MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT Filsafat
MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT Filsafat
Filsafat Pendidikan
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
yang diberikan-Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul “Ruang Lingkup,
Metode, dan Pembagian Filsafat” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini kami
buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Filsafat
Pendidikan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran demi terwujudnya
makalah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya Ibu
Dosen Pembimbing pada mata kuliah ini guna penyempurnaan tulisan
selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah yang termasuk ke dalam ruang lingkup filsafat?
2. Metode - metode seperti apa sajakah yang ada dalam filsafat?
3. Bagaimanakah pembagian dalam filsafat?
4. Seperti apakah perbedaan filsafat dengan ilmu dan agama?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memaham apa-apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup
filsafat.
2. Mengetahui dan memahami apa saja metode yang ada dalam filsafat.
3. Mengetahui dan memahami bentuk pembagian filsafat.
4. Mampu memahami perbedaan antara filsafat dengan ilmu dan agama.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Metode Filsafat
Ada tiga metode berfikir yang digunakan untuk memecahkan problema-
problema filsafat, yaitu: metode deduksi, induksi, dan dialektika.
1. Metode Deduksi
Metode Deduksi adalah suatu metode berpikir dimana suatu
kesimpulan ditarik dari prinsip-prinsip umum dan kemudia diterapkan kepada
semua yang bersifat khusus.
Contohnya sebagai berikut:
a. Semua manusia adalah fana (prinsip umum)
b. Semua raja adalah manusia (prinsip khusus)
c. Karena itu semua raja adalah fana (kesimpulan)
2. Metode Induksi
Metode Induksi adalah suatu metode berpikir dimana suatu
kesimpulan ditarik dari prinsip khusus kemudian diterapkan kepada sesuatu
yang bersifat umum.
Contohnya sebagai berikut:
a. Bagus adalah manusia (prinsip khusus)
b. Dia akan mati (prinsip umum)
c. Seluruh manusia akan mati (kesimpulan)
3. Metode Dialektik
Metode Dialektik yaitu suatu cara berpikir dimana suatu kesimpulan
diperoleh melalui tiga jenjang penalaran: tesis, antitesis dan sintesis. Metode
ini berusaha untuk mengembangkan suatu contoh argument yang di dalamnya
terjalin implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang saling
mempengaruhi argumen tersebut akan menunjukkan bahwa tiap proses tidak
menyajikan pemahaman yang sempurna tentang kebenaran.
Dengan demikian, timbullah pandangan dan alternatif yang baru.
Pada setiap tahap dari dialektik ini kita memasuki lebih dalam pada problema
asli. Dan dengan demikian ada kemungkinan untuk mendekati kebenaran.
Hegel menganggap bahwa metode dialektik merupakan metode
berpikir yang benar, ia maksudkan ialah hal-hal yang sebenarnya sering kita
alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kerap kali
kita mengalami perlunya mendamaikan hal-hal yang bertentangan. Tidak
jarang terjadi bahwa kita mesti mengusahakan kompromi antara beberapa
pandapat atau keadaan yang berlawanan satu sama lain. Nah, maksud Hegel
mirip dengan pengalaman kata itu. Hegel sangat mengagumi filsuf yunani
Herakleitos yang mengatakan bahwa “pertentangan adalah bapak segala
sesuatu”.
Proses dialektik selalu tradisi dari tiga fase. Fase pertama disebut
tesis yang menampilkan “lawan” dari fase kedua yaitu antitesis. Akhirnya,
disebut fase ketiga disebut sintesis, yang mendamaikan antara tesis dan
antitesis yang saling berlawanan. Sintesis yang telah dihasilkan dapat menjadi
tesis pula yang menampilkan antitesis lagi dan akhirnya kedua-duanya
dinamakan menjadi sintesis baru. Demikian selanjutnya setiap sintesis dapat
menjadi tesis.
Contoh tesis, antitesis dan sintesis.
a. Dalam keluarga, suami istri adalah dua makhluk yang berlainan yang
dapat berupa tesis dan antitesis. Bagi suami, anak merupakan bagian dari
dirinya sendiri. Begitu juga sang istri, dengan demikian si anak
merupakan sintesis bagi suami istri tadi.
2. Metode Histories
Metode ini digunakan untuk mempelajari filsafat dengan cara
mengikuti sejarahnya dapat dibicarakan dengan tokoh-tokoh menurut
kedudukannya dalam sejarah. Misal dimulai dari pembicarakan filsafat thales,
membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori
pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan
dalam membicarakan Anaxr mandios Socrates, lalu Rousseau Kant dan
seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer.
3. Metode kritis
Metode ini digunakan oleh orang-orang yang mempelajari filsafat
tingkat intensif. Sebaiknya metode ini digunakan pada tingkat sarjana.
Disini gajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematis
ataupun histories. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian
pelajar mencoba mengajukan kritikannya, kritik itu mungkin dalam bentuk
menentang. Dapat juga berupa dukungan. Ia mungkin mengkritik
mendapatkan pendapatnya sendiri ataupun menggunakan pendapat filsuf
lain. Jadi jelas tatkala memulai pelajaran amat diperlukan belajar filsafat
dengan metode ini.
C. Pembagian Filsafat
Jika kita mengamati karya-karya besar filsuf, seperti aristoteles (384-322
SM) dan Imanuel Kant (1724-1804), ada tiga tema besar yang menjadi fokus
kajian dalam karya-karya mereka, yakni kenyataan, nilai, dan pengetahuan. Ketiga
tema besar tersebut masing-masing dikaji dalam tiga cabang besar filsafat.
Kenyataan merupakan bidang kajian metafisika, nilai adalah bidang kajian
aksiologi, dan pengetahuan merupakan bidang kajian epistimologi.
Namun ada juga yang membagi filsafat berdasarkan karakteristik
objeknya. Berdasarkan karakteristik objeknya filsafat dibagi dua, yaitu :
1. Filsafat umum/murni
a. Metafisika, objeknya adalah hakikat tentang segala sesuatu yang ada.
b. Epistemologi. Objeknya adalah pengetahuan/ kenyataan
c. Logika. Merupakan studi penyusunan argumen-argumen dan penarikan
kesimpulan yang valid. Namun ada juga yang memasukkan Logika ke
dalam kajian epistimologi.
d. Aksiologi. Objek kajiannya adalah hakikat menilai kenyataan.