Anda di halaman 1dari 26

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah

berarti ‘tengah’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa arab, media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengrim kepada penerima pesan.

Menuurt Arief S. Sadiman( 2003 :6 ) media adalah alat fisik yang

dapat menyajikan pesan serta merangsang anak untuk belajar. Menurut

Azhar Arsyad (1997:4) media adalah alat yang menyampaikan atau

menggamarkan pesan – pesan pengajaran. Dalam proses belajar

mengajar, penerima pesan itu anak. Pembawa pesan (media) itu

berintegrasi dengan anak melalui indra mereka. Anak di rangsang oleh

media itu untuk menggunakan indranya untuk menerima informasi.


Dalam proses belajar mengajar pengertian media cenderng di

artikan sebagai alat – alat garis, photografis, atau elektronis untuk

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau

verbal. Sedangkan menurut Nana Sudjana 1995 menyatakan media

pengajaran dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Dari

beberapa pendapat di atas di lihat bahwa media merupakan wadah

pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada

sasaran atau penerima pesan tersebut. Ada tujuan yang ingin dicapai

adalah terjadinya proses belajar mengajar. Apabila media kurang dapat


9

menjalankan fungsinya sebagai penyalur pesan yang diharapkan maka

media dikatakan efektif dalam arti kurang mampu

mengkomunikasikan pesan yang disampikan oleh sumber kepada

sasaran yang akan dituju.


2. Fungsi dan manfaat media
Dalam proses belajar mengajar memiliki dua unsur yang sangat

penting yaitu metoda mengajar dan media pengajaran. Menurut Putri

(2011:11) mengemukakan bahwa :


“Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap anak”.

Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi

pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran

penyampaian pesan, dan isi pelajaran saat itu. Di samping

membangkitkan motivasi dan minat anak, media pengajaran juga

sangat membantu anak meningkatkan pemahaman, menyajikan data

dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan

memadatkan informasi..
3. Jenis – jenis media
Nana Sudjana ( 2001 :3 ) mengemukkan bahwa jenis – jenis

media yang digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :


1. Media grafis, seperti gambar, foto grafik, bagan atau

diagram, poster, dan lain – lain. Media grafis yang sangat

sering disebut media dua dimensi seperti gambar, foto.


2. Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model

padat (soliet model) model penampang, model susun, model

kerja, mock up, di aroma.


3. Media proyeksi seperti slie, film trips, penggunaan OHP.
10

4. Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran seperti

lingkungan sekitar bisa dijadikan sesuai dengan materi yang

akan diajarkan.
4. Kriteria Pemilihan Media
Dalam pemilihan media sebaiknya diperhatikan syarat dan

ketentuan yang dibutuhkan. Menurut Wilkinson (2011:4)

mengemukakan bahwa dalam pemilihan media pengajaran harus

memenuhi syarat sebagi berikut :


a. Tujuan
Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan

pembelajaran yang dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan ini

adalah kriteria yang paling cocok sedangkan tujuan pembelajaran

yang lain merupakan kelengkapan dari krietria utama. Ketepatan

dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas

dasar tujuan – tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

b. Ketepatgunaan
Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian – bagian

yang penting dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide

dapat digunakan. Apabila yang dipelajari adalah aspek – aspek

yang menyangkut gerak, maka media film atau video akan lebih

tepat. Wilkinson menyatakan bahwa penggunaan baha – bahan

yang bervariasi menghasilkan dan meningkatkan pencapaian

akademik.
c. Keadaan anak
Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari

beda interindividual antara anak. Misalnya kalau anak tergolong

tipe auditif / visual maka anak yang tergolong auditif dapat belajar
11

dengan media visual dari anak yang tergolong visual dapat juga

belajar dengan media visual dari siwa yang tergolong visual dapat

juga belajar dengan menggunakan media auditif.


d. Ketersediaan
Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai

tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika

tidak tersedia.
e. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan

media, hendaknya benar – benar seimbang dengan hasil – hasil

yang akan dicapai.


f. Dalam kaitannya dengan pemilihan media pembelajaran yang

sesuai dan tepat guna, kriteria yang paling utama adalah media

harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi

yang ingin di capai. Sebagai contoh, bila tujuan atau kompetensi

peserta didik bersifat menghafalkan kata – kata tentunya media

audio yang tepat untuk digunakan. Jik atujuan atau kompetensi

yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak

yang lebih tepat digunakan. Bila tujuan pembelajaran bersifat

motorik ( gerak dan aktivitas ), maka media film dan video bisa

digunakan. Di samping itu, kriteria lainnya yang bersifat

melengkapi ( komplementer ).
g. Keterampilan guru dalam menggunakannya apapun jenis media

yang diperlukan syarat utamanya memudahkan guru.


h. Tersedia waktu untuk menggunakannya
i. Sesuai dengan taraf berpikir anak
12

Dalam kriteria pemilihan di atas hendaknya kehadiran media

dapat mempermudah guru dalam mengajar dan dianggap hal yang sangat

tepat dalam proses belajar mengajar. Bagi anak tunagrahita ringan media

merupakan sarana penunjang dan dapat meningkatkan kemampuan

belajar.

B. Media Batang Napier

1. Pengertian Batang Napier


Batang Napier ditemukan oleh seorang bangsawan dari skotlandia

yang John Napier (1550-1617). Alat tersebut menggunakan prinsip

perkalian desimal yakni terdiri atas sepuluh angka yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,

7,8, dan 9 atau lattice diagram (arah) seperti pada gambar berikut
Tabel 2.2
Media Batang Napier

Media Batang napier terdiri dari 10 kotak, dengan kotak terbatas

menunjukkan sebuah bilangan dasar (digit) dan kotak selanjutnya

berturut-turut merupakan hasil perkalian bilangan dasar tersebut dengan


13

1 hingga 9, dimana satuan diletakkan dibagian bawah diagonal,

sedangkan bagian puluhan diletakkan dibagian atas diagonal.


Dalam perkembangannya Batang Napier dapat dipakai tanpa dalam

bentuk batang tetapi dalam bentuk perkalian, yang dapat memudahkan

dalam mempelajari perkalian bilangan bulat. Apabila tanpa

menggunakan batang maka membutuhkan permainan memori dan latihan

disamping harus menghafal perkaliansatu digit hingga 9x9. Sehingga

sangat cocok digunakan pada anak kelas rendah, sebab anak akan belajar

perkalian 1 sampai 10.


2. Kelebihan Media Batang Napier
Menurut Rusefendi (dalam Aristiani,2013) dasar – dasar matematika

mengatakan :
a. Gambarnya bisa dipindahkan dengan mudah sehingga anak bisa lebih

antusias untuk ikut aktif secara fisik dengan cara memindahkan objek

angka.
b. Pola mengajarkannya bisa memudahkan anak dalam mengalikan anak

karena tersusun dalam bentuk kotak persegi.


c. Membuat anak lebih mudah mengalikan angka yang satu dengan

angka yang lain.


Menurut (Aristiani,2013) kelebihan media Batang napier adalah

gambarnya bisa dipindahkan dengan mudah sehingga anak bisa lebih

antusias untuk ikut aktif secara fisik dengan cara memindahkan objek

angka.
3. Cara kerja Batang Napier
Menurut Putra (2010 : 39) perkalian media Batang Napier :
1. Penempatan bilangan – bilangan yang akan dikalikan dan bilangan

pengalinya.
2. Bilangan yang akan di kalikan letaknya paling atas dan di tata secara

horizontal
14

3. Sedangkan bilangan yang pengali letaknya pada kolom yang paling

kiri dan tersusun secara deret kebawah


4. Setelah ditentukan maka kita harus mengalikan angka – angka yang

secara diagonal dari kanan atas ke kiri bawah atau kiri bawah ke

kanan atas.
Contoh caranya: 4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20
5. Maka akan mendapatkan hasil dari perkalian bilangan 4 x 5 = 20

Perkalian merupakan konsep matematika utama yang seharusnya

dipelajari oleh anak-anak setelah mempelajari operasi penambahan dan

pengurangan. Bila operasi penambahan dan pengurangan ini sudah

diperkenalkan pada anak, maka biasanya untuk perkalian ini sudah

diperkenalkan di sekolah. Perkalian adalah operasi penjumlahan berulang-

ulang.

Contoh :

3 x 5 = 5 + 5 + 5 = 15

4 x 6 = 6 + 6 + 6 = 24

Ada pun konsep perkalian itu sendri yang didapat dari penggunaan

media batang Naipier yakni sebagai berikut:

14x19=

Langkah - langkah yang dilakukan adalah :


15

1. Buatlah kotak dengan indek yaitu indeks horizontal yang terletak pada

baris paling atas dan indeks deret kebawah yang terletak pada kolom

paling kanan.

2. Pada indeks horizontal tulis angka 14 dan pada indek deret kebawah

tulis angka 19

3. Kalikan angka 4 dengan 1 yang hasilnya 4. Cara penulisan pada kotak

indek 4 ditulis dibawah

4. Kalikan angka 1 dengan 1 yang hasilnya 1. Cara penulisan angka 1

ditulis di bawah

5. Kalikan angka 4 dengan 9 yang hasilnya 36. Cara penulisan angka 3

ditulis di atas dan angka 6 dibawah

6. Kalikan angka 1 dengan 9 yang hasilnya 9. Cara penulisan angka 9

ditulis di bawah

Jumlahkan angka-angka menurut diagonal 6, 4 + 3 + 9, 0 + 1 + 0 maka

diperoleh hasilnya 266.


16

Gambar 2.3
Media Batang Napier

C. Operasi Perkalian

1. Pengertian Matematika

Matematika, merupakan displin ilmu yang mempunyai sifat khas

dibandingkan dengan ilmu yang lain. Dalam proses pembelajaran

matematika sebaiknya jangan disamakan dengan disiplin ilmu yang lain,

karena setiapa anak memiliki kemampuan yang berbeda dalam memahami

pelajaran. Menurut Ruseffendi (2006 : 260) matematika terbentuk sebagai

hasil pemikiran manusia berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Sedangkan menurur Erman Suherman (2003:16) mengatakan bahwa

matematika adalah ilmu pengetaguab yang diperoleh dengan menalar.

Dalam pelajaran matematika yang abstrak anak memerlukan alat

bantu atau media untuk memperjelas apa yang disampaikan oleh guru,

sehingga pelajaran mudah dipahami dan dimengerti oleh anak. Proses

pembelajaran ini dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi

abstrak, dan selanjutnya abstrak.

Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak anak perlu diberi

penguatan agar bertahan dan mengendap di memori anak, sehingga

melekat dalam pikiran anak. Dalam kegiatan belajar matematika

sebaiknya guru memperhatikan kemampuan masing-masing anak, sebab


17

setiap anak memimiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Dalam

matematika anak dituntut untuk bisa berhitung, salah satunya perkalian.

2. Operasi Hitung

2.1. Pengertian perkalian

Berhitung dalam istilah matematika disebut aritmatika. Operasi

hitung yang dimaksud antara lain penjumlahan, pengurangan,

perkalian, pembagian, dan perkalian. Menurut Peter Salim (2002:648)

perkalian adalah proses,cara atau tindakan penggadaan atay hasil kali.

Sedangkan menurut Ina Kurniawati (2004:5), perkalian adalah suatu

cara pendek dan mudah untuk menulis dan melakukan penjumlahan.

Perkalian suatu penjumlahan nyang ditulis secara singkat. Contoh 5

kali tiga 5 ditambah 5 ditambah 5.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan perkalian

adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan penjumlahan secara

berulang dengan menggunakan lambang tanda silang (x).

2.2 Fakta dasar perkalian

Yang dimaksuda dari fakta dasar perkalian adalah perkalian

satu angka dengan satu angka yaitu bilangan dari 0 sampai dengan 9
18

misalnya 1x3, 5x5, 6x0, dan 9x9. Adapun 3x25 bukan sifat dasar

perkalian sebab 25 bukan bilangan yang lambangnya terdiri dari satu

angka. Pada fakta dasar perkalian adalah 100 kombinasi yang dapat

dibentuk yaitu

Tabel 2.1
Tabel Perkalian

X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

3 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

4 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40

5 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

6 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60

7 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70

8 8 16 24 32 40 48 56 64 72 80

9 9 18 27 36 45 54 63 72 81 90

10 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2.3 Prosedur Operasi Perkalian

Menurut Darmin (1991: 294) prosedur operasi perkalian bilangan

adalah:
19

a. Perkalian bilangan positif dengan bilangan positif

Dalam perkalian dua pasang bilangan positif dengan positif hasilnya

adalah bilangan positif .

b. Perkalian bilangan positif dengan bilangan negatif

Dalam perkalian dua pasang bilangan poseitif dengan negatif

hasilnya adalah bilangan negatif.

c. Perkalian bilangan negatif dengan bilangan positif

Dalam perkalian dua pasang bilangan negatif dengan positif

hasilnya adalah bilangan negatif.

d. Perklian bilangan negatif dengan bilangan negatif

Dalam perkalian dua pasang bilangan negatif dengan negatif

hasilnya adalah bilangan positif

2.4 Sifat - sifat perkalian

Ada tiga sifat yang dimiliki operasi hitung, Menurut Mursal Dalais

(2007 : 23) ada beberapa sifat yang berlaku pada operasi perkalian

bilangan adalah :

a. Sifat komutatif ( pertukaran ) yaitu, jumlah dua bilangan tidak

berubah jika kedua urutan bilangan itu dirubah. Jika a x b = b x a


Contohnya : 2 x 3 = 6, dan 3 x 2 = 6
Jadi, 2 x 3 = 3 x 2
Sifat komutatif ini dapat dan sesuai dengan materi yang akan

diberikan pada anak karena disini anak diberikan soal yang


20

hasilnya tidak berubah dan jumlahnya pun pasti dalam

pengisiannya sesuai dengan penjumlahan yang ada.


b. Sifat asosiatif ( pengelompokkan ), memiliki tiga bilangan dengan

memilih dua suku untuk dikalikan lebih dahulu.


Contohnya : ( a x b ) x c = a x (b x c )
(2x3)x5=2x(3x5)
c. Distributif
a ( b + c ) = ab + bc
a ( b – c ) = ab - ac
d. Tertutup
axb=c
a, b , c adalah bilangan bulat
1. Cara Kerja Pekalian
a. Deret ke samping
Contohnya : a. 2 x 2 = 4
b. 9 x 5 = 45
c. 8 x 4 = 32
d. Deret ke bawah
Contohnya : a. 2 b. 5
2 x 3 x
4 15

a) 10 d. 10
2 x 5 x
20 50

D. Hakikat Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

1. Pengertian Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

ADHD adalah suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai attention

deficit hyperactivity disorder ( sulit memusatkan perhatian). Minimal

Brain Disorder ( ketidakberesan kecil di otak), Hyperkinesis (terlalu

banyak bergerak / aktif), dan Hyperactif (hiperaktif).

Menurt Marlina, (2008:2) istilah ADHD diadaptasi dari bahasa inggris

Attention Deficit Hyperactivity Disorder. ADHD merupakan perilaku


21

yang berkembang secara tidak sempurna dan timpul pada anak-anak dan

orang dewasa. Perilaku yang dimaksud berupa kekurang mampuan dalam

hal menaruh perhatian, pengontrolan gerak hati serta pengendalian motor.

Keadaan demikian menjadi masalah bagi anak-anak (penderita) terutama

dalam memusatkan perhatian terhadap pelajaran sehingga akan

menimbukan kesukaran dalam kelas.

Pendapat lain dikemukakan oleh Kerrie (2012 :1) yang menyatakan

bahwa ADHD suatu kelainan berupa rentang perhatian yang pendek,

perhatian mudah teralih dan tingkat kegiatan fisik yang tinggi. Dengan

kata lain, anak-anak penyandang kelainan ini tidak menaruh perhatian dan

memiliki kesulitan memusatkan perhatian pada apa yang sedang

dilakukannya. Widodo Judarwanto (2012:1) menyatakan ADHD sebagai

pola perilaku seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak

mau menaruh perhatian dan influsif.

Sedangkan menurut Arga Paternotte dan Jan Buitelaer, (2010:1)

ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperativitas (GPPH).

Hal ini tidak berarti penyandang ADHD mendapat perhatian yang kurang

dari orangtua atau guru. Kita membicarakan attention deficit (kekurangan

pemusatan perhatian) karena anak-anak ini mengalami kesulitan untuk

melakukan pemusatan perhatian terhadap tugas-tugas yang diberikan

kepada mereka. Sekalipun mempunyai motivasi yang baik, namun mereka

sangat sulit mengerjakan, kalaupun mengerjakannya maka mereka


22

menghabiskan banyak tenaga bila dibandingkan dengan anak-anak

lainnya.

Menurut Karrie (2012:1) ADHD adalah gangguan perkembangan

dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak sehiungga menyebabkan

perilaku anak yang berlebihan dan tidak lazim yang ditandai dengan

gangguan pemusatan perhatian.dan gangguan konsentrasi ( in attention),

berbuat dan berbicara tanpa memikirkan akibat (impulsive) dan hiperaktif

yang tidak sesuai dengan umurnya. ADHD adalah suatu kondisi yang

dikenal dengan (sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder

(ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (kerusakan kecil

pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak/ aktif) dan Hyperactiv (

hiperaktif).

Jika diterjemahkan secara bebas ADHD merupakan gangguan secara

signifikan dalam memperhatikan, control rangsangan dan perilaku yang

sesuai aturan yang muncul sejak anak-anak sehingga menyebabkan

mereka terganggu secara emosi, motorik kasar, dan keterlambatan bahasa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dimaknai bahwa ADHD

merupakan :

a. pola perilaku yang dilakukan oleh anak

b. ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau memusatkan

perhatian
23

c. aktifitas yang berlebihan

d. tidak mampu mengontrol perilaku

e. aktifitas yang dilakukan tidak tepat dan tidak pantas, aktifitas

tersebut dilakukan secara terus menerus sepanjang hari.

2. Penyebab Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder

Banyak factor yang dianggap sebagai penyebab gangguan ini

diantaranya adalah factor genetic, perkembangan otak saat kehamilan,

perkembangan otak saat prenatal, tingkat kecerdasan ( IQ), terjadinya

disfungsi metabolism, ketidak teraturan hormonal, lingkungan fisik, social

dan pola asuh anak oleh orang tua, guru dan lingkungan sekitarnya.

Orangtua tidak memahami bahwa anak yang mengalami gangguan

perkembangan memerlukan perhatian khusus, sehingga dapat

menimbulkan aktivitas-aktivitas yang berlebihan pada diri anak tersebut.

Anak hiperaktif dapat juga disebabkan oleh kerusakan pusat syaraf,

walaupun juga dapat disebabkan oleh tekanan batin dan kelelahan. Tetapi

anak hiperaktif tidak selamanya disebabkan oleh adanya kerusakan otak.

Beberapa pakar memperkirakan ada kecendrungan kerusakan

jaringan otak yang sangat berat (yang disebut Celebral pasied) pada saat

anak lahir. Pasien tidak memperlihatkan gejala-gejala yang terlihat dalam

tiga variebel : (1) Dimana letak kerusakan itu ; (2) Seberapa besar

lukanya; dan (3) Seberapa cepat luka diketahui. Oleh karena itu mungkin

saja ada anak hiperaktif yang menderita gangguan otak yang tidak
24

diketahui pada awal kehidupannya tanpa meninggalkan gejala atau

persoalan lainnya.

Kerusakan otak dapat dilihat dari banyak tindakan yang aneh,

termasuk gerakan dan kegiatan yang kacau yang dilakukan oleh seorang

yang hiperaktif. Ia tidak mampu menyimpan apa yang didalam

pikirannya sendiri. Ia berkomat-kamit mengutarakan isi pikirannya yag

paling dalam, sehingga membuat malu dan mengagetkan setiap orang

yang berada didekatnya. Akan tetapi ada satu kesulitan akademis lain

yang juga lazim ditemukan antara anak-anak yang hiperaktif,kesulitan

melihat dan memahami. Seorang anak mungkin yang memiliki

penglihatan yang normal, namun tidak memahami lambing-lambang

dengan tepat. Dengan kata lain, kedua matanya mungkin saja sempurna

tetapi otaknya tidak mengolah tanda itu sebagaimana mestinya.

Factor-faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif. Ada

beberapa factor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:

a. Factor Neorologi

Many Go Setiawan (2010:14) menjelaskan factor Neorologi

diperoleh dari fakta-fakta yang berkaitan dengan kerusakan bagian

otak dibagaian otak bagian depan libic. Limbic merupakan ejumlah

structural neural yang mambatasi cirebal cortex yang berfungsi dalam

mengendalikan emosi, motivasi dan beberapa fungsi viscreral. Namun

demikian kerusakan pada bagian otak tersebut bukanlah penyebab


25

utama terjadinya ADHD. Penyebab lain adalah timbulnya

penghambatan terhadap system maturation (system pematangan) yang

berada didalam saraf pusat. Gangguan ini akan mempengaruhi

kematangan pertumbuhan perilaku yang cukup tinggi. Akibat mall

fungsi atau (kekacauan fungsi) pada salah satu bagian otak akan

membuat anak melakukan kegiatan-kegiatan yang tanpa tujuan.

b. Faktor Genetik

Menurut Levy dan Hay(2001), faktor-faktor yang menyebabkan

ADHD yaitu Faktor genetika, Faktor genetik adalah faktor penting

dalam memunculkan perilaku ADHD. Secara umum, berdasarkan

beberapa penemuan dari sisi keluarga,adopsi, anak kembar, dan gen-gen

tertentu, bahwa ADHD adalah penyakit keturunan, meskipun

mekanismenya yang lebih tepat belum diketahui

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap timbulnya ADHD

adalah tindakan-tindakan atau keadaan yang kurang memadai dari

orangtua terhadap anak antara lain:

1. Stimulasi yang kurang memadai, misalnya orangtua tidak pernah

mengadakan kontrol, sering mencela dan bersikap menolak

terhadap tindakan anak.

2. Tanggapan dari orang-orang dewasa terhadap tindakan anak yang

tidak tepat, akan mendorong timbulnya hiperaktif pada anak.


26

3. Jumlah anggota keluarga yang terlalu besar,

4. Lingkungan keluarga yang mengalami social disability (tidak dapat

bersosialisasi dengan social masyarakat). Lingkungan social

merupakan factor sekunder yang dapat menimbulkan sikap agresif.

5. Pola asuh keluarga yang kurang tepat.

d. Trauma prenatal, melahirkan dan pasca natal

Minuman beralkohol yang dikonsumsi secara berlebihan oleh ibu

selama hamil berkaitan dengan lemahnya perhatian dan pemusatan

perhatian anak mereka pada usia empat tahun berkaitan dengan

makanan, difisiensi vitamin dapat menyebabkan masalah-masalah

pemusatan perhatian, yakni kekurangan vitamin B. selain itu

kelahiran premature, berat badan turun pada masa kehamilan,

anoksia ( kekurangan cadangan oksigen ke otak, selama kehamilan

atau sesudah kelahiran) atau suatu luka fisik serius, bisa

mempengaruhi kemampuan pmempertahankan perhatian anak.

e. Gangguan Otak dibagian depan

Otak bagian depan disebut juga lobus frontalis yang berfungsi

mengontrol proses berfikir dan yang mempengaruhi prilaku. Diduga

terjadi kelainan structural otak dan kemungkinan masalah biokimia

diotak.

Menurut Arga Paternotte dan Jan Buitelaer, (2010:17). Menyatakan

bahwa ada beberapa factor penyebab:


27

a. Faktor Keturunan

Dari peneli faktor keturunan pada anak kembar dan anak

adopsi tampak bahwa faktor keturunan membawa peranan

sekitar 80%. Dengan kata lain bahwa sekitar 80% dari

perbedaan antara anak yang mempunyai ADHD dalam

kehidupan bermasyarakat akan ditentukan oleh faktor

genetiknya. Hal ini dapat kita bandingkan dengan misalnya,

tinggi badan akan ditentukan oleh faktor keturunan sebanyak

80%.

Anak dengan orantua yang menyandang ADHD mempunyai

delapan kali kemungkinan mempunyai resiko mendapatkan

ADHD.

b. Genetik dan lingkungan

Dengan kata lain bahwa ADHD juga tergantung kepada

kondisi gen tersebut dan efek negative pada lingkungannya yang

bila hal itu terjadi bersamaan maka dapat dikatakan bahwa

lingkungan itu penuh resiko. Lingkungan dalam hal ini

mempunyai pengertian yang luas, termasuk lingkungan

psikologis (relasi dengan orang sekitar dan berbagai kejadian

dan penanganan yang sudah diberikan kepada anak tersebut),

lingkungan fisik (makanan, obat-obatan dan penyinaran),

lingkungan biologis.

c. ADHD dan Otak


28

Secara sederhana dapat kita katakana bahwa secara biologis

ada dua mekanisme didalam otak : pengaktifan sel-sel saraf

(eksitasi), penghambatan sel-sel saraf (inhibisi)

Pada reaksi eksitasi sel-sel saraf terhadap adanya rangsangan

dari luar adalah melalui adalah melalui panca indra. Dengan

reaksi inhibisi, sel-sel saraf akan mengatur bila terlalu banyak

eksitasi.

Dalam perkembangan, seorang anak pada dasarnya

pengaktifan sistem-sistem ini adalah perkembangan yang

banyak. Pada anak kecil, sistem hambatan belumlah cukup

berkembang, setiap anak balita akan bereaksi impulsive, sulit

menahan diri, dan menganggap dirinya sebagai pusat dari dunia.

Umumnya sistem inhibisi akan mulai diusia sekitar 2 tahun, dan

diusia 4 tahun akan berkembang secara kuat,

d. Otak yang berbeda

ADHD disebabkan karena adanya fungsi yang berbeda dari

otak penyandang. Dari penelitian tentang otak, menjadi jelas

bahwa umumnya tidak tampak adanya kerusakan otak, namun

memang ada neuroanatomi dan neuro kimiawi yang berbeda

antara anak dengan atau yang tanpa ADHD. Perbedaan neuro

anatomi adalah adanya perbedaan bentuk dari beberapa daerah

dibagian otak. Perbedaan neuro kimiawi adalah perbedaan

dalam penyampaian sinyal-sinyal didalam otak.


29

e. Neuro-Anatomi

Ditemukan ada beberapa perbedaan baik dalam bentuk maupun

dalam fungsi pada otak anak dengan ADHD dan tanpa ADHD. Pada

anak ADHD tampak lapisan otak bagian frontal, nucleus basalis

serta bagian yang menghubungkannya 5-6% lebih kecil daripada

anak-anak kelompok kontrol. Begitu juga kopus kolousum pada

anak ADHD ukurannya tebal

3. Karakter Attention Deficit / hyperactivity Disorder

Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai karakteristik

pada anak ADHD.

Menurut Rini Hildayanti,dkk (2005:10.4) karakteristik anak

ADHD adalah sebagai berikut:

a. Inattention (gangguan pemusatan perhatian)

b. Impulsivitas (kurang mampu mengendalikan diri)

c. Hiperaktivitas

d. Disorganisasi (ketidakmampuan dalam mengatur berbagai hal)

e. Relasi sosial

f. Perilaku agresif

g. Konsep diri

h. Perilaku mencari sensasi

i. Melamun

j. Koordinasi motorik

k. Daya ingat
30

l. Pola piker yang obsesif

4. Klasifikasi Attention Deficit / Hyperactivity Disorder

Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi

mereka membagi ADHD ke dalam tiga jenis sebagai berikut :

a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi hiperaktif

atau impulsive. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini

kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun

dan dapat digambarkan seperti sedang berada ”diawang-awang”

b. Tipe anak yang Hiperaktif dan Impulsive

Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan

impulsive, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali

ditemukan pada anak-anak kecil.

c. Tipe anak gabungan

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan

impulsive. Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang

dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang

yang menunjukan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tiak menaruh

perhatian dan impulsive (bertindak sekehendak hatinya). Anak

hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya


31

permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia

mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih.

5. Hambatan yang ditimbulkan ADHD

Hambatan yang ditimbukan oleh gangguan ADHD adalah :

a. Hambatan belajar, yang berupa hambatan belajar bahasa, menulis, dan

membaca. Hambatan ini terjadi karena anak hanya dapat memusatkan

perhatiannya pada suatu hal, tetapi tidak dapat memahami artinya.

b. Hambatan pada prestasi akademik, yang bermula dari hambatan

belajar. Seseorang yang mengalami hambatan belajar sudah tentu

terganggu akademiknya.

Mengganggu sosialisai. Kemampuan anak untuk melakukan

sosialisai dengan benar terganggu, akibatnya anak dijauhi oleh teman-

temannya( suka usil dan mengganggu temannya). Menurut Marlina,

(2002:16).

E. Penelitian Yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian yaitu penelitian dari

Novi Aristiani (2013), dalam penggunaan media Batang Napier dalam

meningkatkan kemampuan operasi perkalian bagi anak berkesulitan belajar

kelas 3 SD 11 Belakang Tangsi Padang.

F. Kerangka Konseptual
32

Dalam suatu penelitian kerangka konseptual perlu dirumuskan. Yang

bertujuan untuk melihat keterkaitan antara variabel satu dengan variabel yang

lainnya. Kerangka konseptual merupakan alur berfikir peneliti dalam

memecahkan suatu masalah. Adapun kerangka konseptual calon peneliti

dalam penelitian ini diawali dengan anak ADHD mempunyai masalah dalam

menyelesaikan operasi perkalian. Untuk meningkatkan kemampuan perkalian

calon peneliti menggunakan media batang napier, sehingga anak ADHD

nantinya bias meyelesaikan soal perkalian dengan baik dan benar.Untuk lebih

jelasnya digambarkan sebagai berikut :


MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERKALIAN BAGI ANAK ADHD di
SLB LUMIN ALISA PADANG

Kondisi awal ( baseline ) Anak ADHD kelas IV SLB mengalami permasalahan dalam
pembelajaran matematika, khususnya perkalian deret kebawah. Anak masih belum
bisa cara menyelesaikan operasi perkalian deret ke ke bawah.

Intervensi melalui media batang napier dapat meningkatkan


kemampuan menyelesaikan perkalian

Hasil

Bagan : 2.4 Kerangka Konseptual

H. Hipotesis
33

Sumadi Suryabrta (2011:21). Hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara

empiris.
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah media batang napier

secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar perkalian anak kesulitan

belajar.

Anda mungkin juga menyukai