Makalah PKN Kel.6
Makalah PKN Kel.6
MAKALAH
Disusun Oleh
Faarihah NIM170803102068
UNIVERISTAS JEMBER
2017/2018
i
PENEGAKAN HUKUM
MAKALAH
Dibuat sebagai salah satu tugas kelompok PKn dengan menggunakan pedoman karya
ilmiah
Oleh
Faarihah NIM170803102068
UNIVERISTAS JEMBER
2017/2018
ii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah PKn dengan pedoman Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Esensi Urgensi Dinamika dan Tantangan Dalam Penegakan Hukum di
Indonesia” .
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………… … ii
PRAKATA…………………………………………………................ iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………. iv
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………….. 1
1.3 TUJUAN………………………………………………… 2
BAB 3. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN…………………………………………..
3.2 KRITIK SARAN………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
v
berkepribadian. Hukum di Indonesia untuk masyarakat Indonesia dan untuk
bangsa Indonesia adalah yang mempunyai kepribadian dan falsafat Pancasila.
Hukum yang adil di Indonesia adalah hukum yang bersumber kepada
kepribadian dan filsafat hidup bangsa Indonesia yang mencerminkan rasa
keadilan bangsa Indonesia, mampu melindungi kepentingan-kepentingan
material dan spiritual dan mampu melindungi kepribadian-kepribadian dan
kesatuan bangsa, elangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuanga
mengejar cita-cita nasional. Maka dari itu hukum dibuat untuk dilaksanakan.
Hukum dapat disebut kosisten sebagai sesuatu yang harus dilaksanakan.
Hukum dapat dilihat bentuknya melalui kaidah-kaidah yang dirumuskan
secara eksplisit. Di dalam kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan hukum
terkandung tindakan-tindakan yang harus dilaksanakan seperti penegakan
hukum.
vi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
vii
luas. Hukum tidak cukup sebagai aturan, tetapi hukum juga dilegitimasi oleh
kekuasaan atau ada suatu kesepakatan (commands and sovereign).
Dari segi politik, manusia semuanya ingin menjadi raja yang abadi bak
fir’aun, hukum hadir untuk menyamaratakan kedudukan (equality before the
law) dan aturan tenggang waktu jabatan presiden (constitutional law).
a) Teori etis
Menurut teori etis semata-mata bahwa hukum bertujuan keadilan, isi
hukum ditentukan oleh keyakinan kita, etis tentang yang adil dan yang tidak
adil dan bertujuan merealisir atau wujud keadilan, pernyataan keadilan
menyangkut dua hal yaitu menyangkut hakikat keadilan dan yang menyangkut
isi atau norma untuk membuat secara konkret dalam keadaan tertentu.
b) Teori utilities
Menurut teori utilities hukum ingin menjamin kebahagiaan yang
terkesan bagi manusia dalam menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan
yang terbesar bagi jumlah orang yang banyak.
c) Teori campuran
Menuut teori ini tujuan pokok hukum adalah ketertiban, kebutuhan dan
ketertiban ini merupakan syarat pokok bagi adanya suatu masyarakat manusia
yang telatur.
viii
Mengetahui bahwa undang-undang dasar 1945 adalah sebagai salah
satu jenis hukum perundang undangan, tradisi hukum suatu negara dibagi
menjadi 4 bagian yaitu :
2. Hukum Yurisprudensi
Hukum yudrisprudensi adalah hukum yang dibentuk melaluhi
keputusan hakim (pengadilan), yurisprudensi diakui sebagai hukum dalam arti
konkret.
3. Hukum adat
Hukum adat adalah merupakan hukum asli bangsa Indonesia tidak
tertulis yang tumbuh dipertahankan dalam pesekutuan masyarakat hukum
adat.
4. Hukum kebiasaan
Hukum kebiasaan adalah hokum tidak tertulis (sama dengan hokum
adat) tetapi hokum kebiasaan tidak mempunyai daya terap yang memaksa,
ketaatan terhadap hukum kebiasaan semata-mata bersikap sukarela.
Tema hubungan antara hukum dan keadilan sudah sejak lama menjadi
pembahasan mulai dari kajian yang bersifat filosofis hingga praktis. Tema ini
pula yang melahirkan berbagai aliran pemikiran hukum yang berbeda-beda.
Sesungguhnya tidak ada satu aliran pun yang menolak bahwa hukum tak
ix
terpisahkan dengan keadilan. Perbedaannya hanya kapan dan apa ukuran
keadilan.
Seorang juris, termasuk aparat hukum, harus percaya bahwa hukum yang ada
telah dibuat dengan niatan baik untuk menegakkan keadilan. Hukum adalah
bentuk objektif dari keadilan yang semula bersifat subjektif. Karena itu,
hukum positif sudah pasti adil. Dengan menegakkan hukum positif berarti
menegakkan keadilan yang objektif. Keadilan di luar hukum positif dan
putusan pengadilan adalah keadilan subjektif yang bertentangan dengan
karakter keilmuan hukum.
Keadilan Masyarakat
Di mana ada masyarakat di situ ada hukum ”ubi societas ibi ius”. Pernyataan
ini tidak hanya bermakna bahwa keberadaan hukum bersamaan dengan
keberadaan masyarakat, tetapi juga menunjukkan bahwa hukum ada sebagai
instrumen untuk membentuk kehidupan bermasyarakat.
x
Karena itu, orientasi dari hukum adalah masyarakat itu sendiri. Keadilan yang
hendak dicapai dan diwujudkan adalah keadilan masyarakat. Karena hukum
adalah instrumen sosial, hukum tidak dibuat untuk hukum itu sendiri. Ini
mengandung konsekuensi bahwa penegakan hukum tidak semata-mata
ditujukan agar aturan hukum terlaksana. Dalil ini telah dikembangkan oleh
Satjipto Rahardjo sebagai salah satu karakter hukum progresif.
Pernyataan ini juga berarti bahwa hukum tidak dibuat untuk para yuris dan
aparat penegak hukum, melainkan untuk manusia dan masyarakat. Karena itu,
yang semestinya menjadi ukuran keadilan dalam penegakan hukum juga
bukan aturan hukum tertulis dan pendapat ahlihukum, melainkan
kesesuaiannya dengan nilai kemanusiaan dan pendapat umum masyarakat.
Pandangan bahwa keadilan yang objektif ada di dalam aturan hukum tertulis
mengandung tiga kelemahan mendasar. Pertama, pembentukan aturan hukum
tertulis tidak selalu berada pada ruang dan waktu ideal yang memungkinkan
keadilan menjadi pertimbangan utama dalam perumusan norma.
xi
2. Menegakkan hukum, dan
3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada mayarakat.
- Kejaksaan
Kejaksaan Republik Indonesia diatur oleh UU No. 16 Tahun 2004, yang
dalam undang-undang itu disebutkan bahwa diselenggarakan oleh Kejaksaan
Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri.
Kejaksaan adalah alat negara sebagai penegak hukum yang juga berperan
sebagai penuntut umum dalam perkara pidana. Jaksa adalah alat yang
mewakili rakyat untuk menuntut seseorang yang melanggar hukum pidana
maka sisebut penuntut umum yang mewakili umum. kejaksaan merupakan
aparat Negara yang bertugas :
1. Untuk melakukan penuntutan terhadap pelanggaran tindak pidana di
pengadilan.
Di sini jaksa melakukan penuntutan atas nama korban dan masyarakat yang
merasa dirugikan
2. Sebagai pelaksana (eksekutor) atas putusan pengadilan yang telah
berkekuatan
hukum tetap.
Aparat kejaksaan akan mempelajari BAP yang diserahkan oleh kepolisian.
Apabila telah lengkap maka kejaksaan akan menerbikan P21 yang artinya siap
dibawa ke pengadilan untuk disidangkan.
Tugas dan wewenang jaksa di bidang pidana antara lain :
1) melakukan penuntutan
2) melaksanakan keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum
xii
tetap
3) melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasar UU
- Kehakiman
Tugas utama seorang hakim adalah memeriksa, memutus suatu tindak pidana
atau perdata. Untuk itu seorang hakim dalam menjalankan tugasnya harus
lepas dari segala pengaruh agar keadilan benar-benar bisa ditegakkan.
Di tingkat pusat kekuasaan kehakiman dilakukan oleh MA dan MK.
Jika MA merupakan lembaga peradilan umum tertinggi,
maka MK merupakan lembaga peradilan khusus karena tugasnya :
- terbatas kepada hak uji terhadap UU ke atas ,
- sengketa kewenangan antar lembaga Negara,
- pembubaran partai politik
- memutuskan presiden dan/atau wakil presiden telah melanggar hukuman
tidak mengurusi masalah pidana.
- KPK
Lembaga baru yang dibentuk karena tuntutan dan amanat reformasi agar
Negara bersih dari praktek KKN. Dibentuk berdasarkan UU no 30 tahun 2002.
Tugas utamanya adalah menyelidiki dan memeriksa para pelaku korupsi yang
dilakukan oleh para pejabat Negara. KPK ini dalam menjalankan tugasnya
bertanggungjawab langsung kepada presiden.
xiii
2.4 DINAMIKA PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA
Hukum responsif tidak hanya berorientasi pada rules, tapi juga logika-
logika yang lain. Bahwa memberlakukan yurisprudensi saja tidak cukup, tapi
penegakan hukum harus diperkaya dengan ilmu-ilmu sosial. Dan ini
merupakan tantangan bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proses
xiv
penegakan hukum, mulai dari polisi, jaksa, hakim, dan advokat untuk bisa
membebaskan diri dari kungkungan hukum murni yang kaku dan analitis.
Karena selama ini, disadari atau tidak, selain tidak memenuhi rasa
keadilan masyarakat, keberadaan hukum juga menjadi ancaman bagi
masyarakat. Pada kondisi inilah hukum responsif mengisyaratkan bahwa
penegakan hukum tidak dapat dilakukan setengah-setengah. Menjalankan
hukum tidak hanya menjalankan undang-undang, tetapi harus memiliki
kepekaan sosial. Sudah waktunya para aparat penegak hukum responsif
sebagai landasan diberlakukannya keadilan sejati dari kenyataan-kenyataan
sosial yang terjadi di masyarakat.
xv
hukum masih tidak terbukaannya dalam proses peradilan sehingga
menimbulkan ketidak percayaan masyarakat akan keadilan yang sebenarnya.
Rendahnya transparansi penegakan hukum inilah yang menjadi salah satu
faktor terbesar sehingga penegakan hukum di Indonesia masih dalam situasi
yang kacau. Oleh karena itu, transparansi penegakan hukum sangat
diperlukan untuk mengindari terjadinya manipulasi fakta, penyalahgunaan
kekuasaan, dan ketidakjujuran.
xvi
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum adalah keharusan atau sesuatu yang mendesak sangat penting
dan harus dilakukan atau dilaksanakan oleh manusia yang berakal untuk
melaksanakan dan mematuhi hukum-hukum yang tertulis atau tidak tertulis
dalam kehidupan sekitarnnya, Petingnya mempelajari urgensi dalam ilmu
hukum adalah: Bisa mengetahui bahwa hukum sebagai ilmu sosial,
Mengetahui bahwa hukum mempunyai teori tujuan, Mengetahui bahwa
undang-undang dasar 1945 adalah sebagai salah satu jenis hukum perundang
undangan.
Hukum yang mengikat inilah yang mengikat kepada seluruh
masyarakat, istilah hukum yang memaksa adalah dwingend recht, kata
memaksa dalam hal ini dimaksudkan bahwa pembuatan undang-undang tidak
diberikan kekuasaan kepada para pihak untuk menerapkan atau tidak
menerapkan aturan itu, dengan perkataan lain aturan itu tidak boleh
disimpangi oleh mereka yang melakukan hubungan hukum, Jadi hukum
memaksa adalah hukum yang dalam keadaan konkret harus ditaati, atau
hukum yang tidak boleh dilanggar harus dialaksanakan dan diikuti oleh semua
pihak, Yang termasuk hukum yang mengikat dan tidak mengikat yaitu hukum
publik dan hukum privat, yang menyangkut hukum public atau hukum
mengikat adalah hukum tata negara, hukum administrasi negara dan hukum
Pidana, hukum pidana terdiri dari dua yaitu hukum pidana materil dan hukum
pidana formil.
Sedangkan yang menyangkut hukum privat atau hukum mengikatadalah
hukum perdata, hukum dagang dan hukum perselisihan.
Pentingnya hukum bagi kehidupan masyarakat yaitu untuk menjaga
agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus dan di terima
oleh anggota masyarakat maka peraturan hukum yang ada harus sesuai dan
tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut,
Fungsi urgensi dalam kehidupan masyarakat yaitu;mengetahui bahwa hukum
xvii
itu mengabdi pada tujuan negara yaitu untuk mendatangkan kemakmuran dan
kebahagiaaan pada rakyatnya, mengetahui bahwa hukum bisa mengatur
pergaulan hidup manusia secara damai, mengetahui bahwa hukum telah
mewujudkan semata-mata apa yang bermanfaat bagi seorang, Mengetahui
bahwa hukum terdapat kaidah-kaidah seperti kaidah agama, kaidah kesusilaan
atau moral dan kaidah kesopanan.
xviii
Daftar pustaka
http://rasjuddin.blogspot.co.id/2013/06/kepastian-hukum.html
http://kopihangat333pernakpernik.blogspot.co.id/2010/02/tujuan-utama-
dari-proses-penegakan.html
http://blog.konsultasi-skripsi.org/2014/11/penegakan-hukum-yang-
berkeadilan.html
Subekti, R., Beberapa Pemikiran Mengenai Sistem Hukum Nasional yang
akan Datang, Kertas kerja pada Seminar Hukum Nasional IV, Jakarta
l979.
Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, S.H., Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, Cet.
Kansil, C.S.T. 1986. pengantar ilmu hukum dan tata hukum di indonesia.
Jakarta .Balai Pustaka.
Alpeldoorn.LJ.Van. 2001. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Pradrya
Paramita.
Soeroso,R. 2015. Pengantar ilmu hukum. Jakarta. Sinar Grafika.
Rahardjo, satjipto. 2011. Penegakan hukum. Yogyakarta. Genta
publishing.
xix