Anda di halaman 1dari 10

Gambar 2.

1 Struktur mebran sel

MEMBRAN SEL.

Kolesterol merupakan komponen penting dari membran sel yang tertanam pada area
hidrofobik pada bagian ekor. Pada sebagaian besar bakteri membran sel tidak mengandung
kolesterol. Protein tersuspensi pada bagian membran sebelah dalam. Protein ini berfungsi
sebagai tempat pertukaran molekul ke dalam dan keluar sel. Protein integral ini biasa disebut
dengan ”gateway proteins”. Permukaan luar membran kaya dengan glikolipid di mana
karbohidrat ini berikatan dengan protein integral dan diduga berfungsi dalam pengenalan sel..

KOMPISISI KIMIA MEMBRAN SEL


Semua membran disusun dari lemak dan protein di mana setiap komponen diikat oleh
ikanan nonkovalen. Selain lemak dan protein, membran sel juga mengandung karbohidrat.
Rasio antara lemak dan protein bervariasi bergantung tipe membran seluler misalanya antara
membran pkasma dan retikulum endoplasma atau pun tipe organisme misalnya antara
prokariot dan eukariot. Sebagai membran mitokondria memiliki rasio protein/lemak yang tinggi
dibandingkan membran plasma pada sel darah merah.
Lemak
Membran bersifat amfipatik yaitu mengandung daerah hidrofilik dan hidrofopik.
Sebagian besar membran mengandung fosfat. Komponen lemak lain adalah kolesterol di
mana pada hewan tertentu dapan mencapai 50% dari molekul lemak yang terdapat pada
membran plasma. Kolesterol tidak terdapat pada sebagai besar membran plasma tubuhan dan
bakteri.
Lipida yang terdapat pada selaput dapat diekstrak dengan kloroform, eter dan
benzene. Dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan kromatografi gas, dapat diketahui
komposisi lipida pada selaput sel. Lipida yang selalu dijumpai adalah fosfolipid, sfingolipid,
glikolipid dan sterol. Kolesterol merupakan lipida terbanyak yang menyusun selaput sel.
Karbohidrat
Membran plasma pada eukariot memiliki karbohidart yang terikat secara kovalen
dengan protein dan lemak. Komponen karbohidrat dari memran plasma berjumlah sekitar 2 –
10% dari total berat membran plasma, bergantung kepada spesies dan tipe sel. Sebagai
contoh membran plasma sel darah merah memiliki 52% protein, 40% lemak dan 8 %
karbohidrat. Dari 8% tersebut, 7 % berikatan dengan lemak membentuk glikolipid dan 93%
berikatan dengan protein membentuk glikoprotein.

Gambar 2.2 Komponen penyusun membran sel

Selaput plasma merupakan selaput yang asimetris, molekul-molekul lipida pada


bagian luar selaput berbeda dengan lipida pada selaput bagian dalam. Demikian pula
polipeptida yang tersebut pada kedua lembaran lipid bilayer juga berbeda. Penyabaran
karbohidrat juga asimetris. Rantai-rantai molekul dari sebagian besar glikolipid, glikoprotein
dan dan proteo glikan pada selpaut plasma tidak pernah berada pada permukaan sitosolik.
Protein
Bergantung pada tipe sel dan organel tertentu dalam sel, membran memiliki 12
sampai lebih dari 50 macam protein berbeda. Protein ini tidak disusun secara acak tetapi
setiap lokasi dan orientasinya disusun pada posisi relatif tertentu pada lipid bilayer. Protein
pada membran tidak simetris yakni bagian luar membran dan bagian dalam membran
tersusun berbeda. Posisi seperti ini memungkinkan membran sebelah luar beriteraksi dengan
dengan ligan sektraseluer seperti hormon dan faktor pertumbuhan sedangkan bagian dalam
dapat berinteraksi dengan molekul sitoplasma seperti protein G atau protein kinase.
Protein membran dapat diklasifikasi menjadi tiga kelas berdasarkan hubungan (posisi)
pada lipid bilayer, yaitu:
1. Protein integral
Protein integral adalah protein yang berpenetrasi kedalam lipid bilayer. Protein ini dapat
menembus membran sehingga memiliki domain pada sisi ekstra seluler dan sitoplasmik
dari membran.
2. Protein perifer
Seluruhnya berlokasi dibagian luar dari lipid bilayer, baik itu di permukaan sebelah
ekstraseluler maupun sitoplasmik dan berhubungan dengan membran malalui ikatan non
kovalen.
3. Lipid anchor protein
Terdapat disebelah luar lipid bilayer tetapi berikatan secara kovalen dengan molekul lemak
yang terdapat pada lipid bilayer.
Protein membran plasma memiliki fungsi yang sangat luas antara lain sebagai protein
pembawa (carrier) senyawa melalui membran sel, penerima isyarat (signal) hormaonal dan
meneruskan isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau sel lainnya. Protein selaput plasma
juga berfungsi sebagai pengikat komponen sitoskeleton dengan senyawa-senyawa
ekstraseluler. Protein-protein permukaan luar memberikan cirri individual sel dan macam
protein dapat berubah sesuia dengan diferensiasi sel. Protein-protein pada membran sel
banyak juga yang berfungsi sebagai enzim terutama yang terdapat pada selaput mitokondria,
retikulum endoplasma dan kloroplas. Sebagai contoh, senyawa-senyawa fosfolipid membran
plasma disintesis oleh enzim-enzim yang terdapat pada membran retikulum endoplasma.
Protein penyusun membran plasma dapat diekstrak dengan menggunakan SDA,
Triton-X100, urea, N-butanol atau EDTA sebagai pelarut. Setelah larut protein-protein
membran plasma dapat dipisahkan satu sama lain dengan menggunakan teknik eletroforesis
atau kromatografi.
Protein membran sel memiliki kemampuan bergerak, sehingga dapat berpidah tempat.
Perpindahan berlangsung ke arah lateral dengan jalan difusi. Namun tidak semu protein
mampu berpindah tempat. Beberapa jenis protein integral tertahan dalam selaput oleh
anyaman molekul-molekul protein yang berada tepat di bawah permukaan dalam selaput
plasma. Anyaman ini berhubungan dengan sitoskelet atau rangka sel.
Struktur fisiko-kima protein selaput sel kurang diketahui, mengingat bahwa bentuknya
sangat bervariasi. Berdasarkan kajian mikroskopis dan teknik freeze fracture diketahui bahwa
protein dalam selaput sel berbentuk globular.
PERKEMBANGAN MODEL MEMBRAN PLASMA
Danielli dan Harvey (1935) menyatakan bahwa di dalam sel, tetes minyak dan
lipid, permukaannya terikat oleh lapisan lipid dan protein yang tersusun dalam suatu
organisasi yang rapi. Molekul protein mengarah ke sitoplasma dan sekaligus berkaitan dengan
bagian plar lapisan lipid. Bagian non polar lipid mengarah ke tetes minyak.

Gambar 2.4 Selaput plasma menurut Danielli dan Harvey


FUNGSI MEMBRAN SEL
1. Kompartementalisasi
Membran plasma membagi protoplasma menjadi beberapa kompartemen (ruangan).
Membran sel membungkus seluruh protoplasma. Membran inti memisahkan nukleoplasma
dengan dari stoplasma. Selain itu selaput plasma membagi sitoplasma menjadi beberapa
kompartemen yang disebut dengan organel. Adanya selaput ini pembatas ini sangat
penting karena memungkinkan kegiatan setiap kompartemen dapat berlangsung tanpa
gangguan dari kompatemen lain namun tetap dapat bekerja sama.
2. Barier selektif permeabel
Membran sel mencegah pertukaran materi secara bebas dari satu sisi ke sisi lain pada
saat bersamaan. Membran plasma harus menjamin pertukaran molekul antara bagian lur
dan dalam pada saat yang tepat.
3. Transport molekul
Membran plasma mengandung mesin transpor molekul dari satu sisi ke sisi lain yang
mencegah molekul dengan konsentrasi rendah masuk ke dalam sel daerah yang
memeiliki konsentrasi tinggi. Mesin ini memungkinkan sel mengakumulasi molekul
tertentu dalam konsentari yang lebih tinggi di bandingkan di sebelah luar.
4. Penghantaran signal
Membran plasma memainkan peran penting dalam respon sel terhadap signal. Proses itu
disebut dengan penghantaran signal. Membran sel memiliki resptor yang berkombinasi
dengan molekul tertentu (ligan). Setiap sel berbeda memiliki reseptor berbeda, yang
mampu mengenali dan berespon terhadap ligan pada lingkungan berbeda.
5. Interaksi interseluler
Membran sel memperantarai interaksi antar sel pada organisme multiseluler. Membran sel
memungkinlkan sel mengenal satu sama lain, berikatan dan saling bertukar materi dan
informasi

TRANSPORTASI MELEWATI MEMBRAN


DIFUSI SEDERHANA
Difusi adalah suatu proses spontan di mana molekul-molekul bergerak dari
daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah yang memiliki konsentrasi rendah. Difusi
bergantung pada pergerakan secara acak dari suatu zat terlarut. Molekul-molekul dapat
melewati selaput plasma dengan jalan difusi sederhana sangat terbatas jumlahnya dan untuk
inipun selaput plasma masih memiliki penghalang. Mikromolekul terutama jenis hidrofobik
dapat melewati membran plasma dengan mudah. Kemampuan sel untuk dapat memilah
senhyaya hdrofilik dengan berat molekul (BM) kecil dari senyawa yang memiliki BM bsar
sering kali disebabkan oleh adanya porus pada selaput plasma. Terdapat dua jenis porus.
Jenis pertama yang dapat menembus protein integral atau di antara kelompok molekul protein
transmembran. Porus jenis kedua disebut porus statistik yang terbentuk secara acak pada
selaput plasma dan menembus lipid bilayer.

Difusi dipermudah
Difusi dari sutau senyawa atau molekul melewati membran selalu terjadi dari daerah
dengan konsentasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah, akan tetapi difusi tidak selalu
terjadi melalui lipid bilayer atau suatu saluran terbuka. Sejumlah substansi diketahui berdifusi
dengan terlebih dahulu berikatan dengan suatu protein mebran yang disebut dengan fasilitatif
transporter yang memfasilitasi proses difusi. Pengikatan molekul atau senyawa pada fasilitastif
transporter pada satu sisi akan memicu perubahan komformasi pada protein dan
menyebabkan zat terlarut dapat berdifusi ke daerah yang berkonsentrasi rendah.
Senyawa yang melewati membran plasma dengan jalan difusi dipermudah juga tidak
memerlukan keterlibatan ATP, seperti halnya difusi sederhana. Namun gerakan senyawa dari
luar ke dalam atau sebaliknya lebih cepat dari pada difusi sederhana. Hal ini disebabkan oleh
adanya protein pembawa yang mempercepat pengangkutan. Molekul protein pembawa
setelah mengikat senyawa atau molekul yang akan di bawa, segera memindahkan
senyawa/molekul dari luar ke dalam atau sebaliknya.
Contoh difusi dipermudah dapat dilihat pada pe ngangkutan glukosa. Glukosa dalam
tubuh berperan sebagai sumber energi utama dan kebanyak sel memiliki protein membran
yang memfasilitasi difusi glukosa dari aliran darah ke dalam sel. Gradien konsetrasi glukosa
agar dapat terus menerus melakukan difusi dijaga oleh fosforilasi glukosa setelah mesuk ke
dalam sitoplasma, Fosforilasi ini menyebabkan konsentrasi glukosa di dalam sel terus
menerus rendah. Manusia dan mammali lainnya memiliki 5 macam protein yang telah
diidentifikasi yang berperan dalam transport glukosa. Kelima cama protein tersebut adalah
GLUT1 sampai GLUT5.

Insulin sebagai hormon yang dihasilkan oleh pankrea memainkan peran npenting
dalam menjaga glula darah. Insulin bekerja dengan merangsang pengambilan glukosa dari
darah dan menyimpannya di otot sebagai glikogen atau digunakan langsung sebagai sumber
energi bagi otot, atau pun di seimpan dalam sel lemak setelah glukosa dikonverwsi menajdi
lemak. Otot jantung, otot rangka dan sel lemak memiliki protein yang memfasilitasi
pengangkutan glukosa khususnya GLUT4. Ketika level insulin rendah, sel relative
mengandung sedikit transpoter glukosa pada permukaan selnya. Akan tetapi ketika kadar
insulin meningkat, hormon bekerja pada sel taget dengan merangsang translokasi vesikel dari
sitoplasma ke permukaan sel. Hasilnya transporter glukosa menyatu dengan membran plasma
dan bekerja mengambil glukosa dari darah. Pengaturan pengambilan glukosa pada sel otot
dan lemak oleh insulin dapat dilihat pada gambar di atas.
Diabetes melitus merupakan penyakit akibat gangguan pada aktivitas insulin. Pada
penderita diabetes mellitus yang menderita sejak anak-anak (diabetes tipe I) biasanya
disebabkan oleh defisiensi insulin yang disebabkan oleh gangguan pada sel-sel penghasil
insulin. Anak-anak yang menderita diabetes tipe satu umumnya diinjeksi dengan insulin setiap
hari. Sebaliknya orang yang menderita diabetes setelah dewasa biasanya memiliki level
insulin yang normal. Permasalahannya terletak pada ketidak mampuan sel target bereaksi
terhadap hormon yang dapat disebabkan oleh kekurangan repseptor insulin atau kekurangan
transporter GLUT4.
Transport aktif
Pengangkutan senyawa melelalui membran plasma dengan melawan gradien,
berlangsung dengan sangat rumit. Mekanisme yang paling sederhana mirip dengan difusi
dipermudah namun memerlukan ATP. Terdapat dua kategori transport aktif yaitu transport aktif
primer yang langsung melibatkan ATP atau aliran elektron dan transport aktif sekunder yang
bergantung pada kekuatan selaput atau gradien ion atau tenaga kemiosmotik. Dua macam
transport aktif ini saling berkaitan dalam arti mekanisme transport aktif primer menimbulkan
suatu gradien yang memungkinkan terjadi transport aktif sekunder. Salah satu mekanisme
transport aktif adalah pemompaan ion Na + dan K+.
Konsentrasi ion K+ di dalam sel dipertahankan untuk selalu lebih tinggi dari luar sel.
Sebaliknya konsentrasi ion Na + dipertahankan selalu lebih endah dibanding di luar sel. Ion Na +
dan K+, dua-duanya dipompa melawan gradien konsentrasi dan pemompaan dapat vterjadi
akibat adanya hidrolisis ATP. Hidrolisis ATP terjadi karena adanya enzim ATP-ase pada
membran plasma. Pada sel plasma utuh yang berada dalam sel, natrium mengaktifkan
pemompaan dan memacu aktivitas ATP-ase dari dalam sel sedankan kalium bekerja dari
lingkungan luar membran plasma.
Pengangkutan makromolekul melewati selaput plasma
Makromolekul seperti protein atau atau polisakarida tidak dapat lewat melalui protein
transmembran yang berperan sebagai pembawa. Namun sel tetap dapat memasukkan dan
mengeluarkan makromolekul-makromolekul tersebut. Pengangkutan makromolekul sangat
berbeda dengan pengangkutan mikromolekul. Mekanisme pengangkutan makromolekul dari
lingkungan eksternal ke dalam suatu vesikula dilakukan melalui suatu lipatan atau invaginasi
membran plasma. Pengambilan makromolekul dari matriks ekstraseluer dapat dibagi menjadi
dua kategori yaitu fagositosis yaitu pengambilan maromolekul padat dan pinositosis
pengambilan materi berupa cairan.
Fagositosis
Fagosistosis (“cell eating”) adalah pengambilan bahan padat yang umum dilakukan
oleh beberapa jenis sel tertentu untuk selanjutnya dibawa menuju lisosom. Organisme bersel
tunggal seperti Amoeba dan Ciliata mengambil makanan dengan menangkap partikel
makanan atau organisme kecil dengan melingkupinya dengan merman plasma. Lipatan
kemudia berfusi membentuk sutau vakuola (fagosom) yang akan terpisah dengan membran
plasma. Fagosom selanjutnya akan bergabung dengan lisosom untuk mencena makanan
secara intraseluler.
Pada beberapa hewan tingkat tinggi, fagositosis lebih merupakan suatu mekanisme
protektif dibandingkan cara pengambilan makanan. Mammalia memiliki berbagai macam sel
fagosit seperti makrofag dan neutrofil yang terdapat di dalam darah dan jaringan lain yang
akan “memakan” organisme, sel-sel yang telah rusak, sel darah merah yang telah tua ataupun
debris.
Endositosis
Endositosis secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: bulk-phase
endocytosis dan receptor-mediated endocytosis. Bulk-phase endocytosis mengambil cairan
ektraseluler tanpa adanya proses pengenalan oleh permukaan membran plasma. bulk-phase
endocytosis dapat diamati dengan memberikan bahan tertentu pada medium kultur seperti
enzim horseradish peroxidase yang akan di ambil oleh sel-sel pada umumnya. Receptor-
mediated endocytosis merupakan pengambilan makromolekul tertentu (ligand) yang akan
berikatan dengan reseptor pada permukaan luar membran.

Anda mungkin juga menyukai