1. PENDAHULUAN
Perum Pegadaian sedang giat menggelar strategi baru, yakni strategi ekspansi. Dulu Perum
Pegadaian dikenal sebagai perusahaan plat merah yang sangat konservatif dan menggandalkan
pertumbuhan alamiah yang pelan, namun sejak 2 tahun terakhir menunjukkan wajah yang
berbeda. Pegadaian lahir tahun 1901 dan hingga tahun 2008 jumlah outlet-nya baru mencapai
1200. Namun di akhir 2008, jumlah outlet menjadi 2000 cabang. Artinya, di tahun 2008 ada
tambahan 800 outlet baru.
Perubahan yang ada di pegadaian tak lepas dari masuknya manajemen baru di sana
tepatnya di awal 2008, Chandra Purnama dkk masuk di Perum Pegadaian dan langsung membuat
sejumlah program terobosan, termasuk diantaranya mencanangkan rencana lima tahunan hingga
2013. Salah satu strategi penting itu adalah melakukan ekspansi penambahan cabang. Pegadaian
ingin mengubah mindset bahwa pasar itu harus diambil. Kini, Pegadaian lebih proaktif
mendekati pasar & tidak ingin sekedar menunggu konsumen. Visi yang diangkat pada tahun
2008 adalah ‘ingin menjadi champion dalam pembiayaan mikro dan kecil di tahun 2013’. Di sisi
lain, BUMN ini tetap punya misi menyejahterakan masyarakat terutama golongan menengah ke
bawah melalui jasa bisnis gadai dan fidusia. Strategi Pegadaian ialah memperluas jaringan atau
membuka outlet-outlet baru secepatnya agar semakin mendekat ke masyarakat, sehingga orang
yang ingin ke Pegadaian tidak perlu menempuh perjalanan jauh.
Cara yang ditempuh Pegadaian pun tidak rumit, Pegadaian tidak lari dari sejarah, di mana
keramaian ada di alun-alun. Prinsip itu yang dipakai dan Pegadaian membangun outlet-outlet
baru di pusat aktivitas ekonomi seperti di pasar tradisional dan mal. Dalam membuka outlet baru,
Pegadaian tidak melakukan survei terlalu detil dan cenderung mengikuti yang sudah ada.
Sedangkan, untuk financing ekspansi, Pegadaian tidak ada masalah karena banyak bank yang
melakukan kerjasama. Mengenai pengadaan SDM untuk mendukung ekspansi, Pegadaian punya
jurus tersendiri sehingga penambahan outlet per tahun yang mencapai ribuan ini bisa tertangani.
Pegadaian lebih banyak melakukan outsourcing. Dengan cara outsourcing, proses pengadaan
SDM bisa lebih cepat. Pegadaian tidak hanya melakukan rekrutmen di Jakarta tapi juga di kota-
kota lain di mana Pegadaian membuka cabang. Meski kendalanya, Pegadaian masih kesulitan
mendapatkan SDM yang berkualitas.
Pegadaian juga berusaha mengubah image, sehingga orang yang dulu malu-malu bekerja
di Pegadaian sekarang justru akan bangga. Pegadaian juga tidak asal memberi tekanan namun
1
imbalan yang setimpal, contohnya hampir tiap tahun Pegadaian mengirim 100 karyawan untuk
umroh. Pegadaian juga melakukan review budaya kerja dan merumuskan nilai-nilai budaya itu
menjadi ‘INTAN’ kependekan dari Inovatif, Nilai moral tinggi, Terampil, Abdi Layanan dan
Nuansa Citra, kemudian ‘INTAN’ diterjemhakan dalam 10 perilaku utama. Dalam proses
perubahan ini, Pegadaian juga menggunakan salah satu konsultan lokal dalam hal memperbaiki
budaya perusahaan.
Pegadaian melakukan promosi ATL melalui iklan di media elektronik, media cetak dan
sebagainya. Untuk promosi BTL, misalnya orang pegadaian pergi ke suatu tempat bertemu
teman dan saudara lalu akan mengobrol tentang pegadaian. Dalam hal ini, Pegadaian tidak
melakukan sesering BPR yang mendatangi orang-orang di pasar dan menawarkan kredit.
Pegadaian juga melakukan inovasi produk untuk menarik konsumen yang berasa dari mahasiswa.
2. POKOK MASALAH
Menurut kelompok kami, pokok masalahnya adalah competitive position. Dengan gejala
masalah, dimulai dari pengadaan SDM saat Pegadaian melakukan penambahan outlet, mereka
menggunakan outsourcing dan melalui sistem ini kecenderungan orang untuk resign akan tinggi,
belum lagi masalah gaji yang tidak terlalu tinggi serta kualitas SDM yang kualitas kurang tidak
sebanding dengan bank misalnya. Kemudian, brand image baru yang ingin dibangun Pegadaian
dengan mengandalkan promosi ATL yang porsinya lebih besar, kelompok kami menilai, hal ini
bisa menimbulkan gejala masalah karena orang yang dari kalangan menengah ke bawah terutama
orang yang aktif di pasar akan takut untuk menggunakan jasa pegadaian dan cenderung menyukai
pendekatan yang dilakukan BPR. Selain itu, survei saat melakukan penambahan outlet tidak
dilakukan detail dan hanya mengekor survei supermarket yang sudah ada, hal ini dapat
membahayakan keunggulan dari pegadaian itu sendiri.
3. REKOMENDASI
Terkait pengadaan SDM, maka kelompok kami menyarankan untuk menggunakan jasa
karyawan outsourcing. Hal ini tentu menjadi pertimbangan memgingat pegadaian
menerapkan strategi ekspansi dengan membuka banyak outlet di berbagai daerah di
Indonesia. Jasa outsourcing sendiri punya peran penting dalam meningkatkan performa
perusahaan. Karena dengan menggunakan jasa outsourcing, perusahaan bisa menekan
biaya operasional dan lebih fokus dalam memajukan bisnis utamanya. Tentu ketika
2
pegadaian meutuskan untuk menggunakan jasa outsourcing akan ada kelebihan dan
kekurangannya, diantaranya:
Kelebihan:
a. Fokus pada core business. Perusahaan dapat fokus pada bisnis utamanya. Hal ini
dapat dilakukan dengan memperbarui strategi dan merestrukturisasi SDM dan
keuangan yang ada.
Kekurangan:
b. Adanya biaya tersembunyi. Setiap hal yang tidak tercamtum dalam kontrak akan
menjadi dasar perusahaan untuk membayar biaya tambahan.
3
c. Ancaman keamanan dan kerahasian. Perusahaan jasa outsourcing dapat
menerima informasi tentang catatan gaji, medis, dan rahasia lainnya.
Variasi produk juga menjadi hal yang penting bagi pegadaian. Mulai dari jenis barang
yang digadaikan hingga jenis produk. Misalnya penambahan produk berjenis kredit, ini
sangat diperlukan. Saat ini saingan Pegadaian tidak hanya perusahaan gadai juga, tapi
perusahaan keuangan non bank. Karena itu Pegadaian harus mampu mengembangkan
produk dengan infrastruktur yang cukup, kompetensi perusahaan dan bagaimana people
dalam hal ini karyawan, hingga risk manajemen kami siapkan. Jika itu semua sudah
dilakukan, maka Pegadaian akan datang ke masyarakat dengan produk yang variatif,
mulai dari gadai dan non gadai. Tujuannya untuk bertransformasi ke arah digital, yang
memang harus didukung dengan mental dan kultural perusahaan.
4
4. Survei & produk
4. Alternatif
5
6