Anda di halaman 1dari 19

PENEGAKAN HUKUM

(ESENSI URGENSI DINAMIKA DAN TANTANGAN DALAM


PENENGAKAN HUKUM DI INDONESIA)

MAKALAH

Disusun Oleh

Faarihah NIM170803102068

Khusnul Dinda Atikasari NIM170803102070

Diah Anggraini NIM170803102074

Henny Eka Dewi Susanti NIM170810101046

Wahyu Effendi NIM170810101052

Rizky Rahmawati NIM170810101107

UNIVERISTAS JEMBER

2017/2018

i
PENEGAKAN HUKUM

(ESENSI URGENSI DINAMIKA DAN TANTANGAN DALAM


PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA)

MAKALAH

Dibuat sebagai salah satu tugas kelompok PKn dengan menggunakan pedoman karya
ilmiah

Oleh

Faarihah NIM170803102068

Khusnul Dinda Atikasari NIM170803102070

Diah Anggraini NIM170803102074

Henny Eka Dewi Susanti NIM170810101046

Wahyu Effendi NIM170810101052

Rizky Rahmawati NIM170810101107

UNIVERISTAS JEMBER

2017/2018

ii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah PKn dengan pedoman Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Esensi Urgensi Dinamika dan Tantangan Dalam Penegakan Hukum di
Indonesia” .

Dengan terselesaikannya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih


kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung penulisan gagasan tertulis
ini kepada :

1. Drs. Sumarjono, M.Si., selaku Dosen Mata Kuliah Umum Pendidikan


Kewarganegaraan.
2. Yang Terhormat, Ayah dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan
perhatian dan dukungannya baik secara materil maupun non materil.
3. Serta teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah kami ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Jember, 24 Oktober 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………. i

HALAMAN JUDUL……………………………………………… … ii

PRAKATA…………………………………………………................ iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………. iv

BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………….. 1

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………….. 2

1.3 TUJUAN………………………………………………… 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………

2.1 HAKIKAT HUKUM………………………………………..


2.2 HUKUM YANG BERKEADILAN…………………….
2.3 LEMBAGA-LEMBAGA PENEGAKKAN HUKUM
2.4 DINAMIKA PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA
2.5 TANTANGAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

BAB 3. PENUTUP

3.1 KESIMPULAN…………………………………………..
3.2 KRITIK SARAN………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan dan aliran. Dengan
beranekaragam golongan dan aliran tersebut bagaimana caranya kita harus
bisa menyatukan golongan dan aliran itu menjadi satu dan bersama dalam
kehidupan bermasyarakat. Adapun caraya untuk mengatur tingkah laku
manusia dalam masyarakat, ialah peraturan hidup. Agar dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya dengan aman, tenteram, dan damai tanpa gangguan,
maka tiap manusia perlu adanya suatu tata. Tata itu berwujud aturan-aturan
yang menjadi pedoman bagi manusia dalam bermasyarakat, sehingga
kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan terjamin.
Keamanan dalam masyarakat akan terpelihara, apabila antar
masyarakat tidak mengganggu sesamanya. Bila keamanan terganggu, maka
masyarakat itu akan kacau. Jika keadaan tersebut terus-menerus terjadi, maka
tidak dapat dikatakan, bahwa ada penghidupan yang teratur dalam masyarakat
itu. Di dunia dan juga di Indonesia manusia terikat oleh peraturan hidup yang
disebut norma, tanpa atau disertai sanksi.
Seperti yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar kita, bahwa
Negara Repubik Indonesia adalah Negara Hukum (Rechstaat), bukan Negara
Kekuasaan (Manchstaat). Ini berarti bahwa kedaulatan atau kekuasaan
tertinggi dalam Negara tidak didasarkan kepada kekuatan kekuasaan semata,
tetapi didasarkan kepada hukum, dalam arti cita hukum (Rechtsidee) yang
didalamnya mengandung cita-cita luhur bangsa Indonesia. Dengan demikian
hukum mempunyai kedudukan yang tinggi sekali dalam Negara. Di Negara
Indonesia hukum bersumber kepada Pancasila.
Masalah hukum tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat dengan
masyarakat-masyarakat tertentu, di daerah tertentu, dan pada waktu tertentu.
Masyarakat adalah masyarakat manusia yang berkedudukan dan

v
berkepribadian. Hukum di Indonesia untuk masyarakat Indonesia dan untuk
bangsa Indonesia adalah yang mempunyai kepribadian dan falsafat Pancasila.
Hukum yang adil di Indonesia adalah hukum yang bersumber kepada
kepribadian dan filsafat hidup bangsa Indonesia yang mencerminkan rasa
keadilan bangsa Indonesia, mampu melindungi kepentingan-kepentingan
material dan spiritual dan mampu melindungi kepribadian-kepribadian dan
kesatuan bangsa, elangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuanga
mengejar cita-cita nasional. Maka dari itu hukum dibuat untuk dilaksanakan.
Hukum dapat disebut kosisten sebagai sesuatu yang harus dilaksanakan.
Hukum dapat dilihat bentuknya melalui kaidah-kaidah yang dirumuskan
secara eksplisit. Di dalam kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan hukum
terkandung tindakan-tindakan yang harus dilaksanakan seperti penegakan
hukum.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa penegrtian hakikat hukum?
2. Apa hubungan hukum dengan keadilan?
3. Bagaimana dinamika penegakan hukum di Indonesia ?
4. Apa tantangan dalam penegakan hukum di Indonesia?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui esensi hukum
2. Untuk mengetahui pengertian hukum yang berkeadilan
3. Untuk mengetahui urgensi hukum yang berkeadilan
4. Menjelaskan proses atau dinamika penegakan hukum di
Indonesia
5. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi Indonesia dalam
penegakan hukum

vi
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HAKIKAT HUKUM

Arti hukum secara etimologi

Kata hukum berasal dari bahasa arab dan merupakan bentuk


tunggal. Kata jamaknya adalah “alkas” yang selanjutnya diambil alih
dalam bahasa indonesia menjadi hukum. Di dalam pengertian hukum
terkandung pengertian bertalian erat dengan pengertian yang dapat
melakukan paksaan.

Definisi hukum oleh para ahli pakar

1) Prof. Dr. P. Borst


Menurut borst hukum adalah keseluruhan peraturan bagi
kelakuan atau perbuatan manusia di dalam masyarakat, yang
pelaksanannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan tata
atau keadilan.
2) Prof. Dr. Van kan
Menurut van kan hukum adalah keseluruhan peraturan hidup
yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di
dalam masyarakat.
3) Dr. E. Utrecht SH.
Menurut Utrecht hukum adalah himpunan petunjuk-
petunjuk hidup tata tertib suatun masyarakat dan seharus di taati
oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.

Hukum secara arti luas

Hukum adalah seperangkat aturan yang apabila dilanggar akan


mendapatkan suatu sanksi. John Austin kemudian dalam bukunya The
Province of Jurispudence Determined mendefinisikan kalimat itu secara lebih

vii
luas. Hukum tidak cukup sebagai aturan, tetapi hukum juga dilegitimasi oleh
kekuasaan atau ada suatu kesepakatan (commands and sovereign).

Hukum adalah kebutuhan untuk menuju cita-cita kehidupan ke arah


yang lebih baik. Nafsu, kerakusan dan keinginan menguasai orang lain
dibatasi dengan kehadiran hukum. Tidak salah apabila pujangga Romawi
kemudian berujar “sekalipun langit runtuh maka hukum harus tetap
ditegakan”.

Dari segi ekonomi, dimana seorang manusia cenderung ingin memiliki


wilayah yang luas dan kekuasaan ekonomi yang besar, hukum membatasinya
dengan kepemilikan harus juga memperhatikan fungsi sosial (eigentum
verplichtet).

Dari segi politik, manusia semuanya ingin menjadi raja yang abadi bak
fir’aun, hukum hadir untuk menyamaratakan kedudukan (equality before the
law) dan aturan tenggang waktu jabatan presiden (constitutional law).

Mengetahui bahwa hukum mempunyai teori tujuan, yaitu :

a) Teori etis
Menurut teori etis semata-mata bahwa hukum bertujuan keadilan, isi
hukum ditentukan oleh keyakinan kita, etis tentang yang adil dan yang tidak
adil dan bertujuan merealisir atau wujud keadilan, pernyataan keadilan
menyangkut dua hal yaitu menyangkut hakikat keadilan dan yang menyangkut
isi atau norma untuk membuat secara konkret dalam keadaan tertentu.
b) Teori utilities
Menurut teori utilities hukum ingin menjamin kebahagiaan yang
terkesan bagi manusia dalam menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan
yang terbesar bagi jumlah orang yang banyak.
c) Teori campuran
Menuut teori ini tujuan pokok hukum adalah ketertiban, kebutuhan dan
ketertiban ini merupakan syarat pokok bagi adanya suatu masyarakat manusia
yang telatur.

viii
Mengetahui bahwa undang-undang dasar 1945 adalah sebagai salah
satu jenis hukum perundang undangan, tradisi hukum suatu negara dibagi
menjadi 4 bagian yaitu :

1. Hukum perundang undangan


Hukum undang-undang adalah hukum yang tertulis yang dibentuk
dengan cara-cara tertentu oleh penjabat yang berwenang dan dituangkan
dalam bentuk tertulis.

2. Hukum Yurisprudensi
Hukum yudrisprudensi adalah hukum yang dibentuk melaluhi
keputusan hakim (pengadilan), yurisprudensi diakui sebagai hukum dalam arti
konkret.

3. Hukum adat
Hukum adat adalah merupakan hukum asli bangsa Indonesia tidak
tertulis yang tumbuh dipertahankan dalam pesekutuan masyarakat hukum
adat.

4. Hukum kebiasaan
Hukum kebiasaan adalah hokum tidak tertulis (sama dengan hokum
adat) tetapi hokum kebiasaan tidak mempunyai daya terap yang memaksa,
ketaatan terhadap hukum kebiasaan semata-mata bersikap sukarela.

2.2 HUKUM YANG BERKEADILAN

Hukum yang Berkeadilan

Tema hubungan antara hukum dan keadilan sudah sejak lama menjadi
pembahasan mulai dari kajian yang bersifat filosofis hingga praktis. Tema ini
pula yang melahirkan berbagai aliran pemikiran hukum yang berbeda-beda.
Sesungguhnya tidak ada satu aliran pun yang menolak bahwa hukum tak

ix
terpisahkan dengan keadilan. Perbedaannya hanya kapan dan apa ukuran
keadilan.

Pandangan positivistik tidak menolak bahwa hukum salah satu instrumen


sosial. Dengan sendirinya diakui bahwa hukum adalah alat atau media untuk
mencapai dan mewujudkan sesuatu. Yang hendak dicapai adalah keadilan
sebagai dasar untuk mewujudkan ketertiban sosial berdasarkan nilainilai
tertentu yang hidup dalam masyarakat itu sendiri.

Keadilan menjadi dasar ketertiban sosial karena di dalam keadilan terdapat


perlindungan terhadap kepentingan individu dan masyarakat sekaligus.
Namun, kaum positivis berpandangan bahwa persoalan hukum dan keadilan
sudah selesai ketika hukum dalam arti peraturan perundang-undangan atau
putusan hakim telah selesai dibuat. Keadilan bukan bagian dari persoalan
hukum, melainkan persoalan pembuatan hukum.

Seorang juris, termasuk aparat hukum, harus percaya bahwa hukum yang ada
telah dibuat dengan niatan baik untuk menegakkan keadilan. Hukum adalah
bentuk objektif dari keadilan yang semula bersifat subjektif. Karena itu,
hukum positif sudah pasti adil. Dengan menegakkan hukum positif berarti
menegakkan keadilan yang objektif. Keadilan di luar hukum positif dan
putusan pengadilan adalah keadilan subjektif yang bertentangan dengan
karakter keilmuan hukum.

Keadilan Masyarakat

Di mana ada masyarakat di situ ada hukum ”ubi societas ibi ius”. Pernyataan
ini tidak hanya bermakna bahwa keberadaan hukum bersamaan dengan
keberadaan masyarakat, tetapi juga menunjukkan bahwa hukum ada sebagai
instrumen untuk membentuk kehidupan bermasyarakat.

x
Karena itu, orientasi dari hukum adalah masyarakat itu sendiri. Keadilan yang
hendak dicapai dan diwujudkan adalah keadilan masyarakat. Karena hukum
adalah instrumen sosial, hukum tidak dibuat untuk hukum itu sendiri. Ini
mengandung konsekuensi bahwa penegakan hukum tidak semata-mata
ditujukan agar aturan hukum terlaksana. Dalil ini telah dikembangkan oleh
Satjipto Rahardjo sebagai salah satu karakter hukum progresif.

Pernyataan ini juga berarti bahwa hukum tidak dibuat untuk para yuris dan
aparat penegak hukum, melainkan untuk manusia dan masyarakat. Karena itu,
yang semestinya menjadi ukuran keadilan dalam penegakan hukum juga
bukan aturan hukum tertulis dan pendapat ahlihukum, melainkan
kesesuaiannya dengan nilai kemanusiaan dan pendapat umum masyarakat.

Pandangan bahwa keadilan yang objektif ada di dalam aturan hukum tertulis
mengandung tiga kelemahan mendasar. Pertama, pembentukan aturan hukum
tertulis tidak selalu berada pada ruang dan waktu ideal yang memungkinkan
keadilan menjadi pertimbangan utama dalam perumusan norma.

2.3 LEMBAGA- LEMBAGA PENEGAKAN HUKUM


- Kepolisian
Tugas utamanya adalah menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat,
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat dan menegkkan hukum.
Sebagai aparat hukum polisi dapat menjalakan fungsinya sebagai penyelidik
dan penyidik. Polisi juga berwenang untuk menangkap orang yang diduga
melakukan tindak kejahatan.
Hasil pemeriksaaan yang dilakukan oleh polisi terhadap pelaku tindak
criminal disbut dengan BAP (berita acara pemeriksaan) yang akan diserahkan
kepada kejaksaan.
# Kepolisian Negara diatur oleh UU No. 2 Tahun 2002. tugas pokok
kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

xi
2. Menegakkan hukum, dan
3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada mayarakat.

Untuk melaksanakan tugasnya, kepolisian antara lain berwenang :


1. menerima laporan dan pengaduan
2. menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menganggu
ketertiban umum
3. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat.

- Kejaksaan
Kejaksaan Republik Indonesia diatur oleh UU No. 16 Tahun 2004, yang
dalam undang-undang itu disebutkan bahwa diselenggarakan oleh Kejaksaan
Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri.
Kejaksaan adalah alat negara sebagai penegak hukum yang juga berperan
sebagai penuntut umum dalam perkara pidana. Jaksa adalah alat yang
mewakili rakyat untuk menuntut seseorang yang melanggar hukum pidana
maka sisebut penuntut umum yang mewakili umum. kejaksaan merupakan
aparat Negara yang bertugas :
1. Untuk melakukan penuntutan terhadap pelanggaran tindak pidana di
pengadilan.
Di sini jaksa melakukan penuntutan atas nama korban dan masyarakat yang
merasa dirugikan
2. Sebagai pelaksana (eksekutor) atas putusan pengadilan yang telah
berkekuatan
hukum tetap.
Aparat kejaksaan akan mempelajari BAP yang diserahkan oleh kepolisian.
Apabila telah lengkap maka kejaksaan akan menerbikan P21 yang artinya siap
dibawa ke pengadilan untuk disidangkan.
Tugas dan wewenang jaksa di bidang pidana antara lain :
1) melakukan penuntutan
2) melaksanakan keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum

xii
tetap
3) melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasar UU

Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum jaksa turut melakukan


penyelidikan yang berupa:
1) peningkatan kesadara hukum
2) mengawasi aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara
3) pengamanan kebijakan penegakan hukum

- Kehakiman
Tugas utama seorang hakim adalah memeriksa, memutus suatu tindak pidana
atau perdata. Untuk itu seorang hakim dalam menjalankan tugasnya harus
lepas dari segala pengaruh agar keadilan benar-benar bisa ditegakkan.
Di tingkat pusat kekuasaan kehakiman dilakukan oleh MA dan MK.
Jika MA merupakan lembaga peradilan umum tertinggi,
maka MK merupakan lembaga peradilan khusus karena tugasnya :
- terbatas kepada hak uji terhadap UU ke atas ,
- sengketa kewenangan antar lembaga Negara,
- pembubaran partai politik
- memutuskan presiden dan/atau wakil presiden telah melanggar hukuman
tidak mengurusi masalah pidana.

- KPK
Lembaga baru yang dibentuk karena tuntutan dan amanat reformasi agar
Negara bersih dari praktek KKN. Dibentuk berdasarkan UU no 30 tahun 2002.
Tugas utamanya adalah menyelidiki dan memeriksa para pelaku korupsi yang
dilakukan oleh para pejabat Negara. KPK ini dalam menjalankan tugasnya
bertanggungjawab langsung kepada presiden.

xiii
2.4 DINAMIKA PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Sebagai bangsa yang telah merdeka selama 72 tahun, predikat sebagai


negara terkorup hingga hari ini masih melekat pada Indonesia. Meningkatnya
angka kemiskinan di setiap tahun masih terus membayangi, ditambah lagi
dengan keburukan moral para elite politik yang kian korup dan
memprihatinkan, hingga berimplikasi pada pesimisme masyarakat terhadap
supremasi hukum sebagai garda depan sebuah bangsa.

Hukum yang ada hanya dipahami sebagai aturan-aturan yang bersifat


kaku, terlalu menekankan pada aspek the legal sistem, tanpa melihat kaitan
antara hukum dengan persoalan-persoalan masyarakat yang harus ditangani.
Di satu sisi, hukum identik dengan ketertiban sebagai cermin pengaturan dari
penguasa, tapi di sisi lain terdapat pemahaman hukum yang menekankan
aspek legitimasi dari peraturan-peraturan itu sendiri. Padahal hukum
semestinya tidak buta terhadap konsekuensi sosial-politik yang ada dan tidak
kebal terhadap berbagai pengaruh kepentingan.

Hukum responsif berorientasi pada hasil, pada tujuan-tujuan yang


akan dicapai di luar hukum. Dalam tipe hukum ini, tatanan hukum
dinegosiasikan, bukan dimenangkan melalui subordinasi. Ciri khas hukum
responsif adalah mencari nilai-nilai tersirat dalam peraturan dan kebijakan,
karena pada dasarnya teori hukum responsif adalah teori hukum yang memuat
pandangan kritis. Teori ini berpandangan bahwa hukum merupakan cara
mencapai tujuan.

Hukum responsif tidak hanya berorientasi pada rules, tapi juga logika-
logika yang lain. Bahwa memberlakukan yurisprudensi saja tidak cukup, tapi
penegakan hukum harus diperkaya dengan ilmu-ilmu sosial. Dan ini
merupakan tantangan bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proses

xiv
penegakan hukum, mulai dari polisi, jaksa, hakim, dan advokat untuk bisa
membebaskan diri dari kungkungan hukum murni yang kaku dan analitis.

Produk hukum yang berkarakter responsif, proses pembuatannya


bersifat partisipasif, yakni mengundang sebanyak-banyaknya partisipasi
semua elemen masyarakat, baik dari segi individu ataupun kelompok
masyarakat, dan juga harus bersifat aspiratif yang bersumber dari keinginan
atau kehendak dari masyarakat. Artinya, produk hukum itu bukan kehendak
dari penguasa untuk melegitimasikan kekuasaannya.

Karena selama ini, disadari atau tidak, selain tidak memenuhi rasa
keadilan masyarakat, keberadaan hukum juga menjadi ancaman bagi
masyarakat. Pada kondisi inilah hukum responsif mengisyaratkan bahwa
penegakan hukum tidak dapat dilakukan setengah-setengah. Menjalankan
hukum tidak hanya menjalankan undang-undang, tetapi harus memiliki
kepekaan sosial. Sudah waktunya para aparat penegak hukum responsif
sebagai landasan diberlakukannya keadilan sejati dari kenyataan-kenyataan
sosial yang terjadi di masyarakat.

2.5 TANTANGAN PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA


Saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan yang cukup serius
yaitu membangun kembali transparansi penegakan hukum sebagai bentuk
dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Di era modern saat ini,
khususnya sejak reformasi bergulir, transparansi merupakan suatu hal yang
tidak bisa dihindari, termasuk dalam hal penegakan hukum di Indonesia.
Praktik-praktik penegakan hukum yang selama ini ditunjukkan oleh para
penegak hukum, masih menunjukkan adanya ketidak terbukaan terhadap
masyarakat, sehingga menimbulkan rendahnya kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga penegak hukum. Di lingkungan penegak hukum para aparat

xv
hukum masih tidak terbukaannya dalam proses peradilan sehingga
menimbulkan ketidak percayaan masyarakat akan keadilan yang sebenarnya.
Rendahnya transparansi penegakan hukum inilah yang menjadi salah satu
faktor terbesar sehingga penegakan hukum di Indonesia masih dalam situasi
yang kacau. Oleh karena itu, transparansi penegakan hukum sangat
diperlukan untuk mengindari terjadinya manipulasi fakta, penyalahgunaan
kekuasaan, dan ketidakjujuran.

xvi
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum adalah keharusan atau sesuatu yang mendesak sangat penting
dan harus dilakukan atau dilaksanakan oleh manusia yang berakal untuk
melaksanakan dan mematuhi hukum-hukum yang tertulis atau tidak tertulis
dalam kehidupan sekitarnnya, Petingnya mempelajari urgensi dalam ilmu
hukum adalah: Bisa mengetahui bahwa hukum sebagai ilmu sosial,
Mengetahui bahwa hukum mempunyai teori tujuan, Mengetahui bahwa
undang-undang dasar 1945 adalah sebagai salah satu jenis hukum perundang
undangan.
Hukum yang mengikat inilah yang mengikat kepada seluruh
masyarakat, istilah hukum yang memaksa adalah dwingend recht, kata
memaksa dalam hal ini dimaksudkan bahwa pembuatan undang-undang tidak
diberikan kekuasaan kepada para pihak untuk menerapkan atau tidak
menerapkan aturan itu, dengan perkataan lain aturan itu tidak boleh
disimpangi oleh mereka yang melakukan hubungan hukum, Jadi hukum
memaksa adalah hukum yang dalam keadaan konkret harus ditaati, atau
hukum yang tidak boleh dilanggar harus dialaksanakan dan diikuti oleh semua
pihak, Yang termasuk hukum yang mengikat dan tidak mengikat yaitu hukum
publik dan hukum privat, yang menyangkut hukum public atau hukum
mengikat adalah hukum tata negara, hukum administrasi negara dan hukum
Pidana, hukum pidana terdiri dari dua yaitu hukum pidana materil dan hukum
pidana formil.
Sedangkan yang menyangkut hukum privat atau hukum mengikatadalah
hukum perdata, hukum dagang dan hukum perselisihan.
Pentingnya hukum bagi kehidupan masyarakat yaitu untuk menjaga
agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus dan di terima
oleh anggota masyarakat maka peraturan hukum yang ada harus sesuai dan
tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut,
Fungsi urgensi dalam kehidupan masyarakat yaitu;mengetahui bahwa hukum

xvii
itu mengabdi pada tujuan negara yaitu untuk mendatangkan kemakmuran dan
kebahagiaaan pada rakyatnya, mengetahui bahwa hukum bisa mengatur
pergaulan hidup manusia secara damai, mengetahui bahwa hukum telah
mewujudkan semata-mata apa yang bermanfaat bagi seorang, Mengetahui
bahwa hukum terdapat kaidah-kaidah seperti kaidah agama, kaidah kesusilaan
atau moral dan kaidah kesopanan.

3.2 Kritik dan Saran


Dengan membaca makalah ini para pembaca disarankan untuk
mengambil manfaat dan ilmu tentang penegakan hukum yang ada di
indonesia, hakikat hukum sebagai landasan kekuatan hukum yang mengikat
dan pentingnya penegakan hukum bagi kehidupan masyarakat.
Diharapkan para pembaca menganalisis kekurangan dari makalah yang
kami buat, dengan kritik yang membangun kami dapat merevisi makalah ini
sesuai dengan karya ilmiah yang baik dan benar.

xviii
Daftar pustaka

 http://rasjuddin.blogspot.co.id/2013/06/kepastian-hukum.html
 http://kopihangat333pernakpernik.blogspot.co.id/2010/02/tujuan-utama-
dari-proses-penegakan.html
 http://blog.konsultasi-skripsi.org/2014/11/penegakan-hukum-yang-
berkeadilan.html
 Subekti, R., Beberapa Pemikiran Mengenai Sistem Hukum Nasional yang
akan Datang, Kertas kerja pada Seminar Hukum Nasional IV, Jakarta
l979.
 Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, S.H., Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, Cet.
 Kansil, C.S.T. 1986. pengantar ilmu hukum dan tata hukum di indonesia.
Jakarta .Balai Pustaka.
 Alpeldoorn.LJ.Van. 2001. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Pradrya
Paramita.
 Soeroso,R. 2015. Pengantar ilmu hukum. Jakarta. Sinar Grafika.
 Rahardjo, satjipto. 2011. Penegakan hukum. Yogyakarta. Genta
publishing.

xix

Anda mungkin juga menyukai