Bab II Revisi
Bab II Revisi
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
sasaran atau penerima pesan tersebut. Ada tujuan yang ingin dicapai
memadatkan informasi..
3. Jenis – jenis media
Nana Sudjana ( 2001 :3 ) mengemukkan bahwa jenis – jenis
akan diajarkan.
4. Kriteria Pemilihan Media
Dalam pemilihan media sebaiknya diperhatikan syarat dan
b. Ketepatgunaan
Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian – bagian
yang penting dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide
yang menyangkut gerak, maka media film atau video akan lebih
akademik.
c. Keadaan anak
Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari
tipe auditif / visual maka anak yang tergolong auditif dapat belajar
11
dengan media visual dari anak yang tergolong visual dapat juga
belajar dengan media visual dari siwa yang tergolong visual dapat
tidak tersedia.
e. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan
sesuai dan tepat guna, kriteria yang paling utama adalah media
motorik ( gerak dan aktivitas ), maka media film dan video bisa
melengkapi ( komplementer ).
g. Keterampilan guru dalam menggunakannya apapun jenis media
dapat mempermudah guru dalam mengajar dan dianggap hal yang sangat
tepat dalam proses belajar mengajar. Bagi anak tunagrahita ringan media
belajar.
7,8, dan 9 atau lattice diagram (arah) seperti pada gambar berikut
Tabel 2.2
Media Batang Napier
sangat cocok digunakan pada anak kelas rendah, sebab anak akan belajar
mengatakan :
a. Gambarnya bisa dipindahkan dengan mudah sehingga anak bisa lebih
antusias untuk ikut aktif secara fisik dengan cara memindahkan objek
angka.
b. Pola mengajarkannya bisa memudahkan anak dalam mengalikan anak
antusias untuk ikut aktif secara fisik dengan cara memindahkan objek
angka.
3. Cara kerja Batang Napier
Menurut Putra (2010 : 39) perkalian media Batang Napier :
1. Penempatan bilangan – bilangan yang akan dikalikan dan bilangan
pengalinya.
2. Bilangan yang akan di kalikan letaknya paling atas dan di tata secara
horizontal
14
secara diagonal dari kanan atas ke kiri bawah atau kiri bawah ke
kanan atas.
Contoh caranya: 4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20
5. Maka akan mendapatkan hasil dari perkalian bilangan 4 x 5 = 20
ulang.
Contoh :
3 x 5 = 5 + 5 + 5 = 15
4 x 6 = 6 + 6 + 6 = 24
Ada pun konsep perkalian itu sendri yang didapat dari penggunaan
14x19=
1. Buatlah kotak dengan indek yaitu indeks horizontal yang terletak pada
baris paling atas dan indeks deret kebawah yang terletak pada kolom
paling kanan.
2. Pada indeks horizontal tulis angka 14 dan pada indek deret kebawah
tulis angka 19
ditulis di bawah
ditulis di bawah
Gambar 2.3
Media Batang Napier
C. Operasi Perkalian
1. Pengertian Matematika
bantu atau media untuk memperjelas apa yang disampaikan oleh guru,
2. Operasi Hitung
satu angka dengan satu angka yaitu bilangan dari 0 sampai dengan 9
18
misalnya 1x3, 5x5, 6x0, dan 9x9. Adapun 3x25 bukan sifat dasar
angka. Pada fakta dasar perkalian adalah 100 kombinasi yang dapat
dibentuk yaitu
Tabel 2.1
Tabel Perkalian
X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
3 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
4 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
5 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
6 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60
7 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70
8 8 16 24 32 40 48 56 64 72 80
9 9 18 27 36 45 54 63 72 81 90
10 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
adalah:
19
Ada tiga sifat yang dimiliki operasi hitung, Menurut Mursal Dalais
(2007 : 23) ada beberapa sifat yang berlaku pada operasi perkalian
bilangan adalah :
a) 10 d. 10
2 x 5 x
20 50
yang berkembang secara tidak sempurna dan timpul pada anak-anak dan
perhatian mudah teralih dan tingkat kegiatan fisik yang tinggi. Dengan
kata lain, anak-anak penyandang kelainan ini tidak menaruh perhatian dan
pola perilaku seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak
Hal ini tidak berarti penyandang ADHD mendapat perhatian yang kurang
lainnya.
perilaku anak yang berlebihan dan tidak lazim yang ditandai dengan
yang tidak sesuai dengan umurnya. ADHD adalah suatu kondisi yang
hiperaktif).
merupakan :
perhatian
23
dan pola asuh anak oleh orang tua, guru dan lingkungan sekitarnya.
walaupun juga dapat disebabkan oleh tekanan batin dan kelelahan. Tetapi
jaringan otak yang sangat berat (yang disebut Celebral pasied) pada saat
tiga variebel : (1) Dimana letak kerusakan itu ; (2) Seberapa besar
lukanya; dan (3) Seberapa cepat luka diketahui. Oleh karena itu mungkin
saja ada anak hiperaktif yang menderita gangguan otak yang tidak
24
persoalan lainnya.
termasuk gerakan dan kegiatan yang kacau yang dilakukan oleh seorang
yang berada didekatnya. Akan tetapi ada satu kesulitan akademis lain
dengan tepat. Dengan kata lain, kedua matanya mungkin saja sempurna
a. Factor Neorologi
fungsi atau (kekacauan fungsi) pada salah satu bagian otak akan
b. Faktor Genetik
c. Faktor Lingkungan
diotak.
a. Faktor Keturunan
80%.
ADHD.
lingkungan biologis.
eksitasi.
e. Neuro-Anatomi
dalam fungsi pada otak anak dengan ADHD dan tanpa ADHD. Pada
c. Hiperaktivitas
e. Relasi sosial
f. Perilaku agresif
g. Konsep diri
i. Melamun
j. Koordinasi motorik
k. Daya ingat
30
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi
yang menunjukan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tiak menaruh
terganggu akademiknya.
(2002:16).
F. Kerangka Konseptual
32
bertujuan untuk melihat keterkaitan antara variabel satu dengan variabel yang
dalam penelitian ini diawali dengan anak ADHD mempunyai masalah dalam
nantinya bias meyelesaikan soal perkalian dengan baik dan benar.Untuk lebih
Kondisi awal ( baseline ) Anak ADHD kelas IV SLB mengalami permasalahan dalam
pembelajaran matematika, khususnya perkalian deret kebawah. Anak masih belum
bisa cara menyelesaikan operasi perkalian deret ke ke bawah.
Hasil
H. Hipotesis
33
empiris.
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah media batang napier
belajar.