Anda di halaman 1dari 5

Rel adalah logam batang untuk landasan jalan kereta api atau kendaraan sejenis

seperti trem dan sebagainya. Rel mengarahkan/memandu kereta api tanpa memerlukan
pengendalian. Rel merupakan dua batang logam kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan
sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan
menggunakan paku rel, sekrup penambat, atau penambat e (seperti penambat pandrol).
Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan yang digunakan. Puku
ulir atau paku penambat digunakan pada bantalan kayu, sedangkan penambat "e" digunakan
untuk bantalan beton atau semen.
Rel biasanya dipasang di atas badan jalan yang dilapis dengan batu kericak atau dikenal
sebagai Balast. Balast berfungsi pada rel kereta api untuk meredam getaran dan lenturan rel
akibat beratnya kereta api. Untuk menyeberangi jembatan, digunakan bantalan kayu yang lebih
elastis ketimbang bantalan beton.
Bentuk rel didesain sedemikian rupa agar dapat menahan momen rel sehingga dibentuk
sebagai batang berbentuk profil I. Dibagi berdasarkan bentuknya, rel terdiri atas 3 macam, yaitu :

 Rel berkepala dua (double bullhead rails)


 Rel beralur (grooved rails)
 Rel Vignola (flat bottom rails)

Bagian rel dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kepala Rel (Head) yang dirancang sesuai dengan bentuk permukaan bandasi roda untuk
memperoleh kombinasi kualitas perjalanan yang baik dengan kontak minimum.
2. Badan Rel (Web) yang dirancang untuk menghasilkan kuat geser yang cukup untuk melindungi
kerusakan khususnya di sekitar lobang sambungan rel.
3. Kaki Rel (Foot) yang dirancang untuk memberi kestabilan akibat guling dan bidang untuk
penambat, dengan bidang dasar yang datar untuk distribusi beban yang merata ke bantalan.

Material Rel Kereta (Komposisi dan Struktur)


Material rel kereta merupakan baja dengan kadar karbon tinggi yaitu 0,60% yang biasa
digunakan untuk rel kereta api, disebut R.42 karena mempunyai profil berat spesifik 42,23 Kg/m
(Sub Direktorat Jalan dan Bangunan Kantor Pusat PJKA, 1989:192). Komposisi Bahan yang
dipakai dalam pembuatan Rel sendiri antara lain : Carbon 0,4-0,82% ; Silicca 0,05-0,5% ;
Mangaan 0,6-1,7% ; Phosporus 0,05% max ; Sulfur 0,05% max. Nilai kekerasan R.42 adalah
kekerasan brinell sebesar 240 (Sub Direktorat Jalan dan Bangunan Kantor Pusat PJKA,
1989:187). Kekuatan tarik material R.42 adalah sebesar 80 Kg/mm2 (Sub Direktorat Jalan dan
bangunan Kantor Pusat PJKA, 1989:200).
Karbon merupakan unsur yang dominan dalam baja, sedang unsur lain yang mempengaruhi
adalah :
1. P, Mo, dan V membentuk sifat keuletan pada baja.
2. Ni dan Mn bersifat memperbaiki keuletan baja, Mn bersifat mengikat karbida sehingga
pearlite dan ferrite menjadi halus.
3. P membuat baja bersifat getas pada suhu rendah.
4. S bersifat menurunkan keuletan baja pada arah tegak.
5. Mo dan W bersifat mengendalikan kegetasan pada perlakuan temperatur.

Secara konstruksi, jalan rel dibagi dalam dua bentuk konstruksi, yaitu:
1. Jalan rel dalam konstruksi timbunan,
2. Jalan rel dalam konstruksi galian.

Jalan rel dalam konstruksi timbunan biasanya terdapat pada daerah persawahan atau daerah
rawa, sedangkan jalan rel pada konstruksi galian umumnya terdapat pada medan pegunungan.
Struktur jalan rel dibagi ke dalam dua bagian struktur yang terdiri dari kumpulan komponen-
komponen jalan rel yaitu:
1. Struktur bagian atas, atau dikenal sebagai superstructure yang terdiri dari komponen-
komponen seperti rel (rail), penambat (fastening) dan bantalan (sleeper, tie).
2. Struktur bagian bawah, atau dikenali sebagai substructure, yang terdiri dari komponen
balas (ballast), subbalas (subballast), tanah dasar (improve subgrade) dan tanah asli
(natural ground). Tanah dasar merupakan lapisan tanah di bawah subbalas yang berasal
dari tanah asli tempatan atau tanah yang didatangkan (jika kondisi tanah asli tidak baik),
dan telah mendapatkan perlakuan pemadatan (compaction) atau diberikan perlakuan
khusus (treatment). Pada kondisi tertentu, balas juga dapat disusun dalam dua lapisan,
yaitu : balas atas (top ballast) dan balas bawah (bottom ballast).

Konstruksi jalan rel merupakan suatu sistem struktur yang menghimpun komponen-
komponennya seperti rel, bantalan, penambat dan lapisan fondasi serta tanah dasar secara
terpadu dan disusun dalam sistem konstruksi dan analisis tertentu untuk dapat dilalui kereta api
secara aman dan nyaman. Gambar di bawah ini menjelaskan bagian-bagian struktur atas dan
bawah konstruksi jalan rel dan secara skematik menjelaskan keterpaduan komponen-
komponennya dalam suatu sistem struktur.

Secara umum komponen-komponen penyusun jalan rel dijelaskan sebagai berikut:


1. Rel (Rail)
Rel merupakan batangan baja longitudinal yang berhubungan secara langsung, dan memberikan
tuntunan dan tumpuan terhadap pergerakan roda kereta api secara berterusan. Oleh karena itu, rel
juga harus memiliki nilai kekakuan tertentu untuk menerima dan mendistribusikan beban roda
kereta api dengan baik.

2. Penambat (Fastening System)


Untuk menghubungkan diantara bantalan dengan rel digunakan suatu sistem penambat yang
jenis dan bentuknya bervariasi sesuai dengan jenis bantalan yang digunakan serta klasifikasi
jalan rel yang harus dilayani.

3. Bantalan (Sleeper)
Bantalan memiliki beberpa fungsi yang penting, diantaranya menerima beban dari rel dan
mendistribusikannya kepada lapisan balas dengan tingkat tekanan yang kecil, mempertahankan
sistem penambat untuk mengikat rel pada kedudukannya, dan menahan pergerakan rel arah
longitudinal, lateral dan vertikal. Bantalan terbagi menurut bahan konstruksinya, seperti bantalan
besai, kayu maupun beton. Perancangan bantalan yang baik sangat diperlukan supaya fungsi
bantalan dapat optimal.

4. Lapisan Fondasi Atas atau Lapisan Balas (Ballast)


Konstruksi lapisan balas terdiri dari material granular/butiran dan diletakkan sebagai lapisan
permukaan (atas) dari konstruksi substruktur. Material balas yang baik berasal dari batuan yang
bersudut, pecah, keras, bergradasi yang sama, bebas dari debu dan kotoran dan tidak pipih
(prone). Meskipun demikian, pada kenyataannya, klasifikasi butiran di atas sukar untuk
diperoleh/dipertahankan, oleh yang demikian, permasalahan pemilihan material balas yang
ekonomis dan memungkinkan secara teknis masih mendapat perhatian dalam kajian dan
penelitian. Lapisan balas berfungsi untuk menahan gaya vertikal (cabut/uplift), lateral dan
longitudinal yang dibebankan kepada bantalan sehingga bantalan dapat mempertahankan jalan
rel pada posisi yang disyaratkan.

5. Lapisan Fondasi Bawah atau Lapisan Subbalas (Subballast)


Lapisan diantara lapisan balas dan lapisan tanah dasar adalah lapisan subbalas. Lapisan ini
berfungsi sebagaimana lapisan balas, diantaranya mengurangi tekanan di bawah balas sehingga
dapat didistribusikan kepada lapisan tanah dasar sesuai dengan tingkatannya.

6. Lapisan Tanah Dasar (Sugrade)


Lapisan tanah dasar merupakan lapisan dasar pada struktur jalan rel yang harus dibangun terlebih
dahulu. Fungsi utama dari lapisan tanah dasar adalah menyediakan landasan yang stabil untuk
lapisan balas dan subbalas. Perilaku tanah dasar adalah komponen substruktur yang sangat
penting yang mana memiliki peranan yang signifikan berkait pada sifat teknis dan perawatan
jalan rel.
Wesel (adalah konstruksi rel kereta api yang bercabang (bersimpangan) tempat memindahkan
jurusan jalan kereta api.
Wesel terdiri dari sepasang rel yang ujungnya diruncingkan sehingga dapat melancarkan
perpindahan kereta api dari jalur yang satu ke jalur yang lain dengan menggeser bagian rel yang
runcing.
Wesel terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
1. Lidah
2. Jarum beserta sayap-sayapnya
3. Rel lantak
4. Rel paksa
5. Sistem Penggerak
Wesel harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Kandungan mangaan (n) pada jarum mono blok harus berada dalam rentang (11-14) %.
2. Kekerasan pada lidah dan bagian lainnya sekurang-kurangnya sama dengan kekerasan
rel.
3. Celah antara lidah dan rel lantak harus kurang dari 3 mm.
4. Celah antara lidah wesel dan rel lantak pada posisi terbuka tidak boleh kurang dari 125
mm.
5. Celah (gap) antara rel lantak dan rel paksa pada ujung jarum 34 mm.
6. Jarak antara jarum dan rel paksa (check rail) untuk lebar jalan rel 1067 mm :
a. Untuk wesel rel R 54 paling kecil 1031 mm dan paling besar 1043 mm
b. Untuk wesel jenis rel yang lain, disesuaikan dengan kondisi wheel
7. Pelebaran jalan rel di bagian lengkung dalam wesel harus memenuhi peraturan radius
lengkung.
8. Desain wesel harus disesuaikan dengan system penguncian wesel.

Drainase harus memenuhi persyaratan berikut :


1. Kemiringan minimum struktur drainase haruslah 0.3 % untuk meninimalkan endapan.
2. Diameter minimum saluran pipa haruslah 15 cm untuk memudahkan pembersihan.
3. Untuk badan jalan yang merupakan tanah timbunan, maka permukaan lapis dasar harus
memiliki kemiringan 5 % ke arah luar dan air hujan di sekitar rel harus mengalir dengan
lancer ke lereng.
4. Dalam hal jalur ganda, diperlukan saluran di antara dua jalur (parit-U atau French Drain)
dan drainase melintang.
5. Pada daerah galian yang terdapat mata air, drainase dan dinding galian harus dilengkapi
dengan sulingan (weephole) dengan ukuran diameter pipa sekurang-kurangnya 2 inch dan
jarak (0.5 – 1.0) m
6. Apabila drainase menggunakan saluran pipa, ukuran diameter pipa sekurang-kurangnya 6
inch.
Beberapa masalah teknik yang sering ditemui pada lapisan balas ialah :
1. Penurunan balas
2. Berkurangnya sifat kenyal dan permeabilitas lapisan balas
3. Terjadinya kantong balas
4. Terjadinya Mud Pumping (Pemompaan Lumpur)

Pembebanan pada rangkaian rel kereta api menyebabkan :


1. Bahan balas saling gesek yang menyebabakan bahan balas aus sehingga
volume berkurang dan tebal balas berkurang sehingga terjadi penurunan pada balas
2. Berkurangnya rongga-rongga antar partikel akibat volume balas yang semakin berkurang
(volume balas makin padat) dapat menyebabkan berkurangnya permeabilitas lapisan
balas sehingga air tidak mudah mengalir, dan balas menjadi tidak kenyal (sering disebut
dengan “Balas Mati”).
3. Akibat dari berkurangnya tebal balas maka tanah dasar akan menerima beban yang lebih
besardari keadaan semula sehingga balas tanah dasar mengalami penurunan dan
membentukkantong balas yang searah dengan rel
4. Pada saat musim hujan pada kantong balas akan terjadi Mud Pumping
(PemompaanLumpur/partikel halus) sebagai akibat dari penumpukan air yang ada di
kantong balas.

Masalah keruntuhan jalan rel akibat kantong balas dapat ditangani dengan beberapaalternative
(tergantung dari penyebabnya), yang dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu :
1. Penanganan pada perancangan
2. Penanganan pada tahap pemeliharaan jalan rel

Untuk mengatasi masalah-masalah pada balas seperti tersebut di atas, pada perancangan
balas jalan rel dapat diambil langkah sebagai berikut :
1. Tanah dasar harus benar-benar memenuhi persyaratan sebagai tanah dasar
2. Pembuatan fasilitas drainase melintang pada tempat-tempat yang memerlukan.
3. Penggunaan geosintetik
4. Penggunaan cara “eastern Region”

Anda mungkin juga menyukai