Kelompok 10 (2E) :
Muti Laras Ariani
Intan Widiyarti
Lely Oktaviani
Hafnitah
Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan ke Hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
berbagai anugrah kepada kami, di antaranya adalah berupa kesempatan dan kemampuan
untuk menyelesaikan penulisan makalah ini. Pada hakikatnya karena izin-Nyalah kami
tugas mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik (PBPD). Dengan Makalah
Perkembangan Sosial Remaja ini diharapkan dapat membantu para calon guru untuk
yang menyimpang di sekolah. Serta bermanfaat dalam menyiapkan para calon guru yang
Dan harapan kami semoga Makalah Perkembangan Sosial Remaja ini bermanfaat
Kami menyadari sepenuhnya Makalah Perkembangan Sosial Remaja ini jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Semoga Allah SWT selalu memberikan Hidayah dan Inayah-NYa Amin
Penyusun
3
Pendahuluan
Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini, Anda diharapkan memahami perkembangan
sosial remaja serta mampu mengimplikasikannya dalam menyelenggarakan pendidikan di
sekolah.
4
b. Remaja Akhir
Rentangan usia yang biasanya terjadi dalam masa ini (untuk remaja
Indonesia) adalah antara 17 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 18
sampai 22 tahun bagi pria. Dalam rentang masa itu terjadi proses
penyempurnaan perumbukan pisik, aspek-aspek psikis dan perkembangan
sosial hingga masa dewasa awal. Sepanjang garis masa remaja akhir,
mereka secara gradual menjadi pria muda secara penuh “Young men” atau
menjadi wanita muda secara penuh “Young women”.
Cirri-ciri pokok penting dalam masa ini dan dengan jelas membedakannya
dengan remaja awal, mengenai pola-pola sikap, pola perasaan, pola piker
dan pola perilaku nampak. Di antara cirri-ciri khas tersebut adalah:
dengan parohan awal remaja awal. Dalam masa remaja akhir ini terjadi
keseimbangan tubuh dan anggota badan, panjang dan besar yang
berimbang. Demikian pula stabil dan minat-minatnya: pemilihan
sekolah, jabatan, pakaian, pergaulan, dengan sesame ataupun lain
jenis. Demikian pula dengan soal sikap pandangan mereka. Akibat
positiv dari keadaan ini, adalah si remaja akhir lebih ”well adjusted”,
lebih dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian dalam banyak
aspek kehidupannya dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Model keluarga seperti ini dianggap sebagai salah satu factor bagi terciptanya
adaptasi yang bagus. Aturan keluarga seperti ini berdasarkan pada kebebasan dan
demokrasi. Kedua orangtua sama-sama mau menghormati anaknya yang sudah
remaja senagai individu yang utuh lahir batin. Dalam mengarahkan anaknya,
mereka tidak bersikap otoriter sedikit pun, orangtua yang demokratis, sedapat
mungkun mereka akan berusaha memberikan semua yang ingin diketahui dan
dibutuhkan oleh anak mereka yang sudah remajs, supaya ia bisa mengambil
keputusan setelah cukup mengetahui berbagai kemungkinan dan hasilnya. Cara-
cara ini sengaja memberikan kepada seorang remaja kebebeasan yang terus
bertambah, pilihan yang luas, dan penetahuan-pengetahuan yang banyak.
Seorang remaja yang hidup di lingkungan keluarga yang demokratis ini, ia
memiliki kesempatan sangat baik mengupayakan kemerdekannya. Pada
prinsipnya keluarga yang demokratis bias terwujud dengan cara sebagai berikut:
1. Menghormati pribadi remaja dalam keluarga.
2. Berusaha mengembangkan kepribadiannya, menganggapnya sebagai
pribadi unggulan yang memiliki kemampuan dan kecenderungan-
kecenderungan tersendiri, dan harus memberinya kesempatan untuk
berkembang sejauh mungkin
3. Memberikan kepada si remaja kebebasan berfikir, berekspresi dan
memilih jenis pekerjaan.
Warna sistem yang ada di dalam keluarga yang demikratis ini sangat berbeda
dengan warna aturan keluarga yang otoriter yang kental dengan kekrasan,
ketakutan, dan pelarangan. Sementara di dalam keluarga yang demikratis terdapat
warna yang bersamaan dinamika yang positif dan terus bergerak, kasing sayang,
serta saling membantu.
Diantara dua model keluarga adalah keluarga demikratis yang manjadikan
remaja yang matang dan mampu berdaptasi secara sosial dan pribadi.
Pola-pola yang diterapkan dalam keluarga yang demokratis kan mendorong
lahirnya sosok-sosok remaja yang sanggup memikul beban dan tanggung jawab
kehidupan, remaja-remaja ideal yang mampu berfikir secara sehat, mau saling
menolong, dan bangkit bersama-sama dengan masyarakat. Tujuan-tujuan
13
tersebutu mulai akan terwujud oleh iklim keluarga yang demokratis yang sehat,
dan didukung oleh rasa pengertian individu-individu yang mendambakan
kehidupan sosial yang harmonis.
yang pada masyarakat itu dijunjung tinggi nilai-nilai agama merupakan suatu
lahan yang subur bagi keluarga dan remaja untuk membina kehidupan berprilaku
agama, lingkungan masyarakat akademik merupakan lahan yang subur untuk
meumbuhkan minat akademik remaja, begitu pula masyarakat bisnis merupakan
lingkungan yang subur untuk menimbuhkan minat bisnis remaja. Dengan
demikian, jika rumah dan sekolah mengembangkan suatu budaya atau nilai
tertentu yang relevan dengan apa yang berkembang di masyarakat, maka
kecenderungan pengaruhnya akan saling mendukung sehingga peluang
pencapaiannya akan sangat besar.
A. Kelompok Teman Sebaya
Percepatan perkembangan pada masa puber berhubungan dengan
pemasakan seksual yang akhirnya mengakibatkan suatu perubahan dalam
perkembangan sosial. Sebelum memasuki masa remaja biasanya anak sudah
mampu menjalin hubungan yang erat dengan teman sebaya. Seiring dengan
itu juga timbul kelompok anak-anak untuk bermain bersama atau membuat
rencana bersama. Sifat yang khas kelompok anak sebelum pubertas adalah
bahwa kelompok tadi terdiri daripada jenis kelamin yang sama. Persamaan
sex ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan yang
berhubungan dengan perasaan identifikasi yang mempersiapkan pengalaman
identitasnya. Sedangkan pada masa puber anak sudah mulai berani untuk
melakukan kegiatan dengan lawan jenisnya dalam berbagai kegiatan.
Selama tahun pertama masa puber, seorang remaja cenderung memiliki
keanggotaan yang lebih luas. Dengan kata lain, teman-teman atau tetangga
seringkali adalah anggota kelompok remaja. Biasanya kelompoknya lebih
heterogen daripada kelompok teman sebaya. Misalnya kelompok teman
sebaya pada masa remaja cenderung memiliki suatu campuran individu-
individu dari berbagai kelompok. Interaksi yang semakin intens
menyebabkan kelompok bertambah kohesif. Dalam kelompok dengan kohesi
yang kuat maka akan berkembanglah iklim dan norma-norma kelompok
tertentu. Namun hal ini berbahaya bagi pembentukan identitas dirinya.
Karena pada masa ini ia lebih mementingkan perannya sebagai anggota
19
B. KESIMPULAN
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial dengan berprilaku yang dapat diterima secara sosial,
memenuhi tuntutan yang diberikan oleh kelompok sosial, dan memiliki sikap yang
positif terhadap kelompok sosialnya.
Perkembangan sosial akhir masa kanak-kanak ditandai dengan masuknya anak ke
kelas satu SD. Pada masa ini biasanya orang tua akan memberikan hanya sedikit
waktunya untuk berinteraksi dengan anak, sosialisasi di sekolah pada umumnya
terjadi atas dasar interest dan aktvitas bersama, lebih banyak meluangkan waktu
untuk teman sebaya dan mulai membentuk hub. peer group (geng) lebih cenderung
dengan teman perempuan.
Perkembangan sosial pada masa remaja (pudertas) merupakan masa yang unik,
masa pencarian identitas diri dan ditandai dengan perkembangan fisik dan psikis
anak. Pada masa ini sosialisasi anak lebih luas dan berkembang, mereka mulai
menjalin hubungan dengan teman-teman laki-lakinya dan mengadakan kencan-
kencan (dating). Anak lebih mementingkan teman dari pada keluarga dan mulai
timbul banyak pertentangan dengan orang tua. Mereka umumnya belum bekerja dan
masih belum mampu menafkahi dirinya sendiri.
Karena itu sebaiknya orang tua benar-benar memperhatikan perkembangan anak
sampai ia mampu untuk membedakan dan memilih mana yang baik dan buruk untuk
dirinya (dewasa). Tetapi tidak dengan bersikap otoriter terhadap anak, supaya anak
merasa lebih nyaman dan tidak takut untuk menceritakan konflik-konflik yang terjadi
selama masa perkembangannya.
20
Daftar Pustaka