Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI

SUNTIK TERHADAP POLA MENSTRUASI PADA AKSEPTOR di PUSKESMAS


KREMBANGAN SELATAN KOTA SURABAYA

Nurin Alifati. 2017


Tugas Akhir. Program Studi Pendidikan Dokter.
Fakultas Kedokteran. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Pembimbing : Dr. Sudarso, M.Sc

ABSTRAK

Alat kontrasepsi suntik Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA)


merupakan alat kontrasepsi yang cukup populer di Indonesia, karena sangat
bermanfaat dalam mencegah kehamilan. Selain memberikan manfaat, alat
kontrasepsi suntik DMPA mempunyai kekurangan yaitu perubahan pola
menstruasi. Perubahan menstruasi akan semakin meningkat setelah pemakaian
lebih dari 1 tahun. Hal ini disebabkan karena peningkatan hormon progesteron
dalam menekan Luteinizing Hormone (LH). Beberapa efek samping lain alat
kontrasepsi suntik DMPA adalah mual, muntah, pusing/sakit kepala, perubahan
berat badan, dan nyeri payudara
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor risiko
penggunaan alat kontrasepsi suntik DMPA terhadap pola menstruasi pada
akseptor di Puskesmas Krembangan Selatan Kota Surabaya. Penelitian ini bersifat
analitik dengan desain penelitian Case Control dan analisis data menggunakan
Odss Ratio (OR). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor alat
kontrasepsi suntik DMPA di Puskesmas Krembangan Selatan sebanyak 145 orang
pada bulan Januari-Maret 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 70 responden.
Pada penelitian ini dengan confidence interval 95% didapatkan hasil sebesar
6,303. Hal ini menunjukkan bahwa responden alat kontrasepsi suntik DMPA
memiliki risiko 6,303 kali lebih besar untuk mengalami perubahan pola
menstruasi setelah pemakaian lebih dari 1 tahun.

Kata Kunci : Alat Kontrasepsi Suntik DMPA, Perubahan Pola Menstruasi, Lama
Pemakaian

pertumbuhan dan jumlah penduduk


PENDAHULUAN terbanyak setelah Republik Rakyat Cina,
India, dan Amerika. Faktor terbesar
Permasalahan yang sedang pertumbuhan penduduk adalah tingginya
dihadapi saat ini diseluruh negara, baik tingkat kelahiran. Pemerintah Indonesia
negara maju maupun negara berkembang memiliki Program Keluarga Berencana
adalah masalah kependudukan. Masalah Nasional (PKBN) yang diharapkan dapat
kependudukan yang sedang dihadapi menekan tingginya tingkat kelahiran.
adalah semakin melonjaknya
Program KB memiliki visi untuk
pertumbuhan penduduk diseluruh negara
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
termasuk di Indonesia. Indonesia
Program KB saat ini diharapkan
termasuk negara peringkat ke 4 dengan

1 Nurin Alifati. 2017


Jurnal Publikasi. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
merupakan suatu keharusan bagi seluruh dialaminya. Lama menstruasi menjadi
rakyat Indonesia untuk menanggulangi lebih panjang (beberapa diantaranya
pertumbuhan penduduk yang pesat. didahului dan diakhiri oleh perdarahan
Berdasarkan visi tersebut program, KB bercak dahulu). Jumlah kedatangan
memiliki bermacam-macam pilihan. menstruasi menjadi lebih banyak dan
Namun pemilihan alat kontrasepsi datangnya menstruasi (siklus) menjadi
diharapkan dapat mewujudkan lebih pendek, sehingga seakan-akan
keberhasilan program KB terutama dalam menstruasinya datang 2 kali dalam kurun
menciptakan keluarga yang sejahtera. waktu 1 bulan (30 hari). Panjang siklus
bervariasi dari 23 hari atau kurang untuk
Alat kontrasepsi adalah satu
siklus pendek dan lebih dari 35 hari untuk
diantara cara untuk mencegah proses
siklus panjang (Hartanto, 2006).
pembuahan yaitu bertemunya sel telur
yang dimiliki wanita dengan sel sperma Pemakaian alat kontrasepsi KB
yang dimiliki pria. Upaya pemberian dan semakin berkembang pesat sesuai dengan
pemakaian alat kontrasepsi diberikan pada perkembangan jaman, termasuk di kota
pasangan usia subur yang berusia antara Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
15-45 tahun. Selanjutnya, semakin Penduduk kota Surabaya sudah
berkembangnya program KB dan tuntutan mengetahui pentingnya menggunakan alat
dari masyarakat membuat macam dan kontrasepsi khususnya dalam mencapai
jenis alat kontrasepsi berkembang pula. keluarga yang sejahtera. Hal itu dapat
Berbagai macam alat kontrasepsi dalam dilihat di salah satu puskesmas yaitu
program KB dapat dipilih oleh Puskesmas Krembangan Selatan. Di
masyarakat, yaitu pil, suntik, implant, dan wilayah kerja Puskesmas tersebut, banyak
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). wanita pasangan subur, dan terdaftar
Menurut data Badan Koordinasi Keluarga sebagai peserta program KB. Pemakaian
Berencana Nasional (BKKBN) tahun alat kontrasepsi mereka bervariasi. Dari
2012 dalam pencapaian program KB data Puskesmas Krembangan Selatan
dengan pemakaian alat kontrasepsi bulan Januari-Maret 2016, diperoleh data
diperoleh rincian bahwa pemakaian alat bahwa sebanyak 1.19% pengguna alat
kontrasepsi suntik paling banyak kontrasepsi suntik, sebanyak 0,59%
digunakan oleh wanita Indonesia 47,94%, AKDR, sebanyak 0,32% alat kontrasepsi
alat kontrasepsi pil sebanyak 26,81%, implan, sebanyak 0,21% alat kontrasepsi
alat kontrasepsi implant 8,58%, alat pil, sebanyak 0,08% kondom dan
kontrasepsi kondom 7,51%, AKDR sebanyak 0,05% MOW. Di antara
7,46%, dan alat kontrasepsi sterilisasi pemakai alat-alat kontrasepsi yang ada,
1,7%. pemakai alat kontrasepsi suntik DMPA
banyak mengalami gangguan khususnya
Selanjutnya, alat kontrasepsi suntik
dalam pola menstruasi mereka.
penggunannya relatif banyak, terutama
suntik Depo Medroksiprogesteron Asetat Dari uraian tersebut di atas maka
(DMPA). Hal ini disebabkan karena alat penulis berkeinginan untuk mengadakan
kontrasepsi suntik DMPA sangat efektif penelitian terhadap gangguan pola
dan mempunyai kelebihan dalam menstruasi dari pemakain alat kontrasepsi
menghindarkan terjadinya kehamilan. suntik DMPA di Puskesmas Krembangan
Alat kontrasepsi suntik tersebut juga Selatan. Adapun judul penelitian adalah
memiliki kekurangan atau efek samping “Hubungan Faktor Risiko Penggunaan
yaitu dalam hal gangguan pada pola Alat Kontrasepsi Suntik DMPA
menstruasi (haid). Pemakai alat Terhadap Pola Menstruasi Pada
kontrasepsi suntik sering mengeluhkan Akseptor di Puskesmas Krembangan
tentang perubahan pola menstruasi yang Selatan Kota Surabaya”

2 Nurin Alifati. 2017


Jurnal Publikasi. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Gambar 2. Lama Pemakaian DMPA
METODE PENELITIAN
Responden
Rancangan penelitian
Rancangan yang digunakan dalam Kontrasepsi Suntik
penelitian ini berdasarkan tujuan termasuk
jenis penelitian analitik. Desain penelitian
DMPA
yang digunakan adalah desain Case 52.9 47.1
Control, oleh karena insiden penyakit < 1 tahun
yang diteliti tidak lebih dari 20% populasi > 1 tahun
terpajan (Sastroasmoro dkk, 2011).

Populasi dan Sampel


Pada tabel di atas menunjukan
Populasi dalam penelitian ini
bahwa sebagian besar responden
adalah seluruh akseptor alat kontrasepsi
menggunakan KB suntik DMPA lebih
suntik DMPA di Puskesmas Krembangan
Selatan sebanyak 145 orang pada bulan dari 1 tahun yaitu sebanyak 37 orang
(52,9%).
Januari-Maret 2016 dengan jumlah
sampel sebanyak 70 orang. Gambar 3. Perubahan Pola
Menstruasi Responden
Metode analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada
Perubahan Pola Menstruasi
penelitian ini adalah program Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) versi 50
Tidak
16 milik windows. Uji statistic yang
digunakan dalam proses pengolahan data Ya
50
menggunakan Odss Ratio.

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan tabel di atas diketahui
Gambar 1. Usia Responden bahwa responden yang mengalami
perubahan pola menstruasi berjumlah 35
orang (50%) sedangkan 35 orang (50%)
Usia responden lainnya tidak mengalami
perubahan pola menstruasi.
11.4 2.9
< 20 tahun Hasil Uji Statistik
20-40 tahun
> 40 tahun Setelah diketahui karakteristik
85.7 masing-masing variabel (univariat) dapat
diteruskan dengan analisis bivariat
Pada tabel V.1 sebagian besar untuk mengetahui hubungan antar
responden berusia antara 20-40 tahun variabel. Berikut ini akan disajikan hasil
yaitu sebanyak 60 orang (85,7%) dan pengujian menggunakan uji odds ratio.
hanya 2 orang (2,9%) responden yang
berusia < 20 tahun.

3 Nurin Alifati. 2017


Jurnal Publikasi. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Tabel 4. Hubungan Antara Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik DMPA
Terhadap Pola Menstruasi Pada Akseptor di Puskesmas Krembangan Selatan Kota
Surabaya

Hasil perhitungan odds ratio untuk cukup umur, tingkat kematangan dan
lama pemakaian kontrasepsi suntik kekuatan seseorang akan lebih matang
DMPA dengan confidence interval 95 % dalam berfikir dan logis.
diperoleh nilai 6,303 (>1) berarti H0
Pada penelitian ini mayoritas
ditolak atau responden yang
pengguna alat kontrasepsi suntik 3 bulan
menggunakan alat kontrasepsi suntik
adalah usia reproduksi sehat yaitu usia 20-
lebih dari 1 tahun mempunyai resiko
40 tahun yang berjumlah 60 orang
6,303 kali lebih besar untuk mengalami
(85,7%). Hal ini sesuai dengan pendapat
perubahan menstruasi dari pada
Hartanto (2010) bahwa umur 20-40 tahun
responden yang menggunakan alat
alat kontrasepsi yang rasional dipakai
kontrasepsi suntik DMPA kurang dari 1
adalah alat kontrasepsi suntik termasuk
tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa
suntik 3 bulan (DMPA). Karena alat
probabilitas akseptor yang menggunakan
kontrasepsi suntik tersebut merupakan
alat kontrasepsi lebih dari 1 tahun akan
metode efektif dalam pencegahan
mengalami perubahan menstruasi sebesar
kehamilan. Dalam penelitian Riyanti
86,31 %.
(2011) juga menyatakan bahwa dari 55
akseptor KB suntik DMPA di BPS
PEMBAHASAN Sumarni Pundong Bantul, menunjukkan
mayoritas responden berumur antara 20-
Usia 29 tahun yaitu sebanyak 25 responden
Kemampuan reproduksi seorang (45,5%).
wanita bergantung pada faktor usia. Masa Menurut Yanuar (2010) faktor usia
reproduksi wanita dibagi dalam tiga seseorang menentukan metode
periode, yakni reproduksi muda (15-19 kontrasepsi yang akan dipilih. Semakin
tahun), reproduksi sehat (20-35 tahun), tua usia seseorang akan meningkatkan
dan reproduksi tua (36-45 tahun). kemungkinan untuk tidak menginginkan
Berdasarkan tahapan masa reproduksi kehamilan lagi, serta memilih metode
inilah yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi yang cocok dan efektif. Selain
pedoman dalam pemilihan jenis alat itu menurut Hartanto (2010) pengambilan
kontrasepsi. Selain itu, usia seorang keputusan oleh pasangan suami istri
wanita secara garis besar menjadi memilih alat kontrasepsi suntik 3 bulan
indikator dalam kedewasaan dalam setiap dibandingkan metode lain disebabkan
pengambilan keputusan yang mengacu karena alat kontrasepsi 3 bulan tidak
pada setiap pengalamannya. Semakin

4 Nurin Alifati. 2017


Jurnal Publikasi. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
mempengaruhi aktivitas hubungan suami Alat kontrasepsi suntik 3 bulan
istri. berisi hormon progesteron saja , Depo
Medroksiprogesteron Asetat
Perubahan Pola Menstruasi
(Depoprovera) mengandung 150 mg
Dalam Penggunaan alat kontrasepsi DMPA. Diberikan setiap 3 bulan atau 12
suntik DMPA selain memiliki kelebihan minggu dengan disuntikkan melalui
dalam mencegah kehamilan, terdapat intramuskuler (Saifuddin, 2010).
beberapa efek samping dalam
Lama pemakaian DMPA beresiko
penggunaannya. Menurut Irianto (2010)
terhadap peningkatan berat badan yang
efek samping dari penggunaan
semakin banyak. Hal ini menjadi temuan
kontrasepsi suntik yaitu gangguan
penting bahwa setiap penggunaan alat
menstruasi, depresi, keputihan, jerawat,
kontrasepsi DMPA sebaiknya selalu
rambut rontok, perubahan berat badan,
dievaluasi perkembangan berat badan dan
pusing atau sakit kepala, mual dan
pencegahan peningkatan berat badan yang
muntah dan perubahan libido atau
berlebihan. Selain itu dalam
dorongan seksual.
penggunaannya dalam jangka waktu lama
Menurut penelitian Anggraeni akan meningkatkan resiko terjadinya
(2009) faktor-faktor yang berpengaruh amenore.
terhadap perubahan siklus menstruasi
Menurut Baziad (2011) jumlah
pada akseptor alat kontrasepsi suntik
darah haid yang keluar selama
adalah umur, kondisi psikologis, penyakit
penggunaan alat kontrasepsi DMPA akan
penyerta dan aktivitas fisik.
berkurang hingga 50-70% terutama pada
Siklus menstruasi akan kembali penggunaan awal. Setelah penggunaan
normal setelah 3-6 bulan penggunaan alat jangka lama, jumlah darah yang keluar
kontrasepsi suntik DMPA dihentikan. juga makin sedikit dan bahkan sampai
Beberapa akseptor bahkan dapat tidak terjadi menstruasi (amenore).
berlangsung lebih lama. Menurut Amenore disebabkan adanya penambahan
Saifuddin (2010) efek samping dari progesteron.
penggunaan alat kontrasepsi suntik
Pendapat ini juga sejalan dengan
terutama DMPA adalah amenore (tidak
penelitian (Riyanti, 2011) yang
terjadi perdarahan) dan perdarahan atau
menyatakan bahwa lama penggunaan KB
spotting (perdarahan bercak).
suntik DMPA berhubungan secara
Hal ini sesuai dengan penelitian
signifikan dengan amenore sekunder pada
Widyawati (2012) yaitu sebagian besar
akseptor KB suntik DMPA di BPS
responden mengalami kejadian amenorea
Sumarni, di mana semakin lama
yaitu sebanyak 19 responden (34,6 %)
penggunaan DMPA maka kejadian lama
dan kejadian spotting sebanyak 13
menstruasi akseptor DMPA semakin
responden (25,0 %).
memendek bahkan sampai menjadi tidak
Hasil penelitian Yuyun (2014) menstruasi.
menunjukkan bahwa gangguan
Amenore yang dialami akseptor
menstruasi pada akseptor kb suntik
KB suntik DMPA dapat memberikan
DMPA sebanyak 82 responden (63,1%).
dampak positif dan negatif. Dampak
Sedangkan yang tidak mengalami
positif yaitu memberikan keuntungan bagi
gangguan menstruasi yaitu 48 responden
akseptor tidak merasa repot dengan
(36,9%).
datangnya menstruasi. Dampak negatif
terhadap psikologi akseptor sering merasa
Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi
takut apabila suntikan menyebabkan
Suntik DMPA

5 Nurin Alifati. 2017


Jurnal Publikasi. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
ketidaksuburan permanen dan kelainan Hal ini juga didukung oleh
janin. penelitian Yeti (2015) bahwa Jumlah
responden yang menggunakan kontrasepsi
Hubungan lama pemakaian alat DMPA dalam jangka panjang lebih
kontrasepsi suntik DMPA terhadap banyak dari jangka pendek yaitu 54,2%.
perubahan pola menstruasi di Jumlah responden mengalami kejadian
Puskesmas Krembangan Selatan Kota amenorea lebih banyak dari yang tidak
Surabaya mengalami amenorea yaitu 59%.

Hasil penelitian dengan Pada akseptor alat kontrasepsi


perhitungan odds ratio untuk lama suntik DMPA dengan perubahan
pemakaian kontrasepsi suntik DMPA menstruasi berupa amenore disebabkan
dengan confidence interval 95 % oleh progesterone dalam komponen
diperoleh nilai 6,303 (>1) berarti H0 DMPA menekan Luteinizing Hormone
ditolak atau responden yang (LH). Meningkatnya DMPA dalam darah
menggunakan alat kontrasepsi suntik akan menghambat LH, perkembangan
lebih dari 1 tahun mempunyai resiko folikel dan ovulasi selama beberapa
6,303 kali lebih besar untuk mengalami bulan. Selain itu, DMPA juga
perubahan menstruasi dari pada mempengaruhi penurunan Gonadotropin
responden yang menggunakan alat Releasing Hormone (GnRH) dari
kontrasepsi suntik kurang dari 1 tahun. hipotalamus yang menyebabkan
Hasil ini menunjukkan bahwa probabilitas pelepasan Follicle Stimulating Hormone
akseptor yang menggunakan alat (FSH) dan LH dari hipofisis anterior
kontrasepsi lebih dari 1 tahun akan berkurang. Penurunan FSH akan
mengalami perubahan menstruasi sebesar menghambat perkembangan folikel
86,31 %. sehingga tidak terjadi ovulasi. Pada
penggunaan DMPA menyebabkan
Hasil penelitian sejalan dengan endometrium menjadi lebih dangkal dan
Munayarokh (2014) yang menunjukkan atropis dengan kelenjar-kelenjar yang
bahwa gangguan menstruasi yang paling tidak aktif sehingga membuat
banyak dialami berupa amenorea endometrium menjadi kurang baik atau
sebanyak 74,3% (52 responden) dan layak untuk implantasi dari ovum yang
seluruhnya dialami oleh responden yg telah dibuahi. (Hartanto, 2010)
memakai kontrasepsi suntik DMPA lebih
dari 1 tahun. Spotting dikeluhkan oleh Menurut Hartanto (2010)
akseptor yang menggunakan metode menyebutkan bahwa popularitas
kontrasepsi suntik DMPA selama ≤ 1 kontrasepsi DMPA tinggi karena masih
tahun sebanyak 7 responden (10%) dan 2 banyak wanita yang menerima
responden (2,9%) menggunakan kontrasepsi DMPA sebagai metode
kontrasepsi suntik DMPA lebih dari 1 kontrasepsi yang dianggap memuaskan
tahun. Dari 6 responden penelitian yg sehingga mereka tetap memilih metode
mengalami gangguan menstruasi tersebut untuk mengendalikan
hipomenorea saat menggunakan kehamilannya sampai beberapa tahun
kontrasepsi suntik DMPA sebagian besar walaupun banyak ditemukan kerugian
adalah responden yang menggunakan dari kontrasepsi tersebut.
metode kontrasepsi suntik DMPA ≤ 1
PENUTUP
tahun sebanyak 4 responden (5,7%).
Responden yang tidak mengalami
Kesimpulan
gangguan menstruasi apapun saat
menggunakan kontraasepsi suntik DMPA 1. Lama pemakaian alat kontrasepsi
sebanyak 3 responden (4,3%). suntik DMPA pada sebagian besar

6 Nurin Alifati. 2017


Jurnal Publikasi. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
responden adalah lebih dari 1 tahun Suntik Depo Medroksiprogesteron
sebanyak 37 orang (52,9%). Asetat (DMPA) di Wilayah Kerja
2. Ada hubungan yang bermakna antara Puskesmas Sokaraja I Purwokerto.
lama pemakaian alat kontrasepsi
Volume 4. Jurusan Keperawatan
suntik DMPA dengan perubahan
pola menstruasi (OR = 6,303). Soedirman Purwokerto
Seorang akseptor yang menggunakan Antika, Dita. (2014). Hubungan
alat kontrasepsi suntik DMPA lebih Penggunaan Kb Suntik Dengan
dari 1 tahun mempunyai resiko 6,303
Siklus Menstruasi Pada Akseptor KB
kali lebih besar untuk mengalami
perubahan menstruasi dari pada Suntik di Wilayah Kerja
responden yang menggunakan alat PuskesmasPonjong I Gunungkidu.
kontrasepsi suntik kurang dari 1 Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu
tahun, dengan probabilitas sebesar Kesehatan ‘Aisyiyah
86,31 %.
Anwar, M., Baziad, A., & Prabowo, R.P.
Saran 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina
1. Bagi akseptor KB Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Diharapkan mempertimbangkan
berbagai alternatif alat kontrasepsi BKKBN. 2012. Peserta KB Aktif. Jakarta
dengan melakukan perbandingan : BKKBN.
efek samping dari pemakaian alat
Dano, Y.O. 2014. Hubungan Pemakaian
kontrasepsi dalam jangka panjang di
kemudian hari. Alat Kontrasepsi Suntik dengan
Gangguan Menstruasi Pada
2. Bagi petugas kesehatan di Puskesmas
Akseptor KB Suntik 3 Bulan di
Krembangan Selatan Kota Surabaya
Untuk dapat memberikan pelayanan Wilayah Pueskesmas Suwawa
di bidang maternitas dalam hal Tengah. Gorontalo. Universitas
pemberian informasi yang adekuat Negeri Gorontalo
tentang teknik kontrasepsi dan
Hanifah, Winkjosastro. 2007. Ilmu
memberikan pilihan kepada para
akseptor untuk menggunakan Kandungan. Yayasan Bina Pustaka
kontrasepsi yang tepat. Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
3. Bagi peneliti Hartanto, H. ( 2010 ). KB dan Alat
Perlunya dilakukan penelitian lebih kontrasepsi, Jakarta, Pustaka Sinar
lanjut tentang faktor-faktor lain yang Harapan.
dapat mempengaruhi perubahan
siklus menstruasi sehingga dapat Munayarokh. 2014. Hubungan Lama
menemukan penanganan yang lebih Pemakaian Kontrasepsi Suntik
baik. DMPA dengan Gangguan
Menstruasi di BPM Mariyah Nurlaili
Rambeanak Mungkid. Magelang.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Kebidanan
Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat
Anggraeni, Dwi Mekar, dkk. 2009. Penting, 3d. 6, 717, PT. Elex Media
Analisis Faktor-Faktor yang Computer, Jakarta
Berpengaruh Terhadap Perubahan
Pola Menstruasi Pada Akseptor KB

7 Nurin Alifati. 2017


Jurnal Publikasi. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Saifuddin, 2006. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Alat kontrasepsi, Jakarta,
YBPSP
Trisnawati, Y., Handayani, S. 2015.
Tinjauan Lama Pemakaian
Kontrasepsi Depo
Medroxyprogesterone Acetate
Berdasarkan Kejadian Amenorea.
Surakarta. Stikes ‘Aisyiyah Surakarta
Widyawati, Rosalina, & Susilo, E. 2012.
Hubungan Antara Jenis Kontrasepsi
Suntik Dengan Perubahan Siklus
Menstruasi Pada Akseptor KB Suntik
di Desa Urutsewu Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. Ungaran.
STIKES Ngudi Waluyo
Yanuar, 2010. Pengaruh Pengetahuan
dan Sikap Pasangan Usia
Suburtentang KB terhadap
Pemilihan Kontrasepsi di
Lingkungan Kelurahan Joho
Kecamatan Sukoharjo. KTI.
Yogyakarta. UII

8 Nurin Alifati. 2017


Jurnal Publikasi. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Anda mungkin juga menyukai