Menulis Biografi Menafsir Hidup
Menulis Biografi Menafsir Hidup
Ada dua alasan mengapa saya mau tidak dibayar, jika kelak proyek penulisan
biograf aktor yang pernah main di 55 flm ini jadi dilaksanakan.
Kedua, aktor S. Bono adalah salah satu aktor terkemuka di negeri ini pada
era 1960-an hingga 1980-an. Sungguh, sebuah kehormatan jika kemudian
saya diberi kepercayaan menuliskan biograf beliau.
Berikut ini adalah beberapa pemahaman tentang biograf, yang saya kutip
dari sebuah situs Ruang Baca Tempo, terbitan sekitar setahun atau dua tahun
lalu.
Biografi adalah “yang paling pelik dan manusiawi dari semua cabang seni
menulis”, sesuatu yang sangat relevan dalam hidup kita. Biografi, jika
disajikan dalam format sebagaimana yang dibayangkan Strachey, sangat
berpotensi memperkaya pemahaman dan pengalaman pembacanya
terhadap kondisi kemanusiaan—dengan memasuki kehidupan seseorang,
juga masa, ruang, dan mungkin budaya yang berbeda.
Biograf memang seperti sejarah yang sedang berjalan. Lantaran itulah, tidak
sedikit para penulisnya menemui kesukaran untuk menangkap esensi
kehidupan obyek yang ia tulis. Tidak sedikit dari mereka, yang kemudian
terjebak menulis tentang semua hal tentang obyek yang ditulisnya
ketimbang menulis tentang sari kehidupan itu sendiri. Terlebih, menulis
biograf tak ubahnya menghidupkan kembali kehidupan seseorang yang
sudah lewat, yang sejatinya suatu hal yang mustahil. Lantaran itulah, harus
ada bagian-bagian yang menarik dan menghibur pada biograf selayaknya
ditonjolkan agar menjadi lebih bernafas, seperti halnya sebuah novel. Jika
sebuah novel dibuat untuk dinikmati dan direguk keuntungannya, mengapa
tidak begitu pula halnya dengan biograf? Biograf terletak di antara sejarah
dan sastra. Oleh karena itu, sah-sah juga jika ada yang menulis “roman
biografs”, yang isinya semacam novel juga, atau “roman memoar”.
Namun yang jelas, apapun bentuknya, biograf juga merupakan bahan baku
sejarah yang punya kedudukan penting dalam penyusunan sejarah yang
jujur. Bahkan, ada yang berpendapat biograf merupakan salah satu corak
penulisan sejarah. Kejujuran menjadi kata kunci dari sebuah biograf yang
baik dan bermutu. Oleh karena itu, tokoh yang ditulis kisahnya harus
memberikan kesaksian yang jujur dan subyektif.
Selain itu, biograf juga bisa ditujukan untuk memberi baju “baru” kepada
tokohnya, dengan simbol yang ingin diperteguh masyarakat untuk
menjadikannya sebagai contoh. Atau, kadang-kadang personifkasi dari
simbol itu sendiri. Apa peran sesungguhnya dari sang tokoh dalam sejarah?
Apakah ia menentukan jalannya sejarah, atau ia tak lebih dari fgur yang
kebetulan berada dalam kedudukan strategis.
Oleh karena itu, jangan sampai si penulis biograf “memberi baju baru” yang
tidak pas, misalnya terlalu “kebesaran” atau sebaliknya “kekecilan” bagi
tokoh yang dituliskan kisah hidupnya.