Pendahuluan
Merupakan sindroma klinik yang terdiri dari sesak napas dan rasa cepat
lelah yang disebabkan oleh kelainan jantung (Purwaningtyas, 2007).
Klasifikasi Fungsional (NYHA)
1. I bila timbul gejala sesak napas atau capai pada aktivitas fisik yang berat.
2. II bila timbul gejala sesak napas atau capai pada aktivitas yang sedang.
3. III bila timbul gejala sesak napas atau capai pada aktivitas yang ringan.
4. IV bila timbul gejala sesak napas atau capai pada aktivitas yang sangat
ringan dan pada waktu istirahat (Purwaningtyas, 2007).
Etiologi
Patofisiologi
Gambaran Klinik
Efek gagal jantung digolongkan sebagai gagal jantung ke depan (curah
tinggi) dan gagal jantung ke belakang (curah rendah). Gagal jantung curah
rendah terjadi apabila jantung tidak mampu mempertahankan curah jantung
sistemik normal. Sedangkan gagal curah tinggi terjadi bila jantung tidak
mampu mempertahankan curah jantung yang tinggi karena kebutuhan yang
meningkat. Masing-masing terdiri dari dominan sisi kiri dan dominan sisi
kanan.
Pemeriksaan
Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis gagal jantung dibagi 2 menjadi kriteria utama dan kriteria
tambahan. Kriteria utama : dispnea paroxismal nokturnal (PND),
kardiomegali, gallop S-3, peningkatan tekanan vena, reflex hepatojugular,
ronkhi. Kriteria tambahan : edem pergelangan kaki, batuk malam hari,
dispnea waktu aktivitas, hepatomegali, efusi pleura, takikardi. Diagnosis
ditetapkan atas adanya 2 kriteria utama atau 1 kriteria utama ditambah 2
kriteria tambahan (Fathoni, 2007).
Penatalaksanaan
Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung ditujukan pada 5 aspek :
mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard, mengurangi
kelebihan cairan dan garam, melakukan tindakan terhadap penyebab, faktor
pencetus dan penyakit yang mendasari.
Pada umumnya semua penderita gagal jantung dianjurkan untuk membatasi
aktivitas sesuai beratnya keluhan. Terapi nonfarmakologi antara lain: diet
rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak, mengurangi
stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur (Nugroho, 2009). Beban
awal dapat dikurangi dengan pembatasan cairan, pemberian diuretika,
nitrat, atau vasodilator lainnya. Beban akhir dikurangi dengan obat-obat
vasodilator, seperti ACE-inhibitor, hidralazin. Kontraktilitas dapat
ditingkatkan dengan obat ionotropik seperti digitalis, dopamin, dan
dobutamin (Sugeng dan Sitompul, 2003).
Daftar Pustaka
1. Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Ed: ke-2.
Jakarta : EGC.
2. Fathoni, Mochammad. 2007. Heart Failure Pathophysiologi and
Management. Dalam : CatKul IPD Jantung. Surakarta : Forrinsik 04 FKUNS.
3. Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke-9 .
Jakarta: EGC.
4. Jota, Santa. 2002. Diagnosis Penyakit Jantung. Jakarta : Penerbit Widya
Medika.
5. Kertohoesodo, Soeharto. 1987. Pengantar Kardiologi. Jakarta : Penerbit
UI.
6. Masud, Ibnu. 1992. Dasar-Dsar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta : EGC.
7. Nugroho, HS. 2009. Heart Failure Pathophysiologi and Management.
Surakarta : Slide Kuliah Blok Kardiovaskuler Angkatan 2007 FKUNS.
8. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.
9. Purwaningtyas, Niniek. 2007. Gagal Jantung (Decompensatio Cordis).
Dalam : Cardiology After Mid. Surakarta : Filamen 05 FKUNS.
10. Rakhman, Otte. 2003. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik pada Penyakit
Jantung. Dalam : Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
11. Sugeng dan Sitompul. 2003. Gagal Jantung. Dalam : Buku Ajar
Kardiologi. Jakarta : balai penerbit FKUI
Ok. Semoga bermanfaat. Jangan lupa share ke teman - teman Anda
juga ya. Terima kasih. Keep " berbagi itu Indah "