Anda di halaman 1dari 2

7 Fakta Unik Kartini

“Ibu kita Kartini ,Putri sejati, Putri Indonesia ,Harum namanya”


Hayo siapa sih yang ga tau Kartini? Pasti Siapa pun tahu bahwa Kartini adalah sosok pahlawan
yang memperjuangkan hak kaum perempuan, Perempuan yang lahir pada tanggal 21 April ini
adalah salah satu tokoh yang dianggap penting juga. Karena kalau bukan karena Kartini, rasanya
perempuan Indonesia tidak akan maju dan modern seperti sekarang. Untuk mengenang jasa-
jasa beliau, gimana kalau kali ini kita bahas yuk 7 fakta menarik mengenai Beliau.
Yang pertama , R.A. Kartini tidak suka dipanggil Raden Ayu . Beliau lebih suka dipanggil
“Katini” aja. Hal ini diketahui saat ayahnya pertama kali memberinya gelar Raden Ayu sesaat
setelah dia pulang sekolah. Setelah pemberian gelar itu dia terus memikirkan dua kata itu, dia
pandang lingkungannya, dan terantuklah mata batinnya pada kenyataan, betapa banyak Raden
Ayu disekelilingnya. Dan diam-diam, Kartini mempelajari, apa Raden Ayu itu sesungguhnya. Dan
akhirnya dia tahu, Raden Ayu adalah status yang tak layak dibanggakan, sehingga dia pun tak
mau memakai gelar itu. Karena menurut dia lebih baik menjadi biasa-basa saja daripada
membanggakan diri dari hasil yang dia tidak perjuangkan
Yang Kedua, Ibu Kartini sendiri Meski hanya mengenyam pendidikan dasar di sekolah anak-
anak Belanda dan bangsawan pribumi (Europese Lagere School), Kartini menguasai tata bahasa
Belanda yang sangat bagus. Sejumlah orang Belanda sendiri meragukan bahwa surat-surat yang
dikirim ke sahabat penanya itu ditulis oleh Kartini karena bahasanya seperti penutur asli.
Namun, setelah melalui penelitian, surat-surat itu memang asli tulisan Kartini.
Yang Ketiga, Kartini kecil kerap menghadapi diskriminasi dan cemooh dari guru-guru Belanda
saat duduk di Bangku Sekolah. Karena, ia adalah perempuan dan bangsa berkulit cokelat. Guru-
guru tidak rela memberikan nilai tertinggi untuk anak Jawa, meskipun si murid berhak
menerima. Kartini hanya boleh menempuh pendidikan sampai sekolah dasar, setelah itu ia
dipingit di rumah. Sehingga, ia kehilangan masa kecilnya. Ketika zaman itu, perempuan
memang hanya dikurung di rumah untuk menunggu laki-laki tak dikenal datang menjemput dan
menikahinya. Untuk mengisi waktu, Kartini rajin membaca majalah, buku, dan surat kabar yang
bercerita tentang gerakan emansipasi perempuan di Eropa. Itulah yang menginspirasi dirinya
untuk memperjuangkan hak dan martabat perempuan.
Yang Ke-Empat , Rela berkorban demi gerakan Perubahan Perempuan . Ibu Kartini terpaksa
bersedia dinikahi bangsawan yang punya dua selir, Bupati Rembang Raden Adipati Djojo
Adiningrat, sebagai garwa padmi.. Kartini bersedia dijodohkan asal ayahnya menyetujui
sejumlah syarat. Yaitu, ia harus diperbolehkan mendirikan sekolah untuk anak-anak
perempuan, diperbolehkan mengajar, dan boleh menggapai cita-citanya untuk menjunjung
tinggi harkat dan martabat perempuan. Kartini juga menolak ritual cium kaki suami yang
merupakan aturan upacara pernikahan feodal Jawa. Ia menganggap tradisi itu merendahkan
perempuan. “Kini saya tak lain daripada semuanya, beribu-ribu orang lain yang ingin saya
tolong. Tetapi saya hanya memperbanyak jumlah mereka.” (Surat kepada Rosa Abendanon, 14
Juli 1903)
Yang Kelima, Meninggal namun tetap diabadikan. Dari hasil pernikahannya dengan Raden
Adipati Djojo Adiningrat, Kartini dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Soesalit
Djojoadhiningrat pada 13 September 1904.Tragis sekali ,beberapa hari setelah melahirkan anak
yang pertama, pada tanggal 17 September 1904, Kartini Meninggal dunia pada usia 25 tahun
dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, Jawa Tengah. Sampai sekarang
makam Ibu Kartini masih sering dikunjungi oleh banyak wisatawan yang sedang berlibur di
Rembang. Bahkan namanya dijadikan nama jalan di beberapa kota di Belanda, yaitu
di Utrecht, Venlo, Amsterdam, dan Haarlem.
Yang Keenam, Buku nya menjadi buku yang sangat kontroversial dan dikagumi oleh bayak
orang. Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan surat-surat R.A. Kartini yang
pernah dikirmkan pada teman-temanya di Eropa. Abendanon merupak Menteri Kebudayaan,
Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul dalam bahasa belanda Door
Duisternis tot Licht yang artinya “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku kumpulan surat Kartini
ini diterbitkan pada tahun 1911. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang
versi Armijn Pane.
Surat-surat Kartini juga berisi harapanya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada
perkenalan dengan Estelle “Stella” Zeehandelaar, Kartini mengungkapkan keinginanya untuk
menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat
kungkuman adat, tidak bisa sekolah, harus dipingit, bahkan dipaksa menikah dengan laki-laki
yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu
Yang Ketuju, Selain memperjuangkan emansipasi wanita dengan membentuk sekolah untuk
perempuan, ternyata R.A.Kartini juga mendirikan sebuah Bengkel Ukir Kayu untuk para pemuda
di Rembang. Kriya ukir dan kayu memang telah lama menjadi tulang punggung perekonomian
Kabupaten Jepara dan Rembang, Jawa Tengah.
Kartini adalah bukti bahwa apapun jalan yang dipilih, pada akhirnya hal itu tidaklah menjadi
halangan untuk mewudujkan impian. Walaupun harus menempuh jalan yang sangat berliku, ia
menghadapinya sebagai tantangan. Ya, apapun mimpi Anda, bulatkan keberanian untuk
mewujudkannya. Sebab dengan mewujudkan mimpi itulah kita bisa semakin mencintai hidup!

Anda mungkin juga menyukai