Dedy N. Hidayat
ABSTRAK
Skema 1a
PEMETAAN TEORI-TEORI SOSIAL
(Burrel and Morgan, dalam Rosengreen, 1979)
Contemporary
Mediteranian
Anarchistic
Marxism
individualism
French Russian
existentialism Critical social
theory theory
Conflict
theory
SUBJECTIVE OBJECTIVE
Phenomenology
Integrative
Hermeneutics theory
Dominance
Radical Humanism Radical Structuralism
centrifugal(-)
- Marxist centrifugal(-)
critical theory
- Marxist - Mass Sociey
- Hegemony theory materialist theory
(Gramsci)
- Frankfurt school
(Adorno) - Political-economic theory
- Social-cultural
technology approach social
Media centered Society centered
content material / behavioral
- Individual
functionalism - Structural
Functionalism
centrifugal (+)
centrifugal (+)
Pluralism
Sementara itu, Guba dan Lincoln (1994) jauh berbeda. Karena itu pula, untuk kepentingan
mengajukan tipologi yang mencakup empat mempermudah bahasan tentang implikasi
paradigma: Positivism, Postpositivism, Critical metodologi dari suatu paradigma, maka teori-teori
Theories et al., dan Constructivism, masing- dan penelitian ilmiah komunikasi cukup
masing dengan implikasi metodologi tersendiri. dikelompokkan ke dalam tiga paradigma, yakni:
Tetapi sejumlah ilmuwan sosial lain melihat 1. Classical paradigm (yang mencakup positiv-
positivism dan postpositivism bisa disatukan ism dan postpositivism),
sebagai classical paradigm karena dalam 2. Critical paradigm, dan
prakteknya implikasi metodologi keduanya tidak 3. Constructivism paradigm.
Tabel 1
TIGA PERSPEKTIF/PARADIGMA ILMU SOSIAL
PARADIGMA PARADIGMA
PARADIGMAKLASIK KONSTRUKTIVISME TEORI-TEORI KRITIS
Berhubung metodologi penelitian merupakan implikasi dari suatu paradigma, dan karena dalam
bidang ilmu-ilmu sosial terdapat sejumlah paradigma, maka metodologi penelitian dalam ilmu-ilmu sosial
bukanlah suatu kesatuan disiplin yang monolitik.
Terdapat berbagai varian atau perspektif metodologi ilmu-ilmu sosial. Masing-masing varian
metodologi, selain didasarkan atas paradigma atau perspektif teoretik serta epistemologi yang berbeda
(dan banyak di antaranya bahkan saling bertolak-belakang), mereka pun memiliki pilihan metode-metode
penelitian yang berbeda pula.
Keterkaitan antara paradigma dengan metodologi dan metode penelitian tersebut bisa disimpulkan
melalui gambaran Crotty (1998), yang antara lain bisa dijelaskan melalui bantuan Tabel 2a.
Tabel 2b
DIMENSI-DIMENSI PARADIGMA
( lihat Guba, 1990 )
What is the nature of “real- What is the nature of the relation- How should the inquirer go
ity”? ship between the inquirer and the about finding out knowl-
knowable? edge?
Tabel 3a
PERBEDAAN ONTOLOGIS
Tabel 3b
PERBEDAAN EPISTEMOLOGIS
Ada realitas objektif, sebagai Hubungan peneliti dengan yang Pemahaman suatu realitas, atau
suatu realitas yg external di diteliti selalu dijembatani nilai- temuan suatu penelitian
luar diri peneliti Peneliti nilai tertentu. Pemahaman merupakan produk interaksi
harus sejauh mungkin tentang suatu realitas meru- peneliti dengan yang diteliti.
membuat jarak dengan objek pakan value mediated findings
penelitian.
Tabel 3d
PERBEDAAN METODOLOGIS
Tabel 4a
KONTINUM PERBEDAAN PARADIGMATIK
antara Peneliti Positivist (Kuantitatif) dan Peneliti Constructivist (Kualitatif)
(Berdasarkan uraian Guba, The Paradigm Dialog, 1990)
POSITIVIST CONSTRUCTIVIST
ONTOLOGY
Realist Relativist
Realitas ada “diluar sana” dan diatur oleh Realitas tampil sebagai konstruksi mental,
hukum-hukum dan mekanisme alamiah dipahami secara beragam berdasarkan
(seperti cause-effect laws) yang berlaku pengalaman serta konteks lokal dan spesifik
universal (time and context free gener- para individu yang bersangkutan.
alizations
EPISTEMOLOGY
Dualist/Objectivist Subjectivist
Peneliti bisa dan perlu membuat jarak Peneliti dan realitas/fenomena yang diteliti
dengan objek/realitas yang diteliti. menyatu sebagai satu entitas. Temuan
Penilaian subjektif danbias pribadi harus penelitian merupakan hasil interaksi antara
bisa dipisahkan dari temuan penelitian peneliti dengan yang diteliti.
METHODOLOGY
Experimental/ manipulative Dialectic/hermeneutic,
TEORI / PARADIGMA
PENDEKATAN KLASIK KRITIS KONSTRUKTIVIS
Theories of Message
Theories of Discourse X X X
Theories Sign and Language X X
Interpersonal Communication
Symbolic Interactionism X X
Iowa school Chicago school
Social Judgment theory X
Cognitive Dissonance theory X
Theories of Experience and X
Interpretation
Theories of Info Reception and X
Processing
Group/Public Communication
Information System Approach in X
Organization
Social Exchange Theories X
Theories of Communication Network X
Pengelompokkan Teori didasarkan atas pembagian isi dalam buku Littlejohn (1994)
Tabel 5a
PENELITIAN KUANTITATIF:
PENGUKURAN FENOMENA SOSIAL
Pengukuran (measurement):
“. . . the assignment of numeral symbols to objects or events according to
rules.” (Stevens, 1987) Kuantifikasi fenomena sosial, berdasarkan aturan dan
kriteria kuantitatif
Kuantifikasi: kuat-lemahnya
Kuantifikasi hubungan Bagaimanakah hubungan Partisipasi hubungan statistik antara
antar fenomena sosial Politik dengan SES? Partisipasi Politik dan SES (bi-
variate & multivariate analysis)
KETERBUKAAN Menerapkan suatu metode atau proses pengumpulan data yang sistematis
dan terbuka, agar pihak lain bisa memberikan penilaian (public method/
process of data gathering).
Tabel 5c
PERBEDAAN ANTARA
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF
(Berdasarkan a.l.,Neumann, 1997).
KUANTITATIF KUALITATIF
Klasifikasi dan kuantifikasi fenomena sosial (e.g. Klasifikasi fenomena sosial (nominal dan or-
interval variable, kekuatan korelasi antar dinal variable tanpa pengukuran korelasi
variabel, dsb.) statistik).
Analisis data dimulai setelah proses Analisis data dilakukan sepanjang proses
pengumpulan data. penelitian.
QUANTITATIVE QUALITATIVE
”objective” “reflective”
6. Konsepsi tentang realitas sosial statis dan eksternal prosesual, dan realitas
merupakan produk
konstruksi sosial
sikap objek yang diteliti dalam melakukan analisis Sebaliknya peneliti kualitatif cenderung
dan pengumpulan data. Sebaliknya, peneliti berasumsi bahwa realitas sosial selalu berubah,
kualitatif digambarkan sebagai peneliti yang justru dan merupakan hasil konstruksi sosial yang
menempatkan diri sebagai the insider, yang berlangsung antara para pelaku dan institusi
berusaha sejauh mungkin melakukan empati (atau sosial.
memproyeksikan diri dalam peran dan persepsi Perbedaan mengenai strategi penelitian,
objek yang diteliti), agar bisa sebaik mungkin ataupun lingkup penelitian, adalah perbedaan
merefleksikan penghayatan subjektif objek yang metodologi. Peneliti kuantitatif cenderung
diteliti. menerapkan strategi yang berstruktur, baik dalam
Sedangkan perbedaan konsepsi mengenai pentahapan proses penelitian maupun instrumen
realitas sosial sebagaimana digambarkan Bryman, pengumpulan data yang digunakan (Contoh,
merupakan perbedaan dari segi ontologi. Peneliti proses penelitian selalu berangkat dari perumusan
kuantitatif cenderung melihat realitas sosial konseptual permasalahan, operasionalisasi konsep,
sebagai suatu wujud statis, yang telah jadi, dan pengumpulan data, dan kemudian analisis data);
bisa diamati pada satu titik waktu tertentu. instrumen pengumpulan data biasanya juga daftar
PARADIGMA KRITIS HISTORICAL SITUATEDNESS I.e., that it takes account of the social, political,
OF THE INQUIRY cultural, economic, ethnic and gender anteced-
ents of the studied situation.
“CONSCIENTIZATION”* The extent to which the inquiry acts to erode
ignorance and misapprehension.
“UNITY OF THEORY AND PRAXIS”** The extent to which it provides a stimulus
to action, i.e., to the transformation of the
existing structure.
Diadopsi dari: Guba and Lincoln (1994), “Competing Paradigms in Qualitative Research”, in Denzin and
Lincoln (Eds.). Handbook of Qualitative Research. London: SAGE Publications.
teori kritis juga menekankan sifat holistik dari suatu pendidikan, akses ke sumber-sumber ekonomi, dan
penelitian. Oleh karena itu, pada umumnya, studi sebagainya), maka itu akan dinilai sebagai suatu
yang dilakukan merupakan suatu multi-level analy- studi yang kurang holistik. Demikian pula bila kita
sis, tidak terbatas hanya pada satu jenjang analisis melakukan analisis teks isi media tanpa
tertentu saja. Dari perspektif teori-teori kritis, memperhatikan konteks struktural tempat proses-
khususnya yang menggunakan analisis proses memproduksi dan mengkonsumsi teks
strukturalisme, suatu studi yang terfokus hanya berlangsung.
pada analisis pada jenjang individu tentu akan Pendekatan konstruktivis, dalam hal quality
dinilai kurang. Sebagai contoh, bila dalam criteria yang digunakan, sebenarnya terpecah
melakukan analisis tentang faktor-faktor penyebab menjadi 2 (dua) varian. Di satu pihak adalah
kemiskinan kita hanya menggunakan variabel- kelompok peneliti kualitatif yang berusaha
variabel pada jenjang individu (seperti rendahnya mengadopsi quality criteria para peneliti klasik
nAch atau kebutuhan untuk berprestasi, fatalisme, dalam melakukan penelitian kuantitatif. Ini terlihat
dan sebagainya), tanpa memperhatikan faktor- dengan penggunaan kriteria-kriteria seperti cred-
faktor struktural (seperti kesenjangan akses ibility (sebagai kriteria yang dimaksudkan sejajar
Skema 2
KRITERIAKUALITAS PENELITIAN DARI SEGI METODOLOGI
DALAM PARADIGMA KLASIK
KUALITAS PENELITIAN
VALIDITAS AN GENERALISASI
RELIABILITAS VALIDITAS DISAIN DESKRIPTIF/ GENERALISASI
PENGUKURAN DAN ANALISIS EMPIRIS KONTEKSTUAL
· Apakah pengukuran · Apakah konsep-konsep · Apakah temuan dalam · Apakah temuan yang
konsep-konsep reliable? yang diteliti berhubungan sampel bisa dianggap diperoleh dalam setting/
reliable dalam sebagaimana yang telah mewakili keadaan konteks dimana
pengertian apa? Stabil, dihipotesakan? apakah alat sebenarnya dalam penelitian telah
equivalent, statistik yang dipakai benar? populasi dan apakah dilakukan bisa
homogen? · Apakah hubungan antar bisa ditarik inferensi digeneralisasi ke
· Apakah pengukuran konsep bisa ditafsirkan yang secara statistik konteks/setting yang
konsep-konsep bisa sebagai hubungan kausal? signifikan? lebih umum dan
dinilai valid? Dan valid Sejauhmana variabel lain berlaku sehari-hari?
dalam arti bagaimana? telah dikontrol?
Skema 3
KUALITAS STUDI EMPIRIK
DALAM PERSPEKTIF DOMINANT METHODOLOGY
Skema 4
SIGNIFIKANSI PENELITIAN
Signifikansi
Penelitian