Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan bayi baru lahir normal merupakan tugas seorang bidan
yang yang dilakukan dengan serius karena jika tindakan yang dilakukan
tidak tepat maka kemungkinan dapat menimbulkan masalah yang
menyebabkan gangguan kesehatan pada bayi bahkan yang sangat fatal
terjadi kematian bayi.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi. Data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2004 menyatakan AKB
ialah 35/1.000 kelahiran hidup. Kemudian pada tahun 2007 AKB di
Indonesia menjadi 34/1.000 kelahiran hidup. Walaupun ini masih dalam
kriteria rendah, namun AKB di Indonesia masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia, khususnya berkenaan dengan kesehatan ibu dan
anak.
Data AKB menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1990
yang silam sebesar 63/1.000 kelahiran hidup, tahun 2000 sebesar
54/1.000 kelahiran hidup, tahun 2006 sebesar 49/1.000 kelahiran hidup
dan tahun 2012 adalah sebesar 35/1.000 kelahiran hidup. Kematian ini
terjadi 55,8% pada periode neonatal.
Melihat fenomena ini, sebenarnya sulit rasanya untuk menyatakan
bahwa pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayi di Indonesia sudah baik.
Masih banyak yang harus dibenahi terutama dalam sistem perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Jadi dalam upaya menurunkan AKB dan
meningkatkan kesehatan, sebagai bidan harus memberikan pelayanan
berkualitas termasuk tata laksana bayi baru lahir normal di kamar bersalin
sampai ditransfer ke bangsal.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimanakah tata
laksana bayi baru lahir normal di kamar bersalin sampai ditransfer ke
bangsal?

1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tata laksana
bayi baru lahir normal dari kamar bersalin sampai ditransfer ke bangsal.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

TATALAKSANA BAYI BARU LAHIR NORMAL DI KAMAR BERSALIN SAMPAI


DITRANSFER KE BANGSAL

A. Melakukan Pencegahan Infeksi


Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan maupun
setelah beberapa saat setelah lahir. Beberapa mikroorganisme harus diwaspadai
karena dapat ditularkan lewat percikan darah dan cairan tubuh misalnya virus
HIV, Hepatitis B dan hepatitis C. sebelum menangani BBL, pastikan penolong
persalinan dan pelaksana asuhan bayi baru lahir telah melakukan pencegahan
infeksi.
Sebelum melakukan tindakan terhadap asuhan bayi baru lahir maka petugas:
1. Mempersiapkan diri.
Cuci tangan dengan seksama menggunakan sabun kemudian keringnkan,
sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi, serta memakai handscoen
pada saat menangani bayi.
2. Mempersiapkan alat dan bahan kebutuhan bayi.
Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama gunting, klem,
alat-alat resusitasi dan benang tali pusat telah di Desinfeksi Tingkat Tinggi
(DTT) atau sterilisasi. Gunakan bola karet pengisap yang baru dan bersih jika
melakukan pengisapan lendir. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan
kain yang digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula
halnya timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lain
yang akan bersentuhan dengan bayi juga bersih. Dekontaminasi dan cuci
semua alat setiap kali setelah digunakan.
3. Mempersiapkan tempat.
Gunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat resusitasi yang
datar, rata, cukup keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja, dipan atau
lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat dengan pemancar panas dan tidak
berangin, tutup jendela dan pintu.

3
B. Penilaian Awal
BAGAN ALUR
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR NORMAL

PENILAIAN :

Sebelum bayi lahir :


Apakah kehamilan cukup bulan ?
Apakah air ketuban jernih ?

Segera setelah bayi lahir :


Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap ?
Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?

Bayi cukup bulan


Ketuban jernih
Bayi menangis atau bernafas
Tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif

Asuhan Bayi Baru Lahir

Jaga bayi tetap hangat


Isap lendir dari mulut dan hidung (hanya jika perlu)
Keringkan
Pemantauan tanda bahaya
Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-
kira 2 menit* setelah lahir
Lakukan Inisiasi Menyusu Dini
Berikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri
anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini
Beri salep mata antibiotika pada kedua mata
Pemeriksaan fisis
Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di paha kanan
anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1

* Pemotongan dan pengikatan tali pusat sebaiknya dilakukan sekitar 2 menit setelah
lahir (atau setelah bidan menyuntikkan oksitosin kepada ibu) untuk memberi waktu
tali pusat mengalirkan darah (dengan demikian juga zat besi) kepada bayi.

4
C. Pencegahan Kehilangan Panas
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi
sempurna, oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan
hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian.
Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau
tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang
relatif hangat.
BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
• Evaporasi adalaj kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama
bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi
tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak
segera dikeringkan dan diselimuti.
• Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayiakan menyerap panas tubuh
bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda
tersebut.
• Konveksi adalah kehilangan panas tubuh bayi yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam
ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas
juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin
melalui ventilasi/pendingin ruangan.
• Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).
Jaga Bayi Tetap Hangat/ mencegah kelhilangan panas :
Setelah melakukan penilaian awal pada menit pertama bayi lahir, maka tindakan
selanjutnya adalah
1. Meletakkan bayi diatas perut ibu yang dilapisi kain/handuk.
2. Keringkan tubuh bayi dengan kain tersebut, untuk mencegah kehilangan
panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi. Juga

5
tindakan mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi adalah bagian
rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
3. Mengatur ruang bersalin yang hangat dengan suhu ruangan minimal 25°C.

D. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat


Jepit, potong dan ikat tali pusat
1. Setelah 2 menit atau tali pusat tidak berdenyut, jepit tali pusat dengan klem
berjarak 3 cm dari pangkal pusat untuk klem yang pertama. Selanjutnya klem
yang kedua dengan jarak 2 cm dari klem pertama.
2. Potong tali pusat diantara dua klem dengan landasan tangan untuk
melindungi bayi, menggunakan gunting DTT atau steril.
3. Ikat/klem disposible tali pusat, pastikan tidak longgar.
4. Jaga kebersihan tali pusat, pastikan tidak terkontaminasi.

E. Memfasilitasi Pemberian ASI untuk IMD


1. Tengkurapkan bayi ke dada ibu (kontak kulit antara ibu dan bayi) diantara
kedua payudara untuk inisiasi menyusu dini, paling sedikit satu jam. Biarkan
bayi mencari sendiri putting susu dan memberi bantuan jika diperlukan.
Menunda semua prosedur lainnya hingga IMD selesai dilakukan.
2. Tutup badan bayi dan ibu dengan selimut, tutup kepala bayi dengan topi
bayi/kain yang bersih.
3. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya agar hubungan psikologi ibu dan bayi
terjalin.
Keuntungan IMD :
a. Keuntungan kontak kulit ibu dengan kulit bayi untuk bayi :
 Menstabilkan pernapasan dan detak jantung.
 Mengendalikan temperatur tubuh bayi.
 Memperbaiki atau membuat pola tidur bayi lebih baik.
 Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu lebih cepat dan efektif.
 Meningkatkan kenaikan berat badan (bayi lebih cepat kembali keberat
lahirnya).
 Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
 Mengurangi tangis bayi.
 Mengurangi infeksi bayi dikarenakan adanya kolonisasi kuman di usus
bayi akibat kontak kulit ibu dengan kulit bayi dan bayi menjilat kulit ibu.

6
 Mengeluarkan mekonium lebih cepat, sehingga menurunkan kejadian
ikterus BBL.
 Memperbaiki kadar gula dan parameter biokimia lain selama beberapa
jam pertama hidupnya.
 Mengoptimalisasi keadaan hormonal bayi.
b. Keuntungan IMD untuk ibu :
Merangsang produksi oksitosin dan prolakstin pada ibu.
 Pengaruh oksitosin :
 Membantu kontraksi uterus sehingga menurunkan risiko perdarahan
pasca persalinan.
 Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI.
 Membantu ibu mengatasi stres sehingga merasa lebih tenang dan tidak
nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya.
 Pengaruh prolaktin :
 Meningkatkan produksi prolaktin.
 Menunda ovulasi.
c. Keuntungan IMD untuk bayi :
 Mempercepat keluarnya kolostrum yaitu makanan dengan kualitas dan
kuantitas optimal untuk kebutuhan bayi.
 Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif (melalui kolostrum) maupun
aktif.
 Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah.
 Meningkatkan keberhasilan menyusui secara ekslusif dan lamanya bayi
disusui, membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan isap, telan dan
napas. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa
jam pertama setelah lahir.
 Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dengan bayi.
 Mencegah kehilangan panas.

F. Pencegahan Perdarahan
Memberikan suntikan vitamin K1 1 mg intra muskular pada paha sebelah kiri,
setelah bayi melakukan IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah
perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh
sebagian BBL..
G. Pencegahan Infeksi
7
1. Memberikan salep/tetes mata antibiotika yang mengandung Tetrasiklin 1%
atau antibiotika yang lain. Upaya pencegahan infeksi mata kurang efektif jika
diberikan > 1 jam setelah kelahiran.
Cara pemberian salep mata atau tetes mata antibiotik:
 Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian
keringkan.
 Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian
obat tersebut.
 Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang
paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau tetes
mata.
 Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata
bayi.
 Jangan menghapus salep mata atau tetes mata dari mata bayi dan
anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat-obat tersebut.
2. Memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intra muskular pada paha sebelah
kanan, 1 jam setelah pemberian vitamin K1 untuk mencegah infeksi Hepatitis
B terhadap bayi. Dicatat waktu pemberiannya dan anjurkan ibu untuk kembali
mendapatkan imunisasi berikutnya sesuai jadwal pemberian imunisasi.

H. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan awal fisik bayi diutamakan pada pemeriksaan pernapasan dan
jantung dilanjutkan dengan monitoring tanda bahaya. Pemeriksaan lengkap
sebaiknya dilakukan dalam 24 jam dan setelah bayi stabil.

I. Mengenakan pakaian bayi


Memasang pakain bayi yaitu baju, popok, kaos tangan dan kaki, topi dan selimut
bayi.

J. Pemberian Identitas
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda
pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk
menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah IMD. Gelang
pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin.

8
Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam
medis kelahiran.
Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakan
bahwa setiap anak berhak atas identitas diri. Tenaga kesehatan sebagai
penolong persalinan menuliskan keterangan lahir untuk digunakan orang tua
dalam memperoleh akte kelahiran bayi, lembar keterangan lahir terdapat di
dalam buku KIA.

K. Tempatkan Bayi Dekat Ibunya di Ruangan yang Sama


Setelah tindakan dilakukan bayi diletakkan kembali dekat ibunya, jelaskan pada
ibunya untuk memberikan ASI lanjutan dan perawatan selanjutnya. Hal ini juga
penting untuk proses pembentukan membangun ikatan (Bounding Attchment)
kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi. Bounding
Attchment merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus
menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan
keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.

L. Dokumentasi
Melakukan Pencatatan dan Pelaporan.
Sebagaimana pada setiap persalinan, istilah partograf secara yang lengkap
mencakup identitas ibu, riwayat kehamilan, jalannya persalinan, kondisi ibu,
kondisi janin, dan kondisi bayi baru lahir. Penting sekali dicatat DJJ, oleh karena
asfiksia sering bermula dari keadaan gawat janin pada persalinan. Apabila
didapatkan gawat janin tuliskan apa yang dilakukan. Saat ketuban pecah perlu
dicatat pada partograf dan berikan penjelasan apakah air ketuban bercampur
mekonium. Kondisi BBL diisi pula pada partograf. Jika bayi mengalami asfiksia
selain dicatat pada partograf perlu dibuat catatan khusus di buku harian/buku
catatan.

M. Pindahkan Ibu dan Bayi di Kamar Nifas

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perawatan bayi baru lahir normal merupakan tugas seorang bidan yang
yang dilakukan dengan serius karena jika tindakan yang dilakukan tidak tepat
maka kemungkinan dapat menimbulkan masalah yang menyebabkan gangguan
kesehatan pada bayi bahkan yang sangat fatal terjadi kematian bayi.
Dalam penatalaksanaan bayi baru lahir normal diharapkan bidan dapat
melakukan tindakan dan asuhan sesuai dengan protap (SOP) yang ada. Adapun
penatalaksanaan bayi baru lahir normal urutan tindakannya adalah sebagai
berikut : Melakukan Pencegahan Infeksi, Penilaian Awal, Pencegahan
Kehilangan Panas, Sambil melakukan tindakan tersebut, dalam 1 menit pertama
periksa/nilai APGAR, Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat, Memfasilitasi
Pemberian ASI, Pencegahan Perdarahan, Pencegahan Infeksi, Melakukan
Penimbangan dan Pengukuran Antropometri, Pemeriksaan Fisik, Mengenakan
pakaian bayi, Tempatkan Bayi Dekat Ibunya di Ruangan yang Sama,
Dokumentasi, Pindahkan Ibu dan Bayi di Kamar Nifas.

B. SARAN
Dengan adanya standar operasional prosedur yang menjadi acuan
seorang bidan dalam memberikan pelayanan pada bayi baru lahir, diharapkan
dapat membantu menurunkan atau paling tidak dapat mencegah peningkatan
AKB di Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai