Anda di halaman 1dari 25

Ministry of Agriculture Regulation of Republic of Indonesia Number 12 of 2015

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 12/Permentan/OT.140/3/2015
About
TENTANG
The quarantine is conducted for media which carrying pest that cause animal and plant disease at the location of quarantine inspection
TINDAKAN KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN
TERHADAP PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA HAMA PENYAKIT HEWAN
KARANTINA DAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA
DI TEMPAT PEMERIKSAAN KARANTINA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,


Consider The implementation of the quarantine need an instalation or location of inspection
Menimbang : a. bahwa pelaksanaan tindakan karantina di tempat
pemasukan memerlukan instalasi karantina atau tempat
pemeriksaan; The implementation of the quarantine in harbour is conducted at the location of quarantine inspection
b. bahwa dalam rangka penyesuaian tindakan karantina di
tempat pemasukan dengan tatalaksana kepelabuhanan,
pelaksanaan tindakan karantina dilakukan di Tempat
Pemeriksaan Karantina;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu mengatur Tindakan
Karantina Hewan dan Tumbuhan Terhadap Pemasukan
Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina di Tempat
Pemeriksaan Karantina, dengan Peraturan Menteri
Pertanian;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina


Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun
1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612), sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun
2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara 4661);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4849);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang
Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4002);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Karantina Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 2002
Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4196);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 151,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5070);
7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135
Tahun 2014 tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
(Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 273);
8. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;
9. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara
Tahun 2014 Nomor 339);
10. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor
8);
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/
OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Karantina Pertanian;
12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan
/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian;
13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/
OT.140/12/2011 tentang Tempat Pemasukan dan
Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina
dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (Berita
Negara Tahun 2011 Nomor 7), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
44/Permentan/OT.140/3/2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 94/Permentan/
OT.140/12/2011 tentang Tempat Pemasukan dan
Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina
dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (Berita
Negara Tahun 2014 Nomor 428);
14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Permentan/
OT.140/3/2014 tentang Tindakan Karantina Tumbuhan di
Luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran (Berita Negara
Tahun 2014 Nomor 351);
Decide
MEMUTUSKAN:
Ministry of Agriculture Regulation about the quarantine for media which carrying pest that cause animal and plant disease at the location of quarantine inspection
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG TINDAKAN
KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN TERHADAP
PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA HAMA PENYAKIT HEWAN
KARANTINA DAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
KARANTINA DI TEMPAT PEMERIKSAAN KARANTINA.

2
(1) Quarantine is activity to prevent for pest and animal (5) The entry location is sea harbour, river harbour,
disease or plant disease organism which can enter in crossing harbour, air port, post office, borders post with
Indonesia. another country, or another.
(2) media which carrying pest and organism that make Chapter I
animal and plant disease is animal and its derivatives or General Requirement
plant and its parts, and another. BAB I
(3) Pemasukan is activity of transporting media wich can KETENTUAN UMUM
carries pest and organism that make plant and animal
disease from abroad to Indonesia Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Tindakan Karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
Hama dan Penyakit Hewan Karantina dan/atau Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina masuk ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
2. Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina atau Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina yang selanjutnya disebut sebagai Media
Pembawa adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan,
tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau benda lain yang dapat
membawa hama dan penyakit hewan karantina, atau organisme
pengganggu tumbuhan karantina.
3. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan media pembawa dari luar negeri
ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
4. Tempat Pemeriksaan Karantina yang selanjutnya disingkat TPK adalah
tempat untuk pelaksanaan tindakan karantina hewan dan tumbuhan yang
berada di dalam atau di luar Tempat Penimbunan Sementara.
5. Tempat Pemasukan adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai, pelabuhan
penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan dengan negara
lain, dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu, yang ditetapkan sebagai
tempat untuk memasukkan media pembawa hama dan penyakit hewan
atau organisme pengganggu tumbuhan.
6. Petugas Karantina Hewan dan Petugas Karantina Tumbuhan selanjutnya
disebut Petugas Karantina adalah pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
tugas untuk melakukan tindakan karantina berdasarkan Undang-Undang.
7. Penanggung Jawab Alat Angkut adalah orang atau badan hukum yang
bertanggung jawab atas kedatangan alat angkut.
8. Alat Angkut adalah alat angkutan dan sarana yang dipergunakan untuk
mengangkut yang langsung berhubungan dengan media pembawa.
9. Pemilik Media Pembawa yang selanjutnya disebut Pemilik/Kuasanya
adalah orang atau badan hukum yang memiliki media pembawa dan atau
yang bertanggung jawab atas pemasukan.
10. Indonesia National Single Window yang selanjutnya disebut INSW adalah
sistem nasional Indonesia yang memungkinkan dilakukannya suatu
penyampaian data dan informasi secara tunggal, pemrosesan data
informasi secara tunggal dan sinkron, dan pembuatan keputusan secara
tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang.
11. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani
kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat
angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan
sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar provinsi.
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai dasar pelaksanaan tindakan
karantina di TPK.
(1) This ministerial decree is intended as a reference for quarantine (animal and plant disease) at the location of quarantine inspection.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan kepastian pelayanan
tindakan karantina di TPK.

3
The scope of this ministerial decree is include requirement for Pasal 3
quarantine and the location of quarantine inspection in main harbour
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi Persyaratan TPK dan Tindakan
Karantina di pelabuhan utama.
BAB II Chapter II
PERSYARATAN TPK Requirement for the
location of quarantine
Pasal 4 inspection

(1) TPK di dalam Tempat Penimbunan Sementara yang mempunyai fasilitas


dermaga paling kurang harus memiliki:
a. area penumpukan peti kemas media pembawa;
b. plugging (untuk peti kemas berpendingin);
c. ruang administrasi dan kelengkapannya;
d. fasilitas sistem teknologi informasi; dan
e. fasilitas pemeriksaan fisik media pembawa.
(2) TPK di dalam Tempat Penimbunan Sementara yang tidak mempunyai
fasilitas dermaga selain harus memiliki sarana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), harus memiliki:
a. ruang laboratorium;
b. longroom dan coolroom;
c. area perlakuan; dan
d. area penahanan.
(3) TPK sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepelabuhanan.

BAB III Chapter III


TINDAKAN KARANTINA Quarantine
Bagian Kesatu
Umum
(1) media which enter in Indonesia must be quarantine in the Pasal 5
entry location
(1) Media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik
Indonesia dilakukan tindakan karantina oleh Petugas Karantina di tempat
pemasukan.

(2) Tindakan karantina terhadap media pembawa sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), dilakukan sebelum pemeriksaan kepabeanan.

(3) Jika di tempat pemasukan telah ditetapkan TPK sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4, pelaksanaan tindakan karantina sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan di TPK.

Pasal 6

(1) Media pembawa yang tidak dilakukan tindakan karantina di TPK berupa:
a. kemasan kayu sebagai pembungkus produk bukan hasil pertanian;
b. media pembawa kategori risiko tinggi; atau
c. media pembawa dalam bentuk curah di palka kapal (in bulk) atau yang
diangkut tidak menggunakan peti kemas.

(2) Ketentuan media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

4
Bagian Kedua Second Part
Keterangan Muatan Alat Angkut Description of load conveyance

Pasal 7

(1) Untuk mitigasi risiko Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan/atau
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) terhadap pemasukan
media pembawa dan percepatan tindakan karantina di TPK, diperlukan
keterangan muatan alat angkut.

(2) Keterangan muatan alat angkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaporkan oleh penanggung jawab alat angkut kepada Petugas
Karantina di tempat pemasukan paling lambat 2 (dua) hari sebelum
kedatangan alat angkut.

Pasal 8

(1) Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dilakukan dengan
menyampaikan keterangan muatan alat angkut secara elektronik pada
aplikasi keterangan muatan alat angkut karantina (Quarantine Manifest
Information) melalui portal INSW.

(2) Keterangan muatan alat angkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berisi paling kurang:
a. nama alat angkut;
b. kode Harmonized System (kode HS);
c. jenis dan jumlah media pembawa;
d. negara asal; dan
e. nomor peti kemas.

(3) Keterangan muatan alat angkut sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dibuat sesuai Format-1.

Bagian Ketiga Third Part


Analisis Keterangan Muatan Alat Angkut Analysis for Description of Load Conveyance

Pasal 9

(1) Keterangan muatan alat angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8


ayat (2) oleh Petugas Karantina dilakukan analisis risiko untuk
menentukan golongan dan kategori media pembawa.
(2) Hasil analisis risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sesuai
Format-2 dan disampaikan kepada Kepala UPT Karantina Pertanian di
tempat pemasukan.
(3) Golongan dan kategori media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), terdiri dari: The category for media is consist of :
a. dilarang pemasukannya; atau a. no entry
b. low risk, medium risk, and high risk category
b. kategori risiko rendah, sedang, dan tinggi.

Pasal 10

(1) Berdasarkan hasil analisis risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9


ayat (2), tergolong kategori media pembawa yang dilarang pemasukannya,
Petugas Karantina melakukan tindakan penolakan.
media wich status can not enter then will be rejected by quarantine officer

5
(2) Tindakan Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan
kepada:
a. pemilik/kuasanya;
b. penanggung jawab alat angkut; dan
c. instansi terkait dengan diunggah dalam aplikasi keterangan muatan
alat angkut karantina (Quarantine Manifest Information) melalui portal
INSW.
(3) media which rejected is :

(3) Dalam hal media pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. the media is on the topdikenakan tindakan penolakan:
of conveyance, prohibited
to be lowered from a. berada di atas alat angkut, dilarang diturunkan dari alat angkut; atau
conveyance, or b. telah diturunkan dari alat angkut, segera dikeluarkan dari wilayah
b. has been derived from
the conveyance Negara Republik Indonesia.

(4) Tata cara penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang karantina hewan
dan tumbuhan.

Bagian Keempat Fourth Part


Pelaporan dan Penyerahan Reporting and submission

Pasal 11

(1) Pemilik atau kuasanya wajib melaporkan dan menyerahkan media


pembawa kepada Petugas Karantina di tempat pemasukan.

(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan 2 (dua) hari
sebelum kedatangan media pembawa di tempat pemasukan, dengan
mengajukan permohonan secara elektronik melalui Permohonan
Pemeriksaan Karantina (PPK) online.

(3) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada saat
media pembawa tiba di tempat pemasukan dengan membuat pernyataan
penyerahan media pembawa sesuai Format-3.

(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan


dokumen persyaratan dan keterangan muatan alat angkut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12

(1) Petugas Karantina melakukan pemeriksaan kelengkapan, keabsahan, dan


kebenaran terhadap dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (4).

(2) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyatakan dokumen persyaratan lengkap, sah, dan benar, Petugas
Karantina melakukan tindakan karantina di TPK.

(3) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas Karantina sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) menyatakan dokumen persyaratan tidak lengkap,
tidak sah, dan/atau tidak benar, Petugas Karantina melakukan tindakan
penahanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang karantina hewan dan karantina tumbuhan.

6
(4) Apabila setelah jangka waktu penahanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), pemilik atau kuasanya tidak memenuhi persyaratan, media
pembawa dilakukan penolakan.

Bagian Kelima
Pelaksanaan Tindakan Karantina di TPK

Pasal 13

(1) Pengelola TPK yang memiliki fasilitas dermaga harus menempatkan peti
kemas yang berisi media pembawa di area penumpukan peti kemas media
pembawa.

(2) Penempatan peti kemas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
mempercepat pelaksanaan Tindakan Karantina.

Pasal 14

(1) Tindakan karantina di TPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2)
berupa:
a. Pemeriksaan;
b. Perlakuan;
c. Penolakan;
d. Penahanan; dan/atau
e. Pembebasan.

(2) Dalam hal peti kemas media pembawa belum berada di TPK, Pengelola TPK
segera menempatkan peti kemas di TPK.

(3) Penempatan peti kemas oleh pengelola TPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan berdasarkan Surat Perintah Pemindahan Media
Pembawa (SPPMP) dari Kepala UPT Karantina Pertanian di tempat
pemasukan sesuai Format-4.

(4) SPPMP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berisi tata cara pemindahan
yang diterbitkan berdasarkan manajemen risiko HPHK/OPTK.

(5) SPPMP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditembuskan kepada Kepala
Kantor Bea dan Cukai, Pengelola Terminal Bongkar, dan Pengelola TPK
melalui sistem elektronik.

(6) Tata cara pemindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan
menggunakan metode pengambilan.

(7) Metode pengambilan peti kemas sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
tercantum dalam Lampiran II dan Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(8) Format-1 sampai dengan Format-4 tercantum dalam Lampiran IV yang


merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 15

(1) Pengelola TPK memberitahukan kesiapan peti kemas kepada Petugas


Karantina dan Pemilik atau Kuasanya secara online untuk dilakukan
tindakan karantina.

7
(2) Kesiapan peti kemas yang sudah diberitahukan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling lambat 1 (satu) jam terhitung sejak diberitahukan,
Petugas Karantina melakukan tindakan karantina.

(3) Apabila setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pemilik
atau Kuasanya tidak berada di TPK, Petugas Karantina dapat melakukan
tindakan karantina dengan disaksikan oleh pengelola TPK.

(1) The quarantine inspection is conducted to know that the requirement document
Pasal 16
whith physic of media is match or not.

(1) Tindakan karantina berupa pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 14 ayat (1) huruf a dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara
dokumen persyaratan dengan fisik media pembawa.
(2) a. If the result of the inspection is not accordance, the media will be rejected b. If the result is accordance, then the media will be checked for its health

(2) Jika hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):


a. tidak sesuai, dilakukan penolakan; atau
b.sesuai, dilakukan pemeriksaan kesehatan.

(3) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan pada
seluruh media pembawa.

(4) Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b


dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan di bidang
karantina hewan dan karantina tumbuhan.

Pasal 17
(1) Media that have been quarantined and meet the requirement then allowed to enter in Indonesia

(1) Media pembawa yang telah dilakukan tindakan karantina dan memenuhi
persyaratan serta bebas HPHK/OPTK dilakukan tindakan pembebasan.
(2) The permission as mention in number (1) is conducted with publishing of certificate
(2) Tindakan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan penerbitan sertifikat pelepasan.
(3) The certificate as mention in number (2) is uploaded in INSW portal
(3) Sertifikat pelepasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diunggah
melalui portal INSW.

Bagian Keenam
Jangka Waktu Layanan

Pasal 18

(1) Jangka waktu layanan (Service Level Arrangement) dokumen elektronik


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3), sebagai berikut:
a. untuk risiko rendah, paling lama 1 x 24 jam; atau
b. untuk risiko sedang, paling lama 3 x 24 jam.

(2) Jangka waktu layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
sejak petugas karantina melakukan pemeriksaan media pembawa di TPK.

8
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Maret 2015

MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMRAN SULAIMAN

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 1 April 2015

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 484

9
ATTACHMENT 1 REQUIREMENT OF MINISTRY OF AGRICULTURE OF INDONESIA

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 12/Permentan/OT.140/3/2015

TANGGAL : 25 Maret 2015


RISK LEVEL CATEGORY FOR MEDIA
KATEGORISASI TINGKAT RISIKO MEDIA PEMBAWA

RISK LEVEL CATEGORY FOR ANIMAL


A. KATEGORISASI TINGKAT RISIKO MEDIA PEMBAWA HAMA DAN PENYAKIT HEWAN KARANTINA DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI
Risk Level Maximum

TINGKAT
No Pos Tarif Uraian Barang Description K/L penanggung jawab SLA
RISIKO

1 01.01 Kuda, keledai, bagal dan hinnie, Live horses, asses, mules and hinnies. wajib periksa KH
hidup.

2 - Kuda: - Horses: wajib periksa KH

3 0101.21.00.00 - - Bibit - - Pure-bred breeding animals wajib periksa KH Tinggi 15 hari

4 0101.29.00.00 - - Lain-lain - - Other wajib periksa KH Tinggi 15 hari

5 0101.30 - Keledai: - Asses: wajib periksa KH

6 0101.30.10.00 - - Bibit - - Pure-bred breeding animals wajib periksa KH Tinggi 15 hari

7 0101.30.90.00 - - Lain-lain - - Other wajib periksa KH Tinggi 15 hari

8 0101.90.00.00 - Lain-lain - Other wajib periksa KH Tinggi 15 hari

9 01.02 Binatang jenis lembu, hidup. Live bovine animals. wajib periksa KH

10 - Sapi: - Cattle: wajib periksa KH


RISK LEVEL CATEGORY FOR PLANT
B. KATEGORISASI TINGKAT RISIKO MEDIA PEMBAWA ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA DAN KEAMANAN HAYATI
NABATI
Risk Level Maximum

SLA
Tingkat
No Pos Tarif Uraian Barang Description Maksimum
Risiko
(Hari)

1 06.01 Umbi, bonggol, akar berbonggol, batang dibawah tanah, Bulbs, tubers, tuberous roots, corms, crowns
tajuk dan akar tongkat, dorman, sedang tumbuh atau and rhizomes, dormant, in growth or in
berbunga, tanaman dan akar chicory selain akar dari flower; chicory plants and roots other than
pos 12.12. roots of heading 12.12.

2 0601.10.00.00 - Umbi, bonggol, akar berbonggol, batang dibawah tanah, - Bulbs, tubers, tuberous roots, corms, crowns Tinggi 21
tajuk dan akar tongkat, dorman and rhizomes, dormant

3 0601.20 - Umbi, bonggol, akar berbonggol, batang dibawah tanah, - Bulbs, tubers, tuberous roots, corms, crowns Tinggi 21
tajuk dan akar tongkat, sedang tumbuh atau berbunga; and rhizomes, in growth or in flower; chicory
tanaman dan akar chicory: plants and roots:

4 0601.20.10.00 - - Tanaman Chicory - - Chicory plants Tinggi 21

5 0601.20.20.00 - - Akar chicory - - Chicory roots Tinggi 21

6 0601.20.90.00 - - Lain-lain - - Other Tinggi 21

7 06.02 Tanaman hidup lainnya (termasuk akarnya), potongan Other live plants (including their roots),
dan cangkokan; sulur jamur. cuttings and slips; mushroom spawn.

8 0602.10 - Potongan dan cangkokan tanpa akar: - Unrooted cuttings and slips: Tinggi 21

9 0602.10.10.00 - - Potongan dan cangkokan anggrek - - Of orchids Tinggi 21

10 0602.10.20.00 - - Kayu karet - - Of rubber trees Tinggi 21

48
Description Risk Level Maximum
588 12.08 Tepung halus dan tepung kasar dari biji atau moster. Flours and meals of oil seeds or oleaginous
fruits, other than those of mustard.

589 1208.10.00.00 - Dari kacang kedelai - Of soya beans Rendah 1

590 1208.90.00.00 - Lain-lain - Other Rendah 1

591 12.09 Biji, buah dan spora, dari jenis yang digunakan untuk Seeds, fruit and spores, of a kind used for
disemai. sowing.

592 1209.10.00.00 - Biji bit gula - Sugar beet seeds Tinggi 21

593 - Biji dari tanaman makanan ternak: - Seeds of forage plants: Tinggi 21

594 1209.21.00.00 - - Biji Lucerne (alfalfa) - - Lucerne (alfalfa) seeds Tinggi 21

595 1209.22.00.00 - - Biji semanggi (Trifolium spp.) - - Clover (Trifolium spp.) seeds Tinggi 21

596 1209.23.00.00 - - Biji Fescue - - Fescue seeds Tinggi 21

597 1209.24.00.00 - - Biji rumput biru Kentucky (Poa pratensis L.) - - Kentucky blue grass (Poa pratensis L.) seeds Tinggi 21

598 1209.25.00.00 - - Biji gandum hitam (Lolium multiflorum Lam., Lolium - - Rye grass (Lolium multiflorum Lam., Lolium Tinggi 21
perenne L.) perenne L.) seeds.

599 1209.29 - - Lain-lain: - - Other: Tinggi 21

600 1209.29.10.00 - - - Biji rumput Timothy - - - Timothy grass seeds Tinggi 21

601 1209.29.20.00 - - - Biji bit lainnya - - - Other beet seeds Tinggi 21

602 1209.29.90.00 - - - Lain-lain - - - Other Tinggi 21

603 1209.30.00.00 - Biji bijian dari tumbuhan rerumputan yang - Seeds of herbaceous plants cultivated Tinggi 21
dibudidayakan terutama untuk bunganya principally for their flowers

83
ATTACHMENT II MINISTRY OF AGRICULTURE OF INDONESIA

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR : 12/Permentan/OT.140/3/2015
TANGGAL : 25 Maret 2015
SAMPLING METHOD FOR PLANT

METODE PENGAMBILAN SAMPEL MEDIA PEMBAWA ORGANISME PENGGANGGU


TUMBUHAN (OPTK)

Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kategorisasi tingkat risiko media


pembawa. Kategorisasi tingkat risiko media pembawa sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan dan tumbuhan.

1. Risiko Rendah (Low Risk/Non Benih/ Golongan C dan D)


1.1. Metode Penentuan kontainer yang disampling;
1.2. Penetapan jumlah kontainer yang disampling berdasarkan manifest
1.3. Kontainer yang disampling ditentukan dengan random sampling
sejumlah yang telah ditetapkan sebagaimana pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah kontainer yang disampling untuk media pembawa berisiko


rendah.
Total Jumlah Kontainer Jumlah kontainer yang disampling
≤ 10 kontainer 2 kontainer
11 - 25 kontainer 1 dari setiap 5 kontainer (minimal 3
kontainer)*)
≥ 26 kontainer 1 setiap 8 kontainer (minimal 6
kontainer) *)
*) pembulatan ke atas terhadap jumlah kontainer yang disampling

Contoh :
Data yang ada pada manipest sejumlah 10 kontainer, selanjutnya 2 kontainer
ditetapkan sebagai contoh, maka kontainer yang akan disampling secara
random dengan mengacak dan mengambil 2 nomor seri kontainer.

Nomor seri kontainer yang teracak dan telah terpilih, dikirim ke lokasi TPFT
untuk pemeriksaan detail dan pengambilan sampel media pembawa.
Sedangkan kontaier yang tidak diantarkan ke TPFT, dibuka secara umum,
bahwa isi kontainer sama dengan isi kontainer yang di bawah.

1.4. Target Pemeriksaan


1.4.1. Serangga, gulma, moluska (snail dan slug)
Pemeriksaan keberadaan serangga dilakukan di tempat-tempat
yang memungkinkan adanya infestasi OPTK sasaran, misalnya
pada tersembunyi atau pada lipatan pembungkus
Contoh jenis Media Pembawa yang termasuk kategori rendah

Jenis media pembawa karantina hewan dan karantina tumbuhan diatur


dengan peraturan tersendiri.
1.5. Metode pengambilan sampel dari setiap kontainer sebagai berikut:
1.5.1. Sampel dari setiap kontainer diambil dengan metode sampel
bertarget (targeted sampling atau selected sampling) atau
purposive sampling.
1.5.2. Metode selected/targeted sampling ini dilakukan berdasarkan
ekobiologi OPT/OPTK. Misalnya, pengambilan contoh produk
tumbuhan untuk pemeriksaan kesehatan media pembawa
OPT/OPTK dengan sasaran OPT/OPTK kelompok cendawan dan
bakteri sebaiknya dilakukan pada tempat-tempat yang lembab,
seperti di dekat pintu kontainer yang kemungkinan kurang
tertutup rapat sehingga sering mengalami kebocoran air.
Sementara itu, untuk sasaran OPT/OPTK kelompok serangga,
pengambilan contoh sebaiknya dilakukan pada lipatan-lipatan
karung, atau di bagian pojok palka/kontainer.
1.5.3. Jumlah sampel yang diambil untuk pengujian laboratorium dan
arsip sampel, dengan batasan tertentu. Contoh untuk biji-bijian
ukuran sedang (seperti Kopi, Jagung) tidak lebih dari 5 kg, untuk
ukuran kecil seperti ketumbah, lada maka jumlah sampel tidak
lebih dari 2 Kg dari total seluruh sampel yang dikumpulkan.
Selebihnya sampel dikembalikan kepada pemilik.

2. Risiko Sedang (Medium Risk/Golongan B)

Untuk pengambilan sampling kontainer terhadap media pembawa dari


golongan risiko sedang dengan jumlah sebagaimana pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah kontainer yang disampling terhadaap media pembawa


berisiko sedang

Total jumlah kontainer Jumlah kontainer yang disampling


≤ 10 kontainer 2 kontainer
11-25 kontainer 1 dari setiap 5 kontainer (minimal 3
kontainer yang disampling)*)
≥26 kontainer 1 setiap 8 kontainer (minimal 6
kontainer yang disampling) *)
*) pembulatan ke atas terhadap jumlah kontainer yang disampling

Contoh :
Data yang ada pada manifest sejumlah 10 kontainer, selanjutnya 2
kontainer ditetapkan sebagai contoh, maka kontainer yang akan disampling
secara random dengan mengacak dan mengambil 2 nomor seri kontainer.

Nomor seri kontainer yang teracak dan telah terpilih, dikirim ke lokasi TPFT
untuk pemeriksaan detail dan pengambilan sampel media pembawa.
Sedangkan kontaier yang tidak diantarkan ke TPFT, dibuka secara umum,
bahwa isi kontainer sama dengan isi kontainer yang di bawah.

115
2.1. Target pemeriksaan:

Target pemeriksaan terhadap media pembawa dari kontainer yang


dilakukan sampling adalah: Cendawan, Nematoda dan Tungau.
Sebagaimana diketahui untuk target pemeriksaan ini selain mengarah
terhadap adanya gejala pada media pembawa, juga tetap dilakukan
sampling terhadap media pembawa yang tidak tampak gejala visual.

2.2. Metode pengambilan sampel dari setiap container


2.2.1. Sampel dari setiap kontainer diambil dengan metode sampel
bertarget (targeted sampling atau selected sampling) atau
purposive sampling.
2.2.2. Metode selected/targeted sampling ini dilakukan berdasarkan
ekobiologi OPT/OPTK. Pengambilan contoh produk tumbuhan
untuk pemeriksaan kesehatan media pembawa OPT/OPTK
dengan sasaran OPT/OPTK kelompok cendawan, nemaatoda
dan tungau sebaiknya dilakukan pada tempat-tempat yang
lembab, seperti di dekat pintu kontainer yang kemungkinan
kurang tertutup rapat sehingga sering mengalami kebocoran
air.
2.2.3. Selain dari pada itu fokus pemeriksaan pada gejala yang
tampak secara visual untuk dilakukan sampling. Untuk media
pembawa yang tidak memperlihatkan gejala maka dialkukan
sampling dari setiap kontainer yang telah ditetapkan, demgan
mengeluarkan media pembawa untuk dilakukan sampling
secara acak (random).

Jumlah sampel uji untuk keperluan laboratorium dan arsip sampel


dengan jumlah tertentu sebagaimana diuraikan pada risiko rendah,
selebihnya sampel dikembalikan kepada pemilik.
High Risk (class A)
3. Risiko Tinggi (High Risk/Golongan A)
Untuk pengambilan sampling kontainer terhadap media pembawa dari
golongan risiko tinggi umumnya benih atau bitbit tanaman dengan jumlah
sebagaimana pada Tabel 3. The
Sampling is generally
sampling seeds
is generally inor seedling
seeds or seedling

amount of containers that being sampled for media with high risk level
Tabel 3. Jumlah kontainer yang disampling pada media pembawa (benih)
berisiko tinggi.
Total amount of containers amount of containers that being sampled

Total jumlah container Jumlah kontainer yang disampling


≤ 5 kontainer Sampel diambil dari setiap container sample taken in each containers
6-30 kontainer 1 dari setiap 3 kontainer tetapi tidak kurang dari
5 sampel taken 1 of each 3 containers but not less than 5 sample
≥ 31kontainer 1 setiap 5 kontainer tetapi tidak kurang dari 10
sampel taken 1 of each 5 containers but not less than 10 sample

116
Contoh:
 Jika jumlah kontainer yang masuk sebanyak 7 kontainer, maka jumlah
kontainer yang dijadikan sampel sebanyak 6.
 Jika jumlah kontainer yang masuk sebanyak 20 kontainer, maka jumlah
kontainer yang diambil sebanyak 7 kontainer.
Inspection target
3.1. Target pemeriksaan
 Bakteri, virus, phytoplasma, mikoplasma, viroid bacteria, virus, phytoplasma, mycoplasma, viroid

3.1. Pengambilan sampel dari setiap kontainer


3.1.1. Sampel primer diambil secara acak dari setiap kontainer yang
dipilih sebagai sampling.
3.1.2. Seluruh sampel primer yang diambil dari setiap kontainer
dicampur hingga homogen menjadi sampel campuran.
3.1.3. Sampel campuran dibagi menjadi dua, yaitu sampel arsip dan
sampel kiriman.
3.1.4. Sampel kiriman dibagi menjadi sampel kerja sesuai dengan
jumlah target yang akan diuji.
3.1.5. Jumlah (berat) sampel yang akan serahkan ke Laboratorium
disesuaikan kepada ukuran benih.

Tata alur pengambilan sampel

4. Pengambilan Sampel Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT)


Pengambilan sampel PSAT dilakukan sebagai berikut:

Jumlah kontainer yang disampling

Jumlah kontainer per lot Jumlah kontainer yang diambil


1-10 kontainer Maksimal 5
11-25 kontainer 5 kontainer
26-50 kontainer 7 kontainer
51-100 kontainer 10 kontainer
>100 kontainer Akar pangkat dua dari
keseluruhan contoh
*) khusus untuk pengujian mikrobiologi, jumlah contoh yang diambil
digunakan sebagai sampel kerja tanpa dicampur/tidak dikomposit.

117
4.1. Target pemeriksaan
Cemaran residu pestisida, logam berat, mikotoksin, mikrobiologi,
formalin.

4.2. Metode Penentuan kontainer yang disampling


4.2.1. Penetapan jumlah kontainer yang disampling merujuk pada
permohonan yang ada pada manifest.
4.2.2. Kontainer yang disampling ditentukan dengan random
sampling sejumlah yang telah ditetapkan, dengan cara
melakukan acak nomor seri kontainer yang akan dijadikan
sampling container.
4.2.3. Kontainer yang dikirimkan ke TPFT hanya nomor-nomor seri
kontainer terpilih dari random sampling.
4.2.4. Pengambilan sampel media pembawa/produk PSAT mengikuti
kaedah teknik sampling.
4.2.5. Kontainer yang tidak terpilih untuk dikirimkan ke TPFT perlu
dibuka untuk memastikan bahwa isi kontainer sesuai dengan
dokumen bila diperlukan, pekerjaan ini dapat dilakukan di
tempat penimbunan kontainer. Hal ini dilakukan dalam
rangka tidak terjadi penumpukan antrian kontainer di TPFT.

4.3. Pengambilan sampel dari setiap container

4.3.1. Sampel primer diambil secara acak dari setiap kontainer yang
dipilih sebagai sampling.
4.3.2. Seluruh sampel primer yang diambil dari setiap kontainer
dicampur hingga homogen menjadi sampel campuran.
4.3.3. Sampel campuran dibagi menjadi sampel sekunder.
4.3.4. Sampel sekunder dibagi menjadi sampel kerja, sampel arsip,
dan sampel untuk pemilik.

MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMRAN SULAIMAN

118
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 12/Permentan/OT.140/3/2015
TANGGAL : 25 Maret 2015

METODE PENGAMBILAN SAMPEL MEDIA PEMBAWA HAMA PENYAKIT HEWAN


KARANTINA (HPHK)

Berdasarkan pelaporan pemasukan Media Pembawa HPHK atau Produk


Hewan yang dilakukan melalui penyerahan Dokumen Permohonan
Pemeriksaan Karantina (PPK) dan ditindak lanjuti dengan Penyerahan Media
Pembawa (MP) Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) kepada petugas
karantina untuk dilakukan Tindakan Karantina Hewan, maka terhadap MP
HPHK atau produk hewan tersebut dilakukan pemeriksaan: 1) kesesuaian
antara kondisi pengangkutan dan Kemasan terhadap dokumen permohonan
dan dokumen persyaratan; 2) Kesesuaian fisik MP terhadap persyaratan
Teknis Kesehatan.

1. PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

Pemeriksaan pendahuluan bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara


dokumen pengangkutan dan Kemasan terhadap dokumen Permohonan
Pemeriksaan Karantina (PPK), antara lain yaitu:
1.1. Pemeriksaan terhadap identitas kontainer (keutuhan segel, nomor
identitas kontainer dll), dilakukan untuk semua kontainer dalam
kesatuan pengiriman (Consignment);
1.2. Pemeriksaan terhadap kondisi alat pendingin apabila pengangkutan
MP/Produk tersebut dipersyaratkan;
1.3. Kesesuaian MP secara Umum (Bentuk kemasan dan identitas),
termasuk pemeriksaan apakah pengiriman merupakan pengangkutan
dalam container dengan isi yang homogeny atau campuran.

2. PEMERIKSAAN DOKUMEN, KESESUAIAN FISIK DAN DOKUMEN, DAN


PEMERIKSAAN FISIK MEDIA PEMBAWA

Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui kelengkapan, kebenaran,


keabsahan dokumen, kesesuaian antara kondisi fisik MP terhadap
dokumen permohonan dan persyaratan serta kesesuaian MP terhadap
persyaratan teknis.

Dari jumlah kontainer yang dilakukan pemeriksaan pendahuluan,


dilakukan pemilihan secara acak (sesuai tabel 1) terhadap beberapa
container untuk dilanjutkan pemeriksaan dokumen, kesesuaian fisik dan
dokumen persyaratan.

2.1. Penentuan kontainer yang akan diambil untuk pemeriksaan.


Jumlah kontainer yang diambil untuk pemeriksaan tersebut
sebagaimana tabel 1:

Total Kontainer Risiko Rendah Risiko Sedang


1 1 1
2-5 2 2
6-7 2 3

119
8-9 2 3
10 - 19 3 4
20 - 29 5 8
30 - 49 8 11
50 13 19

2.2. Terhadap kontainer terpilih (random sampling), dilakukan


pemeriksaan kemasan MP/produk terkecil. Apabila kontainer
pengiriman tidak homogeny maka seluruh kontainer dalam satu
pengiriman tersebut diperiksa secara detail.
2.3. Pemeriksaan dilakukan diruangan berpendingin apabila produk
dipersyaratkan pengangkutannya dengan pendingin;
2.4. Tata Cara Pemeriksaan Dokumen
Pemeriksaan terhadap dokumen persyaratan, dilakukan dengan
cara:
a. memeriksa kelengkapan dokumen.
b. memeriksa kebenaran dan keaslian dokumen dengan cara
mencermati tanda-tanda khusus yang menandakan keaslian
dokumen
c. memeriksa keabsahan dokumen, stempel/cap dan tanda tangan
pejabat yang berwenang. Dokumen karantina dianggap sah
apabila:
1) diterbitkan oleh pejabat berwenang;
2) menggunakan kop surat resmi (khusus untuk sertifikat
sanitasi dan sertifikat halal bagi media pembawa yang
dipersyaratkan);
3) dibubuhi tanda tangan, nama serta jabatan;
4) dibubuhi stempel;
5) diberi nomor; dan
6) mencantumkan tempat dan tanggal penerbitan dokumen.

2.5. Tata Cara Pemeriksaan Kesesuaian Fisik dan Dokumen

2.5.1. Pemeriksaan fisik kemasan, dilakukan dengan cara:


a. memeriksa keutuhan kemasan, ada tidaknya kebocoran,
atau kerusakan dengan melihat tanda-tanda seperti:
robek, basah, berlubang dan sebagainya.
b. Pemeriksaan kesesuaian informasi pada label dan
dokumen, antara lain:
1) Negara tujuan Indonesia;
2) Tempat produksi (est no)
3) Tanggal pemotongan dan/atau tanggal produksi;
4) Jenis, jumlah, berat dan spesifikasi media
pembawa;
5) Nama umum;
6) Nama dagang;
7) Rincian kemasan;
8) Tanggal pengemasan;
9) Nama produsen;
10) Tanda kehalalan bagi yang dipersyaratkan;
11) Tanda khusus(shipping mark);
12) Bahasa yang digunakan pada kemasan/label yaitu
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

120
2.5.2. Pemeriksaan fisik media pembawa:
a. dilakukan pemeriksaan secara organoleptik terhadap isi
kemasan terkecil untuk mengetahui kesesuaiannya
terhadap persyaratan teknis;
b. pemeriksaan suhu (untuk media pembawa yang
dipersyaratkan); dan
c. pemeriksaan terhadap cemaran fisik/benda asing.

3. Pengambilan sampel untuk pengujian laboratorium

3.1. Ketentuan:
a. pengambilan sampel laboratorium dilakukan apabila dalam kondisi
tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan Fisik MP/Produk
sebagaimana point nomor 2 ditemukan perubahan sifat, rusak,
busuk, dan sebagainya sehingga memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut dan atau sesuai ketentuan persyaratan harus dilakukan uji
Laboratorium terlebih dahulu sebelum pembebasan.
b. dilakukan secara periodik untuk monitoring status keamanan
pangan.

3.2. Penentuan besaran sampel

Besaran sampel adalah sesuai tabel 2. dan diambil secara acak


sederhana:

Jumlah Kontainer Jumlah sampel yang Volume


untuk kesesuaian diambil untuk uji
fisik dan dokumen laboratorium (kemasan
ataupun curah)
1-2 2 @ 250 gr
3-8 3 @ 250 gr
9 - 15 3 @ 250 gr
16 - 25 4 @ 250 gr

MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

AMRAN SULAIMAN

121
LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 12/Permentan/OT.140/3/2015
TANGGAL : 25 Maret 2015

No. Format Tentang


1. Format-1 Keterangan Muatan Alat Angkut
2. Format-2 Hasil Analisis Keterangan Muatan Alat Angkut
3. Format-3 Pernyataan Penyerahan Media Pembawa Ke Petugas
Karantina Untuk Dilakukan Tindakan Karantina Di
TPK
4. Format-4 Surat Perintah Pemindahan Media Pembawa (SPPMP)

MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMRAN SULAIMAN

122
Format-1

KETERANGAN MUATAN ALAT ANGKUT

1. Alat Angkut Kapal Laut

Nama Media Pembawa :


Jumlah/volume Media Pembawa :
Jumlah dan Nomor Kontainer :
Ukuran dan Tipe Kontainer :
Tanggal dan Jam Kedatangan :
Nama alat angkut :
Nomor Voyage dan tanggal :
Pelabuhan keberangkatan :
Tanggal keberangkatan :
Negara asal :
Pelabuhan Kedatangan :
Tanggal Kedatangan :
Negara Tujuan :
Nama dan alamat pengirim :
(shipper)
Nama dan alamat penerima :
(consignee)
Nam dan alamat pemilik barang :
(notify address)

123
Format-2

KEPALA/KOP SURAT UPT KARANTINA PERTANIAN

HASIL ANALISIS KETERANGAN MUATAN ALAT ANGKUT

Kepada Yth.
Kepala Balai Besar/Balai/Stasiun Karantina Pertanian……..
di-
TEMPAT.

Bersama ini kami sampaikan rekomendasi hasil analisis muatan alat angkut
sebagai berikut :

I. KETERANGAN MEDIA PEMBAWA HPHK/OPTK


1. Nama MP HPHK/MP OPTK : …………………………………
2. Negara asal : …………………………………
3. Negara Transit
4. Tanggal Kedatangan : …………………………………
5. Jumlah/Volume : …………………………………
6. Nomor container : …………………………………

II. HASIL ANALISIS


1. Media Pembawa : Dilarang
HPHK/OPTK*
kewajiban tambahan
Tidak dilarang

2. Manajemen Risiko MP : Risiko Rendah (Low Risk)


Risiko Sedang (Medium Risk)
Risiko Tinggi (High Risk).

3. Metode Deteksi HPHK/OPTK* : Maksimum 1 (satu) hari


Maksimum 3 (empat) hari
Maksimum 21 (dua puluh
satu) hari
III. REKOMENDASI : Tempat Pemeriksaan
(TPK/IKH/IKT)*
Tingkat Risiko MP HPHK atau MP
OPTK …………………..

Petugas Analis,

Nama Terang
NIP. ………………………………………
Salinan disampaikan Kepada :
1. Ka. Bid KH/KT/Ka. Sie KH/KT/Ka. Subsie Yanops;
2. Arsip.
* Coret yang tidak perlu
Isi salah satu

124
Format-3

PERNYATAAN PENYERAHAN MEDIA PEMBAWA KE PETUGAS KARANTINA


UNTUK DILAKUKAN TINDAKAN KARANTINA DI TPK

Kepada Yth.
Petugas Karantina……………………..
di-
TEMPAT.

Bersama ini kami sampaikan media pembawa karantina untuk dilakukan


tindakan karantina sebagai berikut :

1. Nama MP HPHK/MP OPTK : …………………………………


2. Negara asal : …………………………………
3. Negara transit : …………………………………
4. Tanggal Kedatangan : …………………………………
5. Jumlah/Volume : …………………………………
6. Jumlah kontainer : …………………………………
7. Nomor container : …………………………………

………………………..,……………………..
Pemilik/Kuasa Media Pembawa,

Tanda tangan disertai materai

Nama Terang

Salinan disampaikan Kepada :


Kepala UPT

125
Format-4

SURAT PERINTAH PEMINDAHAN MEDIA PEMBAWA (SPPMP).

Kepada:
Pemilik/Kuasa Pemilik
di-
TEMPAT.

Sesuai surat permohonan pemeriksaan karantina dari..................


No.............................tanggal.............................. dan guna pelaksanaan
tindakan karantina diperintahkan untuk melakukan penarikan peti kemas
dari Terminal Bongkar ke TPK................................ dengan data sbb:

1. Jumlah Peti Kemas :


2. Nomor dan Kode Petikemas :
a……………………………
b……………………………
dst…………………………

3. Nama Alat Angkut/Voyage :


4. Agen Pelayaran/Maskapai :
5. Tanggal Tiba :
6. Lokasi Terminal :
Bongkar
7. Pemilik :

Catatan :
Petikemas yang dimaksud sudah ditarik ke TPK.
................, tgl...........................

Petugas Karantina, Pengelola TPK,

(……………………….) (……………………….)

Tembusan:
1. Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai;
2. Pengelola Terminal Bongkar;
3. Pengelola TPK ……………………….

126

Anda mungkin juga menyukai