Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI

Disusun oleh:
Yosalfa Adhista Kurniawan
142011101108

Dokter Pembimbing
dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A
dr. B. Gebyar Tri Baskara, Sp.A
dr. Lukman Oktadianto, Sp.A
dr. M Ali Shodikin, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


LAB/KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2018
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB 2. PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI ................................................ 4
Jenis-Jenis Makanan Bayi ........................................................................ 4
ASI .................................................................................................... 4
ASI Donor ......................................................................................... 5
MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) ................................ 6
Susu Formula .................................................................................... 8
Waktu Pemberian Makanan pada Bayi .................................................... 9
Usia Kurang dari 6 Bulan.................................................................. 9
Usia Lebih dari 6 Bulan .................................................................. 10
Masalah Makan pada Bayi ..................................................................... 14
Gerakan Tutup Mulut (GTM) ......................................................... 14
Intoleransi laktosa ........................................................................... 14
Alergi Makanan ............................................................................... 15
BAB 3. KESIMPULAN ................................................................................... 17
BAB 4. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 18
BAB 1. PENDAHULUAN

Latar Belakang
World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 melaporkan bahwa
54% kematian balita di seluruh dunia disebabkan secara langsung maupun tidak
langsung oleh gizi kurang dari gizi buruk. Angka ini belum banyak berubah pada
data WHO tahun 2011, yang melaporkan bahwa 45% kematian balita di seluruh
dunia terkait dengan malnutrisi. Selanjutnya, data-data WHO memperlihatkan
bahwa penurunan berat badan mulai terjadi pada usia 4-6 bulan yang dikenal
sebagai periode penyapihan. Hal ini juga diperkuat dengan temuan bahwa dua
pertiga balita yang meninggal tersebut mempunyai pola makan bayi yang salah
antara lain tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif serta mendapat makanan
pendamping ASI (MPASI) yang terlalu dini atau terlambat disertai komposisi zat
gizi yang tidak lengkap, tidak seimbang dan tidak higienis (1).
Kebiasaan makan adalah produk budaya oleh sebab itu agar sukses maka
penerapan rekomendasi tersebut tentu saja disesuaikan oleh masing-masing negara.
Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI 2011-2014 sebagai
professional bertanggung jawab menyusun strategi penerapan praktik pemberian
makan bayi yang benar sesuai dengan situasi lokal. Sebagai petugas kesehatan di
lini pertama yang bertanggung jawab secara professional terhadap anak di
Indonesia maka referat ini disusun agar para praktisi medis terutama dokter umum
dapat lebih memahami mengenai pemberian nutrisi pada balita sehingga dapat
mengedukasi masyarakat di sekitarnya dan mengurangi kejadian malnutrisi pada
anak (1).
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan
gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak,
kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa, prevalensinya
dapat dilihat dalam Gambar 1. (2).

1
Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh
asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi
dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka
periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh
kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (2).

Gambar 1 Kecenderungan prevalensi malnutrisi pada balita Indonesia berdasarkan


data Riskesdas 2007, 2010 dan 2013 (1).
Perawakan pendek karena kekurangan gizi disebut stunting, sedangkan
yang disebabkan faktor genetik atau familial disebut short stature. Data di Indonesia
belum sampai memisahkan antara kedua penyebab perawakan pendek ini.
Tingginya prevalensi perawakan pendek (stunting) pada balita menunjukkan bahwa
populasi tersebut mengalami kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Hal ini
merupakan indikasi penyebab yang kompleks termasuk sosial ekonomi
yangmempengaruhi nilai gizi asupan makanan dalam waktu yang lama maupun
prevalensi morbiditas (1).

Tujuan
1. Untuk memngetahui jenis-jenis makanan bayi
2. Untuk mengetahui waktu pemberian makanan bayi
3. Untuk mengetahui dan mengenali permasalahan pada pemberian makanan bayi

2
3
BAB 2. PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI

Jenis-Jenis Makanan Bayi


ASI
Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik karena bukan hanya berperan
sebagai makanan namun juga mengandung komponen bioaktif. ASI adalah
makanan terbaik untuk bayi karena merupakan makanan alamiah yang sempurna,
mudah dicerna oleh bayi dan mengangdung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan
untuk pertumbuhan, kekebalan dan mencegah berbagai penyakit serta untuk
kecerdasan bayi, aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan
kepada bayi agar terhindar dari gangguan pencernaan seperti diare, muntah dan
sebagainya1,2.
Jenis – jenis ASI
Kolostrum adalah jenis usus yang diproduksi pada tahap akhir kehamilan
dan pada hari-hari awal setelah melahirkan. Warnanya kekuningan dan kental.
Meski jumlahnya tidak banyak, kolostrum memiliki konsentrasi gizi dan imunitas
yang tinggi. Dalam beberapa hari pertama setelah kelahiran, kolostrum keluar dari
payudara untuk diminum bayi. Kolostrum hanya tersedia mulai hari pertama hingga
maksimal hari ketiga atau keempat. Kolostrum ini memiliki banyak manfaat antara
lain: nutrisi alamiah yang mirip dengan nutrisi yang diterima bayi di dalam rahim,
mengenyangkan bayi pada hari-hari pertama kehidupannya, mengandung antibodi
untuk bayi terutama IgA, dan membantu pencernaan bayi untuk melawan bakteri
patogen yang mengganggu saluran pencernaannya1,2.
ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum, yaitu pada hari
kelima sampai hari ke sepuluh. Kadar lemak dan laktosa yang dikeluarkan lebih
tinggi dan kadar protein dan mineral lebih rendah dibandingkan dengan kandungan
ASI hari pertama. Pada masa ini, jumlah volume ASI semakin meningkat dan
pengeluaran ASI mulai stabil. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena
aktivitas bayi yang mulai aktif dan bayi mulai beradapatasi dengan lingkungan1,2.
Susu matur yaitu ASI yang disekresi pada hari ke-10 sampai seterusnya.
ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan

4
perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan
dengan makanan pendamping ASI yang akan dijelaskan pada pembahasan
selanjutnya 1,2.
ASI Donor
Pada kondisi tertentu, seorang bayi tidak memiliki kesempatan
mendapatkan ASI, misalnya ibu sakit berat, ibu meninggal, atau produksi ASI ibu
tidak cukup. Seorang bayi yang tidak dapat mendapat cukup ASI dapat diberikan
ASI donor yang telah memenuhi persyaratan. Donor ASI telah dikenal sejak zaman
dahulu, dalam bentuk cross nursing (perempuan menyusui bayi lain) atau wet
nursing (perempuan menyusui bayi lain dengan imbalan). Seiring kemajuan ilmu
kedokteran khususnya dalam hal ASI, berkembang Bank ASI. Bank ASI
merupakan pelayanan non-profit yang didirikan dengan tujuan mengumpulkan,
skrining, memroses dan mendistribusikan ASI untuk bayi yang terindikasi
mendapatkan ASI donor secara medis. Semua bank ASI di Amerika Selatan,
Kanada, dan Meksiko beroperasi dengan mengikuti panduan Human Milk Banking
Association of North America (HMBANA)1.
Berdasarkan HMBANA, calon pendonor ASI untuk Ibu yang berasal dari
Amerika, Kanada, dan Meksiko harus harus menjalani proses skrining dan
memenuhi syarat berikut:
- Sehat
- Tidak mengonsumsi obat-obatan atau suplemen herbal secara regular
(dengan pengecualian vitamin pranatal, insulin manusia, hormon pengganti
tiroid, obat semprot hidung, inhaler asma, terapi topikal, obat tetes mata,
obat KB yang mengandung hanya progestin atau estrogen dosis rendah; dan
untuk obat-obat lainnya)
- Bersedia menjalani pemeriksaan darah (dengan biaya dari bank)
- Bersedia untuk mendonasikan sedikitnya 300 mL ASI (tergantung dari
persyaratan setiap bank ASI)
Sedangkan kriteria eksklusi adalah:
- Menggunakan obat-obatan terlarang
- Merokok atau mengonsumsi tembakau

5
- Menerima transfusi darah atau produk darah dalam 4 bulan terakhir
- Merupakan penerima transplantasi organ atau jaringan dalam 12 bulan
terakhir
- Secara regular mengonsumsi lebih dari 60 mL alkohol per hari
- Memiliki hasil tes darah positif untuk HIV, HTLV, hepatitis B atau C, atau
sifilis atau memiliki pasangan seksual yang berisiko HIV
- Berdomisili di Inggris lebih dari 3 bulan dalam kurun waktu 1980-1996
- Pernah tinggal di Eropa selama lebih dari 5 tahun dalam kurun waktu 1980
sampai sekarang
Untuk mencegah transmisi virus dan bakteri yang mungkin terkandung dalam ASI,
the Human Milk Banking Association of North America, the United Kingdom
Association for Milk Banking, dan milk banking nasional lainnya melakukan
pasteurisasi Holder (62,5ºC selama 30 menit) sebagai prosedur rutin. Pasteurisasi
Holder membunuh kontaminasi virus, seperti HIV, HTLV-1, CMV, dan bakteri
yang sering mengontaminasi ASI. Namun, pasteurisasi Holder juga
menghancurkan sel B dan sel T yang terkandung dalam ASI, menurunkan
konsentrasi imunoglobulin sampai 20-30% dan secara bermakna mengurangi titer
antibodi spesifik terhadap E. coli enteropatogenik1.
MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu)
MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24
bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI3. MP-ASI merupakan
makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-
ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan
kemampuan bayi. Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya
penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang sangat
pesat pada periode ini, tetapi sangat diperlukan hygienitas dalam pemberian MP-
ASI tersebut. Sanitasi dan hygienitas MP-ASI yang rendah memungkinkan
terjadinya kontaminasi mikroba yang dapat meningkatkan risiko atau infeksi lain
pada bayi. Selama kurun waktu 4-6 bulan pertama ASI masih mampu memberikan
kebutuhan gizi bayi, setelah 6 bulan produksi ASI menurun sehingga kebutuhan

6
gizi tidak lagi dipenuhi dari ASI saja. Peranan makanan tambahan menjadi sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi tersebut. Makanan pendamping ASI
dapat disiapkan secara khusus untuk bayi atau makanannya sama dengan makanan
keluarga, namun teksturnya disesuaikan dengan usia bayi dan kemampuan bayi
dalam menerima makanan4.
Tujuan Pemberian MP-ASI
MP-ASI diberikan sebagai pelengkap ASI sangat membantu bayi dalam
proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang
baik . Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi
yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus
menerus, dengan demikian makanan tambahan diberikan untuk mengisi
kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang
didapatkan dari ASI4.
Pemberian MP-ASI pemulihan sangat dianjurkan untuk penderita KEP,
terlebih bayi berusia enam bulan ke atas dengan harapan MP-ASI ini mampu
memenuhi kebutuhan gizi dan mampu memperkecil kehilangan zat gizi4.
Syarat MP-ASI
Pada Global Strategy for Infant and Young Child Feeding WHO dinyatakan bahwa
MP-ASI harus memenuhi syarat sebagai berikut ini5:
1. Tepat waktu (Timely): MP-ASI mulai diberikan saat kebutuhan energi dan
nutrien melebihi yang didapat dari ASI.
2. Adekuat (Adequate): MP-ASI harus mengandung cukup energi, protein, dan
mikronutrien.
3. Aman (Safe): Penyimpanan, penyiapan, dan sewaktu diberikan, MP-ASI
harus higienis.
4. Tepat cara pemberian (Properly): MP-ASI diberikan sejalan dengan tanda
lapar dan nafsu makan ditunjukkan bayi serta frekuensi dan cara
pemberiannya sesuai dengan usia bayi.

7
Susu Formula
Penelitian Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa sejak usia 1 bulan
pencapaian ASI eksklusif hanya sekitar 40%6. Hal ini menunjukkan kemungkinan
sebagian besar bayi tersebut sudah terpapar dengan susu formula bayi dengan
pelbagai alasan. WHO pada tahun 2009 mengeluarkan rekomendasi mengenai
pemberian susu formula atas indikasi medis, yaitu1,7:
Indikasi bayi
1. Bayi yang tidak boleh mendapat ASI atau susu lain - kecuali formula khusus
– karena menderita kelainan metabolisme bawaan, misalnya: galaktosemia
klasik (bayi ini membutuhkan formula bebas galaktosa), maple syrup urine
disease (membutuhkan formula bebas leusin, isoleusin, dan valin), dan
fenilketonuria (membutuhkan formula bebas fenilketonuria)
2. Bayi yang baginya ASI tetap merupakan pilihan terbaik tetapi mungkin
membutuhkan nutrisi lain sebagai tambahan ASI untuk periode waktu
tertentu yaitu: bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 g, Bayi dengan usia
kehamilan kurang dari 32 minggu, neonatus dengan risiko hipoglikemia
(misalnya prematur, kecil masa kehamilan, bayi yang mengalami distres
hipoksik/iskemik intrapartum, bayi sakit, dan bayi dari ibu dengan diabetes
yang kadar gula darahnya rendah walaupun sudah diberikan ASI secara
optimal)
Indikasi ibu
1. Kondisi ibu yang menjadi justifikasi penghentian ASI permanen misalnya:
infeksi HIV
2. Kondisi ibu yang menjadi justifikasi penghentian ASI sementara yaitu:
penyakit berat yang membuat ibu tidak dapat merawat bayinya (misalnya
sepsis), HSV tipe 1: kontak langsung antara lesi pada payudara ibu dan
mulut bayi harus dihindari, obat-obatan yang dikonsumsi ibu (sedatif,
antiepilepsi, opioid dapat mengakibatkan efek samping seperti mengantuk
dan depresi napas sehingga sebaiknya dihindari bila terdapat alternatif yang
lebih aman Iodin-131 radioaktif dihindari bila terdapat alternatif yang lebih
aman). Ibu dapat kembali menyusui setelah dua bulan interval dari

8
konsumsi obat, dan penggunaan berlebih iodin topikal, terutama pada luka
terbuka atau mukosa dapat mengakibatkan supresi tiroid atau abnormalitas
elektrolit pada bayi yang menyusu.

Waktu Pemberian Makanan pada Bayi


Usia Kurang dari 6 Bulan
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun
bayinya. Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting yang fundamental pada
kelangsungan hidup bayi, kolostrum yang kaya dengan zat antibodi, pertumbuhan
yang baik, kesehatan, dan gizi bayi. Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
bayi dan balita, Inisiasi menyusu dini mempunyai peran penting bagi ibu dalam
merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan
(postpartum). UNICEF dan WHO membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui
eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya6.
Sesudah usia 6 bulan bayi baru dapat diberikan makanan pendamping ASI
(MP-ASI) dengan tetap memberikan ASI sampai minimal umur 2 tahun.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasi kepada
ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya6. Berikut ini hal-hal
yang perlu diperhatikan pada pemberian ASI eksklusif4:
Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada
30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi, ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik
untuk bayi dan ibu, dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara
ibu dan anak.
Berikan kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan
berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat
kekebalan yang tinggi.

9
Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke
payudara lainnya, ASI diberikan 8-10 kali setiap hari.
Usia Lebih dari 6 Bulan
Pola Pemberian Makan
Makanan bayi dan anak usia 6-24 bulan adalah terdiri dari Air Susu Ibu
(ASI) dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI (Makanan
Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat
gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan
gizi selain dari ASI (3). Pola pemberian makan bayi usia lebih dari 6 bulan dapat
dilihat pada Tabel 2.1. Pemberian MP-ASI untuk bayi ketika bayi berusia lebih dari
6 bulan. MP-ASI yang diberikan harus bertahap sesuai dengan umurnya. MP-ASI
harus bervariasi, padat gizi, sanitasi dan hygienitas harus diperhatikan supaya bayi
tidak terinfeksi bakteri4.

Tabel 2.1 Pola pemberian makanan bayi (4).

Semakin bertambah usia anak semakin bertambah energi yang dibutuhkan


dari MP-ASI. Tabel 2.2 menunjukkan rerata kebutuhan energi per hari, kecukupan
energi yang berasal dari ASI dan energi yang harus dipenuhi oleh MP-ASI1.

10
Tabel 2.2 Kebutuhan energi harian bayi menurut usia1.

Mengingat kapasitas lambung bayi masih relatif kecil maka frekuensi


pemberian MPASI ditingkatkan secara bertahap. Peningkatan ini sekaligus untuk
memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya yang semakin meningkat sejalan
dengan bertambahnya usia anak. Pada usia 6-8 bulan diberikan 2-3 kali per hari,
ditingkatkan menjadi 3-4 kali per hari pada usia 9-24 bulan. Di antara waktu makan
apabila diperlukan bisa diberikan tambahan makanan selingan 1-2 kali sesuai
dengan kemampuan si anak. Pada akhirnya akan terjadi proses penyapihan ASI
menjadi makanan keluarga yang mulus tanpa masalah.1.
Aturan Pemberian Makan Bayi (Feeding Rules)
Bonnin menganjurkan aturan makan untuk balita yang disebut Feeding
Rules, yang terdiri atas 3 bagian, yaitu jadwal, prosedur, dan lingkungan lihat Tabel
2.3. Pemberian makan pada batita harus mengikuti kaidah feeding rules untuk
mencegah masalah makan1,8.

11
Tabel 2.3 Feeding rules

Berikut adalah contoh jadwal pemberian makan bayi dikutip dari IDAI, lihat Tabel
2.4

12
Tabel 2.4 Contoh Jadwal Pemberian Makan Bayi1,7.

13
Masalah Makan pada Bayi
Gerakan Tutup Mulut (GTM)
Gerakan tutup mulut (GTM) merupakan gejala anak batita yang sulit makan.
Gejala awalnya menutup rapat mulut sampai menyemburkan makanan atau bahkan
melepehkan kembali makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya. Penyebab
GTM pada batita bermacam-macam misalnya bosan, sedang sakit, tidak lapar,
adanya trauma, baik terhadap makanan tertentu maupun proses makan itu sendiri9.
Menurut penelitian multisenter IDAI, penyebab tersering GTM pada anak
adalah inappropiate feeding practice, perilaku makan yang tak benar atau
pemberian makanan yang tidak sesuai usia. Seringkali, hal ini terjadi sejak fase
penyapihan atau waktu dimulainya pemberian makanan pendamping ASI
(MPASI). Hal yang perlu dilakukan untuk melatih perilaku makan yang benar
(feeding rules), seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Sebaliknya orang tua
sebaiknya menghindari hal-hal berikut untuk menghindari terjadinya GTM9.
1. Jangan memaksa anak makan, apalagi sampai memarahinya.
2. Jangan membiasakan anak makan sambil melakukan aktivitas lain seperti
bermain, menonton televisi, berjalan-jalan atau naik sepeda.
3. Jangan memberikan minuman lain selain air putih di antara waktu makan.
4. Jangan menjadikan makanan sebagai hadiah.
Intoleransi laktosa
Laktosa diproduksi oleh kelenjar payudara dengan kadar yang bervariasi
diantara mamalia. Susu sapi mengandung 4% laktosa, sedangkan ASI mengandung
7% laktosa. Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari komponen glukosa dan
galaktosa. Manusia normal tidak dapat menyerap laktosa, oleh karena itu laktosa
harus dipecah dulu menjadi komponen-komponennya. Hidrolisis laktosa
memerlukan enzim laktase yang terdapat di brush border sel epitel usus halus. Tidak
terdapatnya atau berkurangnya aktivitas laktase akan menyebabkan terjadinya
malabsorpsi laktosa10.
Seperti kita ketahui bahwa laktosa merupakan sumber karbohidrat utama di
dalam susu dan beberapa makanan bayi atau anak. Akibat dari ketidakmampuan
tersebut timbulah berbagai gejala gastrointestinal. Istilah intoleransi laktosa

14
digunakan sebagai suatu sindrom klinik yang ditandai dengan nyeri perut,
kembung, flatulen, diare, muntah, atau kemerahan di sekitar anus setelah
mengkonsumsi laktosa. Aktivitas laktase yang rendah sering dijumpai pada anak
berusia diatas 5 tahun yaitu 3% anak usia 5-10 tahun di Eropa Utara, sedangkan di
daerah Asia Timur mencapai 80%. Keadaan ini dihubungkan dengan penurunan
aktivitas laktase secara genetik10.
Alergi Makanan
Makanan antara lain terdiri dari lemak, karbohidrat dan protein. Bahan
makanan yang sering bersifat alergen adalah glikoprotein yang larut dalam air
dengan berat molekul antara 10.000 - 60.000 Dalton. Umumnya alergen ini stabil
pada pemanasan, tahan terhadap asam dan enzim protease. Jadi hanya sebagian
kecil saja makanan yang dilaporkan bersifat alergen yang dapat memberikan reaksi
alergi makanan; misalnya susu sapi, telur, kacang, ikan, kacang kedele, dan
gandum. Susu sapi terdiri dari kurang lebih 25 macam protein yang memproduksi
antibodi spesifik pada manusia. Antigen yang tersering pada susu sapi adalah casein
dan whey. Whey terdiri dari beta-laktoglobulin, alfa-laktalbumin, bovin serum
albumin dan bovin gamaglobulin11.
Alergen dalam jumlah sedikitpun dapat mensensitisasi dan menimbulkan
gejala pada individu atopik. Beberapa mikrogram alergen inhalan dapat
merangsang pembentukan IgE. Dalam hal makanan, tidak dapat diduga berapa
banyak protein yang diserap dan berapa lama kontak dengan sistem imun serta
berapa cepat alergen yang dimakan, dipecah untuk dapat diserap. Diperkirakan 1
mikrogram beta-laktoglobulin sudah dapat mensensitisasi. Sensitisasi makanan
dapat juga melalui air susu ibu. Bahan penyedap dan zat warna juga dapat sebagai
alergen misalnya aspartane (pemanis), zat warna kuning, merah, hijau, nitrit,
monosodium glutamat, dan antioksidan11.
Gejala klinis nya sangat bervariasi yaitu gejala pada kulit, saluran cerna, dan
saluran napas. Manifestasi alergi pada kulit biasanya muncul urtikaria. Alergi
makanan dapat menimbulkaan gejala sistemik saluran cerna seperti nausea, muntah,
diare, gembung, sering flatus, kolik dan konstipasi menahun. Gejala pada saluran
napas berupa mengi, batuk dan sesak. Anak dengan dematitis atopi disertai alergi

15
makanan cenderung akan berkembang menjadi asma yang dicetuskan oleh
makanan11.

16
BAB 3. KESIMPULAN

Pemberian makanan bayi baik ASI, MP-ASI, ASI donor, dan susu formula
adalah makanan atau minuman yang mengandung nutrisi yang diberikan kepada
bayi. Periode peralihan dari ASI eksklusif ke makanan keluarga dikenal pula
sebagai masa penyapihan (weaning) yang merupakan suatu proses dimulainya
pemberian makanan khusus selain ASI secara bertahap jenis, jumlah, frekuensi
maupun tekstur dan konsistensinya sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak dipenuhi
oleh makanan keluarga.
Pemberian makan pada bayi juga perlu memperhatikan waktu dan
penjadwalan makanan bayi. Selain itu, pemberian makanan bayi perlu di lakukan
sesuai feeding rules untuk meminimalkan dampak terjadinya gangguan makan pada
bayi.

17
BAB 4. DAFTAR PUSTAKA
1. Sjarif DR, Yuliarti K, Sidiartha L, Nasar SS, Mextialia M. Rekomendasi
praktik pemberian makan berbasis bukti pada bayi dan batita di Indonesia
untuk mencegah malnutrisi Jakarta: IDAI; 2015.
2. RI DK. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI) Lokal Tahun 2006 Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2006.
3. RI D. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI) Lokal Tahun 2006 Jakarta; 2006.
4. Mufida , Widyaningsih D, Maligan J. Prinsip Dasar Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI) Untuk Bayi 6 – 24 Bulan: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan
dan Agroindustri. 2015; 3(4): p. 1646-1651.
5. WHO. Global strategy for infant and young child feeding. Geneva: World
Health Organizaton; 2003.
6. Depkes. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2010.
7. WHO. Guiding Principles for Complementary Feeding of the Breastfed Child.
Geneva Geneva: Pan American Health Organization; 2001.
8. Bernard-Bonnin AC. Feeding problems of infants and toddlers. Canadian
Family Physician. 2006; 52: p. 1247-1251.
9. Meta Herdiana Hanindita. Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada Batita.; 2015
[diakses tanggal: 22 08 2018. [http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/gerakan-
tutup-mulut-gtm-pada-batita.]
10. Elizabeth Yohmi. Intoleransi Laktosa pada Anak dengan Nyeri Perut Berulang.
Sari Pediatri. 2001; 2(4): p. 198-204.
11. Siregar SP. Alergi Makanan pada Bayi dan Anak. Sari Pediatri. 2001; 3(3): p.
168-174.
12. Ninditya L, Fadhila SR. Memberi Makan pada Bayi: Kapan, Apa, dan
Bagaimana? [diakses tangal 22 08 2018.]; 2016

18
[http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memberi-makan-pada-
bayi-kapan-apa-dan-bagaimana]

19

Anda mungkin juga menyukai