PENDAHULUAN
Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada
manusia.Sedang antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme
(khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau
menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain (Munaf, 1994).
Secara garis besar antimikroba dibagi menjadi dua jenis yaitu yang membunuh
kuman (bakterisid) dan yang hanya menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatik).
Antibiotik yang termasuk golongan bakterisid antara lainpenisilin, sefalosporin,
aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid danlain-lain. Sedangkan
antibiotic yang memiliki sifat bakteriostatik, dimana penggunaanya tergantung status
imunologi pasien, antara lain sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin,
trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain
(Laurence&Bennet,1987).
Antibiotika, yang pertama kali ditemukan oleh Paul Ehlrich pada 1910, sampai
saat ini masih menjadi obat andalan dalam penanganan kasus-kasus penyakit infeksi.
Pemakaiannya selama 5 dekade terakhir mengalami peningkatan yang luar biasa, hal ini tidak
hanya terjadi di Indonesia tetapi juga menjadi masalah di negara maju seperti Amerika
Serikat.The Center for Disease Control and Prevention in USA menyebutkan terdapat 50 juta
peresepan antibiotik yang tidak diperlukan (unnescecery prescribing) dari 150 juta peresepan
setiap tahun (Akalin,2002). Menurut Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih,
sekitar 92 persen masyarakat di Indonesia tidak menggunakan antibiotika secara tepat. Ketika
digunakan secara tepat, antibiotik memberikan manfaat yang tidak perlu diragukan
lagi.Namun bila dipakai atau diresepkan secara tidak tepat (irrational prescribing) dapat
menimbulkan kerugian yang luas dari segi kesehatan, ekonomi bahkan untuk generasi
mendatang.
1.2 Tujuan
2.1 Definisi
Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba ,khususnya mikroba yang merugikan
manusia .yang dimaksudkan dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk
kelompok parasite.
Antibiotic adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,terutama fungi, yang dapat
menghambat atau dapat membasmi mikroba lain. Banyak antibiotic dewasa ini dibuat secara
semisintetik atau sintetik penuh . namun dalam praktek sehari-hari antibiotic sintetik yang
tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfoniazid dan kuinolon)juga sering
digolongkan sebagai antibiotic.
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia ,ditentukan
harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya , obat tersebut haruslah
bersifat sangat toksik untuk mikroba ,tetapi relative tidak toksik untuk hospes.
2.2 Aktivitas dan Spektrum
Berdasarkan sifat toksisitas selektif , ada antimikroba yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik , da nada yang bersifat
membunuh mikroba dikenal sebagai aktivitas bakterisida. .kadar minimal yang diperlukan
untuk menghambat pertumbhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai
kadar hambat minimum(KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM).
Sifat antimikroba dapat berbeda satu dengan lainya. Umpamanya,penisilin G bersifat
aktif terhadap bakteri Gram positif ,sedangkan gram negative pada umumnya tidak peka
(resisten) terhadap penisilin G , streptomisin memiliki sifat yang sebaliknya. Tetrasiklin aktif
terhadap bebrapa bakteri gram positif maupun bkateri gram negatif
2.3 Mekanisme Kerja
Berdasrkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok:
1.yang meganggu metabolism sel mikroba
Antimikroba yang termasuk kelompok ini ialah sulfonamide, trimethoprim, asam p-
aminosalisilat (PAS) dan sulfon . mikroba membutuhkan asam folst untuk kelangsungan
hidupnya. Kuman pathogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoate
(PABA) untuk kebutuhan hidupnya. Apabila sulfonamide atau sulfon menang bersaing
dengan PABA untuk diikut sertakan dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk analog
asam folat yang nonfungsional . akibatnya kehidupan mikroba akan tergangggu
PAS merupakan analog PABA dan bekerja dengan menghambat sintesis asam folat
pada M.tuberculosis ,sulfonamid tidak efektif terhadap M.tuberculosis dan sebaliknya PAS
tidak efektif terhadap bakteri yang sensitive terhadap sulfonamide . perbedaan ini mungkin
disebabkan perbedaan enzim untuk sintesis asam folat yang bersifat sangat khusus bagi
masing-masing jenis mikroba.
2. yang menghambat sintesis dinding sel mikroba
Antibiotic ini adalah antibiotic yang merusak lapisan peptidoglikan yang menyusun dinding
sel bakteri gram positif maupun gram negative, contohnya penisilin, sefalosporin, basitrasin,
vankomisin dan sikloserin.
3. yang mengganggu permeabilitas membran sel mikroba
Obat yang termasuk kelompok ini ialah polimiksin, golongan polien serta berbagai
antimikroba kemoterapeutik ,
4. yang menghambat sintesis protein sel mikroba
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah aminoglikosid, makrolid,
linkomisin,tetrasiklin,dan kloramfenikol. Sintesis protein berlangsung diribosom , dengan
bantuan mRNAdan tRNA. Pada bakteri , ribosom terdiri atas dua sub unit ,yang berdasarkan
konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50s untuk berfungsi pada sintesis
protein.
Streptomisin berikatan dengan komponen ribosom 30s dan menyebabkan kode pada
mRNA salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein, akibatnya akan terbentuk protein
yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba. Antibiotic aminoglikosid lainya yaitu
gentamisin, kanamisin, dan neomisin memiliki mekanisme sama namun potensinya berbeda.
Eritromisin berikatan dengan ribosom 50s dan menghambat translokasi komplek
tRNA-peptida dari lokasi asam amino kelokasi peptide .akibatnya, rantai polipeptida tidak
dapat diperpanjang karena lokasi asam amino tidak dapat menerima kompleks tRNA-asam
amino yang baru.
Linkomisin juga berikatan dengan ribosom 50s dan menghambat sintesis protein.
Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya kompleks tRNA-asam
amino pada lokasi asam amino. Kloramfenikol berikatan dengan ribosom 50s dan
menghambat pengikatan asam amino baru pada rantai polipeptida oleh enzim peptidil
transperase.
2.4 Resistensi
Resistensi didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan
pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal yang seharusnya atau kadar
hambat minimalnya. Sedangkan multiple drugs resistance didefinisikan sebagai resistensi
terhadap dua atau lebih obat maupun klasifikasi obat. Sedangkan cross resistance adalah
resistensi suatu obat yang diikuti dengan obat lain yang belum pernah dipaparkan
(Tripathi,2003). Resistensi terjadi ketika bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang
menyebabkan turun atau hilangnya efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan lainnya yang
digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi.
Secara garis besar kuman dapat menjadi resisten terhadap suatu antimikroba melalui 3
mekanisme:
1. Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya didalam sel mikroba .
Pada kuman gram negative , molekul antimikroba yang kecil dan polar dapat menembus
dinding luar dan masuk kedalam sel melalui lubang-lubang kecil yang disebut porin. Bila
porin menghilang arau mengalami mutasi maka masuknya antimikroba ini akan terhambat.
Mekanisme ini ialah kuman mengurangi mekanisme transport aktif yang memasukkan
antimikroba ke dalam sel (misalnya gentamisin ).mekanisme lain lagi adalah mikroba
mengaktifkan pompa efluks untuk membuang keluar antimikroba yang ada dalam sel
(misalnya pada tetrasiklin).
2. Inaktivasi obat
Mekanisme ini sering mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap
golongan aminoglikosida dan β-laktam karena mikroba mampu membuat enzim yang rusak
kedua golongan antimikroba tersebut.
3. Mikroba mengubah tempat ikatan (binding site)antimikrob
Mekanisme ini terlihat pada S.aureus yang resistensi terhadap metilsilin (MRSA).kuman ini
mengubah penicillin binding proteinnya (PBP) sehingga avinitasnya menurun terhadap
metisilin dan antibiotic beta lactam yang lain.
4. Mikroba mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung dihambat oleh obat.
Misalnya beberapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak membutuhkan PABA
ekstraseluler, tetapi seperti sel mamalia dapat menggunakan asam folat yang telah dibentuk.
- Faringitis -virus
-S.pyogenes -Penisilin V ,eritromisin, penisilin G
-C diptheriae -penisilin G,eritromisin
- Endocarditis -streptokokus
-stafilokokus -penisilin G,gentamisin
-kuman gram negative -sefotaksim,gentamisin
4. Kulit,otot ,tulang
-S.aureus -kloksasilin
- Osteomielitis akut
3.1 Kesimpulan
Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti reaksi
alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya
Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau flora
kulit.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi para
mahasiswa dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Syarif Amir. 2007. Farmakologi dan terapi.Edisi 5. Departemen farmakologi dan terapeutik fakultas
kedokteran universitas Indonesia. FKUI:Jakarta
Pratiwi Sylvia T. 2008. Mikrobiologi farmasi. Penerbit :erlangga
Rahayu.Utami Eka .2011. Jurnal antibiotika ,resistensi dan rasionalitas terapi. Fakultas saintek
universitas islam negri maulana malik Ibrahim : malang
Boekitwetan paul.1999. Resistensi Multipel Obat AntiTuberkulosis. Jurnal Kedokteran trisakti, Vol (18)
: 42