktu, pengalaman tukang dalam bekerja
kerja umumnya diklasifikasikan dalam rentan 0-5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun,
16-20 tahun dan 20 tahun lebih. Hasil kajian yang dilakukan Nizar (2016) rata-
rata pengalaman kerja tukang yang diamatinya berkisar antara 11-12 tahun dengan
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat pendidikan tukang bangunan pada proyek
C. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Perusahaan
3
Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan penilaian terhadap SDM
sendiri.
2. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan cerminan dalam mengukur kualitas
D. Batasan Penelitian
E. Definisi Operasional
1. Tingkat Pendidikan
Satuan pendidikan yang pernah diikuti dan diselesaikan oleh seseorang