Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bandar Udara

2.1.1 Gambaran Umum Bandar Udara

Menurut Annex 14 dari International Civil Aviation Organization (ICAO),

bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan,

instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian

untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.

Menurut Direktorat Jendral Perhubungan Udara, bandar udara adalah

lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat

udara, naik turun penumpang dan/ atau bongkar muat kargo dan/ atau pos serta

dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan keselamatan penerbangan dan sebagai

tempat perpindahan antar moda transportasi.

Menurut PT (persero) Angkasa Pura, bandar udara, adalah lapangan udara,

termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal

untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat.

Di bandar udara terdapat kumpulan kegiatan yang luas yang mempunyai

kebutuhan berbeda yang terkadang saling bertentangan. Misalnya pertentangan

Antara kegiatan keamanan dengan kegiataan pelayanan dimana untuk menjamin

keamanan maka jumlah pelayanan akan dibatasi. Agar perencanaan Bandar udara

dapat berhasil dengan baik maka wajib mengikuti aturan-aturan atau pedoman yang

dibuat pada perencanaan induk dan sistem bandara yang menyeluruh.


 
Indonesia sebagai salah satu anggota Organisasi Penerbangan Sipil

Internasional (ICAO) bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan bagi

semua kegiatan penerbangan sipil. Pelayanan tersebut, termasuk menyediakan

jaringan prasarana dimaksud terdiri dari bandara sebagai simpul dan ruang udara

sebagai ruang lalu lintas.

2.1.2 Fasilitas Bandar Udara

Bandar udaa sebagai simpul jaringan transportasi udara tempat

berlangsungnya perpindahan antar maupun inter moda transportasi dalam kegiatan

operasinya terjadi berbagai interaksi antar komponen terutama bandara, operator

penerbangan dan pengguna jasa.

Interaksi ketiga komponen tersebut membentuk berbagai subsistem bandara

yang masing-masing mempunyai karakteristik dan mempunyai peran masing-

masing dalam bentuk sistem bandara.

Ditinjau dari pembagian wilayah operasi maka sistem Bandar udara dapat

dikelompokkan dalam 2 komponen besar yaitu sisi udara (airdside) yang bersifat

non publik dimana pesawat biasanya beroperasi, dan sisi darat (Landside) wilayah

penumpang baik yang bepergian maupun tidak bepergian memiliki akses terbatas.

Secara umum sisi darat terdiri dari runway, taxiway dan apron. Sedangkan sisi

udara terdiri dari bangunan terminal, tempat parkir dan sirkulasi kendaraan, serta

jalan akses dari dan menuju bandara. (Sakti Adji Adisasmita, 2011).


 
Setiap bidang utama bandar udara (sisi udara dan sisi darat) memiliki

persyaratan khusus. Persyaratan dan parameter operasional harus dipertimbangkan

dengan cermat ketika merencanakan dan merancang fasilitas bandar udara.

Gambar 2.1 Layout Sistem Bandara

Sumber: Sakti Adji Adisasmita, 2011

Secara umum fasilitas bandar udara dikelompokkan menjadi tiga bagian

yaitu; pergerakan pendaratan atau landing movement (LM), wilayah terminal

penumpang dan barang atau Terminal Area (TA), dan terminal kontrol lalu lintas

udara Terminal Traffic Control.


 
a. Pergerakan Pendaratan atau Landing Movement (LM)

Landing Movement terdiri dari runway, taxiway, dan apron. Kapasitas

Landing Movement dihitung berdasarkan satuan pesawat perjam.

1) Landas pacu (runway) adalah fasilitas yang berupa satu perkerasan yang

disiapkan untuk pesawat melakukan kegiatan pendaratan dan tinggal landas.

Elemen dasar runway meliputi perkerasan yang secara struktural cukup untuk

mendukung beban pesawat yang dilayaninya. Kelengkapan data yang

merupakan aspek penilaian meliputi runway designation/ number/ azimuth

yang merupakan nomer atau angka yang menunjukkan penomoran landas

pacu dan arah kemiringan landas pacu tersebut. Bagian berikutnya adalah

dimensi landas pacu yang meliputi panjang dan lebar landas pacu.

2) Penghubung landas pacu (taxiway) adalah bagian dari fasilitas sisi udara yang

dibangun untuk jalan keluar masuk pesawat dari landas pacu maupun sebagai

sarana penghubung antara beberapa fasilitas seperti aircraft parking position

taxiline, apron taxiway, dan rapid exit taxiway. Exit Taxiway perlu dirancang

untuk meminimasi waktu penggunaan runway yang diperlukan oleh pesawat

yang mendarat. Rapid end taxiway yang terletak dibagian ujung landas pacu

dirancang dengan sudut kemiringan 25o hingga 45o dari sudut landas pacu

untuk digunakan oleh pesawat keluar meninggalkan runway dalam kecepatan

tinggi. Taxiway harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

meminimalkan jarak antara terminal dan bagian ujung landas pacu.

10 
 
3) Pelataran parkir pesawat udara (apron) adalah fasilitas sisi udara yang

disediakan sebagai tempat bagi pesawat saat melakukan kegiatan menaikkan

dan menurunkan penumpang, muatan pos dan kargo dari pesawat, pengisian

bahan bakar, parkir dan perawatan pesawat. Apron adalah bagian bandar

udara yang melayani terminal sehingga harus dirancang sesuai dengan

kebutuhan dan karakteristik terminal tersebut.

Gambar 2.2 Landing Movement Bandar Udara

Sumber: Google

b. Wilayah Terminal Penumpang dan Barang atau Terminal Area (TA)

Terminal area merupakan penghubung antara sisi udara dan sisi darat bandar

udara, mencakup fasilitas-fasilitas pelayanan penumpang (passanger handling

system), penanganan barang kiriman (cargo handling), perawatan dan administrasi

bandara.

11 
 
1) Terminal Penumpang adalah bangunan yang disediakan untuk melayani

seluruh kegiatan yang dilakukan oleh penumpang dari mulai keberangkatan

hingga kedatangan. Satuan untuk kapasitas penumpang adalah jumlah

penumpang per tahun. Didalam fasilitas keberangkatan terdapat check in

counter, check in area, rambu/marka terminal bandar udara, fasilitas custom

immigration quarantine, serta terdapat hall keberangkatan (kerb

keberangkatan, ruang tunggu penumpang, tempat duduk dan fasilitas umum

toilet. Sedangkan pada fasilitas kedatangan terdapat ruang kedatangan,

baggage conveyor belt serta rambu/marka terminal bandar udara.

2) Terminal barang (kargo) adalah bangunan terminal yang digunakan untuk

kegiatan bongkar muat barang (kargo) udara yang dilayani oleh bandar udara

tersebut. Fasilitas ini meliputi gudang, kantor administrasi, parkir pesawat,

gedung operasi, jalan masuk dan tempat parkir kendaraan umum.

Gambar 2.3 Arus Penumpang di Terminal Kedatangan dan Keberangkatan

Sumber: Angkasa Pura I, 2014

12 
 
c. Terminal Kontrol Lalu Lintas Udara atau Terminal Traffic Control (TTC)

Terminal Traffic Control merupakan fasilitas pengatur lalu lintas udara

dengan berbagai peralatan seperti sistem radar dan navigasi. Fasilitas ini sangat

menentukan kelancaran arus lalu lintas pesawat di bandar udara.

Gambar 2.4 Air Traffic Controller

Sumber: Google, 2014

13 
 
2.1.3 Pergerakan Pesawat di Bandar Udara

Data pergerakan pesawat pada suatu bandara dirangkum dalam laporan

bulanan berbentuk Notice of Airport Capacity (NAC) oleh pengelola bandar udara.

Pergerakan tersebut meliputi pergerakan pesawat datang dan berangkat di runway,

pergerakan pesawat di apron dan pergerakan penumpang di terminal.

Gambar 2.5 Contoh NAC

Sumber: Angkasa Pura I, 2014

Untuk mengetahui apakah kapasitas bandara masih mencukupi atau tidak

maka data pergerakan pesawat di bandara diolah sehingga didapatkan waktu-waktu

puncak pergerakan pesawat dan jumlah pergerakan pesawat diwaktu puncak.

14 
 
2.2 Waktu Puncak (Peak Time)

Peak time atau waktu puncak adalah penentuan waktu-waktu puncak

kedatangan dan keberangkatan pesawat di bandar udara. Waktu puncak

dimaksudkan untuk menganalisis kapasitas suatu bandara pada suatu waktu untuk

memastikan landasan dan fasilitas lainnya sudah memadai. Peak time terdiri atas

tiga yakni bulan puncak (peak month), hari puncak (peak day), dan jam puncak

(peak hours).

Bulan puncak atau peak month atau adalah banyaknya penerbangan dalam

satu bulan pada suatu tahun dari data tahunan yang diamati pada waktu puncak.

Hari puncak atau peak day adalah banyaknya penerbangan dalam satu hari

pada suatu bulan dari data penerbangan bulanan yang diamati pada waktu puncak.

Jam puncak atau peak hours adalah banyaknya penerbangan dalam satu jam

pada suatu hari dari data harian yang diamati pada waktu puncak.

Tingkat kepadatan penerbangan disajikan dalam bentuk persentase dari

jumlah penerbangan diwaktu-waktu puncak.

2.3 Slot Time

2.3.1 Pengertian Slot Time

Slot Time adalah jadwal waktu kedatangan (arrival) dan keberangkatan

(departure) yang disusun oleh Koordinator (Air Traffic Flow Management) untuk

pergerakan pesawat pada waktu yang ditetapkan, yang disesuaikan dengan fasilitas

bandara yang ada atau jadwal menggunakan fasilitas tersebut. Slot time merupakan

15 
 
salah satu sarana dalam melaksanakan strategic air traffic flow management.

Dengan slot time, jadwal penerbangan yang menumpuk dapat dialokasikan ke

waktu yang renggang pergerakannya sehingga kapasitas suatu bandara dapat

dioptimalkan.

Alokasi slot yang telah disusun diberikan kepada airlines untuk perhitungan

mereka dalam mempersiapkan penerbangan sehingga dapat tepat waktu dengan slot

keberangkatan atau kedatangan yang diberikan. Dengan adanya slot time tersebut

maka pergerakan akan lancar karena tidak ada pesawat yang menggunakan runway

secara bersamaan.

2.3.2 Prinsip Slot Time

Menurut IATA WSG, pengaturan slot time di tiap bandara dibagi menjadi 3

level, yaitu:

a. Level 1: Bandara yang kapasitas infrastrukturnya masih lebih besar daripada

permintaan yang ada setiap saat.

b. Level 2: Bandara yang memiliki potensi kepadatan. Dimana terjadi beberapa

kepadatan pada jam/ hari/ bulan / musim tertentu.

c. Level 3: Bandara dengan tingkat kepadatan tinggi dimana permintaan

penggunaan infrastruktur lebih tinggi dibandingkan kapasitas bandara.

Dalam mengelola slot time di Indonesia, Direktur Jenderal Perhubungan

Udara telah membentuk Indonesian Slot Coordinator (IDSC) untuk mengatur slot

time bandar udara yang termasuk dalam kategori bandara level 3.Tugas utama slot

coordinator adalah:

16 
 
1. Untuk memeriksa dan memantau efektifitas slot di runway dan fasilitas

bandara

2. Untuk mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan terjaganya kinerja

airlines dalam hal ketepatan waktu dengan pemanfaatan slot time di runway.

3. Untuk menangani keluhan dari airlines mengenai permintaan slot time secara

seasonal.

Peraturan tentang slot time di Indonesia terdapat pada peraturan Direktorat

Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP.401 tahun 2011 tentang Prosedur Operasi

Pengaturan Slot Time. Dasar persetujuan slot time kepada perusahaan angkutan

udara adalah Notice of Airport Capacity (NAC) yang memuat informasi mengenai

kapasitas runway, apron dan terminal. Pemberian persetujuan slot time diutamakan

untuk penerbangan berjadwal, kecuali kondisi darurat teknis seperti pendaratan

kembali setelah lepas landas, penerbangan militer, penerbangan kepresidenan,

penerbangan kemanusiaan, serta pencarian pertolongan.

17 
 

Anda mungkin juga menyukai