Anda di halaman 1dari 2

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan social secara lengkap

dan bukan hanya adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan
dengan system reproduksi dan fungsi-fungsi serta prosesnya. Sedangkan kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi yang sehat yang menyangkut system, fungsi, dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Kaum remaja Indonesia saat ini mengalami
lingkungan sosial yang sangat berbeda daripada orangtuanya. Dewasa ini, kaum remaja lebih
bebas mengekspresikan dirinya, dan telah mengembangkan kebudayaan dan bahasa khusus
antara grupnya. Sikap-sikap kaum remaja atas seksualitas dan soal seks ternyata lebih liberal
daripada orangtuanya, dengan jauh lebih banyak kesempatan mengembangkan hubungan
lawan jenis, berpacaran, sampai melakukan hubungan seks.

Ketika bekerja dengan remaja, penting sekali untuk mempertimbangkan :

1. Prinsip-prinsip manajemen
a. Remaja bukanlah kelompok yang homogen
Kebutuhan remaja sangat bervariasi sesuai usia, jenis kelamin, pendidikan dan
status pernikahan. Pesan-pesan perubahan perilaku terkait kesehatan reproduksi
harus didasarkan pada kelompok usia (10 sampai 14 tahun dan 15 sampai 19
tahun) dan sesuai dengan jenis kelamin mereka.
b. Libatkan partisipasi remaja secara bermakna
Prinsip utama dalam bekerja sama secara efektif dengan remaja adalah dengan
mendorong partisipasi, kemitraan dan kepemimpinan remaja. Akibat adanya
hambatan-hambatan yang dihadapi remaja ketika mengakses layanan kesehatan
reproduksi, mereka harus terlibat dalam semua aspek penyusunan program,
termasuk perancangan, implementasi dan monitoring program.
c. Keterlibatan masyarakat
Pemahaman terhadap konteks budaya dan pembentukan lingkungan yang
mendukung sangat penting dalam upaya penyediaan layanan kesehatan reproduksi
untuk remaja karena layanan ini mungkin akan dipengaruhi oleh nilai-nilai
masyarakat terkait dengan kesehatan reproduksi dan seksual remaja.
2. Prinsip-prinsip pemberian layanan
a. Privasi, kerahasiaan dan kejujuran
Remaja yang mendatangi petugas kesehatan seringkali merasa malu atau bingung.
Penting sekali bahwa petugas kesehatan dapat berusaha sebisa mungkin
memberikan ruang pribadi untuk berbicara. Informasi dapat menyebar dengan
sangat cepat di kalangan remaja dan jika kerahasiaan mereka dilanggar, bahkan
satu kali saja, remaja tidak akan lagi mendatangi layanan yang tersedia.
b. Mengkaitkan pencegahan, perawatan dan pengobatan HIV dengan kesehatan
reproduksi
Ketika remaja mengakses layanan kesehatan untuk mencari informasi, test dan
perawatan HIV, terdapat pula kesempatan untuk mempromosikan layanan-layanan
kesehatan reproduksi komprehensif.
c. Jenis kelamin petugas kesehatan atau pemberi layanan
Jika memungkinkan, remaja harus dirujuk ke petugas dengan jenis kelamin yang
sama kecuali jika remaja tersebut meminta untuk bertemu dengan petugas dari
jenis kelamin berbeda.

Pertimbangan-pertimbangan ketika menyusun program untuk remaja :

1. Remaja putri memiliki kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan remaja putra
2. Norma sosial dan dukungan sosial sering kali terganggu dalam suatu situasi krisis
3. Krisis kemanusiaan dapat mengganggu kemitraan remaja dan orang dewasa ketika
model panutan menjadi sangat penting
4. Krisis kemanusiaan tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari tetapi juga
mengganggu perspektif masa depan remaja
5. Remaja dapat mengambil peran orang dewasa dalam keadaan darurat
6. Kelompok rentan

Solusi dan strategi yang ditawarkan dan kedepannya bisa diterapkan untuk permasalahan
kesehatan reproduksi remaja adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan kebijakan yang melibatkan remaja baik sebagai partisipan aktif maupun
pasif.
2. Menyusun suatu Undang-Undang dan peraturan pemerintah yang didalamnya
membahas kesehatan reproduksi.
3. Pelayanan-pelayanan kesehata bagi remaja sebaiknya tidak hanya mengenai aspek
medis kesehatan reproduksi, tetapi hendaknya juga menyangkut hubungan personal
dan menyangkut nilai-nilai moral melalui pendidikan sebaya (Peer Educator).
4. Menggalang kerja sama dengan semua stakeholder baik pemerintah, swasta, LSM,
organisasi profesi serta organisasi kemasyarakatan berdasarkan prinsip kemitraan
dalam penyelenggaraan program dan pembinaan remaja.
5. Tidak fokus pada pendidikan seks saja namun lebih kepada pemberian kesehatan
reproduksi.
6. Melakukan kampanye kesehatan reproduksi remaja dengan film/video komunitas.
7. Pemberian pengetahuan dasar kesehatan reproduksi kepada remaja agar mereka
mempunyai kesehatan reproduksi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai