Proposal Pendirian Dojo
Proposal Pendirian Dojo
Maksud dan tujuan yang akan dicapai dalam usaha menggalakkan pendidikan
olah raga ilmu beladiri Ju-Jitsu dibawah naungan organisasi Institut Ju-Jitsu Indonesia (
IJI ) adalah sebagai berikut:
IV. PELATIH
Tenaga Instruktur / Pelatih sudah memenuhi persyaratan (standarisasi) yang
telah ditentukan oleh Pengurus Pusat Ju-jitsu serta cukup berpengalaman dalam
praktek melatih anak-anak, remaja, pelajar, mahasiswa, orang dewasa, di tempat
pendidikan, perusahaan, instansi - instansi pemerintahan serta TNI/POLRI.
VII. PENUTUP
Demikian proposal ini kami sampaikan, besar harapan kami agar antara
pengelola tempat ini dengan kami menjalin hubungan kerja sama dalam membina
sumber daya manusia dengan pembentukan pelatihan beladiri Ju-jitsu di tempat ini.
Kalu dilihat dari sejarah perkembangan bela diri di dunia, maka mulanya cara
perkelahian yang dilakukan oleh manusia sangat primitif, tidak mengenal aturan sama
sekali karena tujuan akhir dari cara berkelahi dari jaman primitif itu adalah mengalahkan
lawan dengan segala cara agar lawan dapat dikuasai atau dibunuh. Cara berkelahi ini
berangsur-angsur berubah karena pengaruh kebudayaan manusia, letak geografis
negara dan kepandaian manusia. Dari tahun ke tahun bentuk perkelahian itu makin
lama makin sempurna dan akhirnya mempunyai metode/cara yang teratur dan
sistematis untuk dipelajari.
Teknik Jiu-Jitsu, Ju-Jitsu atau Jujutsu sudah ada sejak jaman kuno yaitu sekitar
dua abad sebelum Masehi (230 tahun SM). Jadi sangatlah naif jika ada bela diri yang
lahirnya jauh sesudah Masehi mengklaim sebagai induk dari Jiu-Jitsu. Teknik Jiu-Jitsu
ini dulunya dipakai oleh para Ksatria Jepang (Samurai Warriors).
Berdasarkan catatan literatur kuno di Jepang, teknik bela diri yang tertua adalah
SUMO (gulat Jepang). Teknik-teknik membanting dalam Sumo tumbuh dan berkembang
bersamaan dengan tumbuhnya teknik membanting Jiu-Jitsu, sebab secara umum teknik
bantingan dalam Sumo dipakai juga dalam Jiu-Jitsu.
Saat pemerintahan Kaisar Suinin (230 tahun SM), di Jepang telah ada suatu
bentuk pertandingan adu kekuatan fisik dan pemenangnya diberi hadiah. Dalam
pertandingan itu telah dipakai teknik membanting dan menghimpit tubuh lawan agar
tidak bisa bergerak dengan jalan menindih di atas tubuh lawan (awal dari timbulnya
teknik kuncian Jiu-Jitsu)
Pada masa 23 tahun SM, seorang yang bernama “ Morni-no-Sukune ” berhasil
membunuh lawannya “ Tayimi-no-Keyaya ” dengan menggunakan teknik cekikan dan
tendangan. Selanjutnya teknik bantingan, kuncian, tendangan pukulan, tangkisan
berkembang terus dari tahun ke tahun di negeri Jepang. Tetapi saat itu teknik Jiu-Jitsu
hanya dipelajari secara tertutup dan fanatik di kalangan masing-masing
marga/klan/suku. Kerahasiaan cara belajar teknik Jiu-Jitsu itu baru diketahui untuk
dipelajari secara terbuka terbuka pada masa pemerintahan Pangeran Teijun (tahun 850-
880 M), dimana saat itu telah mulai dibuka sekolah-sekolah Ju-Jitsu tetapi masih khusus
untuk orang-orang Jepang saja.
Pada era Kamakura (1185-1336) muncul sekolah Jiu-Jitsu aliran Daito-Ryu Aiki-
Jujutsu, yamg telah mengkombinasikan teknik bela diri tangan kosong dengan teknik
menggunakan senjata yaitu “Daito” (pedang yang panjangnya + 39 inchi), didirikan oleh
Jenderal Shinra Saboru Yoshimitsu. Kemudian aliran Take-nu-Uchi Ryu oleh Pangeran
Toichiro Takeuchi pada tahun 1532. Seorang Jago Pedang (Swordman) paling
legendaris, Miyamoto Mushasi (Arake Matemon) menciptakan aliran Yagyu Ryu.
Berikutnya aliran Tenjin-Shinyo Ryu didirikan oleh Iso Matemon (aka Mastari Yanani)
yang merupakan penggabungan dua aliran Yoshin Ryu dan Shin-no-Shindo Ryu.
Pada sekitar tahun 1300 M dikenal seorang tokoh Jago Jiu-Jitsu bernama
Akiyama Shintoki, yang menciptakan teknik-teknik pertarungan yang hebat dan lebih
maju dibanding bela diri yang ada di Jepang saat itu sehingga ia berhasil menjagoi
pertandingan bela diri yang ada pada saat itu. Karena itu tahun itu dipandang sebagai
“Tahun Kebangkitan Jiu-Jitsu “.
Pada Tukugawa era (1603-1867) sampai dengan masa Restorasi Meiji sekitar
tahun 1868, Jiu-Jitsu tumbuh dengan pesat di Jepang dan bermunculan sekolah-
sekolah Jiu-jitsu baru seperti Sekiguchi Ryu, Shinkage Ryu, Kyushin Ryu dan masih
banyak lagi.
Dari tahun ke tahun ke tahun semakin banyak lagi aliran-aliran yang muncul,
dan banyak pula pemuda Jepang maupun dari negara lain yang belajar pada beberapa
aliran sekaligus sehingga membentuk lagi aliran-aliran baru bahkan melahirkan bela diri
baru.
Jigoro Kano setelah berlatih Jiu-Jitsu aliran Tenjin-Shinyo Ryu dan Kito Ryu dia
mencipatakan bentuk bela diri baru dengan menghilangkan teknik-teknik yang
mematikan dan mengutamakan sport yang diberi nama JUDO. Bela diri Judo
menitikberatkan pada inti gerakan membanting dan mengunci.
Pada sekitar tahun 1901 muncul lagi pemuda Jepang berbakat bernama
Morehei Uyehiba (Kito Ryu, Daito-Ryu Aiki-Jujutsu dan Shinkage Ryu) yang
menciptakan bela diri AIKIDO pada tahun 1925 yang menitikberatkan pada teknik Aiki-
jutsu.
Pada waktu yang hampir bersamaan seorang pemuda Korea bernama Yang
Shui Choi datang untuk berlatih Jiu-Jitsu di Jepang (aliran Daito-Ryu Aiki-Jujutsu).
Kemudian ia pulang ke Korea dan menggabungkan teknik Jiu-Jitsu dengan bela diri asli
Korea (Tang So Do) menjadi suatu bela diri baru yaitu HAPKIDO pada tahun 1945.
Selain ketiga bela diri di atas masih banyak lagi bela diri yang lainnya yang juga
berasal dari Jiu-Jitsu.