Anda di halaman 1dari 18

I.

TUJUAN

1. Mengukur perbedaan tinggi pada Piezometer Water Manometer dan U-tube


Mercury Manometer.
2. Menghitung koefisien friksi (f), koefisien Hazen-Williams (C), dan koefisien
kekasaran Manning (n) dalam perpipaan.
II. PRINSIP PERCOBAAN
Manometer adalah alat untuk mengukur tekanan fluida pada ketinggian tertentu. Seperti
contoh mengukur tekanan fluida yang mengalir pada pipa.Tekanan P dapat diukur dengan
mengukur tinggi H. Manometer adalah alat yangdigunakan secara luas pada audit energi
untuk mengukur perbedaan tekanan didua titik yang berlawan. Jenis manometer tertua
adalah manometer kolom cairan.Versimanometer sederhana kolom cairan adalah bentuk
pipa U yang diisi cairansetengahnya (biasanya berisi minyak, air atau air raksa) dimana
pengukurandilakukan pada satu sisi pipa, sementara tekanan (yang mungkin terjadi
karena atmosfir) diterpan pada tabung yang lainnya. Perbedaan ketinggian cairan
memperlihatkan tekanan yang diterapkan.
Manometer memiliki pipa U dengan ujung terbuka yang sebagian diisi dengan
fluida cair, raksa atau air. Tekanan P yang terukur dihubungkan dengan perbedaan
ketinggian h dari dua ketinggian fluida berdasarkan hubungan P = Po + ρgh. Dimana Po
adalah tekanan atmosfir. Nilai ρgh adalah tekanan terukur dan bernilai lebih besar
daripada Po. Jika cairan kolom sebelah kiri lebih rendah daripada sebelah kanan,
menunjukkan bahwa P lebih kecil daripada Po dan h bertanda negatif.

III. TEORI DASAR


Mengukur tekanan dengan melibatkan kolom dari dua cairan yang berbeda dalam
tabung-tabung tegak atau miring disebut dengan manometri. Peralatan yang digunakan
disebut manometer. Barometer air raksa merupakan salah satu contoh manometer. Selain
itu, ada tiga jenis manometer yang umum digunakan yaitu tabung Piezometer
(Piezometer Water Manometer), manometer tabung-U (U-tube Mercury Manometer), dan
manometer tabung miring.
3.1 Tabung Piezometer (Piezometer Water Manometer)
Alat ini merupakan manometer sederhana yang terdiri dari sebuah tabung tegak
dan pada bagian atas tabung dibiarkan terbuka. Pada tabung tersebut dihubungkan
dengan bejana dimana melalui bejana tersebut dapat diketahui tekanan fluida. Prinsip
kerja manometer melibatkan kolom-kolom fuida dalam keadaan diam, oleh karena itu
persamaan dasar penggunaannya yaitu :

Gambar 1.1 Piezometer Water Manometer

Dalam sebuah fluida diam, tekanan akan meningkat ketika bergerak ke bawah
dan akan berkurang ketika bergerak ke atas. Penerapan persamaan di atas menandakan
bahwa tekanan PA dapat ditentukan dengan mengukur h1 melalui hubungan

A = h
1 1

Dimana 1 adalah berat jenis cairan dalam bejana. Untuk tekanan Po dapat

ditetapkan sama dengan nol, karena tabung terbuka pada bagian atas. h1 diukur dari
meniskus di permukaan atas sampai titik 1. Karena titik 1 dan titik A berada pada
ketinggian yang sama, maka PA = P1.

Piezometer ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya merupakan


pengukur tekanan yang sangat akurat dan sederhana, sedangkan kekurangannya yakni
hanya cocok digunakan jika tekanan di dalam bejana lebih besar daripada di atmosfer,
serta tekanan yang diukur harus kecil sehingga ketinggian kolom tidak meluap.
III.2 U-Tube Mercury Manometer

Manometer ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan Piezometer, hanya saja
manometer ini berbentuk pipa U (U-Tube) dimana ujung yang satu melekat pada titik
yang akan diukur tekanannya, sedangkan ujung lainnya berhubungan langsung dengann
udara atmosfer. Dalam pipa tersebut berisi fluida yang berbeda dengan fluida dalam
manometer. Fluida yang berada dalam manometer disebut fluida pengukur.

Gambar 1.2 U-Tube Mercury Manometer

Tekanan pada titik A sama dengan tekanan pada titik 1. Untuk tekanan pada
titik 2, tekanan akan mengalami kenaikan sebesar γ1h1. Tekanan titik 2 sama dengan
tekanan titik 3, karena tekanan pada ketinggian yang sama dalam fluida diam yang
kontinu pasti sama. Untuk tekanan pada ujung terbuka bernilai 0. Dari titik 3 ke ujung
terbuka, tekanan akan berkurang sebesar γ2h2, sehingga dapat dinyatakan

PA + γ1h1 - γ2h2 = 0

PA = γ2h2 - γ1h1

U-Tube ini memiliki kelebihan yakni fluida pengukur dapat berbeda dari fluida
dalam bejana dimana melalui fluida ini tekanan akan ditentukan. Misalnya, jika pada
titik A berisi gas, kontribusi dari ketinggian fluida tersebut dapat diabaikan sehingga
PA ≈ P2

PA = γ2h2
Berat jenis γ akan mempengaruhi ketinggian fluida tersebut h. Jika tekanan
besar, maka dapat digunakan air raksa sebagai fluida pengukur. Jika tekanan kecil,
perlu fluida pengukur yang lebih kecil seperti air.

Besarnya kecepatan aliran fluida pada suatu pipa mendekati nol pada dinding
pipa dan mencapai maksimum pada tengah-tengah pipa. Kecepatan dipengaruhi oleh
penampang aliran. Bentuk kecepatan yang digunakan pada aliran fluida umumnya
menunjukkan kecepatan yang sebenarnya jika tidak ada keterangan lain yang
disebutkan. Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang mengalir
dalam suatu pipa Jumlah dari aliran fluida mungkin dinyatakan sebagai volume, berat
atau massa fluida dengan masing-masing laju aliran ditunjukkan sebagai laju aliran
volume (m3 /s), laju aliran berat (N/s) dan laju aliran massa (kg/s).

Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang inkompresibel (Ihwanda,2000). yaitu:

Q=A.v

dimana: Q = laju aliran volume (m3 /s), A = luas penampang aliran (m2 ), v =
kecepatan aliran fluida (m/s).

Untuk nilai kecepatan searah gaya gravitasi, maka kecepatan dihitung


berdasarkan tinggi jatuh air atau √2gh , maka diperoleh persamaan:

Q = √2gh x 0,25 x π x D2

Laju aliran berat fluida (W) dirumuskan sebagai:

W=γ.A.v

dimana: W = laju aliran berat fluida (N/s), γ = berat jenis fluida (N/m3 )

Laju aliran massa (M) dinyatakan sebagai:

M=ρ.A.v

Di mana: M = laju aliran massa fluida (kg/s), ρ = massa jenis fluida (kg/m3)

Kerugian Head Mayor

Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami kerugian head. Hal ini
disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding pipa atau
perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian kecil). Kerugian head
akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari dua rumus
berikut, yaitu:

1. Persamaan Darcy – Weisbach yaitu:

dimana: hL = kerugian head karena gesekan (m), f = faktor gesekan, d =


diameter pipa (m), L = panjang pipa (m), v = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s),
g = percepatan gravitasi (m/s2 )

2. Persamaan Hazen – Williams

Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian head dalam
pipa yang relatif sangat panjang seperti jalur pipa penyalur air minum. Bentuk umum
persamaan Hazen – Williams yaitu:

Di mana: hL = kerugian gesekan dalam pipa (m), Q = laju aliran dalam pipa
(m3 /s), L = panjang pipa (m), C = koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams, d =
diameter pipa (m).

Persamaan Hazen – Williams dengan menggunakan satuan internasional yaitu:

Di mana: v = kecepatan aliran (m/s), C = koefisien kekasaran pipa Hazen –


Williams, R = jari-jari hidrolik = d/4 untuk pipa bundar, S = slope dari gradient energi
(head losses/ panjang pipa) = hL / l

Persamaan Manning dengan satuan internasional yaitu:

dimana: n = koefisien kekasaran pipa Manning Persamaan Hazen – Williams


umumnya digunakan untuk menghitung headloss yang terjadi akibat gesekan. Persamaan
ini tidak dapat digunakan untuk liquid lain selain air dan digunakan khusus untuk aliran
yang bersifat turbulen. Persamaan Darcy – Weisbach secara teoritis tepat digunakan untuk
semua rezim aliran semua jenis liquid. Persamaan Manning biasanya digunakan untuk
aliran saluran terbuka (open channel flow).

IV. DATA AWAL

A. Data Dasar

Suhu awal = 25oC

Suhu akhir = 27,5oC

Panjang pipa = 52,4 cm

Diameter pipa = 3 mm

Volume gelas ukur = 50 ml

Massa jenis air = 995,619 kg/m3

Kekentalan kinematis = 0,945 m2/dtk

Berdasarkan tabel pada buku Hidrolika I, diperoleh data yang


menghubungkan suhu terhadap kekentalan kinematis sebagai berikut :

Suhu oC (oF) Kekentalan kinematis (m2/dtk)


4,4 (40) 1,550
10,0 (50) 1,311
15,6 (60) 1,130
21,1 (70) 0,984
26,7 (80) 0,864
32,2 (90) 0,767
37,8 (100) 0,687
43,3 (110) 0,680
Tabel 1. Nilai kekentalan kinematsi dalam beberapa suhu tertentu

(Sumber :
Grafik 1. Hubungan Kekentalan Kinemantis dan Suhu

Dari hasil regresi diperoleh persamaan y = -0,0223x + 1,5301 dimana y


merupakan nilai kekentalan kinematis dan x merupakan besar suhu. Maka dapat
dihitung nilai kekentalan kinematis pada suhu 26,25oC yakni:

y = -0,0223(26,25) + 1,5301

y = 0,945 m2/dtk

B. Data Hasil Percobaan

Varia h Piezometer h U-Tube t (s) trata-rata


si Manometer (s)

A B X Y t1 t2 t3
(mm) (mm) (mm) (mm)

1. 404 330 240 233 17.04 15.87 16.08 16.33

2 485 230 246 225 7.70 8.17 8.25 8.04

3. 395 360 234 239 34.37 33.71 33.20 33.76

4. 410 333 239 233 14.80 14.83 14.61 14.75

5. 475 252 245 226 8.75 8.65 8.71 8.70

Tabel 2. Data Hasil Percobaan

V. PENGOLAHAN DATA

Dengan menggunakan persamaan


dimana V adalah volume air dan t adalah waktu rata-rata, maka Q dapat diperoleh
hasil sebagai berikut :

Variasi Volume (m3) trata-rata (s) Q (m3/s)

1. 5x10-5 16.33 3,06x10-6

2. 5x10-5 8.04 6,21x10-6

3 5x10-5 33.76 1,48x10-6

4 5x10-5 14.75 3,39x10-6

5 5x10-5 8.70 5,75x10-6

Tabel 3. Hasil Perhitungan debit aktual

Setelah diperoleh debit (Q), maka dapat dicari kecepatan (v) menggunakan rumus

Q=Axv

dimana A merupakan luas penampang pipa yang dapat dicari menggunakan


rumus luas lingkaran karena penampang pipa yang berbentuk lingkaran.

A = (0,25) x π x d2

A = (0,25) x π x (3x10-3 m)2

A = 7.07x10-6 m2

Setelah diperoleh A, maka dapat dihitung kecepatan dan diperoleh hasil


sebagai berikut :

Variasi A (m2) Q (m3/s) v (m2/s)

1. 7,07x10-6 3,06x10-6 0,433

2. 7,07x10-6 6,21x10-6 0,878

3. 7,07x10-6 1,48x10-6 0,209

4 7,07x10-6 3,39x10-6 0,479


.5. 7,07x10-6 5,75x10-6 0,813

Tabel 4. Hasil Perhitungan Kecepatan Aliran (v)

Berikut perhitungan headloss pada U-Tube Manometer dan Piezometer :

Variasi h Piezometer h U-Tube Manometer

A (m) B (m) Δh (m) X (m) Y(m) Δh (m) hL*


x10-3 x10-3 x10-3 x10-3 x10-3 x10-3 (m)

1. 404 330 74 240 233 7 0,088

2. 485 230 255 246 225 21 0,265

3. 395 360 35 234 239 5 0,063

4. 410 333 77 239 233 6 0,076

5. 475 252 223 245 226 20 0,252

Tabel 5. Hasil Perhitungan Headloss

*hL = Δh x 12,6

Dengan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach

jika diketahui data panjang pipa (L) = 52,4 x 10-2 m, diameter pipa (D) = 3 x
10-3 m, dan gravitasi (g) = 9,81 m2/s, maka

a. f untuk U-Tube Manometer

Variasi hL (m) v (m2/s) f


1. 0,088 0,433 0,014476
2. 0,265 0,878 0,010603
3. 0,063 0,209 0,044484
4. 0,076 0,479 0,010216
5. 0,252 0,813 0,106617
Tabel 6. Hasil Perhitungan f untuk U-Tube Manometer

b. f untuk Piezometer

Variasi hL (m) v (m2/s) f


1. 0,074 0,433 0,012173
2. 0,255 0,878 0,010202
3. 0,035 0,209 0,024713
4. 0,077 0,479 0,010351
5. 0,223 0,813 0,094347
Tabel 7. Hasil Perhitungan f untuk Piezometer

Untuk slope yang berbeda maka akan menghasilkan headloss yang


berbeda pula. Berdasarkan persamaan S = hL / l, maka dapat dihitung nilai
slope pada beberapa headloss yang diwakilkan dengan variasi 1 – 5 sebagai
berikut :

Variasi S S0,54 S0,5


1. 0,167939 0,381577 0,409804
2. 0,505725 0,692012 0,711144
3. 0,120229 0,31857 0,346741
4. 0,145038 0,352534 0,380839
5 0,480916 0,673469 0,693481
Tabel 8. Hasil Perhitungan slope untuk U-Tube Manometer

Variasi S S0,54 S0,5


1. 0,141221 0,347493 0,375794
2. 0,486641 0,677786 0,697597
3. 0,066794 0,23193 0,258445
4. 0,146947 0,355031 0,383336
5. 0,425573 0,630443 0,652359
Tabel 9. Hasil Perhitungan slope untuk Piezometer

Setelah diperoleh perhitungan slope, maka dengan menggunakan


persamaan Q = 0,2785 C d2,63 S0,54 dapat dihitung koefisien Hazen-Williams
(C) untuk U-Tube Manometer dan Piezometer sebagai berikut :

Variasi Q d2,63 S0,54 C


1. 0,00000306 2,31648E-07 0,38158 1,24E+02
2. 0,00000621 2,31648E-07 0,69201 1,39E+02
3. 0,00000148 2,31648E-07 0,31857 7,20E+01
4. 0,00000339 2,31648E-07 0,35253 1,49E+02
5. 0,00000575 2,31648E-07 0,67347 1,32E+02
Tabel 10. Hasil Perhitungan C untuk U-Tube Manometer

Variasi Q (m2/s) d2,63 S0,54 C


1. 0,00000306 2,31648E-07 0,34749 1,36E+02
2. 0,00000621 2,31648E-07 0,67779 1,42E+02
3. 0,00000148 2,31648E-07 0,23193 9,89E+01
4. 0,00000339 2,31648E-07 0,35503 1,48E+02
5 0,00000575 2,31648E-07 0,63044 1,41E+02
Tabel 11. Hasil Perhitungan C untuk Piezometer

Dengan menggunakan persamaan R = A/P, dimana A : luas


penampang yang basah dan P : keliling penampang basah, maka R = 7.07x10-6
m2 / (π x (3x10-3m)) = 7,502x10-4 m. Dengan menggunakan persamaan

maka dapat dihitung nilai n untuk U-Tube Manometer dan Piezometer sebagai
berikut
Variasi v (m2/s) R2/3 S1/2 n
1. 0,433 0,008060623 0,4098 0,007629
2. 0,878 0,008060623 0,71114 0,006529
3. 0,209 0,008060623 0,34674 0,013373
4. 0,479 0,008060623 0,38084 0,006409
5. 0,813 0,008060623 0,69348 0,006876
Tabel 12. Hasil Perhitungan n untuk U-Tube Manometer

Variasi v (m2/s) R2/3 S1/2 n


1. 0,433 0,008060623 0,37579 0,006996
2. 0,878 0,008060623 0,6976 0,006404
3. 0,209 0,008060623 0,25845 0,009968
4. 0,479 0,008060623 0,38334 0,006451
5. 0,813 0,008060623 0,65236 0,006468
Tabel 13. Hasil perhitungan n untuk Piezometer

VI. DATA HASIL

a. U-Tube Manometer

X Δh
Y(m Q
(m) (m) hL* trata-rata
) (m3/s) v (m2/s) f C n
x10- x10- (m) (s)
3 x10-3 3 x10-6

240 233 7 0,088 16.33 3,06 0,433 0,01448 1,24E+02 0,00763


246 225 21 0,265 8.04 6,21 0,878 0,0106 1,39E+02 0,00653
234 239 5 0,063 33.76 1,48 0,209 0,04448 7,20E+01 0,01337
239 233 6 0,076 14.75 3,39 0,479 0,01022 1,49E+02 0,00641
245 226 20 0,252 8.70 5,75 0,813 0,10662 1,32E+02 0,00688
Tabel 14. Hasil Percobaan untuk U-Tube Manometer

b. Piezometer

hL
A (m) B (m) trata-rata
(m) Q (m3/s) v (m2/s) f C n
x10-3 x10-3 (s)
x10-3
404 330 74 16.33 3,06x10-6 0,433 0,01217 1,36E+02 0,007
485 230 255 8.04 6,21x10-6 0,878 0,0102 1,42E+02 0,0064
395 360 35 33.76 1,48x10-6 0,209 0,02471 9,89E+01 0,00997
410 333 77 14.75 3,39x10-6 0,479 0,01035 1,48E+02 0,00645
475 252 223 8.70 5,75x10-6 0,813 0,09435 1,41E+02 0,00647
Tabel 15. Hasil Percobaan untuk Piezometer

VII. ANALISIS

Grafik 2. hL – kuadrat kecepatan (U-Tube Manometer)


Grafik 3. hL – kuadrat kecepatan (Piezometer)

Kedua grafik di atas merupakan grafik hubungan antara head loss (hL) dengan

kuadrat kecepatan (v2). Berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach hL = dapat

diketahui bahwa hL berbanding lurus dengan kuadrat kecepatan. Melalui persamaan


tersebut, keduanya dihubungkan dengan sumbu x sebagai v2 dan sumbu y sebagai hL.
Hubungan keduanya dapat juga ditinjau dari hasil regresi yakni nilai R2 U-Tube
Mnaometer = 0,9677 dan R2 Piezometer = 0,9966, yang berarti bahwa kedua variabel
ini berbanding lurus dan saling mempengaruhi. Semakin tinggi headloss maka
semakin besar kudarat kecepatannya. Perbedaan tinggi antara Piezometer dan U-Tube
Manometer dikarenakan perbedaan fluida yang digunakan untuk menghitung
besarnya headloss yang dialami oleh air dalam pipa. Pada U-Tube Manometer
menggunakan fluida merkuri yang sangat sensitif terhadap tekanan. Untuk
menghitung besar headloss yang terjadi, maka sesuai dengan hukum Bernoulli perlu
dikalikan faktor 12,6. Sementara untuk Piezometer, perhitungan headloss tidak
memerlukan faktor pengali karena tekanannya seragam di setiap titiknya.
Grafik 4. Q – S0,54 (U-Tube Manometer)

Grafik 5. Q – S0,54 (Piezometer)

Kedua grafik menunjukkan hubungan antara debit aktual (Q) dengan S0,54.
Berdasarkan persamaan Q = 0,2785 C d2,63 S0,54 , antara Q dengan S0,54 saling
berbanding lurus. Jika Q meningkat maka nilai S0,54 juga akan semakin besar.
Hubungan keduanya ditunjukkan dengan hasil R2 yang bernilai positif dan hampir
mendekati 1. Hal ini dapat diartikan bahwa kedua variabel ini berbanding terbalik dan
saling mempengaruhi.
Grafik 6. v – S0,5 (U-Tube Manometer)

Grafik 7. v – S0,5 (Piezometer)

Kedua grafik di atas menunjukkan hubungan antara head loss dengan kuadrat
kecepatan (v2). Kedua variabel ini dihubungkan melalui persamaan s = (f/ 2.g.D).v 2.
Berdasarkan persamaan tersebut, ada hubungan antara slope dengan kuadrat
kecepatan. Jika slope meningkat maka nilai dari kuadrat kecepatan juga semakin
besar. Dapat dilihat dari hasil regresi R2 yang bernilai positif dan mendekati 1, yang
menunjukkan bahwa kedua variable mempunyai hubungan yang berbanding lurus dan
saling mempengaruhi.

Kecepatan aliran pada saluran dapat ditentukan dengan rumus Chezy


(koefisien Hazen-Williams) dan rumus Manning. Kedua rumus tersebut hanya
dibedakan pada nilai koefisien kekasarannya. Rumus Chezy menggunakan nilai
koefisien kekasaran C yang ditentukan oleh Ganguillet dan Kutter, H. Bazin, dan
Powell. Rumus Manning yang memiliki nilai koefisien kekasaran n dipengaruhi oleh
kekasaran permukaan,tetumbuhan, ketidakteraturan saluran, trase saluran,
pengendapan dan penggerusan, hambatan, ukuran dan bentuk saluran, serta taraf dan
debit air (Chow. 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien kekasaran adalah
bahan penyusun permukaan basah saluran,sifat fisik tanah, ketidakteraturan saluran,
vegetasi yang tumbuh di dalam saluran, danfaktor pengendapan serta penggerusan di
dalam saluran (Chow 1997)

Extremely smooth and straight pipes 140


New steel or cast iron 130
Wood; Concrete 120
New Riveted Steel; vitrified 110
Old Cast Iron 100
Very Old and corroded cast iron 80
Tabel 16. Koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams

(Sumber : Jack B Evett, Cheng Liu. Fundamentalof Fluid Mechanics.


McGraw Hill, New York. 1987, hal.161)

Berdasarkan percobaan dan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien Hazen-


Williams (C) sebesar 110,082, sedangkan menurut literatur besar nilai C untuk pipa cast
iron yakni 130 (untuk pipa baru) dan 100 (untuk pipa lama). Perbedaan nilai C hasil
percobaan dengan literatur dikarenakan pengukuran yang kurang teliti serta jenis pipa
(lama atau baru serta frekuensi pemakaian pipa tersebut).

VIII. APLIKASI BIDANG RIL

Piezometer dan U-Tube Manometer merupakan alat yang berfungsi untuk


mengukur beda tekanan. Dalam aplikasinya, Piezometer dapat digunakan untuk
mengukur tekanan air yang ada dalam tanah dan batuan. Selain itu, Piezometer
juga merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui karakteristik fisik untuk
keperluan pembuatan bendungan. Sedangkan untuk aplikasi prinsip aliran tertutup
dalam pipa dapat digunakan untuk mengukur ketinggian permukaan air di dalam
tanah atau batuan, khususnya dalam :
o Pemantauan pengendalian stabilitas konstruksi pada timbunan, dam
dan reservoir.
o Pengedalian operasi drainase
o Investigasi hidrologi dan suplai air
o Studi polusi lingkungan

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh perbedaan tinggi Piezometer dan U-Tube
Manometer sebagai berikut :

h Piezometer h U-Tube Manometer


Variasi
A (m) x10-3 B (m) x10-3 Δh (m) x10-3 X (m) x10-3 Y(m) x10-3 Δh (m) x10-3
1. 404 330 74 240 233 7
2. 485 230 255 246 225 21
3. 395 360 35 234 239 5
4. 410 333 77 239 233 6
5. 475 252 223 245 226 20
Tabel 17. Perbedaan Tinggi U-Tube Manometer dan Piezometer

Dari percobaan dan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien friksi (f), koefisien
Manning (n), dan koefisien Hazen-Williams sebagai berikut :

a. U-Tube Manometer

Koefisien friksi (f) = 0,037279


Koefisien Hazen Williams (C) = 1,23E+02
Koefisien Manning (n) = 0,008163
b. Piezometer
Koefisien friksi (f) = 0,030357
Koefisien Hazen Williams (C) = 1,33E+02
Koefisien Manning (n) = 0,007257

X. DAFTAR PUSTAKA

Giles, Ranald V. 1993.Mekanika Fluida & Hidraulika Edisi Kedua (SI-Metrik).


Jakarta : Erlangga

Ariansyah, Irpan. 2012. Manometer


https://www.scribd.com/doc/116910282/Manometer (diakses tanggal 07 Oktober
2015 pukul 11.09)

Maria, Nopi. _____. Mekanika Fluida


https://www.academia.edu/7574888/Mekanika_Fluida diakses tanggal 07 Oktober
2015 pukul 11.35

Dwi, Deni. _____. Evaluasi Koefisien Kekasaran Chezy dan Manning


https://www.academia.edu/12283836/EVALUASI_KOEFISIEN_KEKASARAN_CH
EZY_DAN_MANNING diakses tanggal 07 Oktober 2015 pukul 12.07
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31567/5/Chapter%20I.pdf diakses
tanggal 09 Oktober 2015 pukul 13.11

Anda mungkin juga menyukai