Anda di halaman 1dari 5

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT

TERHADAP KEJADIAN EPILEPSI DI KELURAHAN CAWANG, JAKARTA TIMUR


TAHUN 2016

Martha Digna Olivia*, Viola Maharani**


**Mahasiswa S1 FK UKI, **Departemen Neurologi FK UKI. Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Menurut WHO, 50 juta orang di dunia hidup dengan epilepsi. Di Indonesia, prevalensinya
mencapai 250 ribu kasus. Epilepsi bagi orang awam dikenal sebagai penyakit yang mengerikan, bahkan
menimbulkan berbagai stigma negatif di masyarakat. Seringkali, masalah psikososial akibat stigma ini
berdampak lebih besar bagi penyandang epilepsi dibandingkan penyakitnya sendiri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap
kejadian epilepsi di RT 003/RW 011 Kelurahan Cawang, Jakarta Timur. Jenis penelitian ini adalah
survey deskriptif dengan menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
convenience sampling dengan 137 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 70,8%
responden memiliki pengetahuan yang cukup, 55,5% memiliki sikap positif, dan 67,9% memiliki
perilaku yang baik mengenai epilepsi. Walaupun demikian, masih banyak juga masyarakat yang
memiliki pengetahuan kurang, sikap negatif, dan perilaku tidak baik mengenai epilepsi.
Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, epilepsi.

Pendahuluan
Epilepsi merupakan kelainan serebral yang ditandai dengan faktor predisposisi menetap untuk
mengalami kejang selanjutnya dan terdapat konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, dan sosial
(International League Against Epilepsy/ILAE,2005).1 Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI) tahun 2012, penyandang epilepsi aktif mencapai 1,8 juta dari seluruh
penduduk.1 Serangan epilepsi dapat muncul tiba-tiba, dan bahkan berkesan menakutkan bagi sebagian
orang yang menyaksikannya. Di Indonesia, epilepsi sudah dikenal sejak lama dan masih ada kelompok
masyarakat yang menganggap epilepsi sebagai penyakit jiwa, menular, kutukan/ilmu hitam sehingga
penyandang tidak diobati atau bahkan disembunyikan oleh keluarganya. Hal ini dapat menimbulkan
stigma negatif dari masyarakat yang seringkali lebih mengganggu bagi penyandang epilepsi daripada
kejang itu sendiri.

Metode
Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan menggunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner. Penelitian dilaksanakan di RT 003/RW 011 Kelurahan Cawang, Jakarta
Timur, penelitan dilakukan sejak September 2016 sampai Oktober 2016. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara convenience sampling.
Hasil
1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik Jumlah Persentase (%)


Responden Responden (n)
Total 137 100
Umur (Tahun)
18-24 30 21.9
25-34 28 20.4
35-44 31 22.6
45-54 26 19.0
55-64 15 10.9
65-74 7 5.1
Jenis Kelamin
Laki-laki 57 41.6
Perempuan 80 58.4
Status Pernikahan
Sudah Menikah 100 73.0
Belum Menikah 37 27.0
Pendidikan Terakhir
SD 15 10.9
SLTP 18 13.1
SMA 80 58.4
Perguruan Tinggi 24 17.5
Pekerjaan
Pelajar 12 8.8
PNS/Pegawai kantoran 19 13.9
Wiraswasta/pedagang 21 15.3
Tidak Bekerja 62 45.3
Lainnya 23 16.8
2. Kategori Karakteristik Pengetahuan Responden Terhadap Kejadian Epilepsi

Grafik 1. Kategori Karakteristik Pengetahuan Responden Terhadap Kejadian Epilepsi


Sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup terhadap kejadian epilepsi, yaitu sebanyak
97 orang (70,8%). Sebanyak 24 orang (17,5%) memiliki pengetahuan baik dan 16 orang (11,7%)
memiliki pengetahuan kurang terhadap kejadian epilepsi (Grafik 1). Pengetahuan kurang responden
tergambarkan dari jawaban pertanyaan kuesioner, yaitu epilepsi merupakan penyakit menular dan
penyakit jiwa dan penanganan berupa memasukkan benda keras ke mulut, memberi minum, dan
menyentuh atau memindahkan penyandang epilepsi saat serangan epilepsi terjadi.

3. Kategori Karakteristik Sikap Responden Terhadap Kejadian Epilepsi

Grafik 2. Kategori Karakteristik Sikap Responden Terhadap Kejadian Epilepsi


Sebagian besar responden memiliki sikap yang positif terhadap kejadian epilepsi, yaitu sebanyak
76 orang (55,5%) sedangkan sebanyak 61 orang (44,5%) memiliki sikap yang negatif terhadap kejadian
epilepsi (Grafik 2). Sikap negatif responden tergambarkan dari jawaban pernyataan kuesioner, yaitu
penyandang epilepsi memiliki rata-rata IQ yang lebih rendah dari orang normal, penyandang epilepsi
tidak dapat memiliki pekerjaan yang sama seperti orang normal, tidak mempekerjakan seseorang
dengan epilepsi, merasa keberatan bila anak bermain atau menikah dengan penyandang epilepsi, merasa
keberatan untuk memberitahu kondisi anak dengan epilepsi ke orang lain, dan menyembunyikan
informasi anggota keluarga penyandang epilepsi terhadap orang lain.

4. Kategori Karakteristik Perilaku Responden Terhadap Kejadian Epilepsi

Grafik 3. Kategori Karakteristik Perilaku Responden Terhadap Kejadian Epilepsi


Sebagian besar responden memiliki perilaku yang baik terhadap kejadian epilepsi, yaitu sebanyak
93 orang (67,9%) sedangkan sebanyak 44 orang (32,1%) memiliki perilaku yang tidak baik terhadap
kejadian epilepsi (Grafik 3). Perilaku tidak baik responden tergambarkan dari jawaban pernyataan
kuesioner, yaitu langsung menyentuh dan memindahkan penyandang epilepsi ke tempat yang aman,
menaruh sesuatu di mulut penyandang epilepsi untuk mencegah lidah tergigit, dan memberikan minum
kepada penyandang epilepsi saat terjadi serangan epilepsi. Adapun yang beranggapan akan mengurung
anggota keluarga yang mengalami serangan epilepsi didalam rumah supaya tidak diketahui orang lain
dan menjauhi teman dekat yang mengalami serangan epilepsi.

Kesimpulan
Karakteristik pengetahuan masyarakat RT 003/RW 011, Kelurahan Cawang, Jakarta Timur
terhadap kejadian epilepsi adalah cukup (70,8%), karakteristik sikap masyarakat terhadap kejadian
epilepsi adalah positif (55,5%), dan karakteristik perilaku masyarakat terhadap kejadian epilepsi adalah
baik (67,9%). Edukasi mengenai epilepsi perlu diberikan kepada masyarakat untuk menambah
wawasan dan pemahaman masyarakat mengenai epilepsi sehingga tidak menimbulkan stigma dan
diskriminasi terhadap penyandang epilepsi.

Daftar Pustaka

1. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jakarta: Media
Aesculapius; 2014.
2. World Health Organization [Internet]. Epilepsy. 2016 [diakses 12 Oktober 2016]. Diunduh dari:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs999/en/
3. Gunawan DP, Winifred K, Maja J. Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Epilepsi
Di Kelurahan Mahena Kecamatan Tahuna Kabupaten Sangihe. [Internet]. [diakses 16 Januari
2017]. Diunduh dari: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/3856/3372
4. Gedefa M, Wolde T, Solomon G. Knowledge, Attitudes, and Practices With Respect To Epilepsy
Among Preparatory School Students In Mekelle City, Ethiopia. [Internet]. 2012 [diakses 16 Januari
2017]. Diunduh dari: http://www.iomcworld.com/ijcrimph/files/v04-n03-04.pdf
5. Otte WM, Nhaga AA, Tchuda DL, Abna B, Sander JW, Van Der Maas F. Understanding Of and
Attitudes Towards People With Epilepsy Among Community-Based Rehabilitation Volunteers In
Guinea-Bissau. [Internet]. 2013 [diakses 16 Januari 2017]. Diunduh dari: http://cbr-effata.org/wp-
content/uploads/2015/04/Stigma-en-epilepsie-in-Guinee-Bissau.pdf
6. Hasan SS, Wei WW, Ahmadi K, Ahmed IS, Yong AKS, Anwar M. Knowledge and Attitudes
Toward Epilepsy Among Malaysian Chinese. [Internet]. 2010 [diakses 16 Januari 2017]. Diunduh
dari: http://www.iomcworld.com/ijcrimph/files/v02-n11-01.pdf

Anda mungkin juga menyukai