Anda di halaman 1dari 18

ANDRE PANATA

113050006

ALTERASI MINERALOGI

Apa yang dimaksud dengan alterasi hydrothermal??

Alterasi hydrothermal mempengaruhi sifat kimia dan mineralogy dari interaksi


fluida hydrothermal dan batuan. Kumpulan mineral didalam batuan terdiri atas andesit
dan basalt yang tahan terhadap suhu yang tinggi ( hingga 800 0 C ) dan juga tahan
terhadap tekanan tinggi. Kumpulan mineral pada awalnya diubah pada proses alterasi
mineral yang stabil pada kondisi suhu yang rendah dan juga tekanan hidrothermal yang
rendah. Perubahan komposisi kimia dari batuan asli umumnya sama dengan reaksi batuan
terhadap fluida disekelilingnya hingga proses alterasi. Zona yang tersusun dengan baik
menyebabkan perubahan pada kumpulan mineral dan komposisi batuan terhadap sedikit
banyaknya waktu reaksi dengan fluida.

Gambar 1. Perubahan komponen mineral dan komposisi kimia selama proses alterasi
Informasi dari penjelasan Alterasi

Dari pelajaran distribusi perubahan batuan pada daerah Geothermal akan


mendapatkan pengetahuan :
1. Ukuran dari sitem panas bumi : Survey lapangan dari zona Aterasi akan
menyediakan kita pada luasnya sistem Alterasi, kecuali jika lapangan tersebut
tertutup dengan lapisan yang tipis dengan batuan atau formasi yang tidak
permeable.
2. Rekahan panas bumi : Susunannya dari kekuatan batuan yang berubah sering
terjadi bersamaan dengan terjadinya rekahan pada panas bumi. Sehingga
pembentukan pola pada permukaan zona perubahan menunjukkan bagian yang
terrekahkan.
3. Rekahan Reservoir : Analisa mineralogi dari inti batuan dan cutting (serbuk bor)
dapat memberikan informasi tentang lokasi Rekahan Reservoir atau zona
produksi yang memungkinkan, interval kedalaman dari zona yang kedap air
(impermeable) dan lain-lain.
4. Perubahan suhu : Perubahan yang terus-menerus pada mineral hydrat adalah dasar
dari perubahan temperatur. Jadi susunan mineral membantu kita
mendeskripsikan / menggambarkan tentang perubahan suhu.
5. kondisi pH : sifat kimia dari perubahan mineral memberikan gambaran dari
kondisi pH dari fluida yang bereaksi pada batuan asli.
6. Umur Perubahan : menjelaskan berapa banyaknya waktu yang digunakan untuk
alterasi
Alterasi mineral pada lapangan panas bumi
Pengelompokkan tipe Alterasi :

Untuk mengklasifikasikanbanyaknya variasi alterasi batuanyang ada di lapangan


panas bumi, digunakan klasifikasi yang sistematis. Pertama diklasifikasikan kedalam
lima tipe berdasarkan karakteristik kimia dari kandungan mineral dari alterasi batuan,
yang mencerminkan kondisi pH dari fluida pada batuan tersebut. Selanjutnya, masing-
masing tipe dibagi lagi menjadi empat subtipe yang diatur untuk meningkatkan suhu dan
tekanan selama proses alterasi, yang menghasilkan perubahan yang berarti dari campuran
mineral.

Tabel 1. Tipe Alterasi Panas Bumi Pada Lapangan Otaka-Hatchobaru


Hayasi (1973) Jour. Japan, Geoth. Energi Assoc., 10, 9-46
Type I ( Tipe mineral silica)

Type I adalah sifat mineral silica yang mendominasi formasi dan biasa disebut
“silicification“. Jenis ini sangat penting untuk explorasi Reservoir panas bumi karena
terbentuk dalam rekahan reservoir atau sepanjang aliran fluida. Dari empat subtipe, 1.a
adalah lebih unggul daripada yang lain, tetapi sering kesulitan untuk mengidentifikasi
yang tiga lainnya. Namun demikian, susunan mineral dari lingkungan batuan dapat
membantu untuk mengklasifikasikannya.
Kondisi pH dari tipe I berdasarkan kekuatan pengasaman alkalue dengan kondisi
pengasaman, konsentrasi silika dalam batuan pada elemen logam, kecuali untuk Si.
Kaitannya dengan lingkungan fluida ( leaching); dan dibawah beberapa kondisi pHsilica
ditambahkan dari fluida besuhu tinggi dengan aktifitas Si yang sangat tinggi. Hasilnya
tipe I adalah yang tersebar baik sepanjang rekahan dengan suhu tinggi atau fluida
pengasaman yang mengalir.

Gambar 2. Peningkata Alterasi Tipe I Pada Lapangan Otaka-Hatchobaru


Tipe II ( Sulfate )

Sifat tipe II adalah tampak dengan sulfat segienam (hexagonal), kebanyakan pada
lapangan geothermal dengan bentuk alinate, jarosite, metanterise, dan halotrichite dengan
bentuk yang tipis. Tipe ini selalu bersama dengan alumunium silicate pada tipe III. Ttpi
jarang dengan aluminosra silicate pada tipe IV dan V.
Indikasi terdapatnya tipe II pada asam yang kuat. Jadi tipe ini pada zona air panas,
pada umumnya tidak bisa digunakan untuk pembangkit listrik karena bermasalah dengan
korosi pada casing. Contoh dari sumur produksi dengan air panas dan bersifat asam
terdapat pada : (1) Hatchobaru, beberapa sumur dangan air panas dan pH yng lebih kecil
dari 4 dimana digunakan untuk sumur injeksi. (2)onikobe, bagian utara Jepang, mereka
menambahkan fluida bersuhu tinggi ( mencapai 288C ).pada kedalaman 800 hingga 1200
m, karena pada daerah ini bersifat asam yang kuat denag pH 2,6 – 3,2. (3) sumur
explorasi lainnya di bor di tutun, dengan bentuk alunit dan sulfur karena lebih banyaknya
terdapat air asam, tapi aksplorasinya telah dihentikan.

Gambar 3. Peningkatan Alterasi Tipe II Pada Lapangan Otaka-Hatchobaru


Tipe III ( tipe alumunium silikat )

Sifat tipe III adalah dri formasi alumunium silikat yang terdiri dari kaolinite,
pyrophylite, dan andalusite dengan banyak penambahan lainnya. Tipe mineral ini dapat
ditemui pada tipe II dan IV, tetapi tidak pada tipe V. Kebanyakan tampak dengan subtipe
III C dan III D.
Tipe ini juga mengindikasikan kondisi asam pada fluida, yang biasanya dengan
pH 3 – 5, sifat asamnya tidak begitu kuat, sehingga kita bisa menggunakan fluidanya
untuk pembangkit listrik yang ekonomis. Contohnya sumur pemboran di Hatchobaru
yang memproduksi air asam dengan pH 4 -5 dan digunakan untuk sumur produksi
sampai mereka menghentikan aliran.
Karena hilangnya permeabilitas, zona alterasi pada tipe III akan digunakan
sebagai batuan penutup dengan level yang rendah, bersamaan denagn ini adalah tipe IV,
yang mana kebanyakannya montmorillonite.

Gambar 4. Peningkatan Alterasi Tipe III Pada Lapangan Otaka-Hatchobaru


Tipe IV ( tipe Aluminosillicate )

Sifat tipe IV ini adalah pada formasi Aluminosillicate mineral clay, terdiri dari
montmorillonit, chlorite, sericite dan mineral interstratified. Montmorilonite dominan
pada pembentukan zona alterasi pada permukaan dan level rendah. Mineral dengan
berbagai tingkatan pada chlorite-montmorillonite dan sericite-montmorillonit sering
dijumpai pada batuan alterasi dengan suhu sedang. Rasio penyabaran lapisan
(montmorillonite) meningkat dengan naiknya suhu alterasi. Pada daerah yang lebih dalam
dengan suhu 230-140 0 C, chlorite dan sericite banyak aluminosillicate. Keterangan
menyebutkan peningkatan perubahan pada mineral clay dapat digunakan untuk
menaksirkan suhu bawah tanah.
Tipe IV mengindikasikan kondisi asam yang lemah dengan pH 5-7. Persamaan
dengan tipe III, zona alterasi tipe IV dapat berfungsi sebagai cap-rock yang baik pada
level rendah, hingga benar-benar menjadi tidak permeable dengan tidak memperhatikan
porositasnya yang besar.

Gambar 5. Peningkatan Alterasi Tipe IV Pada Lapangan Otaka-Hatchobaru


Tipe V ( Tipe Framework Sillicate )

Sifat tipe V pada alkali atau alkalin dunia baru, alumino silicate, zeolities dan
feldspar. Selalu bersama dengan mineral clay pada tipe IV. Ca-zeolities terdiri atas
heulandite, laumonite, dan wairaklite. Berlangsung pada begian dengan suhu yang lebih
rendah , Na-feldspar cenderung muncul dengan meningkatnya suhu yang akhirnya K-
feldspar ditemukan pada bagian yang bersuhu paling tinggi. Tipe ini netral pada
kelemahan yang ada pada alkaline dan sangat banyak pada lapangan panas bumi dengan
produksi air asin netral.
Gambar 6. Peningkatan Alterasi Tipe V Pada Lapangan Otaka-Hatchobaru

Zona Permukaan Alterasi di Otaka-Hatchobaru

Terbukti dari gambar dengan banyak membentuk lenticular pada tipe II yang
ditemukan pada sepanjang paralel yang dekat dengan rekahan Nw-trending. Zona
lingkungan tipe II, zona tipe III tersebar dengan baik pada lapangan Hatchobaru, dimana
dilapangan otaka zona tipe IV tidak begitu dominan.
Hasil perbedaan ini mungkin pada Hatchobaru terdiri dari dua jenis air dalam,
keasaman dan alkaline; dimana di otaka hanya terdiri dari alkaline air dalam

Gambar 7. Zona Alterasi Permukaan Pada Lapangan Otaka-Hatchobaru


Hayasi (1973) Jour. Japan, Geoth. Energi Assoc., 10, 9-46

Zona Alterasi Bawah Permukaan Pada Otaka

Zona tipe II ( alunite ) banyak sebagai lenticular body pada permuakaan dan level
yang rendah. Dibawah tipe II, zona bagian tipis alterasi (montmorillonite) teralaskan dari
lapisan tipis tipe III (kaolin) yang tampak pada semua sumur. Bagian-bagian zona alterasi
kelihatan sebagai cap-rick untuk reservoir dalamzona zeolitic. Pada level yang lebih
dalam, zona bagian alterasi diikuti oleh zona tipe V yang mengandung Ca-zeolities,
laumontite dan wairakite. Zona ini dipertimbangkan sebagai reservoir air panas yang
layak (hingga 200 0 C)

Gambar 8. Zona Alterasi Bawah Permukaan Pada Lapangan Otaka


Hayasi (1973) Jour. Japan, Geoth. Energi Assoc., 10, 9-46
Zona Alterasi Bawah Permukaan Hatchobaru

Zona alterasi Hatchobaru lebih kelihatan penyebarannya dalam bentuk seperti


cerobong disekitar sumur T-2 dan tempatnya diantara dua sumur H-4 dan H-5. zona tipe
II ini terbentuk disekitar tempat keluarnya air panas asam yang menyebabkan terjadinya
rekahan. Nilai pH dari air panas zona tipe II lebih kecil dari tipe III. Dibawah zona tipe II,
zona asam tipe III tampak dibawah 1300 m disepanjang kedalaman berkambangnya
rekahan. Nilai pH air panas cenderung meningkat ketika menjauhi daerah rekahan.
Komponen didalam bagian dan suhu yang paling tinggi adalah chlorite, sericite, k-
feldspar dan epidote dalam zona alterasi tipe alkaline den pyrophillite, sericite dan
diaspore dalam zona alterasi asam

Gambar 9. Zona Alterasi Bawah Permukaan Pada Lapangan Hatchobaru


Hayasi (1973) Jour. Japan, Geoth. Energi Assoc., 10, 9-46

Gambar 10. Zona Alterasi Permukaan di Kirishima, Kyusu


Hayasi Dan Fujino (1975)
pH dari ”immersion Solution”

Nilai pH dari ”immersion solution” adalha air pemisahan dengan serbuk batuan
sebagai immersed dengan rasio 50 ml air dan 10 gram serbuk batuan. Nilai pH akan
menyerupai nilai air panas solution yang bereaksi dengan batuan haingga mengalami
alterasi.
Untuk percobaan, bentonite digunakan sebagai air lumpur pemboran harus
dilengkapi dari contoh. Karena bentonite menunjukkan sifat alkali hingga 10 dalam
immersion. pH cutting (serbuk bor) atau lumpur menunjukkan nilai yang lebih tinggi jika
dicampurkan dengan bentonite.
1. Masukkan 10 gram bubuk batuan kedalam 50 ml air destilasi
2. Campurkan dengan baik menggunakan tangkai gelas
3. Diamkan selama satu jam
4. Pisahkan bubuk dengan menggunakan centrifuge (tidak terlalu penting)

Gambar 13. Prosedur Percobaan Untuk Mendapatkan Nilai pH dari Immersion Solution
(Suspensi Batuan Alterasi)
Mineral Clay Yang Sangat Aktif Pada Lapangan Panas Bumi

Untuk menafsirkan suhu formasi dari mineral clay, data harus dari sumur dengan
index activity 100. cara lainnnya suhu formasi alterasi mineral lebih rendah dari suhu
yang sekarang ini.
Tabel 2. Jenis Mineral Clay Yang Sangat Aktif Pada Lapangan Panas Bumi

Tekanan Fluida Pada Sistem Panas Bumi

Ini harus disesuaikan dengan tekanan fluida dalam sistem panas bumi yang sangat
rendah perbandingannya dengan panas bumi tiruan. Yang membuat suhu formasi sangat
rendah pada section kurva batas phase dan saturasi air akan menunjukkan suhu formasi
yang paling rendah.
Gambar 14. Diagram Suhu-Tekanan

Diagram pH-Suhu dari alterasi mineral

Pada lapangan alterasi mineral dipengaruhi banyak faktor yaitu, suhu,


pH,tekanan, dan konsentrasi komponen kimia. Pada gambar menunjukkan penggunaan
data Thermichemical dan kejadian dilapangan, perbedaan batas dengan kelompok
moneral (Sulfate, Aluminium sillicate, Alumino sillicate, dan Framework sillicate)
menunjukkan kurva negatif. Dengan kata lain, mineral yang stabil pada suhu rendah sama
dengan fluida dengan pH yang lebih besar.

Gambar 15. Diagram Phase Sistematis Untuk Alterasi Mineral Yang Sangat Aktiv Pada
Lapangan Panas Bumi

Anda mungkin juga menyukai