Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1.1 Pengertian

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dan lingkungan
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun masyarakat disekelilingnya agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal.
mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian.
sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri.
(Ferri, 2013)

Menurut sumakmur (1995), kesehatan kerja adalah spesialisasi ilmu kesehatan atau
kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya , baik fisik atau mental maupun sosial dalam usaha- usaha preventif
dan kuratif terhadap penyakit- penyakit akibat kerja, ggangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor – faktor pekerja dan lapangaan kerja, serta penyakit- penyakit umum.

1.2 Tujuan Keperawatan kesehatan Kerja

Menurut Ferri 2013, Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja
dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara atau
metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk :

1) memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di


semua lapangan kerja setinggi- tingginya, baik fisik mental maupun kesejahteraan
sosialnya.
2) mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya.
3) memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor- faktor yang membahayakan
kesehatan.
4) menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.
1.3 Sebab – sebab kecelakaan kerja

Menurut Ferri 2013, secara umum 2 penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah
penyebab dasar ( basic causes) dan penyebab langsung ( immadiate causes).

1. Penyebab dasar
 faktor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya kemampuan fisik ,
mental, dan psikologis . kurang atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan
(keahlian ), stres dan motivasi yang tidak cukup atau salah.
 faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidak cukupan kemampuan
kepemimpinan attau pengawasan, rekayasa ( engineering), pembelian atau
pengadaan barang ,perawatan,alat – alat, perlengkapan dan barang- barang
atau bahaan – bahan. standart- standart kerja serta berbagai penyalahgunaan
yang terjadi di lingkungan kerja.
2. Penyebab langsung
 kondisi berbahaya yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan
misalnya peralatan pengaman, pelindung atau rintangan yang tidak memenuhi
syarat: bahan dan peralatan yang rusak, bahaya kebakaran dan ledakan :
lingkungan bahaya atau beracun ( debu , gas, asap, uap), paparan radiasi serta
pencahayaan yang kurang.
 tindakan berbahaya yaitu tingkah laku atau perbuatan yang akan menyebabkan
kecelakaan misalnya mengoperasikan alat tanpa wewenang , gagal untuk
memberi peringatan dan pengamanan ,bekerja dengan kecepatan yang salah,
menggunakan alat dengan cara yang salah, serta kegagalan memakai alat
pelindung atau keselamatan dri secara benar.

1.4 Upaya pencegahan kecelakaan kerja


Menurut ILO ( International Labour Organization) mengenai langkah-langkah pencegahan
kecelakaan kerja, disusun sebagai berikut :
1) Mentaati peraturan perundangan, yakni ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi
kerja umumnya, perencanaan, kontruksi, perawatan, pemeliharaan dan pengawasan.
Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kontruksi, perwatan &
pemeliharaan, pengwasan, pengujian, & cara kerja peralatan industri, tugas-tugas
pengusaha & buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, & pemeriksaan kesehatan.
2) Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah mati atau tak resmi
mengenai misalnya kontruksi yang memnuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis
peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan & hygiene umum, atau alat-
alat perlindungan diri.
3) Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-
undangan yang diwajibkan.
4) Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat & ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya,
penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri,
penelitian tentang pencegahan peledakan gas & debu, atau penelaahan tentang bahan-
bahan & desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat & peralatan
pengangkat lainnya.
5) Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis &
patologis faktor-faktor lingkungan & teknologis, & keadaan-keadaan fisik yang
mengakibatkan kecelakaan.
6) Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7) Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis, frekuensi, sebab kecelakaan
menganai siapa saja.
8) Pendidikan, khususnya dibidang keselamatan kerja.
9) Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam kerja, termasuk dari
pekerja baru.
10) Penggairahan, yaitu penggunaan berbagai penyluhan atau pendekatan lain untuk
menumbuhkan sikap selamat.
11) Asuransi berupa insentif finensial, dalam bentuk pengurangan biaya premi, jika
keselamatan kerjanya baik.
12) Upaya lain ditinhkat perusahaan merupakan ukuran utama efektif atau tidaknya
penerapan keselamatan kerja.
(Maftuchul, dkk. 2008)

Upaya pencegahan yang diperlukan dalam mencegah penyakit akibat kerja


1) Idetifikasi bahaya kesehatan ditempat kerja, mendetuksi kemungkinan terjadinya
gangguan kesehatan atau penyakit.
2) Evaluasi bahaya, melalui pemantauan lingkungan kerja dan pengujian biomedis, antara
lain melalui pengambilan contoh udara diruang kerja, pemeriksaan darah.
3) Pengendalian bahaya kesehatan, baik pada sumber bahaya, media perantara, maupun
pada pekerja itu sendiri.
4) Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus, untuk mengetahui kondisi
kesehatan dan menilai pengaruh pekerja pada kesehatan.
5) Tindakan teknis, perbaiki ventilasi, penerapan isolasi subtitusi.
6) Penggunaan alat pelindung diri, seperti masker, sarung tangan, penutup telinga, dan
kacamata.
7) Penerangan, pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
(Maftuchul, dkk. 2008)

Anda mungkin juga menyukai