Anda di halaman 1dari 420

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

NOMOR 20/PRT/M/2012
TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN
MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 02/PRT/M/2010
TENTANG RENCANA STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
TAHUN 2010 – 2014

RENCANA STRATEGIS
(MIDTERM REVIEW)

i
KATA PENGANTAR

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang


Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Pekerjaan
Umum telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Peker-
jaan Umum Tahun 2010 - 2014 yang telah ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Kementerian Pekerjaan Umum No. 02/PRT/M/2010. Selanjutnya
Renstra tersebut mengalami perubahan yang ditetapkan melalui Pera-
turan Menteri Pekerjaan Umum No. 23/PRT/M/2010 yang telah memuat
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/ PRT/M/2010 tentang Peruba-
han Permen PU No. 03/PRT/2010 tentang Indikator Kinerja Utama mengikuti ketentuan
Permenkeu No.104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA K/L
Tahun Anggaran 2011.

Memasuki tahun ketiga pelaksanaan Renstra Kementerian, terjadi banyak perubahan


lingkungan strategis dan konstelasi kebijakan termasuk adanya Direktif Presiden yang
melengkapi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Selain itu
berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Renstra sampai dengan tahun ketiga, terdapat
kebutuhan untuk penajaman dan penyesuaian arah pembangunan 2 (dua) tahun tera-
khir Renstra yaitu tahun 2013-2014 untuk mengakomodir kebutuhan new initiatives yang
belum tercantum dalam Renstra Kementerian terdahulu.

Penyesuaian prioritas dan kebijakan pembangunan juga membawa konsekuensi untuk


menajamkan target 2 (dua) tahun untuk memenuhi target pembangunan yang hendak
dicapai dalam 5 (lima) tahun.

Dengan dilakukannya review Renstra Kementerian, rencana kinerja pencapaian out-


come dan output diharapkan dapat mencapai kinerja yang lebih baik dan memenuhi as-
pek akuntabilitas berlandaskan kepada sistem akuntansi dan barang milik negara, sistem
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah serta sistem penganggaraan berbasis kinerja.

ii
Selanjutnya seluruh Unit Organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum harus
mengacu kepada dokumen review Renstra dimaksud terutama dalam penyusunan
dokumen perencanaan dan pemograman serta pengganggaran masing-masing pro-
gram Unit Kerja Eselon I dan kegiatan Unit Kerja Eselon II. Saya sebagai Menteri Pekerjaan
Umum mengharapkan seluruh jajaran dapat menerapkan secara konsekuen keseluruhan
sasaran program dan kegiatan. Mudah-mudahan dengan berlandaskan pada nilai-nilai
organisasi dan motto pekerjaan umum, bertindak tepat, bergerak cepat dan bekerja
keras, dalam upaya untuk menyediakan tingkat ketersediaan dan pelayanan infrastruk-
tur pekerjaan umum dan permukiman yang andal dapat terwujud dalam mendukung
tujuan pembangunan nasional yaitu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

MENTERI PEKERJAAN UMUM

DJOKO KIRMANTO

iii
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20/PRT/M/2012

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 02/


PRT/M/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
TAHUN 2010 – 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 Peraturan Presiden


Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014, Kementerian/Lembaga
melaksanakan program dalam RPJM Nasional yang dituangkan
dalam Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
b. bahwa berdasarkan ketentuan sebagaimana tercantum dalam
huruf a, Menteri Pekerjaan Umum telah menetapkan Peraturan

iv
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010
– 2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2010;
c. bahwa dengan adanya perubahan lingkungan strategis yang
berpengaruh terhadap kebijakan pembangunan bidang
pekerjaan umum dan penataan ruang, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum tersebut perlu disesuaikan dan disempurnakan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010
Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun
2010 – 2014;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

v
6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
7. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Persampahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5188);
11. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5252);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang tata
Cara pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4663);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia

vi
Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4816);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178);
16. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan
dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor
91 Tahun 2011;
17. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014;
18. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 38 Tahun 2013;
19. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia;
20. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) 2010 – 2014;
21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2010
Tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2010;
22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum;
23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum sebagaimana telah

vii
diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/
PRT/M/2011;
24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2010
tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA TENTANG


PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR 02/PRT/M/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM TAHUN 2010 – 2014.

Pasal I

Beberapa Ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/


PRT/M/2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010
– 2014 diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 5

Mengubah Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010


tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
23/PRT/M/2010, sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

viii
2. Ketentuan dalam Lampiran diubah sehingga berbunyi sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Desember 2012
MENTERI PEKERJAAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA,

tt ttd

DJOKO KIRMANTO

Salinan sesuai dengan aslinya


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Kepala Biro Hukum

Siti Martini
NIP. 195803311984122001

ix
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xv
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xvii

BAB 1. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.2. Mandat, Tugas, Fungsi Dan Kewenangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.3. Peran Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Permukiman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
1.4. Standar Pelayanan Bidang PU Dan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

BAB 2. KONDISI, ISU DAN TANTANGAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19


2.1. Kondisi Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
2.1.1. Penyelenggaraan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
2.1.2. Pengelolaan Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
2.1.3. Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
2.1.4. Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman . . . . . . . . . . . . 29
2.2. Evaluasi Pencapaian Sasaran 2010 - 2012 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
2.2.1. Penyelenggaraan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
2.2.2. Pengelolaan Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
2.2.3. Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
2.2.4. Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman . . . . . . . . . . . . 50
2.2.5. Pembinaan Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
2.2.6. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
2.2.7. Pengawasan Internal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70
2.2.8. Dukungan Manajemen Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71

x
2.3. Isu dan Perubahan Lingkungan Strategis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77
2.3.1. Isu Strategis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77
2.3.1.1. Isu Strategis Penyelenggaraan Penataan ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77
2.3.1.2. Isu Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78
2.3.1.3. Isu Strategis Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan . . . . . . . . . . . . . 79
2.3.1.4. Isu Strategis Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur
Permukiman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81
2.3.1.5. Isu Strategis Pembinaan Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 84
2.3.1.1. Isu Strategis Penelitian dan Pengembangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 86
2.3.1.1. Isu Strategis Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur 86
2.3.1.1. Isu Strategis Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 87
2.3.2. Perubahan Lingkungan Strategis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88
2.3.2.1. Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88
2.3.2.2. Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia
(MP3KI) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89
2.3.2.3. Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat dan Nusa
Tenggara Timur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 90
2.3.2.4. Peningkatan Ketahanan Pangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 90
2.3.2.5. Penanganan Transportasi Kota-kota Besar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 90
2.3.2.1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91
2.3.2.1. Ekonomi Kreatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91
2.4. Tantangan yang dihadapi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91
2.4.1. Penyelenggaraan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91
2.4.2. Pengelolaan Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 92
2.4.3. Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 94
2.4.4. Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman . . . . . . . . . . . . 96
2.4.5. Pembinaan Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
2.4.6. Penelitian dan Pengembangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100

xi
2.4.7. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur . . . . . . . . . . . . . . . . 102
2.4.8. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya . . . . . . . . 102

BAB 3. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 105


3.1. Visi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 106
3.2. Misi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 107
3.2.1. Misi Kelembagaan Kementerian PU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 108
3.2.2. Nilai-nilai Kementerian PU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109
3.3. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 111
3.4. Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 112
3.4.1. Sasaran Kementerian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 112
3.4.2. Sasaran Strategis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 113

BAB 4. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 119


4.1. Arahan Jangka Panjang Dan Tahapan Kedua RPJPN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 120
4.2. Arahan Kebijakan Nasional 2010 - 2014 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 123
4.2.1. Misi Pemerintah Tahun 2010 - 2014 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 123
4.2.2. Kebijakan Pengarusutamaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 124
4.2.3. Arah Kebijakan Umum dan Prioritas Pembangunan Nasional . . . . . . . . . . 126
4.2.4. Arah dan Kebijakan Pembangunan Kewilayahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 130
4.3. Kebijakan Umum dan Strategi Pembangunan Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 131
4.4. Kebijakan Baru/Khusus Dalam RKP 2010 - 2012 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 134
4.4.1. Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 135
4.4.2. Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia
(MP3KI) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 138
4.4.3. Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara
Timur . . . . . . . . . . 139
4.4.4. Peningkatan Ketahanan Pangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 140

xii
4.4.5. Penanganan Transportasi Kota-kota Besar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 141
4.4.6. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 141
4.4.7. Ekonomi Kreatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 142
4.5. Kebijakan Operasional Penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang 144
4.5.1. Kebijakan Penyelenggaraan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 144
4.5.2. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 145
4.5.3. Kebijakan Penyelenggaraan Jalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 148
4.5.4. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman 149
4.5.5. Kebijakan Pembinaan Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 152
4.5.6. Kebijakan Penelitian dan Pengembangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 154
4.5.7. Kebijakan Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur . . . . . . 155
4.5.8. Kebijakan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 155
4.6. Strategi Operasional Penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang . . . . 156
4.6.1. Strategi Pembangunan Berkelanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 156
4.6.2. Strategi Pengembangan Wilayah, Integrasi Sektor Ke-PU-an, dan Lintas
Sektor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 160
4.6.3. Strategi Sinergi Pusat - Daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 164
4.6.4. Strategi Peningkatan Tata Kelola Yang Baik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 167
4.6.5. Strategi Pengawasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 168
4.6.6. Strategi Pengembangan IPTEK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 168
4.6.7. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 169
4.6.8. Strategi Pembinaan Jasa Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 172
4.6.9. Strategi Pengarusutamaan Jender . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 175
4.6.10. Strategi Pembiayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 176

BAB 5. PROGRAM, KEGIATAN DAN PENDANAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 191


5.1. Program Dan Kegiatan 2010 – 2014 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 192
5.1.1. Program Penyelenggaraan Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 200

xiii
5.1.2. Program Pengelolaan Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 201
5.1.3. Program Penyelenggaraan Jalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 202
5.1.4. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman . . 204
5.1.5. Program Pembinaan Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 205
5.1.6. Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU . . . . . . . . . . . . . 205
5.1.7. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabiilitas Aparatur
Kementerian Pekerjaan Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 206
5.1.8. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kementerian Pekerjaan Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 206
5.1.9. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU 207
5.2. Pendanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 208
5.2.1. Prediksi Pendanaan Awal Tahun Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 209
5.2.2. Realisasi Pendanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 210
5.3. Indikator Kinerja Utama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 216
5.4. Output Kegiatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 216

BAB 6. PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 219

LAMPIRAN 1: TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang . . . . . 223


LAMPIRAN 2: MP3EI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 243
LAMPIRAN 3: Indikator Kinerja Utama (IKU) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 269
LAMPIRAN 4: Matriks Program dan Kegiatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 277

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Indikator, Acuan Dasar, Eksisting dan target Pencapaian MDGs dan IPM 29
Tabel 2.2. RPIIJM Pulau dan KSN Perkotaan Yang Telah Diselesaikan . . . . . . . . . . . . . . 35
Tabel 2.3. Pencapaian IKU Ditjen Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
Tabel 2.4. Pencapaian Output Utama Ditjen Penataan Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
Tabel 2.5. Pencapaian IKU Ditjen Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
Tabel 2.6. Pencapaian Output Utama Ditjen Sumber Daya Air . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
Tabel 2.7. Kondisi Jalan Nasional (2005–2012) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
Tabel 2.8. Pencapaian IKU Ditjen Bina Marga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
Tabel 2.9. Pencapaian Output Utama Ditjen Bina Marga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48
Tabel 2.10. Pencapaian IKU Ditjen Cipta Karya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
Tabel 2.11. Pencapaian Output Utama Ditjen Cipta Karya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
Tabel 2.12. Pencapaian IKU Badan Pembinaan Konstruksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56
Tabel 2.13. Pencapaian Kinerja Output Utama Badan Pembinaan Konstruksi . . . . . . . 57
Tabel 2.14. Pencapaian IKU Badan Penelitian dan Pengembangan . . . . . . . . . . . . . . . . 65
Tabel 2.15. Pencapaian Output Utama Badan Penelitian Dan Pengembangan . . . . 66
Tabel 2.16. Pencapaian IKU Inspektorat Jenderal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70
Tabel 2.17. Pencapaian Output Utama Inspektorat Jenderal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71
Tabel 2.18. Pencapaian IKU Kesekretariatan Kementerian Pekerjaan Umum . . . . . . . . 72
Tabel 2.19. Pencapaian Output Utama Sekretariat Jenderal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 74
Tabel 4.1. Prioritas dan Tahapan Dalam RPJPN Terkait Bidang PU dan Penataan
Ruang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 121
Tabel 4.2. Rencana Pembangunan Jalan Tol Tahun 2010 - 2014 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 181
Tabel 4.3. Rencana Proyek KPS Air Minum Tahun 2010 - 2016 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 184
Tabel 4.4. Daftar Rencana Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 185
Tabel 5.1. Prediksi PDB dan Kebutuhan Investasi Pembangunan Infrastruktur
Pekerjaan Umum dan Permukiman tahun 2010-2014 (Triliun Rp.) . . . . . . . . . 208

xv
Tabel 5.2. Skenario Pendanaan Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014
(dalam Triliun Rupiah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 210
Tabel 5.3. Sandingan Skenario Pendanaan Per Unit Kerja Tahun 2010-2014 (dalam
Triliun Rupiah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 211
Tabel 5.4. Kebutuhan Pendanaan Pembangunan Tahun 2010-2014 Kementerian
PU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 212

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU Nomor 25 Tahun


2004) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Gambar 1.2. Peran Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman Dalam
Pembangunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Gambar 1.3. Pendekatan Umum Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan
Permukiman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
Gambar 2.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia (BPS, 2012) . . 21
Gambar 2.2. Kondisi Jaringan Irigasi Berdasarkan Kewenangan . . . . . . . . . . . . . . . . 26
Gambar 2.3. Gambaran Indeks Penanaman (IP) dan Produktivitas Pertanian . . . 27
Gambar 4.1. Triple Track Strategy Plus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 132
Gambar 4.2. Fokus Pembangunan Infrastruktur PU dan Permukiman . . . . . . . . . . . . 134
Gambar 4.3. Kedudukan MP3EI Dalam Kebijakan Pembangunan Nasional . . . . . 135
Gambar 4.4. Strategi Pengembangan Konektivitas dalam MP3EI . . . . . . . . . . . . . . . 136
Gambar 4.5. Konektivitas Terintegrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 137
Gambar 4.6. Pola Pemberdayaan Masyarakat Sub Bidang Keciptakaryaan . . . 171
Gambar 4.7. Model OP Partisipatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 172
Gambar 5.1. Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana SDA Sebagai
Bagian Program 5 Tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 195
Gambar 5.2. Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana Jalan Sebagai
Bagian Program 5 Tahun (1) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 196
Gambar 5.3. Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana Jalan Sebagai
Bagian Program 5 Tahun (2) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 197
Gambar 5.4. Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana Jalan Sebagai
Bagian Program 5 Tahun (3) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 198
Gambar 5.5. Target Program Strategis Sub Bidang Infrastruktur Permukiman
Sebagai Bagian Program 5 Tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 199

xvii
BAB

1
PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN

 1.1. UMUM

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) 2010-2014 disusun berdasarkan
amanat Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) serta Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Renstra
kementerian tersebut merupakan dokumen perencanaan kementerian untuk periode 5 (lima)
tahun yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan bersifat indikatif (lihat Gambar 1.1).

Pedoman Dijabarkan Pedoman


RPJP RPJM
RKP RAPBN APBN
Nasional Nasional

Pedoman

Renstra/ Pedoman Pedoman


Renja RKA Rincian
Review
KL KL APBN
Renstra K/L

UU SPPN
UU Keuangan
Negara

Gambar 1.1 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU Nomor 25 Tahun 2004)

2 BAB 1 - PENDAHULUAN
Renstra kementerian merupakan acuan
dalam Perencanaan, Pemograman dan
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) untuk
penyusunan dokumen Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (RENJA K/L) dan
Rencana Kerja Anggaran Kementerian/
Lembaga (RKA K/L). Selanjutnya Renstra juga
merupakan salah satu komponen dalam
sistem manajemen kinerja yang merupakan
siklus perencanaan, pemograman,
penganggaran, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi, sehingga penyusunan Renstra juga
harus berlandaskan pada ketentuan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP).

Renstra Kementerian PU 2010–2014 juga


disusun berlandaskan pada tugas dan fungsi
kementerian, amanat undang-undang sektor
ke-PU-an, juga berlandaskan pada pemetaan
kondisi lingkungan strategis, tantangan yang
terus berkembang, dan isu-isu strategis yang
harus diakomodir serta mengacu pada arah
kebijakan dan strategi yang ditetapkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2010–2014 maupun
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005–2025. Susunan Renstra
2010–2014 meliputi pemaparan tentang: (i)
mandat, tugas, fungsi dan kewenangan; (ii)
kondisi, isu dan tantangan penyelenggaraan
bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang; (iii) visi, misi, tujuan dan sasaran
Kementerian PU; (iv) arah kebijakan dan
strategi penyelenggaraan bidang pekerjaan
umum dan penataan ruang; (v) program
dan kegiatan serta skenario pendanaannya.
Renstra ini dalam pelaksanaannya akan
digunakan sebagai acuan perencanaan,
pemograman, penganggaran tahunan dan
evaluasi pelaksanaan/pencapaian sasaran
pembangunan infrastruktur pekerjaan umum
dan permukiman.

BAB 1 - PENDAHULUAN 3
Dalam paruh waktu pelaksanaannya yaitu antara 2010-2014, dipandang perlu untuk
melakukan review mengingat adanya dinamika perubahan lingkungan strategis, direktif presiden
terkait dengan MP3EI maupun kebijakan baru dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (pro
growth), penanggulangan kemiskinan (pro poor), penciptaan lapangan kerja (pro jobs) serta
upaya mempertahankan daya dukung lingkungan (pro green) terkait dampak perubahan iklim/
pemanasan global. Disamping itu upaya untuk meningkatkan kinerja/produktivitas organisasi
harus terus ditingkatkan sejalan dengan upaya reformasi birokrasi.

Dalam dokumen hasil Review Renstra tersebut memuat tambahan materi berupa evaluasi target
capaian sampai dengan tahun 2012 serta perubahan target-target dalam rangka mengakomodir
isu-isu dan perubahan lingkungan strategis lainnya sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Selanjutnya dokumen hasil Review Renstra tersebut menjadi acuan dalam penyusunan Renstra
masing-masing unit dan penyusunan RENJA K/L dan RKA K/L di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2014.

 1.2. MANDAT, TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN

Memasuki tahap kedua pelaksanaan pembangunan jangka panjang (2010–2014), tatanan


Kementerian/Lembaga telah memiliki landasan hukum yang kuat dengan ditetapkannya Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor
47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara (beserta perubahannya
dalam Perpres Nomor 91 Tahun 2011) serta Perpres Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara (beserta perubahannya dalam Perpres Nomor 92 Tahun 2011). Sesuai Undang-Undang
tersebut, Kementerian PU termasuk dalam kelompok kementerian yang menangani urusan
pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Adapun tugas Kementerian PU sesuai dengan Perpres Nomor 24 Tahun 2010 adalah
menyelenggarakan urusan di bidang pekerjaan umum dalam pemerintahan untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Sedangkan fungsi Kementerian PU
dalam Perpres tersebut adalah: (i) perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan dibidang
pekerjaan umum; (ii) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian PU; (iii) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian PU; (iv)
pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian PU di daerah;
dan (v) pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Bidang pekerjaan umum yang
dimaksud berdasarkan perpres di atas mencakup: bidang penataan ruang, bidang sumber daya
air, bidang bina marga, bidang cipta karya, bidang pembinaan konstruksi, serta penelitian dan
pengembangan.

4 BAB 1 - PENDAHULUAN
Fungsi sebagaimana disebutkan di atas ti-
dak terlepas dari Undang-Undang sektor ke-PU-
an yang meliputi: (i) Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, (ii)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air, (iii) Undang-Undang Nomor
38 Tahun 2004 tentang Jalan, (iv) Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, (v) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung, (vi) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan Permukiman,
serta (vii) Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1999 tentang Jasa Konstruksi. Adapun fokus
dari masing-masing undang-undang sektor ke-
PU-an tersebut adalah (i) Penyelenggaraan
Penataan Ruang yang menitikberatkan pada
dukungan pembangunan berkelanjutan
berbasis penataan ruang, (ii) Pengelolaan
Sumber Daya Air yang menitikberatkan pada
ketahanan pangan, ketahanan air (konservasi
dan penyediaan air baku), dan pengendalian
daya rusak air, (iii) Penyelenggaraan Jalan
yang menitikberatkan pada peningkatan
konektivitas serta kelancaran arus orang dan
barang, (iv) Pembinaan dan Pengembangan
Infrastruktur Permukiman yang menitikberatkan
pada peningkatan pelayanan dasar
masyarakat dalam rangka pencapaian
target MDGs, penanggulangan kemiskinan
(pemberdayaan masyarakat/PNPM), serta
peningkatan tertib penyelenggaraan
bangunan gedung dan penataan lingkungan,
serta (v) Pembinaan Konstruksi yang
menitikberatkan pada peningkatan kapasitas
dan kinerja pembina jasa konstruksi pusat dan
daerah.

BAB 1 - PENDAHULUAN 5
Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, mandat
yang diberikan kepada Kementerian PU terbagi ke dalam 2 (dua) bidang utama, yaitu bidang PU
dan bidang penataan ruang. Bidang PU meliputi sub bidang sumber daya air, sub bidang jalan,
sub bidang persampahan, sub bidang drainase, sub bidang air minum, sub bidang air limbah, sub
bidang bangunan gedung dan lingkungan, sub bidang permukiman, sub bidang perkotaan dan
perdesaan dan sub bidang jasa konstruksi.

Peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan bahwa Bidang PU dan Penataan Ruang


adalah salah satu urusan pemerintahan yang bersifat concurrent atau dilaksanakan bersama oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Kewenangan penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan
Ruang sebagian berada di tingkat Pemerintah dan sebagian telah menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah. Kementerian Pekerjaan Umum, dalam periode 2010-2014, akan menangani
keseluruhan aspek penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman, yaitu:
aspek pengaturan, pembinaan, pengembangan/pelaksanaan, dan pengawasan (TURBINBANG/

6 BAB 1 - PENDAHULUAN
LAKWAS) yang merupakan kewenangan pemerintah. Untuk penyelenggaraan kewenangan
Kementerian PU terdapat beberapa urusan tertentu, antara lain: urusan yang dilaksanakan sendiri,
urusan yang sebagian dapat didekonsentrasikan untuk kegiatan yang bersifat non fisik ataupun
urusan yang dapat ditugaspembantuankan (TP) untuk kegiatan yang bersifat fisik, khususnya
untuk sub bidang Sumber Daya Air, sub bidang Bina Marga dan bidang Penataan Ruang. Khusus
sub bidang terkait ke-CiptaKarya-an, pada prinsipnya hampir semua lingkup tugas pelaksanaan
merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan PP 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,


Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat
melaksanakan tugas-tugas TURBINWAS dan yang bersifat concurrent atas permintaan daerah
dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional dan Standar Pelayanan Minimum
(SPM) serta hal-hal yang bersifat strategis nasional lainnya. Adapun kewenangan pemerintah
pusat dalam melakukan TURBINBANG/LAKWAS antara lain:

1. Bidang Penataan Ruang

a. Pengaturan (penetapan peraturan perundang-undangan, NSPK, penataan ruang perairan


di luar 12 (dua belas) mil dari garis pantai, SPM);
a. Pembinaan (koordinasi penyelenggaraan penataan ruang pada semua tingkatan wilayah,
Sosialisasi NSPK dan SPM);
b. Pelaksanaan (perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan
ruang); dan
c. Pengawasan dan pengendalian (pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di
wilayah nasional, propinsi, dan kabupaten/kota).

2. Sub Bidang Sumber Daya Air

a. Pengaturan (penetapan kebijakan nasional SDA, pola dan rencana pengelolaan SDA,
NSPK, penetapan wilayah sungai, dan penetapan status daerah irigasi);
b. Pembinaan (penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan
dan pengusahaan SDA wilayah sungai lintas provinsi/negara/strategis nasional);
c. Pembangunan/pengelolaan (konservasi dan pendayagunaan SDA wilayah sungai
lintas provinsi/negara/strategis nasional, pengendalian daya rusak air, pembangunan/
peningkatan/OP sistem irigasi, bangunan air disungai, danau dan pantai); dan
d. Pengawasan dan pengendalian (pengawasan pengelolaan sumber daya air pada wilayah
sungai lintas provinsi/negara/strategis nasional).

BAB 1 - PENDAHULUAN 7
3. Sub Bidang Bina Marga

a. Pengaturan (pengaturan jalan secara umum, pengaturan jalan nasional, pengaturan jalan
tol);
b. Pembinaan (pembinaan jalan secara umum dan jalan nasional, pengembangan teknologi
terapan untuk jalan kabupaten/kota, penyusunan pedoman dan NSPK jalan tol);
c. Pembangunan/pengelolaan (Pembangunan jalan nasional, pengusahaan jalan tol); dan
d. Pengawasan dan pengendalian (pengawasan jalan secara umum, pengawasan jalan
nasional, pengawasan jalan tol).

4. Sub Bidang Cipta Karya (Perkotaan dan Perdesaan, Air Minum, Air Limbah, Persampahan,
Drainase, Permukiman, Bangunan Gedung dan Lingkungan)

a. Pengaturan (penetapan kebijakan dan strategi nasional, penetapan NSPK dan SPM);
b. Pembinaan (fasilitasi bantuan teknis untuk peningkatan kapasitas teknik dan manajemen
penyelenggara);
c. Pembangunan/pengelolaan (fasilitasi perencanaan program dan pembiayaan
pembangunan jangka panjang dan menengah, fasilitasi kerjasama/kemitraan, fasilitasi
bantuan teknis terkait dengan kegiatan pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan
infrastruktur permukiman); dan
d. Pengawasan dan pengendalian (pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK,
pengawasan dan pengendalian program pembangunan dan pengelolaan).

5. Sub Bidang Jasa Konstruksi

a. Pengaturan (penetapan dan penerapan kebijakan nasional pengembangan


penyelenggaraan konstruksi, serta kebijakan pengembangan SDM bidang konstruksi).
b. Pemberdayaan (pemberdayaan LPJKN serta asosiasi badan usaha dan profesi tingkat
nasional, perintisan/model penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi).
c. Pengawasan (pengawasan LPJKN serta asosiasi badan usaha dan profesi tingkat nasional;
pengawasan guna tertib penyelenggaraan dan pemanfaatan pekerjaan konstruksi).

Selanjutnya, penjelasan secara lengkap mengenai kewenangan pemerintah dalam melakukan


TURBINBANG/LAKWAS terkait dengan penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang dapat
dilihat dalam Lampiran 1.

8 BAB 1 - PENDAHULUAN
 1.3. PERAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN

Peran dan fungsi Kementerian PU adalah mewujudkan pembangunan infrastruktur Pekerjaan


Umum dan Permukiman (PU-KIM) berbasiskan penataan ruang sebagaimana telah diamanatkan
dalam undang-undang sektor yang mencakup (lihat Gambar 1.2):

a. Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) berperan dalam penyediaan dan pengelolaan air
baku untuk keperluan domestik (rumah tangga), perkotaan, industri dan pertanian untuk
mendukung ketahanan pangan yang merupakan bagian dari pelaksanaan konservasi SDA,
pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air;

b. Infrastruktur Jalan dan Jembatan berperan untuk mendukung distribusi lalu-lintas barang dan
manusia maupun sebagai pembentuk struktur ruang wilayah; dan

c. Infrastruktur Permukiman berperan dalam menyediakan pelayanan air minum dan sanitasi
lingkungan, infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaaan, revitalisasi kawasan serta
pengembangan kawasan agropolitan/minapolitan.

infrastruktur jalan dan jembatan

PEMBENTUK
STRUKTUR RUANG

PENYEDIAAN DAN infrastruktur SUMBER DAYA AIR


PENGELOLAAN AIR
BASIS PENATAAN UNTUK KEPERLUAN
RUANG DOMESTIK, INDUSTRI,
PERTANIAN DALAM
MENDUKUNG
KETAHANAN PANGAN

infrastruktur PERMUKIMAN

PELAYANAN AIR
MINUM DAN SANITASI
PERKOTAAN DAN
PERDESAAN

Gambar 1.2. Peran Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman Dalam Pembangunan

BAB 1 - PENDAHULUAN 9
Pembangunan infrastruktur pekerjaan
umum dan permukiman mempunyai peran
vital dalam mewujudkan pemenuhan Hak
Dasar Rakyat seperti pangan, sandang,
papan, rasa aman, pendidikan, kesehatan
dan lain-lain. Infrastruktur merupakan modal
sosial masyarakat yang memegang peranan
penting dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi nasional, memperkuat ketahanan
pangan, energi dan air dan peningkatan daya
saing di dunia internasional. Pembangunan
infrastruktur mempunyai manfaat langsung
untuk mendukung peningkatan kualitas taraf
hidup masyarakat, kualitas lingkungan dan
pengembangan wilayah.

Ketersediaan dan tingkat pelayanan


infrastruktur yang baik merupakan prasyarat
agar berbagai aktivitas masyarakat dapat
berlangsung dengan lebih baik dan
meningkatkan kemampuan berproduksi
masyarakat. Pembangunan infrastruktur PU-
KIM akan mendukung produktivitas sektor
ekonomi melalui efek berganda (multiplier
effects) dan kelancaran kegiatan sektor
pembangunan lainnya antara lain sektor
pertanian, industri, perhubungan, kelautan
dan perikanan. Pembangunan infrastruktur
ditinjau dari sektor konstruksi akan menciptakan
kesempatan kerja dan usaha bagi tenaga
kerja produktif sehingga akan mengurangi
pengangguran.

Pembangunan infrastruktur atau sarana dan


prasarana akan mendukung pertumbuhan
ekonomi sektor riil suatu wilayah dan pembuka
daerah terisolasi sehingga dapat mengatasi
persoalan kesenjangan antara perkotaan
dan perdesaan, antar kawasan maupun antar
wilayah. Pembangunan infrastuktur berbasis
pengembangan wilayah yang merata dan
seimbang diharapkan mampu mengurangi

10 BAB 1 - PENDAHULUAN
ketimpangan pembangunan antar wilayah sebagaimana masih terjadi hingga saat ini, mampu
mengurangi tekanan imigrasi dari desa ke kota yang menjadi sumber penyebab terjadinya
berbagai pemekaran wilayah (urban sprawl) terutama di kota-kota metropolitan dan besar, serta
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga dapat memperkokoh rasa persatuan
dan kesatuan antar wilayah/daerah di Indonesia.

Pembangunan infrastruktur PU-KIM yang berwawasan lingkungan mempunyai peran untuk


meningkatkan kualitas lingkungan dan mempertahankan daya dukung lingkungan melalui
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, konservasi daerah aliran sungai, pembangunan konstruksi
ramah lingkungan dan peningkatan kualitas permukiman serta pembangunan berbasis kemitraaan
dan pemberdayaan masyakat untuk meningkatkan kesadaran kelestarian lingkungan hidup.

Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman perlu dilaksanakan dengan


pendekatan strategis nasional, dalam hal ini triple track strategy plus yaitu: (i) pro growth
(meningkatkan pertumbuhan ekonomi); (ii) pro poor (menurunkan angka kemiskinan); (iii) pro
job (meningkatkan kesempatan kerja); dan (iv) pro green/environment (meningkatkan kualitas
lingkungan) dalam rangka memperkokoh terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia

BAB 1 - PENDAHULUAN 11
(NKRI).

Oleh karenanya, pembangunan


infrastruktur harus benar-benar dirancang
dan diimplementasikan secara sistematis dan
matang sesuai kondisi dan potensi ekonomi
dan sosial serta tingkat kebutuhan dan
perkembangan suatu wilayah. Pembangunan
infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman
juga harus selaras dan bersinergi antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
serta dengan sektor-sektor lainnya, yang
pada gilirannya akan menjadi modal penting
dalam mewujudkan berbagai tujuan dan
sasaran pembangunan nasional.

Pembangunan infrastruktur pekerjaan


umum dan permukiman harus diselenggarakan
secara berkualitas supaya mampu
menciptakan outcome yang berkelanjutan
dan membuka peluang untuk mendapatkan
keuntungan ekonomi (economic gains),
menghadirkan keuntungan sosial (social
benefits), meningkatkan layanan publik (public
services), serta meningkatkan partisipasi politik
(political participation) disegenap lapisan
masyarakat hingga mampu mendukung
pengembangan wilayah dalam rangka
perwujudan dan pemantapan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya
pendekatan umum pembangunan
infrastruktur PU dan permukiman dapat dilihat
pada Gambar 1.3.

12 BAB 1 - PENDAHULUAN
Gambar 1.3 Pendekatan Umum Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman.

 1.4. STANDAR PELAYANAN BIDANG PU DAN PENATAAN RUANG

Pada hakikatnya, Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang tidak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Pekerjaan Umum semata, namun juga
menjadi tanggung jawab stakeholders lainnya, dalam hal ini pemerintah daerah. Kementerian PU
berkewajiban melakukan pembinaan kepada seluruh stakeholders maupun mitranya agar tujuan
dan sasaran pembangunan maupun amanat undang-undang dapat dicapai.

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah/PP Nomor 65 Tahuan 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), Kementerian PU diamanatkan
untuk menyusun SPM bidang pekerjaan umum pada level kabupaten/kota. Hal ini menjadi indikasi
penting bahwa, SPM merupakan kebutuhan yang paling mendasar dan mutlak dipenuhi oleh
pemerintah guna memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan masyarakat dalam konteks
pengembangan wilayah. Adapun secara lebih rinci, PP tersebut kemudian dijabarkan dalam

BAB 1 - PENDAHULUAN 13
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Permen ini mengatur bagaimana pemerintah
pusat memberdayakan pemerintah daerah agar dapat mewujudkan SPM bidang pekerjaan
umum dan penataan ruang yang menjadi kewajiban pemerintah daerah. Infrastruktur PU-KIM yang
terbangun harus memadai sesuai dengan standar yang disyaratkan agar dapat meningkatkan
kualitas pelayanan publik. Hal ini telah menjadi prioritas utama dalam RPJPN untuk RPJM tahap II
(2010–2014), dimana untuk bidang pekerjaan umum dan penataan ruang dinyatakan agar kualitas
pelayanan publik lebih murah, cepat, transparan dan akuntabel semakin meningkat. Peningkatan
tersebut ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum (SPM) di semua tingkatan
pemerintahan.

SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memuat jenis dan mutu pelayanan dasar
Bidang Pekerjaan umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal. Jenis pelayanan dasar SPM bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang ini meliputi:

1. Bidang Penataan Ruang, dengan indikator:


(i) Ketersediaan informasi mengenai
Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah
kabupaten/kota beserta rencana rincinya
melalui peta analog dan peta digital,
(ii) Terlaksananya penjaringan aspirasi
masyarakat melalui forum konsultasi publik
yang memenuhi syarat inklusif dalam
proses penyusunan RTR dan program
pemanfaatan ruang, yang dilakukan
minimal 2 (dua) kali setiap disusunnya
RTR dan program pemanfaatan ruang,
(iii) Terlayaninya masyarakat dalam
pengurusan izin pemanfaatan ruang sesuai
dengan Peraturan Daerah tentang RTR
wilayah kabupaten/kota beserta rencana
rincinya, (iv) Terlaksanakannya tindakan
awal terhadap pengaduan masyarakat
tentang pelanggaran di bidang penataan
ruang, dalam waktu 5 (lima) hari kerja, (v)
Ketersediaan luasan RTH publik sebesar
20% dari luas wilayah kota/kawasan
perkotaan;

14 BAB 1 - PENDAHULUAN
2. Sub Bidang Sumber Daya Air, dengan indikator: (i) Ketersediaan air baku untuk memenuhi
kebutuhan pokok minimal sehari hari, dan (ii)Ketersediaan air irigasi untuk pertanian rakyat
pada sistem irigasi yang sudah ada;

3. Sub Bidang Jalan, dengan indikator: (i) Aksesiblitas, ketersediaan jalan yang menghubungkan
pusat-pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota, (ii) Mobilitas, ketersediaan jalan yang
memudahkan masyarakat perindividu melakukan perjalanan, (iii) Keselamatan, ketersediaan
jalan yang menjamin pengguna jalan berkendara dengan selamat, (iv) Kondisi jalan,
ketersediaan jalan yang menjamin kendaraan dapat berjalan dengan selamat dan nyaman,
dan (v) Kecepatan, ketersediaan jalan yang menjamin perjalanan dapat dilakukan sesuai
dengan kecepatan rencana;

4. Sub Bidang Cipta Karya, meliputi:

a. Air minum, dengan indikator: Ketersediaan akses air minum yang aman melalui Sistem
Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan
terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/ hari;

b. Air limbah permukiman, dengan indikator: (i) Ketersediaan sistem air limbah setempat yang
memadai, dan (ii) Ketersediaan sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota;

c. Pengelolaan sampah, dengan indikator: (i) Ketersediaan fasilitas pengurangan sampah di


perkotaan, (ii) Ketersediaan sistem penanganan sampah di perkotaan, dan (iii)Ketersediaan
sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan
(lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.

d. Penanganan permukiman kumuh perkotaan, dengan indikator: Berkurangnya luasan


permukiman kumuh di kawasan perkotaan.

e. Penataan bangunan dan lingkungan, dengan indikator: (i) Izin mendirikan bangunan (IMB),
terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota, dan (ii) Harga Standar
Bangunan Gedung Negara (HSBGN), ketersediaan pedoman Harga Standar Bangunan
Gedung Negara di kabupaten/kota;

5. Sub Bidang Jasa konstruksi, dengan indikator: (i) Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK), penerbitan
IUJK dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah persyaratan lengkap, dan (ii) Sistem Informasi
Jasa Konstruksi, ketersediaan Sistem Informasi Jasa Konstruksi setiap tahun.

Ketersediaan dan tingkat pelayanan seluruh infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang
diberikan kepada masyarakat harus dalam kondisi yang baik dan layak. Kondisi yang baik adalah
kondisi dimana infrastruktur yang telah tersedia berfungsi sesuai peruntukan dan standar yang
telah ditetapkan. Sedangkan kondisi layak adalah suatu kondisi dimana masyarakat mendapatkan
pelayanan infrastruktur sesuai standar pelayanan minimal. Syarat agar kondisi tersebut dapat
tercapai salah satunya adalah masyarakat harus menempati ruang yang tertata secara serasi dan
memiliki akses terhadap pelayanan infrastruktur yang meliputi akses jalan/transportasi darat, akses

BAB 1 - PENDAHULUAN 15
terhadap sumber air, baik air bersih maupun air baku, serta akses pelayanan kepada prasarana
dan sarana perumahan dan permukiman yang layak, termasuk terlindungi dari resiko bencana
alam seperti banjir dan kekeringan.

Dalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya, Kementerian Pekerjaan Umum dari waktu
kewaktu harus selalu meningkatkan kualitas pelayanan terutama yang terkait dengan pelayanan
publik. Wujud dari peningkatan kualitas pelayanan publik tersebut adalah dengan pelaksanakan
reformasi birokrasi melalui 9 (sembilan) program yang salah satunya adalah program peningkatan
kualitas pelayanan publik. Kriteria dan ukuran keberhasilan pelaksanaan program reformasi
birokrasi tersebut termuat di dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010–2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010–2014.

16 BAB 1 - PENDAHULUAN
Dalam Road Map Reformasi Birokrasi
(RB) PU, agenda prioritas pertama adalah
peningkatan kualitas pelayanan publik dimana
target yang ingin dicapai adalah penerapan
standar pelayanan publik, penguatan unit
organisasi yang menangani pelayanan publik,
peningkatan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik serta
meningkatnya indeks kepuasan masyarakat
terhadap penyelenggaraan pelayanan
infrastruktur pekerjaan umum dan permu-
kiman. Mengakomodasi peningkatan kualitas
pelayanan publik tersebut, Kementerian
Pekerjaan Umum sebagaimana kementerian
lainnya melaksanakan Permen PAN dan RB
Nomor 01 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (PMPRB), dimana proses pelaksanaan
Reformasi Birokrasi akan dipaparkan secara
online dalam rangka peningkatan kualitas
organisasi pelayanan publik dimasa depan.
Hal ini secara umum telah diimplementasikan
oleh banyak organisasi pelayanan publik
di dunia, terutama Eropa, sebagaimana
yang dikenal dengan Common Assessment
Framework (CAF).

BAB 1 - PENDAHULUAN 17
BAB

2
KONDISI, ISU DAN TANTANGAN
BAB 2
KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

 2.1. KONDISI UMUM

Selama kurun waktu 2010 hingga 2012, Indonesia telah mengalami berbagai peningkatan kondisi
pembangunan nasional kearah yang lebih demokratis, aman, tertib, adil, damai dan sejahtera.
Hal ini menjadi cerminan bahwa pengelolaan pembangunan nasional dengan strategi pro growth,
pro jobs, dan pro poor, yang dilakukan oleh pemerintah selama ini sebagian besar telah memberi
hasil sesuai dengan apa yang diinginkan. Apabila ditinjau dari aspek ekonomi, kesesuaian hasil
tersebut ditunjukan dengan tercapainya angka pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4-6,7% (BPS,
2012). Pertumbuhan tersebut diantaranya didorong oleh meningkatnya permintaan domestik
khususnya yang terkait dengan konsumsi rumah tangga dan investasi (BPS, 2012). Kemajuan
tersebut juga terpapar dalam capaian hasil yang dikeluarkan oleh Global Competitiveness
Report 2011-2012, dimana tahap pembangunan Indonesia telah beralih dari factor driven (tahap
1) menjadi efficiency driven (tahap 2). Hal ini memberi arti bahwa perekonomian Indonesia saat
ini telah digiring oleh efisiensi dari penggunaan berbagai faktor produksi. Disamping itu, dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi juga berdampak pada meningkatnya peringkat investasi
Indonesia menjadi BBB- sebagaimana yang dilakukan oleh lembaga pemeringkatan dunia Fitch
Ratings. Hal ini menjadikan Indonesia dipandang mampu menarik investor asing secara besar-
besaran.

Adapun secara multiplier, sebagaimana dijelaskan dalam RPJMN 2010-2014, hasil dari
pembangunan nasional tersebut berimbas secara tidak langsung terhadap penurunan persentase
tingkat kemiskinan. Data BPS pada tahun 2012 menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan
tingkat kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan dari 14,15% tahun 2009 menjadi 11,66% pada
tahun 2012.

20 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Gambar 2. 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia (BPS, 2012)

Keberhasilan penanggulangan kemiskinan didorong oleh pelaksanaan program-program


pemerintah dari berbagai kementerian/lembaga (K/L), berupa program intervensi, yang merupakan
bagian dari pemenuhan hak dasar rakyat yang terus dilakukan untuk memberikan akses yang lebih
luas kepada kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah agar dapat menikmati lajunya
percepatan pertumbuhan ekonomi. Beberapa program pemerintah yang dapat ditempuh, antara
lain: Pertama, subsidi (seperti subsidi pangan, pupuk, benih, dan kredit program) serta dalam bentuk
bentuk bantuan sosial (Bansos), seperti Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas),
Bantuan Operasi Sekolah (BOS), dan Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini dilaksanakan
untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar yang tidak atau belum mampu dipenuhi oleh
kemampuan sendiri. Disamping itu, telah dialokasikan juga anggaran berupa bantuan langsung
masyarakat sebagai bagian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri, dan
dana penjaminan kredit/pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan
koperasi melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kedua, mempermudah dan memperluas
kesempatan usaha dengan menghilangkan berbagai pungutan yang muncul diberbagai daerah
akibat eforia reformasi dan desentralisasi yang telah banyak membebani usaha mikro, kecil dan
menengah. Berbagai upaya telah ditempuh untuk memperbaiki iklim berusaha ini, salah satunya
adalah dengan melakukan amandemen UU Pajak dan Retribusi Daerah untuk mendisiplinkan
pemerintah daerah dalam menetapkan pungutan baru dengan tidak menghilangkan semangat
desentralisasi fiskal. Langkah lainnya, ditempuh dengan menerbitkan Inpres No. 6/2007 dan Inpres

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 21


No. 5/2008 yang memuat program aksi yang kongkrit dalam memperbaiki iklim berusaha bagi
UMKM.

Sementara itu, terkait dengan apek lingkungan, pemerintah tengah berupaya agar setiap
pembangunan dapat terjaga kelestarian lingkungan disekitarnya. Hingga saat ini, Indonesia
merupakan salah satu negara Asia yang paling rentan terhadap bahaya perubahan iklim.
Kekeringan, banjir, kenaikan permukaan laut, dan longsor merupakan bahaya yang akan
berdampak pada masyarakat miskin yang tinggal di pesisir pantai dan bergantung pada
pertanian, perikanan dan kehutanan sebagai sumber penghasilan mereka. Oleh karena itu,
Indonesia perlu melakukan tindakan yang tepat dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim. Saat ini dengan adanya berbagai degradasi lingkungan di Indonesia telah menimbulkan
biaya yang sangat tinggi yang tentunya akan berdampak langsung pada beban pembangunan,
sehingga upaya aktif perlu dilakukan untuk mendukung kelestarian lingkungan. Adapun upaya
tersebut diantaranya adalah dengan mengintegrasikan isu lingkungan pada setiap perumusan
kebijakan.

Dalam upaya mendukung kondisi tersebut di atas, Kementerian PU melalui tugas dan fungsi
utamanya yaitu melaksanakan penyediaan infrastruktur PU dan Permukiman, pada kurun waktu
2010-2012, telah melaksanakan berbagai kegiatan untuk mendukung prioritas pembangunan
nasional. Adapun kegiatan tersebut secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut.

22 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


2.1.1. Penyelenggaraan Penataan Ruang

Pelaksanaan program Penataan Ruang hingga tahun 2012 telah membuahkan sejumlah hasil
yaitu untuk Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau telah diterbitkan Peraturan Presiden (Perpres) RTR
Pulau untuk 4 pulau dari target 7 pulau, yaitu: Pulau Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Jawa-Bali.
Adapun sisanya masih dalam proses legalisasi yang masih terus dilakukan fasilitasi dan koordinasi
agar paling lambat pada akhir tahun 2014 sudah dapat disahkan menjadi Perpres seluruhnya.
Dengan telah diterbitkannya Perpres tersebut, maka sinkronisasi dan koordinasi perencanaan
pembangunan secara nasional akan semakin mudah dilakukan.

Untuk penyusunan RTR Kawasan strategis Nasional, dari 7 KSN perkotaan, 4 diantaranya sudah
diterbitkan Perpres. Adapun untuk KSN Non Perkotaan dari 69 baru 1 yang diterbitkan Perpres.
Namun demikian sebagian besar KSN tersebut sudah terfasilitasi penyusunannya dengan tingkat
kemajuan yang berbeda-beda.

Untuk penyesuaian RTRW yang ditetapkan menjadi Peraturan Daerah (Perda), 14 Provinsi (42,42%)
dan 202 kabupaten/kota (50,75%)sudah menetapkan Perda RTRW. Sedangkan sisanya, hampir
seluruhnya sudah mendapatkan persetujuan substansi dari Menteri Pekerjaan Umum. Pencapaian
ini akan berdampak secara signifikan bagi Pemerintah Daerah, Pemerintah maupun segenap
elemen masyarakat di dalam pelaksanaan penyelenggaraan penataan ruang. Melalui RTRW
yang telah memiliki landasan hukum diharapkan proses perencanaan, sinkronisasi pembangunan
dan koordinasi di wilayah maupun antar wilayah dapat terlaksana dengan lebih baik, demikian
halnya dengan pemanfaatan dan pengawasan serta pengendalian ruang akan semakin mudah
dilakukan. Namun demikian ke depan masih diperlukan upaya-upaya untuk menjaga komitmen
dan konsistensi serta penegakan aturan main (rule of the game) dan penegakan hukum (law
enforcment) terhadap implementasi Perda RTRW tersebut.

Untuk provinsi dan kabupaten/kota yang belum menetapkan hasil penyesuaian RTRW menjadi
Perda memang masih perlu didorong dan diberikan fasilitasi agar dapat segera menetapkan hasil
penyesuian RTRW menjadi Perda. Dari sisi proses penyusunan, untuk menetapkan Perda RTRW
memang bukan proses yang mudah karena merupakan proses politik dan membutuhkan biaya
yang cukup besar.

Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang, khususnya dalam pe-


ngendalian dan pengawasan, telah dilakukan pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
yang hingga akhir tahun 2012 telah dilatih sebanyak 347 orang. Sehingga jumlah yang terlatih
sampai saat ini telah mencapai 400 orang PPNS, terdiri atas 49 orang PPNS di pusat dengan
lingkup kewenangan nasional dan 351 orang PPNS Penataan Ruang dengan lingkup kewenangan
daerah. Jumlah ini memang relatif masih sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan PPNS baik
di pusat maupun di daerah. Oleh karenanya ke depan masih diperlukan banyak pelatihan yang
disertai dengan peningkatan kualitas pembinaan, mengingat PPNS ini merupakan ujung tombak
dari pengawasan pelaksanaan rencana tata ruang.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 23


2.1.2. Pengelolaan Sumber Daya Air

Untuk infrastruktur sumber daya air sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor
7 Tahun 2004, adalah dalam rangka konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya
air, serta pengendalian daya rusak air. Adapun kegiatan yang mencakup tiga tujuan pengaturan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Konservasi sumber daya air: Pengelolaan dan konservasi waduk, embung, situ, serta bangunan
penampung air lainnya. Kegiatan ini berkaitan dalam memberikan dukungan ketahanan air.

b) Pendayagunaan sumber daya air: penyediaan dan pengelolaan air baku dalam rangka
meningkatkan ketahanan serta pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa air
dan jaringan pengairan lainnya yang bertujuan untuk memberikan dukungan ketahanan
pangan.

c) Pengendalian daya rusak air: pengendalian banjir, lahar gunung berapi dan pengamanan
pantai.

24 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Permasalahan daya tampung air sangat
dipengaruhi oleh masalah sedimentasi. Hal
ini menjadi penyebab menurunnya kapasitas
tampung air hampir diseluruh waduk,
embung maupun situ. Saat ini lebih dari 60
DAS dalam kondisi kritis. Selain permasalahan
kapasitas tampung, masalah yang tidak kalah
pentingnya adalah menurunnya kualitas air
akibat kerusakan DAS.

Sampai dengan saat ini, kondisi infrastruktur


Sumber Daya Air (SDA) sudah lebih optimal
dalam mendukung pencapaian kinerja
pembangunan bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang secara keseluruhan apabila
dibandingkan dengan periode sebelumnya
(2005-2009), dimana Pemerintah telah
membangun 11 waduk dengan kapasitas 79
juta meter kubik untuk memenuhi kebutuhan
air irigasi, rumah tangga, industri serta
keperluan pembangkit listrik.

Luas penanganan jaringan irigasi untuk


mendukung pemenuhan produksi pangan
dengan upaya operasi dan pemeliharaan
adalah seluas 2.143.589 ha setiap tahun dan
rehabilitasi seluas 1.174.258 ha, sementara
itu jaringan irigasi baru yang dibangun telah
mencapai 279.508 ha. Demikian halnya de-
ngan peningkatan operasi dan pemeliharaan,
rehabilitasi maupun penambahan jaringan
irigasi air tanah juga terus dilakukan.

Sejauh ini, penanganan infrastruktur SDA


yang dilaksanakan dalam rangka mendukung
ketahanan pangan masih dihadapkan pada
sejumlah isu terkait kinerja pelayanan irigasi
yaitu:belum optimalnya OP jaringan irigasi,
menurunnya kondisi bangunan sumber daya
air dan adanya tantangan kondisi alam yang
harus diantisipasi (seperti debit fluktuatif dan
masalah kualitas dan kuantitas air).

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 25


Kerusakan jaringan irigasi di banyak lokasi terjadi di daerah irigasi yang potensial menyumbang
pemenuhan kebutuhan pangan nasional juga sudah mulai berkurang. Demikian juga dengan
fungsi jaringan irigasi (termasuk rawa) semakin optimal dengan dilakukannya kegiatan operasi dan
pemeliharaan serta peningkatan keterlibatan petani dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan
jaringan irigasi.

Adapun kondisi jaringan irigasi sampai dengan tahun 2010 dapat dijelaskan bahwa dari
keseluruhan daerah irigasi, yang ditangani oleh pemerintah pusat hanya sebesar 2.315.000 ha
atau 32% dari total areal irigasi 7.230.183 ha. Sebagaimana tertuang dalam Permen PU No. 32/PRT/
M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, dijelaskan bahwa sebesar
54% dalam kondisi baik, 28% dalam kondisi rusak sedang, 13% mengalami rusak ringan, sedangkan
hanya 5% yang mengalami rusak berat.

Sementara itu, seperti halnya apa yang ditunjukan dalam Gambar 2.2 mengenai kondisi
jaringan irigasi berdasarkan kewenangan, dari seluas 4.915.183 ha jaringan irigasi yang ditangani
oleh Pemerintah Daerah, 20% diantaranya merupakan kewenangan provinsi dan 48% merupakan
kewenangan kabupaten/kota.

Gambar 2.2 Kondisi Jaringan Irigasi Berdasarkan Kewenangan

26 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Gambar 2.3 Gambaran Indeks Penanaman (IP) dan Produktifitas Pertanian

Dalam hal potensi daya rusak air, memang masih terjadi perluasan dampak kerusakan
akibat banjir dan kekeringan (seperti banjir di wilayah Jabodetabek, Jawa Tengah dan Jawa
Timur yang berada di wilayah sungai Bengawan Solo dan kekeringan di NTB dan NTT). Selain
itu juga terdapat fenomena meluasnya kerusakan pantai akibat abrasi yang mengancam
keberadaan permukiman dan pusat-pusat perekonomian di sekitarnya. Namun demikian upaya
untuk mengantisipasi dampak tersebut telah banyak dilakukan melalui pembangunan, rehabilitasi
dan operasi pemeliharaan sarana/prasarana pengendalian banjir dan pengaman pantai.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 27


2.1.3. Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan

Untuk infrastruktur jalan, hingga tahun 2011, panjang jalan nasional telah mencapai 38.569 km
dengan kondisi jalan mantap mencapai 87,72% dan tidak mantap 12,28%. Kondisi ini mengalami
penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2009 di mana kondisi mantap mencapai 89%,
hal ini dikarenakan adanya penggeseran sebagian alokasi dana pemeliharaan jalan untuk
penambahan jalan baru sepanjang 693 km (tahun 2010: 311 km dan tahun 2011: 382 km). Adapun
kondisi permukaan jalan dalam kondisi baik dan sedang sebesar 56,22% dan 31,5%, sedangkan
jalan dengan kondisi rusak ringan dan rusak berat masing-masing 7,44% dan4,84%.

Pada tahun 2012, dalam rangka pelaksanaan preservasi dan peningkatan jalan nasional,
panjang jalan baru (termasuk kawasan strategis, perbatasan dan wilayah terluar dan terdepan)
yang telah terbangun sepanjang 1.293 km, panjang jembatan (termasuk kawasan strategis,
perbatasan dan wilayah terluar dan terdepan) yang telah terbangun sepanjang 13.053 m dan
jalan bebas hambatan yang telah terbangun sepanjang 16 km oleh pemerintah.

Kementerian Pekerjaan Umum mengakomodir perubahan program akibat adanya dinamika


kebijakan pemerintah pada era 2010–2012 yang diantaranya adalah isu penguatan konektivitas,
yakni pengelolaan Jalan Nasional dan pembinaan jalan daerah, mendukung berbagai inisiatif baru
seperti: MP3EI, MP3KI, UP4B, Ekonomi Kreatif maupun Transportasi kota-kota besar. Isu konektivitas
pada akhirnya mendorong Pemerintah untuk menyusun action plan yang juga merupakan bagian
dari kebijakan nasional dengan memperkenalkan kepada publik dan menetapkan Peraturan
Presiden tentang MP3EI yang pada dasarnya memperkenalkan usaha-usaha penurunan waktu
tempuh, dengan cara menghilangkan “debottlenecking”, menyetarakan feeder road yang
berhubungan langsung dengan jalan nasional serta penurunan tingkat jalan nasional yang masih
dalam kondisi sub standar.

Infrastruktur jalan tol yang telah beroperasi sampai dengan tahun 2012, baru mencapai
774 km, hanya meningkat sepanjang 77 km dari tahun 2009. Panjang jalan tol memang tidak
mengalami pertumbuhan signifikan sejak dioperasikannya jalan tol pertama tahun 1978 (Jalan Tol
Jagorawi sepanjang 59 km). Sejak tahun 1987, swasta mulai ikut dalam investasi jalan tol dan telah
membangun jalan tol sepanjang 203,30 km.

Harus diakui terdapat beberapa proyek Jalan belum dapat dilaksanakan setelah dilakukan
peletakan batu pertama (ground breaking), antara lain ruas jalan Tol Cikampek-Palimanan
sepanjang 116 km, Lingkar Luar Jakarta dari Ulujami-Puri Indah, Kebon Jeruk (Tol W2), Tol Bekasi-
Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), Tol Pasuruan-Probolinggo, Tol Waru Wonokromo-Tanjung
Perak dan Tol Ciawi-Sukabumi. Hal ini disebabkan antara lain: masalah pembebasan tanah,
sumber pembiayaan, serta belum intensnya dukungan Pemerintah Daerah dalam pengembangan
jaringan jalan tol.

28 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


2.1.4. Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

Untuk infrastruktur air minum terdapat beberapa acuan dasar pengukuran cakupan pelayanan
air minum. Pada akhir tahun 1993 total cakupan pelayanan air minum layak di perkotaan dan
perdesaan mencapai 37,73%. Selanjutnya cakupan pelayanan air minum layak di perkotaan
meningkat dari 41% di tahun 2004 (34,36 juta jiwa) menjadi 49,82% (44,5 juta jiwa) di tahun 2009,
sedangkan di perdesaan meningkat dari 40% di tahun 2004 (melayani 10,09 juta jiwa) menjadi
45,72% di tahun 2009 (15,2 juta jiwa). Status pencapaian MDGs untuk akses air bersih, air minum
perpipaan, sanitasi dan rumah tangga kumuh perkotaan hingga tahun 2009 dapat dilihat dalam
Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indikator, Acuan Dasar, Eksisting dan Target Pencapaian MDGs dan IPM

Indikator Acuan Dasar (1993) Eksisting (2009) Target (2015)

Proporsi penduduk terhadap air minum layak 37,73 % 47,71 % 68,87 %

• Perkotaan 50,58 % 49,82 % 75,29 %

• Perdesaan 31,61 % 45,72 % 65,81 %

Proporsi penduduk terhadap sanitasi layak 24,81 % 51,19 % 62,41 %

• Perkotaan 53,64 % 69,51 % 76,82 %

• Perdesaan 11,10 % 33,96 % 55,55 %

Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan 20,75 % 12,12 % 8,26 % *

*) target RPJPN tahun 2020 sebesar 6%

Hingga tahun 2009 proporsi penduduk terhadap air minum layak secara nasional sebesar
47,71%, hal ini berarti bahwa masih jauh dari target MDGs tahun 2015 sebesar 68,87%. Sedangkan
akses penduduk terhadap sanitasi layak pada tahun 2009 sebesar 51,19% sedangkan target MDGs
hingga tahun 2015 sebesar 62,41%.

Pada akhir tahun anggaran 2005-2009 prasarana dan sarana pengelolaan persampahan
telah terealisasi di 284 kab/kota. Pencapaian ini hanya 59,17% dari target Review Renstra yakni
480 kab/kota. Untuk pengelolaan persampahan, pemerintah tidak menetapkan manfaat terus
bertambah dalam kurun waktu 5 tahun. Lonjakan terbesar terjadi di tahun 2009, dimana penerima
manfaat mencapai 7.543.756 jiwa. Selisih cukup jauh dibanding tahun sebelumnya yang berbeda
pada angka 4.750.241 jiwa. Secara keseluruhan, penduduk yang dapat terlayani dengan sarana
pengelolaan sampah ini adalah sebesar 19.021.933 jiwa.

Target Review Renstra 2005-2009 menetapkan 304 upaya pendampingan yang mengacu pada
176 pedoman. Pencapaian kedua hal tersebut (pendampingan dan pedoman) terealisasi hingga
sekitar 118% dengan uraian 360 pendampingan yang mengacu pada 209 pedoman. Secara
keseluruhan, pembinaan teknis bangunan serta penataan bangunan dan lingkungan diharapkan

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 29


dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian serta pemanfaatan ruang bagi
terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.

Di akhir tahun anggaran 2005-2009, implementasi program Ditjen Cipta Karya untuk bidang
perumahan melalui dukungan kawasan perumahan PNS/TNI-POLRI/Pekerja terfokus pada
penataan dan pengembangan kawasan permukiman baru. Tujuan dari penetapan fokus tersebut
adalah penyelesaian dan penuntasan permasalahan kekumuhan yang melanda perkotaan.
Penyelesaian dan penuntasan diwujudkan dalam pembangunan permukiman baru yang
berpihak pada MBR. Pengembangan permukiman baru ini meliputi pembangunan infrastruktur
pada kawasan baru bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Pembangunan terdiri
atas dua pilihan, yakni pembangunan kawasan permukiman baru di dalam kawasan kumuh
dan pembangunan pada lahan kosong di luar kawasan kumuh. Terlepas dari kedua pilihan
tersebut, pembangunan permukiman baru dilaksanakan tanpa adanya penggusuran Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) dari kawasan kumuh. Kawasan permukiman baru dibangun dalam
beberapa wujud. Antara lain, Rumah Sederhana Sehat (RsH) di perkotaan, perumahan berpola
Hunian Berimbang, Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dan Milik (Rusunami), hingga
kawasan yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Pada tahun anggaran 2005-2009,
Renstra Ditjen Cipta Karya menetapkan dukungan infrastruktur berupa jalan poros untuk 567.569
unit RsH di kawasan RSS permukiman baru. Pada evaluasi akhir tahun anggaran 2005-2009, tercatat
pencapaian sebesar 105,76%. Dimana, pencapaian telah melebihi target, yakni sebesar 600.282
unit. Dukungan infrastruktur berupa RSS ini dirasakan pula manfaatnya oleh PNS/TNI-Polri/Pekerja.
Manfaat tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan sekaligus akses masyarakat
terhadap pelayanan serta prasarana dan sarana permukiman.

30 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


 2.2. EVALUASI PENCAPAIAN SASARAN 2010 - 2012

Mengacu pada hasil evaluasi tengah tahun capaian RPJMN 2010-2014 dan Renstra PU 2010-
2014, pelaksanaan pembangunan infrastruktur PU dan Permukiman sebagian besar telah berjalan
sesuai dengan apa yang direncanakan. Teridentifikasi bahwa beberapa capaian dari pelaksanaan
pembangunan tersebut diantaranya telah melebihi target dengan apa yang telah ditetapkan
dalam Revisi Renstra PU 2010-2014. Diantara capaian tersebut, dalam sub bidang sumber daya air,
adalah: (1) rehabilitasi sarana/prasarana air baku telah mencapai 105,85% dari target 12,30 m3/
dt, (2) pembangunan/peningkatan jaringan irigasi air tanah telah mencapai 429,77% dari target
3000 ha, (3) pembangunan sarana/prasarana pengendalian banjir telah mencapai 106,82% dari
target 1000 km, (4) pembangunan/peningkatan sarana/prasarana pengendali lahan/sedimen
telah mencapai 364,29% dari target 28 buah, dan pemeliharaan sarana/prasarana perlindungan
pantai telah mencapai 122,70% dari target 50 km. Adapun terkait dengan pencapaian sub bidang
bina marga diantaranya adalah (1) pembangunan jalan baru sebesar 123% dari target 377 km,
(2) pembangunan/pelebaran jalan di kawasan strategis perbatasan wilayah terluar dan terdepan
sebesar 107,99% dari target 1.378 km. Selanjutnya dalam sub bidang cipta karya, diantaranya
adalah (1) penyediaan infrastruktur kawasan permukiman perkotaan sebesar 133,89% dari target
661 kws, (2) penyediaan infrastruktur kawasan permukiman perdesaan sebesar 117,91% dari target
469 kws, (3) penyediaan infrastruktur perdesaan (PPIP) sebesar 116,41% dari target 13.190 desa, (4)
penyelenggaraan SPAM terfasilitasi sebesar 110,75% dari target 186 PDAM, (5) penyediaan SPAM
di kawasan MBR 131,20% dari target 577 kws, (6) penyediaan SPAM perdesaan sebesar 149,03%
dari target 577 kws, dan (7) penyediaan SPAM kawasan khusus sebesar 214,38% dari target 153
kws.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 31


Meski demikian, terdapat beberapa hal khusus yang perlu menjadi perhatian kedepannya,
antara lain adalah (1) terkait dengan pembuatan waduk, pada akhir tahun 2014, dalam RPJMN
2010-2014 ditargetkan akan terbangun 11 waduk sementara dalam Revisi Renstra PU 2010-2014
ditargetkan akan terbangun 6 waduk. Namun pada kenyataannya hingga saat ini baru terealisasi
sebanyak 2 waduk yang dibangun. (2) Terkait dengan pembangunan jalan tol, pada akhir tahun
2014, dalam RPJMN 2010-2014 ditargetkan akan terbangun sepanjang 120,35 km sementara pada
Revisi Renstra PU 2010-2014 ditargetkan akan terbangun 59,26 km, akan tetapi realisasinya hingga
saat ini baru tercapai sepanjang 26,23 km.

Adapun untuk pencapaian masing-masing bidang dan sub bidang secara lebih detail dapat
dijelaskan sebagai berikut.

2.2.1. Penyelenggaraan Penataan Ruang

Hingga akhir tahun 2012, pelaksanaan penyelenggaraan penataan ruang dapat diuraikan sebagai
berikut:

1. Pengaturan
NSPK yang telah dihasilkan selama kurun waktu 2010-2012 meliputi:

32 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


a) Peraturan PemerintahNomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

b) Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan


Umum dan Penataan Ruang;

c) Permen PU No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;

d) SE Dirjen Penataan Ruang Kementerian PU No. 06/SE/Dr/2011 tentang Pedoman Kriteria


Lokasi Menara Telekomunikasi;

e) Permen PU No. 15/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang


Kawasan Strategis Nasional;

f) Permen PU No.19/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar TPA


Sampah.

2. Pembinaan
Berdasarkan Status Penyusunan RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota sampai dengan akhir Bulan
Desember 2012, dari 33 wilayah provinsi yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang untuk melakukan penyesuaian RTRW-nya, 33 provinsi
(100%) sudah mendapat persetujuan substansi dari Menteri PU dan 14 provinsi (42,42%) sudah
ditetapkan menjadi Perda.

di tingkat kabupaten, dari total 398 kabupaten, 394 kabupaten (98,99%) sudah mendapat
persetujuan substansi dari Menteri PU dan 202 kabupaten (50,75%) sudah ditetapkan menjadi
Perda. Sisanya, 3 kabupaten (0,75%) sudah pembahasan BKPRN, 1 kabupaten (0,25%) sudah
mendapat rekomendasi gubernur dan 1 kabupaten (0,25%) dalam proses revisi.

Sementara itu di tingkat kota, dari 93 kota di Indonesia sebanyak 85 kota (91,39%) sudah
mendapat persetujuan substansi dari Menteri PU dan 56 kota (60,22%) sudah ditetapkan
menjadi Perda. Sedangkan 5 kota (5,38) sudah pembahasan BKPRN, 2 kota (2,15%) dalam
proses rekomendasi gubernur dan 2 kota (2,15%) dalam proses revisi.

Sedangkan dalam rangka pembinaan penataan ruang wilayah nasional, antara lain telah
dihasilkan: 4 Perpres RTR Pulau/Kepulauan, 1 Perpres RTR KSN Non Perkotaan, penyelesaian 34
RTR KSN Non Perkotaan. Dalam rangka pengembangan perkotaan, telah dihasilkan 4 Perpres
KSN Perkotaan dan 2 Raperpres KSN Perkotaan yang saat ini sedang dalam proses legalisasi.

Dalam rangka pembinaan penataan ruang daerah, dilakukan bimbingan/pendampingan


pembinaan penataan ruang Provinsi dan Kabupaten di 15 provinsi dan 200 kabupaten untuk
wilayah I dan di wilayah II pada 17 provinsi dan 198 kabupaten.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 33


3. Pelaksanaan
Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, terdapat
7 RTR Pulau/Kepulauan dan 76 Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang meliputi 69 KSN Non
Perkotaan dan 7 KSN Perkotaan yang perlu ditangani dan menjadi kewenangan pusat. Untuk
RTR Pulau, 4 dari 7 Pulau/Kepulauan telah menjadi Perpres yaitu RTR Pulau Sulawesi, Kalimantan,
Sumatera dan Jawa-Bali. Sisanya 3 pulau/kepulauan dalam proses legalisasi. Berdasarkan
status hingga bulan Desember 2012 dari 69 KSN Non Perkotaan, 29 KSN sedang dalam proses
penyusunan materi teknis; 33 KSN telah selesai disusun raperpresnya dan dalam proses legalisasi
menjadi perpres; serta 1 KSN telah menjadi perpres. Total KSN yang telah ditangani sebanyak
63 KSN Non Perkotaan, sementara 6 KSN yang belum ditangani meliputi Kawasan Industri
Lhokseumawe, Mahato, Bukit Duabelas, Bukit Tigapuluh, Berbak dan Betung Kerihun. Untuk
KSN Perkotaan, 4 KSN Perkotaan telah menjadi Perpres, 2 KSN telah disusun raperpresnya, dan
1 KSN sedang dalam proses legalisasi dan 2 KSN dalam proses penyelesaian raperpres.

Namun dengan berbagai perkembangan yang ada, kondisi pada bidang penataan ruang
yang ditemui sampai saat ini masih belum optimal, khususnya dalam pelaksanaan pemanfaatan
Rencana Tata Ruang (RTR). Hal ini mengingat masih sering terjadinya pembangunan pada
suatu wilayah tanpa mengikuti RTR. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) belum sepenuhnya
menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang. Kegiatan pembangunan saat ini masih lebih fokus
pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang
akibat lemahnya pengendalian dan penegakan hukum di bidang penataan ruang.

4. Pengawasan
Berdasarkan data 2010 hingga akhir tahun 2012, dalam rangka pembinaan manajemen
penyelenggaraan penataan ruang, telah dilakukan pembinaan PPNS sebanyak 347 orang.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dibentuk sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor
26Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 15Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang untuk mewujudkan tertib tata ruang melalui pembentukan
PPNS Penataan Ruang dan optimalisasi PPNS Penataan Ruang dalam pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan ruang berbasis rencana tata ruang. Sejak diklat PPNS Penataan
Ruang dimulai pada tahun 2009, saat ini telah terdapat 400 orang PPNS Penataan Ruang
yang terdiri atas 49 orang PPNS Penataan Ruang di tingkat pusat dengan lingkup kewenangan
nasional dan 351 orang PPNS Penataan Ruang dengan lingkup kewenangan daerah. 400
orang PPNS Penataan Ruang dengan lingkup kewenangan daerah tersebut tersebar di 33
provinsi, 183 kabupaten dan 53 kota.

Pencapaian kinerja Ditjen Penataan Ruang dalam pelaksanaan program penyelenggaraan


penataan ruang tahun 2012 berdasarkan hasil pengukuran kinerja untuk Indikator Kerja Utama
(IKU) sebagai berikut:

34 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


1. Untuk pencapaian Indikator Kinerja Utama ke-1 yaitu Jumlah rencana tata ruang dan rencana
terpadu program pengembangan infrastruktur jangka menengah, Pulau/Kepulauan dan
Kawasan Strategis Nasional, selama kurun waktu 2010-2012 telah tercapai target sebesar
56,62%, yaitu sebanyak 47 Raperpres (7 Raperpres Pulau, 34 Raperpres KSN Non Perkotaan, 6 KSN
Perkotaan), 18 RPIIJM (7 Pulau/Kepulauan, 7 KSN Non Perkotaan, 4 KSN Perkotaan), yang bila
telah dilegislasi merupakan produk yang akan menjadi landasan hukum bagi operasionalisasi
RTRWN.

Adapun Perpres yang telah dihasilkan hingga tahun 2012 antara lain adalah:

a) Perpres Nomor 54Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur;


b) Perpres Nomor 45Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan Sarbagita;
c) Perpres Nomor 55Tahun 2011 tentang RTR KSN Kawasan Perkotaan Mamminasata;
d) Perpres Nomor 62 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro;
e) Perpres Nomor 87Tahun 2011 tentang RTR Kawasan BBK (Batam Bintan Karimun);
f) Perpres Nomor 88Tahun 2011 tentang RTR Pulau Sulawesi;
g) Perpres Nomor 3 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Kalimantan.
h) Perpres Nomor 13Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera; dan
i) Perpres Nomor 28Tahun 2012 tentang RTR Pulau Jawa-Bali.

RPIIJM yang telah diselesaikan sampai dengan tahun 2012 oleh Direktorat Jenderal Penataan
Ruang yaitu:

Tabel 2.2 RPIIJM Pulau dan KSN Perkotaan Yang Telah Diselesaikan

RPIIJM Pulau RPIIJM KSN Non Perkotaan RPIIJM KSN Perkotaan


1. Pulau Sumatera; 1. Sasamba; 1. Jabodetabekjur;
2. Pulau Jawa-bali; 2. Manado-Bitung; 2. Mamminasata;
3. Pulau Kalimantan; 3. Danau Toba; 3. Sarbagita; dan
4. BBK;
4. Pulau Sulawesi; 4. Mebidangro.
5. KAPET Parepare;
5. Pulau Kep. NTT;
6. Merapi;
6. Kep. Maluku; dan
7. Borobudur.
7. Pulau Papua.

Dengan telah tersusunnya dokumen RPIIJM tersebut diatas, yang telah dibahas dengan
Kementerian/Lembaga yang menangani infrastruktur di tingkat Pusat dan juga dengan
pemerintah Daerah terkait dan disepakati oleh seluruh stakeholders baik di tingkat Pusat maupun
Daerah, diharapkan dapat terlaksana keterpaduan program pengembangan infrastruktur
dalam upaya pengembangan pulau dan KSN tersebut.

2. Pencapaian Indikator Kinerja Utama ke-2: Jumlah Provinsi/Kabupaten/Kota yang mendapat


pembinaan penyelenggaraan penataan ruang. Selama kurun waktu 2010-2012 DJPR telah

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 35


melakukan kegiatan pembinaan penataan ruang terhadap 33 Provinsi, 398 Kabupaten dan 93
Kota melalui kegiatan dekonsentrasi bidang penataan ruang di 32 Provinsi (di luar DKI Jakarta).
Upaya tersebut menghasilkan suatu capaian yang signifikan dengan realisasi capaian 96,79%
yaitu: 33 Provinsi, 394 Kabupaten, 85 Kota yang telah mendapatkan persetujuan substansi RTRW
oleh Menteri Pekerjaan Umum, yang selanjutnya akan dibahas dengan DPRD untuk proses
legislasi menjadi Perda. Pada tahun ini juga telah terbit 6 Perda RTRW Provinsi, 202 Perda RTRW
Kabupaten dan 56 Perda RTRW Kota.

Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 berikut adalah capaian IKU dan capaian output utama dari Ditjen Penataan
Ruang.

Tabel 2.3 Pencapaian IKU Ditjen Penataan Ruang

TARGET REALISASI 2
TARGET
TUJUAN SASARAN REVISI %
OUTCOME INDIKATOR IKU SATUAN RPJMN
KEMENTERIAN STRATEGIS RENSTRA 2010 2011 2012 2010-2012 CAPAIAN
2010-2014
2010-2014 1 3

Meningkatkan Terwujudnya Tercapainya Jumlah rencana Raperpres 83 9 25 10 44 118,91%


kualitas perumusan kesesuaian tata ruang
penyelenggaraan dan program pusat dan rencana
penataan pelaksanaan dan daerah terpadu program - KSN Perkotaan 7 5 4 2 11 157,14%
ruang untuk kebijakan dengan pengembangan
terlaksananya dan rencana infrastruktur jangka
pengembangan standarisasi tata ruang menengah pulau/ - KSN Pulau/ Kepulauan 7 4 3 0 7 -
wilayah dan teknis dalam rangka Kepulauan dan
pembangunan bidang pengembangan Kawasan Strategis
nasional serta penataan wilayah dan Nasional (KSN) - KSN non-perkotaan 7 RTR Pulau 69 18 8 26 86,66%
daerah yang ruang pembangunan
terpadu dan nasional serta 69 Perpres
sinergis bagi daerah, dan RPIIJM KSN 32 0 7 12 19 59,4%
terwujudnya terselesaikannya
ruang yang aman, norma, standar,
nyaman, produktif prosedur, dan - KSN Perkotaan 7 - 3 5 8 114,28%
dan berkelanjutan kriteria bidang
penataan ruang
sesuai peraturan - KSN Pulau/ Kepulauan 7 - 4 3 7 -
perundang-
undangan
- KSN non-perkotaan 18 - - 5 5 20%

Jumlah Provinsi / RTRW Provinsi


33 48 15 - 63 190,9%
Kabupaten / Kota (Persub Raperda)
yang mendapat
pembinaan
penyelenggaraan RTRW Kabupaten
109 398 48 21 91 160 40,20%
Penataan Ruang (Persub Raperda)

RTRW Kota
93 48 49 31 128 137,63%
(Persub Raperda)

Keterangan:
1) Permen PU Nomor 23/PRT/M/2010
2) LAKIP Ditjen Penataan Ruang Tahun 2010-2012
3) (%) Terhadap Target Revisi Renstra 2010-2014

36 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Capaian Total Capaian
Revisi Prakiraan
Kegiatan/Output RPJMN % % Target
No. Satuan Renstra Minimal
Utama 2010-2014 2010 2011 2012 2010-12 terhadap terhadap 2013
2010-2014 2014*
RPJMN RENSTRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pembinaan Manajemen Penyelenggaraan Penataan Ruang

KSN

6 KSN

12 25

102 58,82

7 85,71
7 1

17 47,06

2 Kota
SPM

756 32,01

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 37


Capaian Total Capaian
Revisi Prakiraan
Kegiatan/Output RPJMN % % Target
No. Satuan Renstra Minimal
Utama 2010-2014 2010 2011 2012 2010-12 terhadap terhadap 2013
2010-2014 2014*
RPJMN RENSTRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
3 Kota
PKPD
28 Kota 28 Kota 28 Kota
Pusaka

15 100

14 28,57

20 Kab
SPM

14

18 94,44

17 23,53

14
Kawasan)

38 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


2.2.2. Pengelolaan Sumber Daya Air

Indonesia memiliki cadangan air sebesar 3.221 milyar m³/tahun. Karena besaran tersebut, telah
menjadikan Indonesia sebagai negara dengan cadangan air terbesar ke-5 di dunia. Dari potensi
cadangan air sebesar 3.221 milyar m³/tahun, hanya sebanyak 691,3 milyar m³/tahunnya yang
dapat dimanfaatkan. Sebanyak 175,1 milyar m³/tahun dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan
domestik, perkotaan, industri serta irigasi. Sebesar 80,5% atau sebanyak 141 milyar m³/tahunnya
digunakan untuk kebutuhan air irigasi, 6,4 milyar m³/tahun untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga dan air perkotaan, serta 27,7 milyar m³/tahun dimanfaatkan untuk kebutuhan industri.
Keandalan penyediaan air baku juga terus dilakukan untuk meningkatkan fungsi dan kapasitas
tampungan air melalui kualitas operasi dan pemeliharaan, rehabilitasi maupun pembangunan
baru.

Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan dan konservasi waduk, embung, situ, serta bangunan
penampung air lainnya, pada kurun waktu 2010-2012, telah dilaksanakan pembangunan 11 waduk
yang 2 diantaranya telah selesai dibangun, serta pembangunan 312 embung/situ/bangunan
penampung lainnya. Upaya peningkatan kapasitas lainnya dilakukan dengan merehabilitasi 43
waduk dan 136 buah embung/situ, didukung oleh pengoperasian dan pemeliharaan sebanyak
411 buah waduk/embung/situ/bangunan penampung air lainnya, serta melakukan kegiatan
konservasi pada 10 kawasan sumber air. Sementara itu, dalam rangka pelaksanaan penyediaan
dan pengelolaan air baku, telah dilaksanakan pembangunan/peningkatan sarana/prasarana air
baku dengan kapasitas 29,85 m3/dt, serta pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dengan kapasitas
13,02 m3/dt.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 39


Adapun pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan terkait dengan jaringan irigasi, rawa
dan jaringan pengairan lainnya, telah dilaksanakan pembangunan/peningkatan jaringan irigasi
dan irigasi air tanah seluas 284.781 ha, serta jaringan reklamasi air rawa dan air tambak seluas
145.983 ha. Terkait dengan Operasi dan Pemeliharaan (OP) infrastruktur SDA yang telah dibangun,
OP dilaksanakan di 411 waduk/embung/situ/bangunan penampung lainnya dan juga sarana/
prasarana lainnya seperti sarana/prasarana penyediaan air baku (15,16 m3/detik), irigasi dan
rawa, pengendali lahar/sedimen, pengendali banjir dan pengaman pantai.

Walaupun demikian terdapat beberapa indikator pencapaian yang optimal, diantaranya luas
layanan jaringan tata air tambak yang direhabilitasi yang baru mencapai progress 22% dari target
175.000 ha dan embung/situ yang selesai direhabilitasi baru tercapai 46% dari target 136 embung/
situ/ bangunan penampung air lainnya.

Dengan demikian, fokus kegiatan dalam rangka penyelesaian Renstra yaitu:

a) Pencapaian target nasional surplus beras 10 juta ton beras tahun 2014;
b) Penyediaan air baku guna pencapaian target MDGs pada tahun 2015;
c) Infrastruktur tampungan air dalam rangka ketahanan air;
d) Pengendalian banjir dalam rangka pengamanan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi;
e) Dukungan irigasi tambak garam dan pengembangan peternakan dalam rangka ketahanan
garam dan daging;
f) OP prasarana SDA melalui networking yang kuat antara Pusat-Provinsi-Kabupaten/Kota;
g) Kesesuaian pola pengelolaan SDA WS dan RTRW;
h) Partisipasi Pemerintah Daerah (PemProv/PemKab) dalam pengadaan tanah; konflik sosial; dan
percepatan pemanfaatan;
i) Pengamanan pulau-pulau terluar dan kawasan perbatasan; dan
j) Percepatan pembangunan NTT, Papua dan Papua Barat.

Pencapaian kinerja Ditjen Sumber Daya Air dalam pelaksanaan program pengelolaan sumber
daya air tahun 2011 berdasarkan hasil pengukuran kinerja untuk Indikator Kinerja Utama (IKU)
dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Luas cakupan layanan jaringan irigasi dan rawa yang dibangun/ditingkatkan mempunyai
realisasi 136.759 ha (dibangun/ditingkatkan) dari target 104.200 ha (dibangun/ ditingkatkan);
b) Luas cakupan layanan jaringan irigasi dan rawa yang dioperasi dan dipelihara mempunyai
realisasi 3.183.594 ha dari target 2.944.332 ha;
c) Kapasitas tampung sumber air yang dibangun/ditingkatkan mempunyai realisasi 0,852 miliar
m3 dari target 1,07 miliar m3;
d) Kapasitas tampung sumber air yang dioperasi dan dipelihara mempunyai realisasi 5,141 miliar
m3, dari target 5,61 miliar m3;

40 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


e) Tingkat penyelenggaraan pengelolaan SDA terpadu tercapai realisasi 18 balai (penerapan
50%) dan 17 balai (penerapan 20%) dari target 14 balai (penerapan 50%) dan 17 balai
(penerapan 20%);
f) Debit air layanan sarana/ prasarana air baku untuk memenuhi kebutuhan domestik, perkotaan
dan industri yang dibangun/ ditingkatkan mencapai 8,60 m3/det dari target 7,43 m3/det dan
yang dioperasi dan dipelihara mencapai 13,17 m3/det dari target 7,18 m3/det; dan
g) Luas kawasan yang terlindung dari bahaya banjir melalui pembangunan/peningkatan sarana/
prasarana pengendali banjir mencapai realisasi 13.891 ha dari target 12.000 ha dan melalui
operasi dan pemeliharaan sarana/prasarana pengendali banjir seluas 7.140 ha.

Tabel 2.5 dan Tabel 2.6 berikut adalah capaian IKU dan capaian output utama dari Ditjen Sumber
Daya Air.

Tabel 2.5 Pencapaian IKU Ditjen Sumber Daya Air

TARGET REALISASI 2
TARGET
TUJUAN SASARAN REVISI %
OUTCOME INDIKATOR IKU SATUAN RPJMN
KEMENTERIAN STRATEGIS RENSTRA 2010 2011 2012 2010-2012 CAPAIAN
2010-2014
2010-2014 1 3

Meningkatkan Meningkatnya Meningkatnya Luas cakupan ha


keandalan layanan kinerja layanan jaringan (dibangun/ 129.380 1.050.000 123.080 136.759 143.835 403.674
sistem jaringan jaringan irigasi pengelolaan irigasi dan rawa ditingkatkan)
infrastruktur dan rawa SDA yang dibangun/ 153,7%
pekerjaan ditingkatkan dan ha
umum dan dioperasikan/ (dioperasikan/ 2.315.000 3.525.000 3.422.996 3.183.594 3.197.000 3.422.996
pengelolaan dipelihara dipelihara)
sumber daya
air untuk Meningkatnya Kapasitas tampung Miliar m3
meningkatkan keberlanjutan sumber air yang (dibangun/ 12 9,4 0,83 0,757 0,185 1,767
daya saing dan dibangun/ ditingkatkan)
melalui ketersediaan ditingkatkan dan 110,0%
pertumbuhan air untuk dijaga/ dipelihara Miliar m3
ekonomi me- menuhi (dioperasikan/ - 5,14 3,43 5,14
nasional, berbagai dipelihara)
ketahanan kebutuhan
pangan, Prosentase Balai
- 18 22 40
ketahanan pencapaian (penerapan 50%)
air dan penye- lenggaraan
100% - -
ketahanan pengelolaan SDA Balai
energi terpadu oleh balai- - 17 13 30
(penerapan 20%)
balai SDA

Debit air layanan m3/det


sarana/prasa- (dibangun/ 43,4 43,4 6,31 8,6 14,94 43,49
rana air baku ditingkatkan)
untuk memenuhi
kebutuhan domestik,
perkotaan dan 51,7%
industri yang m3/det
dibangun/ (dioperasikan/ 44,75 44,75 9,88 13,17 15,16 15,16
ditingkatkan dan dipelihara)
dioperasikan/
dipelihara

Berkurangnya Luas kawasan ha


luas kawasan yang terlindung (dibangun/ 12.000 137.695,57 182.526,57
yang terkena dari bahaya banjir ditingkatkan)
dampak banjir melalui sa- rana
dan prasarana
48.660 83.372 30.940 218,9%
pengendali banjir ha
yang dibangun/ (dioperasikan/ 7.140 476.391,86 476.391,86
diting- katkan dan dipelihara)
dioperasikan/
dipelihara

Keterangan:
1) Permen PU Nomor 23/PRT/M/2010
2) LAKIP Ditjen Sumber Daya Air Tahun 2010-2012
3) (%) Terhadap Target Revisi Renstra 2010-2014

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 41


Revisi Capaian Total Capaian Prakiraan
Kegiatan/ RPJMN Target
No.
Output Utama
Satuan
2010-2014
Renstra % terhadap % terhadap 2013
Minimal
2010-2014 2010 2011 2012 2010-12 2014***
RPJMN RENSTRA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

12 waduk
selesai
dibangun

182

42 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Revisi Capaian Total Capaian Prakiraan
Kegiatan/ RPJMN Target
No.
Output Utama
Satuan
2010-2014
Renstra % terhadap % terhadap 2013
Minimal
2010-2014 2010 2011 2012 2010-12 2014***
RPJMN RENSTRA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 43


Revisi Capaian Total Capaian Prakiraan
Kegiatan/ RPJMN Target
No.
Output Utama
Satuan
2010-2014
Renstra % terhadap % terhadap 2013
Minimal
2010-2014 2010 2011 2012 2010-12 2014***
RPJMN RENSTRA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

44 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


2.2.3. Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan

Berdasarkan data tahun 2012, dari panjang jalan nasional sebesar 38.569 km, tercatat kondisi
jalan mantap (2012) mencapai 90,8 % dan tidak mantap 9,2%. Dari kondisi permukaan jalan (2012),
jalan yang dalam kondisi baik dan sedang sebesar 58% dan 32%, sedangkan jalan dengan
kondisi rusak ringan dan rusak berat masing- masing 5,8% dan 3,4%. Untuk jalan provinsi, total
panjang jalan hingga akhir 2010 adalah 48.681 km, sedangkan total panjang jalan kabupaten
hingga akhir 2010 adalah 288.184 m.

Infrastruktur jalan tol yang telah terbangun sampai dengan tahun 2012 mencapai 814 km,
termasuk 774 km yang telah beroperasi. Panjang jalan tol tidak mengalami pertumbuhan signifikan
sejak dioperasikannya jalan tol pertama pada tahun 1978 yaitu Jalan Tol Jagorawi sepanjang 59
km. Sejak tahun 1987, swasta mulai ikut dalam investasi jalan tol dan telah membangun jalan tol
sepanjang 203,30 km. Sejumlah kendala investasi jalan tol memang masih terus menghambat yaitu
masalah pembebasan tanah, sumber pembiayaan, serta belum intensnya dukungan Pemerintah
Daerah.

Dalam kurun waktu 2010-2012, terkait dengan pelaksanaan preservasi dan peningkatan jalan
nasional, terdapat pembangunan jalan baru sepanjang 2.034,2 km (termasuk kawasan strategis,
perbatasan dan wilayah terluar dan terdepan), pembangunan jembatan baru sepanjang 26.008,67
m (termasuk kawasan strategis, perbatasan dan wilayah terluar dan terdepan) dan jalan bebas
hambatan yang telah terbangun sepanjang 25.05 km.

Tabel 2.7 berikut dibawah ini menjelaskan bagaimana capaian kondisi jalan nasional dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2012. Adapun penjelasan lebih detail mengenai capaian IKU dan
capaian output utama dari Ditjen Bina Marga dapat dilihat pada Tabel 2.8 dan Tabel 2.9.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 45


Tabel 2.7 Kondisi Jalan Nasional (2005-2012)

No Indikator Satuan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Baik m dan % 17.255,10 49,20 10.696,68 30,89 10.666,85 30,80 17.200,88 49,67 16.694,76 48,21 19.117,50 49,57 21.685,22 56,22 22.387 58,04

2 Sedang m dan % 11.005,92 31,40 17.283,41 49,91 17.805,14 51,42 11.620,20 33,56 13.092,78 37,81 14.452,55 37,47 12.148,50 31,50 12.643 32,78

3 Rusak Ringan m dan % 2.921,49 8,30 3.854,19 11,13 4.536,40 13,10 4.617,90 13,34 4.014,72 11,59 1.364,98 3,54 2.869,09 7,44 2.237 5,80

4 Rusak Berat m dan % 3.881,15 11,10 2.794,55 8,07 1.620,45 4,68 1.189,85 3,44 320,27 0,92 3.634,79 9,42 1.867,02 4,84 1.302 3,37

5 Lajur-
Lajur-m 74.930 76.590 78.780 82.190 84.648 - - -
Kilometer*

6 Volume Kend-m/
Pelayanan tahun 63,2 66,9 70,9 75,1 79,0 83,3 84,7 84,7
(Milyar)

7 Panjang Tol
m 649 656 664 688 697 742 770 774
(kumulatif)

8 Panjang
jalan yang
ditingkatkan m - - - - - 2.808 3.291,85 4.639
kapasitasnya
/ pelebaran

Panjang
9 jalan yang
m - - - - - 320 394,07 1.320,1
dibangun
baru

Keterangan:
* Lajur Kilometer tidak menjadi Indikator Kinerja Utama dalam Rencana Strategis Kementerian PU 2010-2014 Sub Bidang Jalan

Jalan Nasional sesuai Kepmen. PU No. 631/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan menurut
Statusnya sebagai Jalan Nasional : 38.569 km
Jalan Strategis Nasional Rencana sesuai Kepmen. PU No. 567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umum
Jaringan Jalan Nasional : 11.577 km
Jalan Tol beroperasi hingga semester II 2012 : 774 km
Jalan Provinsi hingga akhir 2011 : 53.642 km
Jalan Kabupaten hingga akhir 2011 : 404.395 km

46 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


90,50 90,50 94

3.291,9

1)
2)
3)
4)

5)

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 47


120,35

48 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Dalam rangka peningkatan fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah menuju 60% kondisi mantap,
Ditjen Bina Marga telah melakukan pembinaan teknis melalui penerbitan dan sosialisasi NSPK Jalan
Daerah, pemberian konsultansi teknis dan bimbingan teknis pengajuan DAK infrastruktur jalan.

Capaian target kinerja Direktorat Jenderal Bina Marga sampai dengan akhir tahun 2012, apabila
dibandingkan dengan target RPJMN 2010-2014 dengan asumsi pencapaian sampai dengan akhir
tahun 2012 sudah melebihi 60%, dengan kegiatan yang pencapaiannya sesuai dengan rencana
antara lain: pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan sebesar 88,89%, pemeliharaan rutin jembatan
(74,05%), penggantian jembatan (64,33%), pembangunan jalan baru sebesar 123%, pembangunan
jembatan baru sebesar 88,92%, pembangunan fly over/underpass/terowongan sebesar 94,95%,
pembangunan/pelebaran jalan di kawasan strategis, perbatasan, wilayah terluar dan terdepan
sebesar 107,99%, dan pembangunan/pelebaran jembatan di kawasan strategis, perbatasan,
wilayah terluar dan terdepan sebesar 79,91%.

Target capaian Direktorat Jenderal Bina Marga terhadap Revisi Renstra Kementerian PU 2010–
2014 hingga tahun 2012 adalah: pembangunan jalan baru sebesar 123%, pembangunan jembatan
baru sebesar 88,92%, peningkatan struktur dan/atau kapasitas sebesar 55,63%.

Khusus untuk kegiatan pembangunan jalan tol belum memberikan capaian yang cukup tinggi,
dari target RPJMN sepanjang 120,35 km (pendanaan oleh pemerintah), baru tercapai 25,05
km (20,81%) sesuai dengan capaian pembangunan jalan tol hingga tahun 2012. Sementara itu
apabila target revisi Renstra Kementerian PU 2010-2014 sepanjang 59,02 km dibandingkan dengan
capaian pembangunan jalan tol hingga tahun 2012 maka diperoleh persentase sebesar 42,44%.
Untuk pembangunan jalan tol dengan pendanaan swasta target yang ditetapkan sepanjang
1.296 km dan saat ini sedang dilakukan langkah percepatan dan diperkirakan sampai akhir tahun
2014 diprediksi mencapai 344,15 km, sehingga masih ada gap sepanjang 951,85 km, penyebab
dari tidak tercapainya target tersebut dikarenakan proses pembebasan tanah dan telatnya turun
Loan (NOL) untuk proyek-proyek multiyears.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 49


2.2.4. Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan program pembinaan dan pengembangan infrastruktur


permukiman pada Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagian besar indikator kinerja utamanya
telah melampaui sasaran yang telah ditetapkan. Namun apabila lebih jauh melihat indikator
ouput penting dan beberapa output perlu mendapat perhatian khusus, karena masih jauh di
bawah target capaian.

Selain itu dalam hal pelayanan air minum dengan IKU Peningkatan Jumlah Pelayanan Air
Minum, target Renstra 2010-2014 adalah peningkatan kapasitas sampai dengan 8.099 l/dt, target
ini ternyata diprediksi pada akhir tahun 2012 dapat dilampaui hingga 14.710 l/dt atau lebih besar
6.600 l/dt. Hal ini dapat dicapai dengan optimalisasi kegiatan untuk meningkatkan capaian kinerja
melalui alokasi dana APBN-P pada semester ke-2 tahun 2012. Keberhasilan pencapaian IKU ini
juga diperoleh melalui pembangunan SPAM di 820 IKK selama 5 tahun, dengan capaian target
sampai dengan akhir tahun 2012 sebanyak 540 IKK sampai dengan akhir tahun 2012 atau sebesar
66% dari total target.

Demikian halnya dengan sub bidang sanitasi, peningkatannya terjadi pada IKU peningkatan
jumlah pelayanan sanitasi yang sudah mencapai 1.032 kawasan dari total target Renstra sebesar
517 kawasan. Namun di sisi lain jumlah
kabupaten/kota yang mengembangkan
pelayanan sanitasi ini masih di bawah target
yaitu 310 kabupaten/kota dari target Renstra
479 kabupaten/kota.

Untuk pembinaan terhadap PDAM,


Ditjen Cipta Karya bersama dengan Badan
Pendukung Pengembangan SPAM (BPPSPAM)
telah menyelesaikan pembinaan sebanyak
644 laporan dari target sebanyak 1.045
laporan. Pencapaian kinerja ini merupakan
upaya keras dari Ditjen Cipta Karya dan
BPPSPAM dalam mendorong PDAM untuk
menjadi sehat sehingga mandiri dan mampu
untuk mengembangkan pelayanannya
melalui dana sendiri atau pinjaman komersial.
Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
pencapaian IKU maupun pencapaian RPJMN
pada tahun 2014 serta target MDGs.

Indikator lainnya yang cukup tinggi


capaiannya adalah IKU Peningkatan
Infrastruktur Permukiman Perdesaan/Kumuh/

50 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Nelayan dengan angka capaian di perkotaan sebanyak 10.948 kelurahan, sedangkan di perdesaan
22.521 desa, pencapaian output ini melebihi 100%. Adapun indikator kinerja utama yang belum
mencapai target namun masih dalam rentang kendali adalah Pembangunan Rusunawa. Capaian
pada akhir tahun 2012 mencapai 158 twinblock atau sekitar 63% dari target total sebanyak 250
twinblock. Demikian halnya dengan indikator kinerja utama revitalisasi kawasan permukiman dan
penataan bangunan, dimana kinerja yang tercapai sampai dengan akhir tahun 2012 sebanyak
222 kawasan dengan total target 159 kawasan.

Selain itu berdasarkan data hingga tahun 2012, dalam rangka pelaksanaan pengembangan
permukiman telah dibangun 158 twinblock rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya,
infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (RISE) di 237 kecamatan dan infrastruktur
perdesaan (PPIP) di 15.354 desa. Sedangkan untuk pelaksanaan penataan bangunan dan
lingkungan, pengelolaan gedung dan rumah negara telah dilaksanakan swadaya masyarakat
(P2KP) di 10.950 kelurahan/desa serta pelaksanaan pengembangan sanitasi dan persampahan
telah dibangun infrastruktur air limbah di 1.032 kawasan dan TPA sampah di 310 kab/kota. Dalam
rangka pelaksanaan pengembangan SPAM telah dibangun SPAM di 757 kawasan MBR, 540
IKK dan 328 kawasan khusus. Selain itu juga telah dilakukan infrastruktur kawasan permukiman

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 51


 8.099 2.934 6.164 6.898 15.996  197,5

235 531*) 102,7

62 98 92 252**) 162,5

124 314 168,8

10.948 10.948 10.930 10.925

13.190

4.650

1)
2)
3)

52 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Capaian Total Capaian
RPJMN Revisi
Kegiatan / Output % % Target Prakiraan
No. Satuan 2010- Renstra
Utama 2010 2011 2012 2010-12 terhadap terhadap 2013 Minimal 2014***
2014 2010-2014
RPJMN Renstra
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

411 870

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 53


Capaian Total Capaian
RPJMN Revisi
Kegiatan / Output % % Target Prakiraan
No. Satuan 2010- Renstra
Utama 2010 2011 2012 2010-12 terhadap terhadap 2013 Minimal 2014***
2014 2010-2014
RPJMN Renstra
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

124 314*

2.2.5. Pembinaan Konstruksi

54 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Di sisi lain, pengembangan sumber
daya manusia (SDM) konstruksi melalui
pelatihan berbasis kompetensi masih
menghadapi berbagai keterbatasan, di
antaranya terkait dengan ketersediaan
sarana dan prasarana, standar kompetensi
kerja, modul pelatihan, standar uji, serta
tenaga pelatih yang berkompetensi.
Nota kesepahaman antara Kementerian
Pekerjaan Umum, Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, dan LPJK tentang
penyelenggaraan pelatihan konstruksi
serta pencanangan Gerakan Nasional
Pelatihan Konstruksi (GNPK) diharapkan
dapat menggalang sumber daya yang
tersedia di tiap-tiap instansi terkait guna
mengatasi kendala yang dihadapi.
Dari target lima tahunan yang telah
ditetapkan sebanyak 75.000 orang,
hingga tahun 2011, pertumbuhan jumlah
tenaga ahli dan tenaga terampil sektor
konstruksi yang telah terlatih melalui dana
APBN mencapai 6.702 orang dan di luar
pencapaian APBN tersebut juga terdapat
pencapaian outcome melalui dana non-
APBN sebanyak 20.080 orang tenaga
kerja, sehingga total SDM jasa konstruksi
yang telah terlatih adalah 26.782 orang
dari target 30.000 orang (15.000 orang per
tahun). Dengan demikian, sisa target SDM
jasa konstruksi yang harus dilatih sampai
dengan TA 2014 sebanyak 48.218 orang.
Potensi pencapaian outcome tersebut
diperoleh melalui dana APBN dan non-
APBN melalui kerjasama pelatihan dan
uji sertifikasi dengan instansi-instansi
terkait. Instansi tersebut antara lain
berasal dari Kementerian Pendidikan
Nasional, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, serta Asosiasi-asosiasi jasa
konstruksi.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 55


Tabel 2.12 dan Tabel 2.13 adalah penjelasan mengenai capaian IKU dan capaian output utama
Badan Pembinaan Konstruksi.

Tabel 2.12 Pencapaian IKU Badan Pembinaan Konstruksi

REALISASI 2
TARGET TARGET
TUJUAN SASARAN INDIKATOR RPJMN REVISI %
OUTCOME SATUAN
KEMENTERIAN STRATEGIS IKU 2010- RENSTRA
2014 2010-2014 1 2010 2011 2012 2010-2012
CAPAIAN
3

Meningkatkan Meningkatnya Meningkatnya Jumlah


kapasitas kapasitas kapasitas provinsi dan Provinsi - 33 16 33 33 33 100,0
kelembagaan dan kinerja kelembagaan, kabupaten/
dan SDM pembina jasa SDM dan kota yang
aparatur dan konstruksi kebijakan terbina sesuai
pembinaan pusat dan pembina jasa dengan
konstruksi serta daerah konstruksi Pusat peraturan Kab/Kota - 330 160 140 78 378 114,5
penelitian dan dan Daerah perundang-
pengembangan undangan
bidang
pekerjaan Meningkatnya Jumlah SDM
umum dan kompetensi jasa konstruksi
permukiman SDM konstruksi yang terlatih
6.320 20.462
untuk sesuai standar
(sebanyak (sebanyak
meningkatkan kompetensi
1.894 4808 orang
kinerja kerja
orang - 75.000 orang dari dari APBN, 4.650 31.432 41,9
pelayanan nasional dan
APBN, non- non-APBN
bidang internasional
APBN 4.426 15.654
pekerjaan orang) orang)
umum dan jasa
konstruksi

Memberikan Tingkat daya


arah saing industri
pertumbuhan konstruksi na-
dan sional dalam
perkembangan skala global
konstruksi untuk
mewujudkan
Point
struktur usaha
Infrastructure - 5 0 6 -2 4 80,0
konstruksi yang
GCI
kokoh, andal,
berdaya saing
tinggi

Keterangan:
1) Permen PU Nomor 23/PRT/M/2010
2) LAKIP Badan Pembinaan Konstruksi Tahun 2010-2012
3) (%) Terhadap Target Revisi Renstra 2010-2014

56 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Tabel 2.13 Pencapaian Kinerja Output Utama Badan Pembinaan Konstruksi

Revisi Capaian Total Capaian Prakiraan


RPJMN Target
No. Kegiatan / Output Utama Satuan Renstra Minimal
2010-2014 % terhadap % terhadap 2013
2010-2014 2010 2011 2012 2010-12 2014*)
RPJMN Renstra

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

PROGRAM : PEMBINAAN KONSTRUKSI

PENYELENGGARAAN PELAYANAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI PEMBINAAN KONSTRUKSI

Jumlah Pembinaan laporan 0 39 4 8 21 33 0 84,62% 3 3


1 pembina jasa konstruksi
daerah
Jumlah Kerjasama laporan 0 23 7 4 6 17 0 73,91% 3 3
2 pembinaan konstruksi
dalam dan luar negeri
Jumlah Pemantauan dan laporan 0 23 4 4 8 16 0 69,57% 4 3
3 evaluasi pembinaan jasa
konstruksi
Jumlah Kajian pembinaan rekomendasi 0 25 4 2 8 14 0 56,00% 3 8
4
jasa konstruksi
Jumlah Diseminasi UU laporan 0 39 11 28 0 39 0 100,00% 0 0
& PP tentang Jasa
5
Konstruksi dalam rangka
Dekonsentrasi
Jumlah Konsultasi/ laporan 0 66 11 28 0 39 0 59,09% 12 15
Bimbingan Teknis
Pelaksanaan pembinaan
6
Jasa Konstruksi
Provinsi dalam rangka
Dekonsentrasi
Jumlah Pengembangan laporan 0 39 11 28 0 39 0 100,00% 0 0
Kelembagaan dan
Koordinasi pembinaan
7
Jasa Konstruksi di
Daerah dalam rangka
Dekonsentrasi
Jumlah Pengawasan laporan 0 65 10 28 0 38 0 58,46% 12 15
Teknis penyelenggaraan
8 pembinaan Jasa
Konstruksi dalam rangka
Dekonsentrasi
Jumlah NSPK pembinaan NSPK 0 10 0 4 2 6 0 60,00% 2 2
9
jasa konstruksi
Jumlah Promosi Konstruksi laporan 0 8 2 2 2 6 0 75,00% 1 1
10
Indonesia (KI)
Jumlah Dokumen program laporan 0 18 4 9 3 16 0 88,89% 1 1
11
dan anggaran;
Jumlah Dokumen laporan 0 16 2 3 9 14 0 87,50% 1 1
12 administrasi keuangan
(SAK)
Jumlah Dokumen IBKMN laporan 0 6 1 1 2 4 0 66,67% 1 1
13
(SABMN)
Jumlah Dokumen laporan 0 32 2 7 17 26 0 81,25% 3 3
14
kepegawaian/ ortala
Jumlah Pembinaan laporan 0 66 20 17 13 50 0 75,76% 8 8
15
kapasitas aparatur
Jumlah Sistem informasi sistem informasi 0 7 1 1 3 5 0 71,43% 1 1
16
manajemen jasa konstruksi
Jumlah Peliputan dan berita 0 10 2 1 2 5 0 50,00% 3 2
17 pemberitaan di media
massa

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 57


Revisi Capaian Total Capaian Prakiraan
RPJMN Target
No. Kegiatan / Output Utama Satuan Renstra Minimal
2010-2014 % terhadap % terhadap 2013
2010-2014 2010 2011 2012 2010-12 2014*)
RPJMN Renstra

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

PEMBINAAN USAHA DAN KELEMBAGAAN


Jumlah Pembinaan laporan 0 50 5 8 14 27 0 54,00% 16 7
1
manajemen usaha
Jumlah Pembinaan laporan 0 28 2 7 6 15 0 53,57% 6 7
2
sarana pendukung usaha
Jumlah Pembinaan laporan 0 34 2 14 5 21 0 61,76% 6 7
3 regulasi usaha dan
kelembagaan
Jumlah Pembinaan laporan 0 42 2 2 11 15 0 35,71% 20 7
4
perizinan usaha
Jumlah Pembinaan laporan 0 5 1 1 1 3 0 60,00% 1 1
5 lembaga dan asosiasi jasa
konstruksi Pusat
Jumlah Pembinaan laporan 0 134 2 33 33 68 0 50,75% 33 33
6 lembaga dan asosiasi jasa
konstruksi daerah
Jumlah Pembinaan laporan 0 23 5 4 2 11 0 47,83% 5 7
7
tatalaksana kelembagaan
Jumlah Pembinaan kinerja laporan 0 28 2 7 7 16 0 57,14% 4 8
8
kelembagaan
Jumlah Pemantauan, laporan 0 13 1 2 3 6 0 46,15% 5 2
evaluasi, dan pelaporan
9
pembinaan usaha dan
kelembagaan
Jumlah NSPK pembinaan NSPK 0 18 1 10 2 13 0 72,22% 1 4
10 dan pengembangan
usaha dan kelembagaan

Jumlah Produk kajian, rekomendasi 0 32 3 8 8 19 0 59,38% 7 6


11 pembinaan usaha dan
kelembagaan

PEMBINAAN SUMBER DAYA INVESTASI


Jumlah Norma, standar NSPK 0 12 0 3 2 5 0 41,67% 4 3
pedoman dan kriteria
pembinaan investasi
1
infrastruktur, material dan
peralatan, serta pasar dan
peningkatan daya saing
Jumlah Sosialisasi dan laporan 0 28 0 8 6 14 0 50,00% 7 7
diseminasi kebijakan,
2
strategi dan pola-pola
investasi
Jumlah Penyelenggaraan laporan 0 28 0 7 8 15 0 53,57% 7 6
3 fasilitasi investasi di bidang
infrastruktur
Jumlah Pembinaan laporan 0 28 0 7 8 15 0 53,57% 9 4
kebijakan dan strategi
pembinaan sumber daya
4
material dan peralatan
dalam mendukung
investasi infrastruktur
Jumlah Sosialisasi dan laporan 0 28 0 7 6 13 0 46,43% 8 7
diseminasi kebijakan,
strategi pembinaan dan
5
pengembangan sumber
daya material dan
peralatan konstruksi
Jumlah Pembinaan laporan 0 28 0 6 6 12 0 42,88% 8 8
6 produktivitas dan daya
saing industri konstruksi
Jumlah Pembinaan pasar laporan 0 28 0 6 8 14 0 50,00% 9 5
7
konstruksi dalam negeri

58 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Revisi Capaian Total Capaian Prakiraan
RPJMN Target
No. Kegiatan / Output Utama Satuan Renstra Minimal
2010-2014 % terhadap % terhadap 2013
2010-2014 2010 2011 2012 2010-12 2014*)
RPJMN Renstra

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jumlah Pengembangan laporan 0 16 0 2 3 5 0 31,25% 4 7
8
pasar konstruksi luar negeri
Jumlah Pembinaan laporan 0 28 0 10 6 16 0 57,14% 6 6
9
liberalisasi jasa konstruksi
Jumlah Monitoring dan laporan 0 27 0 8 8 16 0 59,26% 9 2
evaluasi serta pelaporan
10
pembinaan sumber daya
investasi konstruksi
Jumlah Produk kajian rekomendasi 0 28 0 8 7 15 0 53,57% 7 6
11 pembinaan sumber daya
investasi konstruksi

PEMBINAAN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI


Jumlah Pembinaan laporan 0 79 5 18 27 50 0 63,29% 22 7
1 kebijakan pengadaan
barang/jasa konstruksi
Jumlah Penyusunan laporan 0 14 6 2 2 10 0 71,43% 2 2
rekomendasi proses
2 pengadaan dan
tanggapan atas
sanggahan banding
Jumlah Pembinaan laporan 0 41 7 11 9 27 0 65,85% 7 7
3 Sistem Manajemen Mutu
Konstruksi (SMMK)
Jumlah Pembinaan laporan 0 48 1 8 20 29 0 60,42% 12 7
4 administrasi kontrak
konstruksi
Jumlah Pembinaan Sistem laporan 0 54 6 16 11 33 0 61,11% 14 7
Manajemen Keselamatan
5
dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Konstruksi
Jumlah Pemantauan, laporan 0 24 0 3 13 16 0 66,67% 6 2
evaluasi, dan
6 pelaporan pembinaan
penyelenggaraan
konstruksi
Jumlah Produk NSPK 0 14 1 3 3 7 0 50,00% 3 4
pengaturan pembinaan
7
penyelenggaraan
konstruksi
Jumlah Pembinaan laporan 0 14 5 2 4 11 0 78,57% 1 2
8
teknologi konstruksi
Jumlah Penerapan dan laporan 0 28 5 8 6 19 0 67,86% 2 7
9 pemberdayaan teknologi
konstruksi
Jumlah Pembinaan laporan 0 9 2 2 1 5 0 55,56% 2 2
10 standardisasi teknik
konstruksi
Jumlah Produk rekomendasi 0 26 5 6 4 15 0 57,69% 5 6
kajian pembinaan
11
penyelenggaraan jasa
konstruksi

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 59


Revisi Capaian Total Capaian Prakiraan
RPJMN Target
No. Kegiatan / Output Utama Satuan Renstra Minimal
2010-2014 % terhadap % terhadap 2013
2010-2014 2010 2011 2012 2010-12 2014*)
RPJMN Renstra

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI


Jumlah bakuan laporan 50 68 6 24 12 42 84% 61,76% 13 13
kompetensi konstruksi
(SKK, KPBK, MUK) yang
1
dikembangkan untuk
jabatan kerja bidang
keahlian
Jumlah Penyelenggaraan angkatan 5800 orang 215 7 30 16 53 22,84% 24,65% 20 142 ***)
pelatihan keahlian atau 232
2
konstruksi angkatan
**)

Jumlah Penyusunan laporan 0 10 0 3 3 6 0% 60% 3 1


program pelatihan dan
3
kerjasama keahlian
konstruksi (MRA)
Jumlah Penyusunan paket modul 40 36 1 4 17 22 55% 61,11% 6 8
4 modul pelatihan keahlian
konstruksi

Jumlah Penyelenggaraan angkatan 1250 orang 62 4 8 8 20 40% 32,26% 38 4 ***)


pelatihan untuk calon atau 50
5
pelatih (TOT) dan asesor angkatan
tenaga ahli konstruksi **)

Jumlah Produk NSPK 0 18 5 6 2 13 0% 72,22% 3 2


pengaturan pembinaan
6
kompetensi dan pelatihan
konstruksi
Jumlah bakuan paket 150 86 0 47 12 59 39,33% 68,60% 14 13
kompetensi konstruksi
(SKK, KPBK, MUK) yang
7
dikembangkan untuk
jabatan kerja bidang
keterampilan
Jumlah Kegiatan angkatan 31500 650 61 130 152 343 27,22% 52,77% 180 127 **)
pelatihan keterampilan orang
8 tukang, teknisi peralatan atau 1260
dan perbengkelan jasa angkatan
konstruksi **)

Jumlah Penyusunan laporan 0 21 6 6 3 15 0% 71,43% 3 3


program pelatihan
manajemen teknik (teknisi)
9 konstruksi, peralatan
dan perbengkelan,
serta program pelatihan
keterampilan konstruksi
Jumlah Penyusunan paket modul 80 58 7 16 21 44 55% 75,86% 6 8
kurikulum dan silabus
pelatihan manajemen
10
teknik (teknisi) konstruksi
dan pelatihan
keterampilan konstruksi
Jumlah Pembinaan laporan 0 57 10 12 22 44 0% 77,19% 8 5
kapasitas lembaga diklat
11 daerah/provinsi

Jumlah Kerjasama laporan 0 150 0 37 10 47 0% 31,33% 53 50


pelatihan/sertifikasi
keterampilan konstruksi
12
dengan SMK dan institusi
pendidikan vokasional
(diploma)

60 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Revisi Capaian Total Capaian Prakiraan
RPJMN Target
No. Kegiatan / Output Utama Satuan Renstra Minimal
2010-2014 % terhadap % terhadap 2013
2010-2014 2010 2011 2012 2010-12 2014*)
RPJMN Renstra

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jumlah Kerjasama laporan 0 55 0 22 0 22 0% 40% 17 16
pelatihan/sertifikasi
keterampilan konstruksi
13
dengan institusi diklat
swasta/masyarakat jasa
konstruksi
Jumlah Revitalisasi balai balai 10 47 7 7 10 24 240% 51,06% 12 11
14 peningkatan kemampuan
dan kompetensi konstruksi

Jumlah pemantauan, laporan 0 50 12 9 21 42 0% 84% 6 2


evaluasi, dan pelaporan
15
pembinaan kompetensi
dan pelatihan konstruksi
Jumlah Produk kajian rekomendasi 0 20 0 3 3 6 0% 30% 7 7
16 pembinaan kompetensi
dan pelatihan konstruksi
Jumlah Penyelenggaraan laporan Output ini dihapus seiring dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
kerjasama dengan
perguruan tinggi untuk
17 Nomor : 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum. Berdasarkan
program pemagangan
peraturan ini terjadi perubahan struktur organisasi pada Badan Pembinaan Konstruksi yang menghapus unit
dan pendidikan ahli
kerja Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi, sehingga output ini tidak lagi menjadi tugas fungsi
konstruksi
dari Badan Pembinaan Konstruksi
Jumlah Penyelenggaraan angkatan dihapus
pelatihan untuk calon
18 pelatih (TOT) dan asesor
teknisi dan keterampilan
konstruksi

Keterangan:
*) Belum memperhitungkan tantangan, kebutuhan baru dan perubahan lingkungan strategis
**) 1 angkatan = 25 orang
***) Pencapaian target sesuai RPJMN diupayakan melalui dana APBN dan Non-APBN
Kolom 13 = 5 - ( 9 + 12 )

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 61


Dari data LPJK tahun 2011, jumlah badan usaha jasa konstruksi mencapai 162.853 badan usaha.
Secara keseluruhan, populasi badan usaha jasa konstruksi didominasi badan usaha kualifikasi kecil,
yaitu 89,97%, kualifikasi menengah 9,36%, dan kualifikasi besar hanya sebesar 0,67%. Komposisi
jumlah badan usaha jasa konstruksi nasional ini menjadi salah satu penghambat terciptanya
struktur usaha yang diamanatkan Undang-Undang Jasa Konstruksi. Sebagaimana kita ketahui,
salah satu persyaratan utama terciptanya struktur usaha yang ideal adalah terjalinnya kemitraan
badan usaha jasa konstruksi yang efektif antar kualifikasi dan klasifikasi. Klasifikasi badan usaha
jasa konstruksi yang sebagian besar bersifat umum, dan belum berkembangnya usaha spesialis
menjadi salah satu penghambat tercapainya cita-cita Undang-Undang Jasa Konstruksi. Usaha
jasa konstruksi saat ini juga masih menghadapi berbagai permasalahan seputar lemahnya
penguasaan teknologi, sulitnya akses ke permodalan, masih sering terjadi kegagalan bangunan,
kegagalan konstruksi dan mutu konstruksi yang belum sesuai standar.

Asosiasi jasa konstruksi, hingga saat ini masih disibukkan oleh proses sertifikasi (verifikasi dan validasi
awal) anggotanya, dan belum sepenuhnya berperan sebagai motor penggerak peningkatan
kompetensi dan daya saing para anggotanya. Sementara itu, dari sisi pengembangan jasa

62 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


konstruksi, secara institusional, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) yang sesuai dengan
Undang-Undang Jasa Konstruksi dan peraturan perundangan pelaksananya telah terbentuk di
tingkat nasional dan 33 provinsi. Namun sampai dengan saat ini LPJK masih disibukkan dengan
pembentukan infrastruktur kelembagaannya seperti pembentukan unit sertifikasi badan usaha
dan tenaga kerja, serta penyelenggaraan registrasi penyedia jasa. Pelaksanaan tugas-tugas lain,
yaitu penelitian dan pengembangan jasa konstruksi, pendidikan dan pelatihan jasa konstruksi
serta arbitrase dan mediasimasih belum dilaksanakan secara optimal.

Dari sisi penyelenggaraan konstruksi, kesadaran hukum dalam penyelenggaraan pekerjaan


konstruksi masih perlu ditingkatkan, termasuk kepatuhan para pihak, yakni pengguna jasa dan
penyedia jasa, dalam pemenuhan kewajibannya serta pemenuhan terhadap ketentuan yang
terkait dengan aspek keamanan, keselamatan, kesehatan dan lingkungan, agar dapat mewujudkan
bangunan yang berkualitas dan mampu berfungsi sebagaimana yang direncanakan.

Terkait liberalisasi jasa konstruksi, melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994, Indonesia telah
meratifikasi berdirinya World Trade Organization (WTO) dan menjadi anggota dari 153 negara
anggota yang tercatat di WTO. Indonesia juga telah meratifikasi ASEAN Framework Agreement on

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 63


Services (AFAS) melalui Keppres Nomor 88 Tahun 1995.Seluruh kesepakatan dalam perundingan
WTO dan AFAS bersifat mengikat. Oleh karena itu Indonesia harus senantiasa aktif dalam setiap
perundingan liberalisasi jasa, termasuk jasa konstruksi yang diselenggarakan oleh WTO maupun
ASEAN serta forum perundingan liberalisasi regional lainnya. Liberalisasi jasa konstruksi akan menjadi
ancaman sekaligus peluang untuk perluasan pangsa pasar jasa konstruksi di luar negeri.

Kualitas pelayanan infrastruktur yang ada saat ini tidak memadai untuk mempertahankan
pertumbuhan dan daya saing ekonomi yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena realisasi
investasi infrastruktur hanya mencapai kurang dari setengah kebutuhan yang diperlukan. Kapasitas
fiskal tidak memungkinkan untuk mencukupi kebutuhan dana pembangunan infrastruktur,
bahkan hanya mampu menyumbangkan 1% dari PDB padahal dana yang diperlukan untuk
mempertahankan pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 5% dari PDB.

2.2.6. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan

Hasil Pencapaian output utama Badan Penelitian dan Pengembangan/Litbang PU hingga


tahun 2011 antara lain adalah: naskah Ilmiah sebanyak 171 yang terdiri dari (i) sub bidang sumber
daya air 20 Naskah ilmiah, (ii) sub bidang jalan dan jembatan 82 Naskah Ilmiah, (iii) sub bidang
permukiman 40 Naskah Ilmiah dan (iv) sub bidangsosekling 39 Naskah Ilmiah; Teknologi sebanyak
58 yang terdiri dari (i) sub bidang sumber daya air 18 teknologi, (ii) sub bidang jalan dan jembatan
9 teknologi dan (iii) sub bidang permukiman 31 teknologi; Model Fisik 23 yang terdiri dari (i) sub
bidang sumber daya air 7 Model Fisik, (ii) sub bidang jalan dan jembatan 7Model Fisik dan (iii) sub
bidang permukiman 10 Model Fisik; Model Sistem 93 yang terdiri dari (i) sub bidang sumber daya air
88 Model Sistem dan (ii) sub bidang permukiman 5 Model Sistem; R0 SPM 81 yang terdiri dari (i) sub
bidang sumber daya air 23 R0 SPM, (ii) sub bidang jalan dan jembatan 48 R0 SPM dan (iii) sub bidang
permukiman 10 R0 SPM; Prototipe 52 yang terdiri dari (i) sub bidang sumber daya air 6 Prototipe, (ii)
sub bidang jalan dan jembatan 12 Prototipe dan (iii) sub bidang permukiman 34 Prototipe; Kriteria
Desain14 yang terdiri dari (i) sub bidang jalan dan jembatan 9 Kriteria Desain dan (ii) sub bidang
permukiman 5Kriteria Desain; Naskah Kebijakan 15 yang terdiri dari (i) sub bidang sumber daya
air 5 Naskah Kebijakan, (ii)sub bidang jalan dan jembatan 1 Naskah Kebijakan, (iii) sub bidang
permukiman 4 Naskah Kebijakan dan (iv)sub bidang sosekling 5 Naskah Kebijakan; Prosiding DSP 17
yang terdiri dari (i) sub bidang sumber daya air4 Prosiding DSP, (ii) sub bidang jalan dan jembatan 3
Prosiding DSP, (iii) sub bidang permukiman 6 ProsidingDSP dan (iv) sub bidang sosekling 4 Prosiding
DSP; Prosiding ATSE 14 yang terdiri dari (i) sub bidang sumberdaya air 4 Prosiding ATSE, (ii) sub
bidang jalan dan jembatan 3 Prosiding ATSE, (iii) sub bidang permukiman 3Prosiding ATSE dan (iv)
sub bidang sosekling 5 Prosiding ATSE; 3 Manual yaitu Manual sub bidang sosekling, 2 Model yaitu
Model sub bidang sosekling dan 9 Pedoman yaitu Pedoman sub bidang sosekling.

Disamping itu pencapaian outcome Badan Litbang PU hingga tahun 2011 mencapai, sebagai
berikut: Prosentase IPTEK yang masuk bursa teknologi Balitbang PU sebesar 39.69%; Prosentase
Teknologi Tepat Guna yang digunakan stakeholders sebesar 19.39%; Prosentase Penambahan

64 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Tabel 2.15 Pencapaian Output Utama Badan Penelitian dan Pengembangan

Revisi Total % Prakiraan


Kegiatan / Output RPJMN Capaian % terhadap Target
No. Satuan Renstra Capaian terhadap Minimal
Utama 2010-2014 RPJMN 2013
2010-2014 Renstra 2014*
2010 2011 2012 2010-12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 65


Revisi Total % Prakiraan
Kegiatan / Output RPJMN Capaian % terhadap Target
No. Satuan Renstra Capaian terhadap Minimal
Utama 2010-2014 RPJMN 2013
2010-2014 Renstra 2014*
2010 2011 2012 2010-12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

66 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Revisi Total % Prakiraan
Kegiatan / Output RPJMN Capaian % terhadap Target
No. Satuan Renstra Capaian terhadap Minimal
Utama 2010-2014 RPJMN 2013
2010-2014 Renstra 2014*
2010 2011 2012 2010-12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 67


Revisi Total % Prakiraan
Kegiatan / Output RPJMN Capaian % terhadap Target
No. Satuan Renstra Capaian terhadap Minimal
Utama 2010-2014 RPJMN 2013
2010-2014 Renstra 2014*
2010 2011 2012 2010-12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

68 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Revisi Total % Prakiraan
Kegiatan / Output RPJMN Capaian % terhadap Target
No. Satuan Renstra Capaian terhadap Minimal
Utama 2010-2014 RPJMN 2013
2010-2014 Renstra 2014*
2010 2011 2012 2010-12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

2.2.7. Pengawasan Internal

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 69


2.2.8. Dukungan Manajemen Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum

70 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


 

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 71


Revisi Capaian Total Capaian
Prakiraan
Kegiatan / Output RPJMN Renstra Target
No. Satuan 2010- % terhadap % terhadap Minimal
Utama 2010-2014 2010- 2010 2011 2012 2013
12 RPJMN Renstra 2014*
2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

72 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Revisi Capaian Total Capaian
Prakiraan
Kegiatan / Output RPJMN Renstra Target
No. Satuan 2010- % terhadap % terhadap Minimal
Utama 2010-2014 2010- 2010 2011 2012 2013
12 RPJMN Renstra 2014*
2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

KEGIATAN : PENGEMBANGAN, PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN STRATEGIS BIDANG PU DAN LAINNYA
1 Jumlah laporan
dukungan terhadap
kawasan-kawasan
Laporan - 36 7 11 - 18 - 50 9 9
khusus dan pekerjaan
strategis bidang PU
lainnya
2 Jumlah laporan
pengendalian dan Laporan - 9 1 2 - 3 - 33,33 3 3
pelaksanaan RRI
3 Jumlah laporan
pelaksanaan
pelaksanaan anggaran Laporan - 57 - 1 - 1 - 1,75 28 28
secara elektronik yang
tepat waktu dan akurat

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 73


Revisi Capaian Total Capaian
Prakiraan
Kegiatan / Output RPJMN Renstra Target
No. Satuan 2010- % terhadap % terhadap Minimal
Utama 2010-2014 2010- 2010 2011 2012 2013
12 RPJMN Renstra 2014*
2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

12 50 3

12 4 8 50 2 2

18 4 12 66,66 3 3

10 2 2 2 6 60 2 2

18 2 4 4 10 55,56 4 4

193 7 40 40 87 45,07 54 52

74 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Revisi Capaian Total Capaian
Prakiraan
Kegiatan / Output RPJMN Renstra Target
No. Satuan 2010- % terhadap % terhadap Minimal
Utama 2010-2014 2010- 2010 2011 2012 2013
12 RPJMN Renstra 2014*
2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

25 10

20 22

10 22

Laporan 2 8 5 15 5 5

0 1 1 2 1 1

9 1 2 2 2

120 80

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 75


Revisi Capaian Total Capaian
Prakiraan
Kegiatan / Output RPJMN Renstra Target
No. Satuan 2010- % terhadap % terhadap Minimal
Utama 2010-2014 2010- 2010 2011 2012 2013
12 RPJMN Renstra 2014*
2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

KEGIATAN : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


1 Jumlah pembangunan
Unit - 4 1 1 - 2 - 50 1 1
dan rehabilitasi gedung
2 Jumlah perbaikan
Unit - 9 - 3 - 3 - 33,33 3 3
infrastruktur mendesak
KEGIATAN : PENYELENGGARAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BIDANG PU DAN PERMUKIMAN
1 Jumlah angkatan
Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan,
Kepemimpinan, Angkatan - 903 149 211 181 541 - 59,91 181 181
Teknis dan Fungsional
di Bidang PU dan
Permukiman
2 Jumlah dokumen
penyusunan kompetensi Dokumen - 36 - 9 9 18 - 50 9 9
Aparatur
3 Jumlah Dokumen
Materi dan Modul
Dokumen - 61 41 5 5 51 - 83,61 5 5
Diklat di Bidang PU dan
Permukiman
4 Jumlah Laporan
Peningkatan Kapasitas Laporan - 180 24 39 39 102 - 56,67 39 39
Penyelenggaraan Diklat
5 Jumlah Pembangunan
dan Rehabilitasi m2 - 23.030 12.643 2.887 2.500 18.030 - 78,29 2.500 2.500
Gedung
6 Jumlah unit Peralatan
dan Perlengkapan Unit - 1.400 193 578 200 971 - 69,36 210 219
Diklat
7 Jumlah laporan
Pembinaan progran
Sistem Informasi Diklat Laporan - 85 33 13 13 59 - 69,41 13 13
Aparatur
8 Jumlah laporan
Koordinasi program dan
Laporan - 14 6 2 2 10 - 71,43 2 2
kegiatan intra instansi
dan antar instansi
9 Jumlah Bulan Bulan
- 60 12 12 12 36 - 60 12 12
Pelayanan Publik layanan
KEGIATAN : PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA KEMENTERIAN PU
1 Jumlah laporan
pendataan dan Laporan - 39 1 6 8 15 - 38,46 12 12
penilaian aset BMN
2 Jumlah sertifikat dan - 293 20 23 (20 107 (100) - 71 72
dokumen pengamanan sertifikat + 3 sertifikat
Dokumen
kepemilikan dan dokumen) +7
pemrosesan BMN dokumen)

3 Jumlah pedoman
Pedoman - 17 3 3 4 10 - 58,82 4 3
pengaturan BMN

76 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Revisi Capaian Total Capaian
Prakiraan
Kegiatan / Output RPJMN Renstra Target
No. Satuan 2010- % terhadap % terhadap Minimal
Utama 2010-2014 2010- 2010 2011 2012 2013
12 RPJMN Renstra 2014*
2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
4 Jumlah laporan
pemanfaatan
Laporan - 6 2 0 0 2 - 33,33 1 3
pemindahtanganan
dan penghapusan BMN
5 Jumlah laporan
pemantauan
Laporan - 39 6 9 8 23 - 58,97 8 8
dan evaluasi
penatausahaan BMN
6 Jumlah sosialisasi,
pelatihan dan Angkatan - 57 6 10 14 30 - 52,63 12 15
diseminasi BMN
7 Jumlah laporan
Dokumen - 25 1 7 6 14 - 56 5 6
pengelolaan BMN
8 Jumlah sistem aplikasi
Unit - 9 3 3 1 7 - 77,77 1 1
dan Database
9 Jumlah dokumen
perencanaan dan Dokumen - 5 1 0 2 3 - 60 2 2
pengelolaan anggaran

 2.3. ISU DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS


2.3.1. Isu Strategis

ÆÆ

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 77


dengan kualitas penyediaan infrastruktur permukiman dan infrastruktur perkotaan
yang memadai, yang ditandai dengan masih banyaknya kawasan kumuh perkotaan,
kemacetan lalulintas dan tingginya PKL dan sektor informal;

• Berkurangnya luas kawasan hutan dan menurunnya proporsi RTH perkotaan di daerah
aliran sungai yang kritis;

• Perlunya upaya peningkatan efektifitas implementasi rencana tata ruang dalam proses
pembangunan;

• Dukungan terhadap pengembangan koidor ekonomi dalam rangka mendukung


Masteplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI);

• Dukungan penataan ruang dalam rangka pengembangan kawasan perbatasan dan


daerah tertinggal; dan

• Dukungan penataan ruang terhadap percepatan pembangunan di Papua, Papua Barat


dan NTT.

ÆÆ2.3.1.2. Isu Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air

• Pencapaian Target MDGs


Tuntutan pencapaian target MDGs untuk memberikan akses air minum aman bagi minimal
68% masyarakat Indonesia pada tahun 2015, mendorong pengembangan infrastruktur air
minum oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ini
merupakan tantangan tersendiri untuk Direktorat Jenderal SDA untuk dapat mendukung
penyediaan air baku bagi penyediaan air minum tersebut sebelum tahun 2015, melalui
pembangunan ataupun rehabilitasi sarana dan prasarana penyedia air baku.

• Kapasitas Tampung
Berdasarkan data World Bank (2003), kapasitas tampung per kapita di Indonesia masih
jauh dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Indonesia (52,31 m3/kapita)
hanya lebih tinggi sedikit dibandingkan Ethiopia (38 m3/kapita). Thailand, sebagai negara
tetangga di Asia Tenggara, sudah memiliki kapasitas tampung per kapita yang jauh
lebih tinggi (1.277 m3/kapita). Semakin meningkatnya jumlah penduduk mengindikasikan
semakin meningkatnya kebutuhan akan air. Untuk itu, perlu dilakukan upaya peningkatan
dan percepatan pembangunan waduk-waduk. Namun hal ini juga terkendala oleh proses
pelaksanaan pembangunan yang membutuhkan waktu cukup lama, ketersediaan lahan,
dan kesiapan desain. Pada tahun 2010-2012, realisasi penyelesaian waduk masih terlihat
sangat kecil sehingga perlunya percepatan pembangunan waduk.

• Ketahanan Pangan
Direktif Presiden untuk mencapai ketahanan pangan melalui pencapaian target surplus
beras 10 juta ton pada tahun 2014 merupakan tantangan tersendiri, tidak hanya bagi

78 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, namun juga bagi kementerian terkait, yaitu
Kementerian Pertanian. Dukungan tersebut tidak semata-mata dapat dipenuhi melalui
penyediaan infrastruktur air, namun juga perlu dukungan dari pihak lain.

Dalam rangka pencapaian target tersebut, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air merasa
perlu untuk lebih memfokuskan rehabilitasi jaringan dibandingkan dengan pembangunan
jaringan baru yang membutuhkan waktu cukup lama. Target rehabilitasi jaringan irigasi
yang semula 1,34 juta hektar difokuskan menjadi 1,7 juta hektar sebagai upaya kompensasi
pengurangan target pembangunan/peningkatan jaringan irigasi yang semula 500 ribu
hektar menjadi 425 ribu hektar.

ÆÆ2.3.1.3. Isu Strategis Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan

• Penguatan Konektivitas Nasional, pembangunan jalan lintas sebagai urat nadi transportasi
merupakan hal yang harus dilaksanakan dalam jangka panjang. Melalui mengintegrasikan
jaringan jalan di lintas utama 4 (empat) pulau besar, yaitu Lintas Timur Sumatera, Lintas
Pantai Utara Jawa, Lintas Selatan Kalimantan dan Lintas Barat Sulawesi saat ini masih belum
memadai dalam mendukung domestic connectivity, pertumbuhan ekonomi regional dan
nasional dan 11 (sebelas) ruas strategis di Papua masih sangat kurang dalam mendukung
pengembangan potensi wilayah;

• Mempertahankan Kecepatan moda transportasi masih banyaknya titik kemacetan


lalu-lintas pada jaringan jalan di perkotaan terutama di 8 (delapan) kota metropolitan
(Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar dan Makassar)
dan kota-kota non-metropolitan. Demikian pula jalan akses yang menghubungkan pusat-
pusat kegiatan nasional, seperti kawasan industri, pelabuhan laut (outlet) dan pelabuhan
udara yang masih mengalami kemacetan. Selain itu masih banyak jalan yang kondisinya
substandar tidak sesuai dengan peraturan perundangan jalan yang berlaku;

• Keselamatan jalan/safety, tingginya angka kecelakaan merupakan salah satu isu


kebijakan yang cukup strategis dalam penyelenggaraan jalan. Pada saat ini diperkirakan
tidak kurang dari 36.000 fatalitas terjadi setiap tahun akibat kecelakaan lalu-lintas yang
mana merupakan jumlah yang cukup tinggi disamping menggambarkan kematian yang
sia-­sia. Disadari bahwa hal ini terkait erat dengan kualitas prasarana jalan disamping
berbagai faktor lain seperti perilaku berkendara yang buruk, kurangnya rambu-­rambu lalu
lintas, faktor cuaca dan lainnya. Keselamatan jalan tidak hanya merupakan tanggung
jawab dari Ditjen. Bina Marga, tetapi juga Kementerian Perhubungan, Kepolisian dan
Pemerintah Daerah;

• Pembangunan Jalan Tol masih terkendala permasalahan lahan, kesiapan permodalan


dan kondisi jalan tol dengan kategori tidak layak secara finansial masih terhambat
pelaksanaannya sehingga memerlukan peran serta aktif badan usaha milik negara (BUMN).

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 79


Selain itu Jaringan jalan tol Trans Jawa (koridor Jakarta–Surabaya) dan jalan tol Trans
Sumatera (koridor Lampung-Medan) yang masih belum tersambung dalam mendukung
peningkatan pertumbuhan ekonomi;

• Pembangunan Jembatan saat ini sudah berjalan sesuai dengan rencana dan hasilnya
sebagian besar sudah baik, namun kondisi jembatan yang ada/sudah terbangun belum
mendapatkan perhatian khusus ini menyebabkan banyak jembatan mengalami penurunan
umur rencana, untuk itu perlu perhatian khusus dalam pemeliharaan secara rutin dan
berkala yang lebih serius, sehingga kondisinya dapat terjaga dan dapat beroperasi secara
optimal, disisi lain kondisi jembatan nasional yang ada saat ini usianya sudah diatas 50
tahun;

• Keterlambatan pembangunan jalan tol karena hambatan penyediaan tanah dan


keterbatasan pendanaan yang memerlukan peran serta aktif badan usaha milik negara
(BUMN) khususnya untuk jalan tol yang layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara
finansial;

• Kerusakan jalan akibat pembebanan berlebih (overloading) masih terjadi terutama pada
lintas Pantura Jawa dan lintas Timur Sumatera;

• Jaringan jalan di lintas utama 4 (empat) pulau besar, yaitu Lintas Timur Sumatera, Lintas
Pantai Utara Jawa, Lintas Selatan Kalimantan dan Lintas Barat Sulawesi masih belum
memadai dalam mendukung domestic connectivity, pertumbuhan ekonomi regional dan
nasional dan 11(sebelas) ruas strategis di Papua masih sangat kurang dalam mendukung
pengembangan potensi wilayah;

80 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


• PenyelenggaraanDanaPreservasi Jalan melalui pembentukan Kelembagaan & Struktur
Pendanaan dalam rangka menerapkan performance based contract (PBC);

• Walaupun pembangunan jalan baru kinerjanya melebihi dari target Renstra, tetapi masih
diperlukan pembangunan jalan baru karena adanya kebijakan khusus (new initiatives)
seperti MP3EI, UP4B dan KEK serta kebutuhan daerah akan pembangunan/peningkatan
struktur jalan daerah;

• Rendahnya aksesibilitas di daerah terisolasi dan terpencil, kawasan perbatasan dan di


pulau-pulau terdepan/terluar karena belum optimalnya integrasi jaringan jalan dengan
moda transportasi lainnya; dan

• Belum optimalnya Dana Alokasi Khusus (DAK) dalam rangka mendukung kinerja pelayanan
jalan daerah terkait dengan penguatan konektivitas antara jalan nasional dan daerah.

ÆÆ2.3.1.4. Isu Strategis Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

• Proporsi penduduk perkotaan yang bertambah


− Arus urbanisasi perkotaan mengalami peningkatan yang amat tajam;
− Saat ini penduduk perkotaan mencapai 50% dari total penduduk nasional;
− Diperkirakan pada tahun 2025 sebesar 68,3% penduduk Indonesia akan mendiami
kawasan perkotaan.

• Angka kemiskinan perkotaan yang masih tinggi


− Angka kemiskinan penduduk perkotaan mengalami kenaikan relatif tinggi akibat krisis
finansial lokal dan global;
− Saat ini sekitar 18% atau 21,25 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di kawasan kumuh
yang terletak di kawasan perkotaan dengan luas mencapai sekitar 54.000 hektar.

• Kota sebagai engine of growth


− Kota-kota besar dan menengah yang berjumlah 37 kota atau 9% dari total jumlah
daerah otonom mempunyai sumbangan 40% dari total Produk Domestik Bruto (PDB)
nasional;
− Sementara kota-kota besar saja yang hanya berjumlah 14 kota atau hanya 3,4% dari
total jumlah daerah otonom mampu menyumbang 30% dari total PDB nasional.

• Desentralisasi
− Persebaran kota di Indonesia saat ini lebih banyak terpusat di Pulau Jawa;
− di satu sisi, desentralisasi berhasil membawa pemerintah daerah dalam nuansa kompetisi
yang kondusif untuk mendorong pembangunan perkotaan di masing-masing daerah;
− di sisi lain, pembangunan yang ekspansif dan tidak terencana justru akan
membahayakan daya dukung kota, terutama di kota-kota besar dan metropolitan.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 81


• Kerusakan lingkungan hidup
− Meningkat dan tidak terkendalinya penggunaan ruang dan sumber daya alam di
permukaan, di bawah dan di atas tanah kawasan perkotaan.

• Daya saing kota dan demokratisasi


− di era globalisasi saat ini, kota-kota di Indonesia tidak hanya harus bersaing dengan
kota-kota di dalam negeri semata;
− Bentuk persaingan pun bergeser dari comparative advantages menuju era competitive
advantages.

• Perubahan iklim dan bencana alam


− Meningkatnya temperatur rata-rata bumi dan meningkatnya permukaan air laut
menimbulkan bahaya banjir;
− Posisi Indonesia yang berada di kawasan ring of fire memerlukan perencanaan
permukiman yang terarah dan berkelanjutan.

• Modal sosial
− Penduduk dan kekayaan bangsa merupakan potensi modal sosial;
− Jika aspek modal sosial tidak diperhitungkan, maka investasi yang dilakukan tidak
mendorong peningkatan kesejahteraan.

82 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


• Pengarusutamaan Gender
− Pengarusutamaan Gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan
gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional.
(Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional).

• Pemenuhan kebutuhan air minum dalam medukung MDGs


− Walaupun indikator output air minum diprediksi dapat tercapai, namun ditinjau dari
pencapaian indikator kinerja utama yaitu akses aman secara nasional (Target MDGs
2015 Proporsi penduduk terhadap air minum layak) sebesar 68,87 %, akan sulit dicapai
mengingat sampai dengan akhir tahun 2011 cakupan pelayanan akses air minum
aman nasional baru mencapai 55,04%.

− Hal ini terjadi karena dana pembangunan sistem pengembangan SPAM oleh
Pemerintah hanya sebagai stimulan di bagian hulu, sementara bagian hilir dari SPAM
harus dikembangkan dengan dana pemerintah daerah, PDAM, atau masyarakat.

− Disisi lain, BPPSPAM sebagai Badan Pendukung Pengembangan SPAM yang memiliki
tugas fungsi sebagaimana dalam Peraturan Menteri PU no 294/2005, harus lebih gigih
dalam melakukan pembinaan dan pendampingan untuk peningkatan kapasitas
pelayanan sekaligus peningkatan cakupan layanan melalui pola investasi KPS maupun
melalui pinjaman perbankan komersil.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 83


ÆÆ2.3.1.5. Isu Strategis Pembinaan Konstruksi

• Perlunya meningkatkan kompetensi SDM konstruksi Indonesia dalam skala nasional


maupun skala internasional. Kementerian Pekerjaan Umum perlu melakukan pelatihan
berbasis kompetensi yang mengacu pada standar kompetensi internasional bagi lulusan
perguruan tinggi yang akan bekerja di sektor konstruksi sehingga lulusannya memiliki
kompetensi berstandar internasional;

• Mendesaknya upaya peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) jasa konstruksi
menuju tenaga ahli dan tenaga terampil bidang konstruksi yang berdaya saing tinggi
sesuai SKKNI;

• Perlunya upaya peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelatihan yang mengacu
pada kebutuhan pelatihanberbasiskompetensi (kondisi prasarana dan sarana
pelatihan saat ini jauh tertinggal dibandingkan beberapa negara tetangga);

• Perlunya upaya peningkatan kualitas lembaga pelatihan dan lembaga uji/sertifikasi


dalam proses pelatihan dan sertifikasi dengan pendampingan instruktur dan asesor yang
berkualitas;

84 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


• Meningkatnya kebutuhan penerapan konsep sustainable/green construction yang
merupakan proses konstruksi yang menggunakan metode/konsep serta bahan bangunan
yang tepat, efisien dan ramah lingkungan di bidang pembangunan konstruksi dalam
rangka merespon pemanasan global;

• Lemahnya akses permodalan Badan Usaha Jasa Konstruksi dan belum adanya lembaga
pertanggungan untuk memberikan prioritas, pelayanan, kemudahan dan akses dalam
memperoleh jaminan pertanggungan risiko;

• Masih berlangsungnya praktik-praktik kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) dalam industri
konstruksi nasional dan perilaku bisnis jasa konstruksi masih menjadi sorotan publik sampai
saat ini. Kondisi ini telah membuat persaingan di industri konstruksi belum sepenuhnya ber-
dasarkan kompetensi dan profesionalisme, tetapi lebih berdasarkan pada kemampuan
negosiasi atau lobby, sehingga menyebabkan kualitas konstruksi tidak sesuai dengan
yang diharapkan;

• Pasar jasa konstruksi nasional masih terdistorsi akibat ketidakseimbangan antara supplydan
demand. Oleh karena itu perlu upaya pembinaan perusahaan jasa konstruksi melalui
penerapan kualifikasi/klasifikasi persyaratan kemampuan dalam pendirian badan usaha
jasa konstruksi;

• Mendesaknya upaya peningkatan kapasitas dan daya saing penyedia jasa konstruksi,
baik di pasar domestik, maupun di pasar internasional dalam merespon liberalisasi
perdagangan jasa konstruksi;

• Belum mantapnya implementasi otonomi daerah dengan belum diterapkannya


kebijakan penanaman modal langsung ke daerah sebagai instrumen desentralisasi dalam
mendorong perdagangan jasa konstruksi nasional;

• Masih adanya bias gender dalam proses pelaksanaan kegiatan sub bidang jasa konstruksi,
baik dari segiakses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya;

• Belum tersosialisasinya inovasi-inovasi pola pembiayaan investasi infrastruktur, khususnya


infrastrukturpekerjaan umum;

• Perlunya upaya mempertajam kebijakan dukungan Pemerintah dalam kerangkaPublic


Private Partnership (PPP) agar kebijakan yang ada dapat berjalan efektif; dan

• Perlunya mendorong dan memfasilitasi pemanfaatan sumber-sumber pendanaan investasi


infrastrukturyang tersedia.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 85


ÆÆ2.3.1.6. Isu Strategis Penelitian dan Pengembangan

• Inovasi iptek untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim global khususnya aspek-
aspek: (i) penggunaan atau pemanfaatan air baku untuk irigasi, air minum dan industri;
(ii) penghematan dan konsevasi air; (iii) penanggulangan daya rusak air; dan (iv)
pengendalian banjir di musim hujan dan frekuensi kebakaran di musim kemarau;

• Mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global, termasuk pencemaran udara yang
berasal dari sumber bergerak (kendaraan) maupun sumber tetap (tempat pembuangan
sampah, bangunan gedung, pabrik-pabrik) dan perlunya penyiapan peta kontribusi
infrastruktur terhadap pemanasan global;

• Optimalisasi pemanfaatan pilihan pilihan IPTEK infrastruktur PU dan permukiman siap


pakai oleh para stakeholders di pusat dan daerah, terutama untuk pemenuhan cakupan
pelayanan dasar dan percepatan penanganan kawasan tertinggal dan penataan
kawasan;

• Pemanfaatan potensi Perguruan tinggi dan asosiasi profesi/tenaga ahli untuk mempercepat
penyusunan, pemasyarakatan dan penerapan serta pengawasan pemanfaatan standar
bahan konstruksi bangunan dan rekayasa sipil;

• Masuknya teknologi luar melalui: (i) investasi modal asing; (ii) mekanisme pinjaman
lunak yang dikemas seolah-olah merupakan bantuan; (iii) persyaratan perjanjian pinjaman;
(iv) standardisasi; dan (v) lembaga litbang negara lain dalam mendukung proyek-proyek
internasional di Indonesia;

• Meningkatnya proteksi teknologi luar negeri dan perluasan pemasarannya di dalam


negeri yangdilakukan melalui mekanisme standardisasi produk dan diberlakukan di tingkat
regional; dan

• Meningkatnya pembajakan teknologi yang sedang dalam proses penelitian maupun yang
telah selesai diteliti sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK).

ÆÆ2.3.1.7. Isu strategis Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur

• Mengurangi Mengurangi kebocoran, meningkatkan kualitas infrastruktur dan mengayomi


pelaksana yang telahbekerja dengan baik dan benar;

• Peningkatan kualitas hasil pembangunan sarana dan prasarana bidang pekerjaan


umum danpermukiman agar sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan;

• Penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan


pembangunan sarana dan prasarana infrasruktur bidang pekerjaan umum dan

86 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


permukiman pada masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum;
dan

• Peningkatan sistem Pengendalian Internal di masing-masing unit kerja.

ÆÆ2.3.1.8. Isu strategis Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Isu Strategis Aspek Manajemen

• Diperlukan suatu sistem perencanaan dan pemograman berkelanjutan dengan


memperhatikan isu-isu strategis nasional seperti global warming;

• Peningkatan kualitas SDM aparatur sebagai public servant yang berpengaruh terhadap
kualitas institusi melalui penempatan pegawai berbasis kinerja yang didukung dengan
implementasi pemberian reward and punishment sebagai bentuk upaya pembentukan
sistem birokrasi yang transparan dan akuntabel;

• Pencapaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP);

• Kecepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai perubahan


lingkungan strategis (seperti tuntutan pengarusutamaan gender, pembangunan
berkelanjutan, pemanasan global dan perubahan iklim) membawa kompleksitas
permasalahan dalam bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, sehingga diperlukan
kecepatan antisipasi, kemampuan respon serta kompetensi yang memadai dari SDM
aparatur;

• Diperlukan ketersediaan informasi yang cepat dan akurat melalui penerapan dan
penggunaan tata naskah dinas elektronik (TNDE) dan sistem kearsipan elektronik (SKE)
sesuai dengan tuntutan reformasi birokrasi serta perlunya peningkatan penatausahaan
dan pengamanan fisik aset Sekretariat Jenderal;

• Masih terdapat peraturan perundang-undangan di Lingkungan Kementerian PU yang


belum disesuaikandengan tugas dan fungsi;

• Tata kelola infrastruktur jaringan komunikasi data dan informasi serta tata kelola sistem-
sistem informasiperlu diatur dalam bentuk kebijakan/regulasi (Kepmen, Permen dan
lainnya);

• Diperlukan upaya untuk melakukan inventarisasi, pencatatan dan pelaporan BMN secara
akurat, sertapengamanan dan pengelolaannya secara tertib;

• Diperlukan sinkronisasi dan koordinasi antar Satminkal yang lebih baik dalam penyampaian
informasi kepada masyarakat untuk meningkatkan citra positif Kementerian PU; dan

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 87


• Diperlukan penguatan peran fasiltasi dan koordinasi dalam tugas perencanaan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), pengembangan investasi dan kebijakan
khusus serta optimalisasi produk-produk kajian untuk pimpinan Kementerian yang sifatnya
early warning/pemecahan masalah yang mendesak.

Isu strategis aspek kelembagaan dan SDM

• Peningkatan fleksibilitas penyelenggaraan ke-PU-an dengan kapasitas inovasi dan


kreativitas yangmasih terbatas;
• Perlunya perhatian pada aspek pemanfaatan dan pengembangan asset dalam kegiatan
pengelolaan infrastruktur, selain pada aspek pembangunan; dan
• Koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah ke depan
akan semakin penting dalam menentukan keberlangsungan pengelolaan infrastruktur
dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan infrastruktur di daerah.

2.3.2. Perubahan Lingkungan Strategis

Memasuki tahun ketiga, dalam pelaksanaan Renstra Kementerian, telah terjadi banyak
perubahan lingkungan strategis dan konstelasi kebijakan, termasuk diantaranya terdapat
Direktif Presiden serta Inisiatif BaruPresiden (new initiatives) yang melengkapi substansi Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010–2014. Adapun evaluasi pelaksanaan Renstra
sampai dengan tahun ketiga, menunjukkan hasil bahwa kebutuhan penajaman dan penyesuaian
arah pembangunan pada 2 (dua) tahun terakhir Renstra yaitu tahun 2013-2014 perlu untuk
dilakukan. Diantara kebijakan baru tersebut adalah sebagai berikut:

ÆÆ2.3.2.1. Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
MP3EI merupakan penajaman dan perluasan dokumen RPJMN tahun 2010 – 2014 yang dimuat
dalam RKP tahun 2011 – 2012 yang bertujuan untuk meningkatkan peran swasta secara
lebih luas dalam melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi 5–15 tahun
mendatang. Fokus MP3EI terdiri dari 8 (delapan) program utama yang meliputi: sektor industri
manufaktur, pertambangan, pertanian, kelautan, pariwisata, telekomunikasi, energi dan
pengembangan kawasan strategis nasional. Program utama tersebut selanjutnya dijabarkan
dalam 22 (dua puluh dua) kegiatan utama, yaitu: industri besi-baja, makanan- minuman, tekstil,
peralatan transportasi, perkapalan, perkayuan, nikel, tembaga, bauksit, kelapa sawit, karet,
kakao, peternakan, perikanan, food estate, pariwisata, telematika, batubara, alutsista, minyak
dan gas, serta pengembangan Metropolitan Jabodetabek dan pembangunan Kawasan Selat
Sunda.

88 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


Pengembangan MP3EI dilakukan dengan pendekatan terobosan (breakthrough) dengan
cara pertama, pihak swasta akan diberikan peran penting dalam pengembangan MP3EI,
sedangkan pihak pemerintah akan berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan katalisator. Dari
sisi regulasi, Pemerintah akan melakukan deregulasi (debottlenecking) terhadap regulasi yang
menghambat pelaksanaan investasi di 8 (delapan) program utama.

Secara umum daftar kegiatan MP3EI per koridor dapat dilihat pada Lampiran 2.

ÆÆ2.3.2.2. Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)


Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) 2011 –
2025 merupakan perluasan kebijakan yang afirmatif (ada keberpihakan) penanggulangan
kemiskinan, terutama dalam mendukung MP3EI. MP3KI diarahkan untuk mendorong perwujudan
pembangunan yang lebih inklusif dan berkeadilan, khususnya bagi masyarakat miskin dan
marjinal sehingga dapat terlibat langsung dan menerima manfaat dari pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi yang pro-growth, pro-poor,
pro-job danpro-environment.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 89


ÆÆ2.3.2.3. Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Papua dan
Papua Barat yang dilanjutkan dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2011 tentang
Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat bertujuan untuk mendorong percepatan
pembangunan dengan mengefektifkan koordinasi, sinergi dan harmonisasi program dan
kebijakan antarsektor dan pusat-daerah yang dilakukan oleh kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah. Adapun tujuan umum percepatan pembangunan Papua dan Papua
Barat adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua dan Papua Barat yang
dicapai melalui strategi antara lain: pendekatan sosial ekonomi, yakni peningkatan hasilguna
dan dayaguna pelayanan publik seperti di bidang infrastruktur dasar.

ÆÆ2.3.2.4. Peningkatan Ketahanan Pangan


Program peningkatan ketahanan pangan dimaksudkan untuk mengoperasionalkan
pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem ketahanan pangan baik di tingkat
nasional maupun ditingkat masyarakat. Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang
berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein
lemak dan vitamin serta mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.
Ketahanan pangan diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup,
tersedia setiap saat di semua daerah, mudah memperoleh, aman dikonsumsi dan harga yang
terjangkau. Hal ini diwujudkan dengan bekerjanya sub sistem ketersediaan, sub sistem distribusi
dan sub sistem konsumsi. Adapun tujuan dari program ketahanan pangan diantaranya adalah
meningkatnya ketersediaan pangan, mengembangkan diversifikasi pangan, mengembangkan
kelembagaan pangan dan mengembangkan usaha pengelolaan pangan.

ÆÆ2.3.2.5. Penanganan Transportasi Kota-kota Besar


Pengembangan transportasi perkotaan difokuskan untuk melanjutkan pengembangan
angkutan umum masal di kota-kota besar baik yang berbasis rel maupun berbasis jalan. Untuk
pengembangan angkutan umum masal berbasis rel, akan dimulai konstruksi MRT (Mass Rapid
Transit) Tahap I (rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia) dalam rangka memenuhi target
pengoperasian pada November 2016 serta dimulainya pembangunan double-double track
kereta api lintas Manggarai-Cikarang. Sedangkan untuk pengembangan angkutan umum
masal berbasis jalan dititik-beratkan pada kelanjutan pengembangan BRT (Bus Rapid Transit),
di antaranya adalah rencana mulai beroperasi BRT di Kota Surabaya, Makasar dan Medan
serta peningkatan kinerja pengoperasian BRT di Kota Bandung, Palembang dan Solo melalui
penambahan rute dan armada, pembangunan halte BRT maupun pengembangan ATCS (Area
Traffic Control Systems) serta pengembangan sistem pengumpan (feeder) BRT di Bodetabek
(Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi).

90 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


ÆÆ2.3.2.6. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu. Adapun fungsinya adalah untuk melakukan pengembangan
usaha di bidang perdangangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi,
maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata dan bidang lain. Sesuai dengan
hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor,
logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata dan energi yang kegiatannya dapat
ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

ÆÆ2.3.2.7. Ekonomi Kreatif


Beberapa tahun mendatang, ekonomi kreatif diperkirakan akan menjadi tren dan akan
mewarnai ragam pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia, termasuk diantaranya adalah
Indonesia. Menghadapi pertumbuhan dan perubahan tersebut, Indonesia, dengan ragam
potensinya yang berlimpah, dituntut mampu untuk menghadapi arus tantangan perubahan
tersebut. Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009, tentang Pengembangan
Ekonomi Kreatif, Indonesia diprediksikan akan mampu menjawab tantangan perubahan yang
dimaksud, yaitu dengan memaksimalkan nilai tambah produk barang maupun jasa yang
mengedepankan keberlanjutan kehidupan dan peradaban manusia. Dokumen ini merangkum
rencana aksi yang dicanangkan oleh Kementerian PU untuk mendukung pengembangan
ekonomi kreatif dalam bidang pemerintahan yang ditangani Kementerian PU (sesuai dengan
tugas dan fungsi dalam Perpres Nomor 24 tahun 2010), serta penugasan spesifik dari Presiden
kepada Menteri PU dalam pengembangan ekonomi kreatif (sesuai Inpres Nomor 6 tahun
2009).

 2.4. Tantangan yang dihadapi


2.4.1. Penyelenggaraan Penataan Ruang

Tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan penataan ruang antara lain sebagai
berikut.

• Menyelesaikan dan melengkapi peraturan operasionalisasi Undang–Undang Nomor 26 Tahun


2007 tentang Penataan Ruang, yaitu Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan
Menteri berupa norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) di bidang penataan ruang untuk
mendukung implementasi penataan ruang di lapangan;

• Melakukan percepatan penyelesaian Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang


Pulau/Kepulauan, Kawasan Strategis Nasional, serta Perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 91


sesuai dengan amanat Undang–Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Recana Tata Ruang Wilayah Nasional, serta
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

• Melakukan pembinaan penataan ruang, khususnya dalam rangka peningkatan kapasitas


kelembagaan serta peningkatan kemampuan aparat perencana maupun pelaksana
pengendalian pemanfaatan ruang, baik di tingkat pusat maupun di daerah, untuk menjamin
pelaksanaaan RTR yang semakin berkualitas serta dalam rangka pengendalian pemanfaatan
ruang yang efektif;

• Meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang terutama


melalui dukungan sistem informasi dan monitoring penataan ruang di daerah untuk mengurangi
terjadinya konflik pemanfaatan ruang antar sektor, antar wilayah dan antar pemangku
kepentingan;

• Meningkatkan efektivitas pengendalian pemanfaatan ruang melalui penetapan peraturan


zonasi, perijinan dan pemberian insentif serta pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;

• Melakukan pengawasan penyelenggaraan penataan ruang baik di tingkat pusat dan daerah
dalam rangka menjamin kesesuaian antara rencana tata ruang dan implementasinya;

• Menjadikan penataan ruang sebagai acuan pelaksanaan pembangunan di pusat dan


daerah;

• Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kualitas SDM aparat di bidang penataan ruang;
dan

• Penanganan konflik antar sektor dan pemekaran wilayah administrasi.

2.4.2. Pengelolaan Sumber Daya Air

Tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan infrastruktur sumber daya air antara lain
adalah sebagai berikut.

• Penurunan daya dukung SDA, baik untuk air permukaan maupun air tanah sebagai dampak
dari laju deforestasi dan eksplorasi air tanah yang berlebihan yang telah menyebabkan land
subsidence dan intrusi air asin/laut;

• Keseimbangan/neraca air antara jumlah kebutuhan air di berbagai sektor kehidupan dan
potensi kelebihan sumber daya air yang berlimpah dimusim hujan selama 5 bulan;

• Laju alih fungsi lahan pertanian beririgasi yang rata-rata terjadi ± 100.000 ha atau berkisar
1,4% per tahun;

92 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


• Pengelolaan resiko guna memperkecil kerugian yang diakibatkan oleh daya rusak air seperti
banjir, lahar dingin, kekeringan, serta abrasi pantai dan pengaruh menurunnya kapasitas
sumber air akibat sedimentasi;

• Dampak negatif perubahan iklim global, khususnya banjir, kekeringan dan kenaikan muka air
laut; dan

• Kualitas SDM dalam pengelolaan SDA terpadu berbasis teknologi informasi.

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam pencapaian target-target Renstra adalah:

• Operasi dan Pemeliharaan (OP) Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT), yang hingga tahun 2012 baru
mencapai 20,93% target;

• Rehabilitasi Jaringan Tata Air Tambak, yang hingga tahun 2012 baru mencapai 21,74% dari
target; dan

• Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Pengamanan Pantai, yang hingga tahun 2012 baru
mencapai 19,82% dari target.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 93


2.4.3. Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan

Tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan jalan dan jembatan antara lain sebagai
berikut.

• Pemenuhan kebutuhan prasarana jalan yang berbasiskan pada tata ruang dan sistem
transportasi nasional harus memenuhi standar keselamatan jalan dan berwawasan lingkungan
dalam menunjang sektor riil, pusat kegiatan ekonomi kreatif, domestic connectivity dan sistem
logistik nasional dalam rangka pencapaian MDGs;

• Meningkatkan kesadaran masyarakat pengguna maupun pemanfaat jalan dalam


memanfaatkan prasarana jalan yang tersedia;

• Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan serta operasi dan
pemeliharaan prasarana jalan untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap prasarana jalan
yang ada;

• Menjaga integrasi nasional melalui sistem jaringan jalan nasional, keseimbangan pembangunan
antar wilayah terutama percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI), daerah
tertinggal, daerah perbatasan, serta mengurangi kesenjangan dalam pulau maupun antara
kota dan desa;

• Mempertahankan perandan fungsi prasarana jaringan jalan sebagai pengungkit dan


pengunci dalam pengembangan wilayah diantara berbagai gangguan bencana alam,

94 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


maupun kesalahan penggunaan dan pemanfaatan jalan, disamping juga memenuhi
kebutuhanaksesibilitas kawasan produksi dan industri serta outlet;

• Mengantisipasi pertumbuhan prosentase kendaraan dibandingkan jalan yang telah mencapai


11: 0,4 (pendekatan demand approach) yang terus akan mengalami peningkatan, terutama
pada lintas utama dan wilayah perkotaan khususnya 8 (delapan) kota metropolitan;

• Meningkatkan keterpaduan sistem jaringan transportasi dan penyelenggaraan secara umum


jalan daerah di tengah-tengah desentralisasi dan otonomi daerah dan situasi kelembagaan
penyelenggaraan jalan yang masih memerlukan perkuatan terutama dalam menyiapkan
produk-produk pengaturan, fasilitasi jalan daerah dan meningkatkan akuntabilitas kinerja
penyelenggaraan jalan;

• Mengupayakan pengarusutamaan jender dalam proses pelaksanaan kegiatan sub-bidang


jalan, baikdari segi akses, kontrol, partisipasi maupun manfaatnya;

• Mengantisipasi kompetisi global baik dari segi SDM maupun kesempatan expansi dengan
meningkatkan daya kompetisi yang terukur dalam GCI (Global Competitiveness Index) dan
LPI (Logistic Performance Index);

• Meningkatkan alternatif pembiayaan dan pola investasi jalan, salah satunya melalui
pembentukan unit pengelola dana preservasi jalan sekaligus memperkenalkan insentif
pemeliharaan jalan bagi Pemda; dan

• Mengupayakan penyelesaian masalah pengadaan tanah untuk pembangunan jalan dan/


atau pelebaran jalan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 95


2.4.4. Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

Tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman antara lain sebagai
berikut.

• Perlunya menetapkan target-target kinerja yang lebih jelas untuk meningkatkan kinerja TPA
yang berwawasan lingkungan dikota metropolitan/besar;

• Meningkatkan keterpaduan penanganan drainase dari lingkungan terkecil hingga wilayah


yang lebih luas dalam satu wilayah administrasi maupun antar kabupaten/kota dan provinsi;

• Makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan menuntut pelayanan


sanitasi yang sesuai dengan kriteria kesehatan dan standar teknis;

• Memperluas akses pelayanan sanitasi dan peningkatan kualitas fasilitas sanitasi masyarakat
yang berpengaruh terhadap kualitas kehidupan dan daya saing sebuah kota dan sebagai
bagian dari jasa layanan publik dan kesehatan;

• Mendorong dan meningkatkan keterlibatan dunia usaha (swasta) dalam pendanaan


pembangunan prasarana air minum;

• Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam penyediaan air minum baik dalam


pengolahan maupun pembiayaan penyediaan air minum;

• Memenuhi backlog perumahan sebesar 6 juta unit sebagai akibat dari terjadinya penambahan
kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru, rata-rata sekitar 820.000 unit rumah
setiap tahunnya;

• Meningkatkan keandalan bangunan baik terhadap gempa maupun kebakaran melalui


pemenuhanpersyaratan teknis dan persyaratan administrasi/perizinan;

• Meningkatkan kesadaran masyarakat agar dalam membangun bangunan gedung


memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga dapat meminimalkan terjadinya banjir,
longsor, kekumuhan dan rawan kriminalitas;

• Mendorong penerapan konsep gedung ramah lingkungan (green building) untuk


mengendalikan penggunaan energi sekaligus mengurangi emisi gas dan efek rumah kaca
dalam kerangka mitigasi dan adaptasi terhadap isu pemanasan global;

• Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang khususnya pemanfaatan ruang bagi


permukiman;

• Menyelaraskan pertumbuhan pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah dan


kecil mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional;

• Melanjutkan program pengembangan kawasan agropolitan;

96 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


• Peningkatan kesadaraan masyarakat
terhadap isu gender dalam pelaksanaan
kegiatan sub-bidang jalan, baik dari
segi akses, kontrol, partisipasi, maupun
manfaatnya;

• Pada akhir tahun 2014 diperkirakan lebih


dari separuh penduduk Indonesia akan
tinggal di perkotaan sebagai akibat
laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per
tahun dan secara terus menerus telah
melahirkan dynamic phenomenon of
urbanization. Proses ini berakibat pada
semakin besarnya suatu kawasan
perkotaan, baik dalam hal jumlah
penduduk maupun besaran wilayah.
di sisi lain seiring dengan otonomi
daerah (kota) yang semakin menguat
membawa dampak pula pada “egoisme
kedaerahan” yang semakin tinggi dan
disertai kekuatan-kekuatan pasar (swasta)
yang terus memperlihatkan dominasinya
sehingga membawa dampak pada
kecenderungan perkembangan dan
pola penyebaran permukiman yang
semakin sulit diantisipasi;

• Luas kawasan permukiman kumuh


yang mencapai 54.000 ha pada tahun
2004 menjadi 57.800 ha pada akhir
tahun 2009. di sisi lain, penanganan
kawasan tertinggal, pengembangan
desa potensial melalui agropolitan dan
perencanaan pengembangan kawasan
permukiman baik skala kawasan maupun
perkotaan belum mencapai sasaran
yang diharapkan;

• Target pencapaian pembangunan


perdesaan potensial melalui agropolitan
pada tahun 2005-2009 adalah 347
kawasan, namun baru tercapai pada
331 kawasan.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 97


2.4.5. Pembinaan Konstruksi

Tantangan yang dihadapi dalam pembinaan konstruksi antara lain sebagai berikut.

• Adanya mandat terhadap Badan Pembinaan Konstruksi (BPKonstruksi) Kementerian PU


sebagai pembina jasa konstruksi nasional untuk memenuhi amanat Undang-Undang Nomor
18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Pemerintah perlu terus meningkatkan pembinaan jasa
konstruksi dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, maupun pengawasan sejalan dengan
meningkatnya perhatian dan harapan berbagai pihak terhadap jasa konstruksi;

• Pembinaan jasa konstruksi selama ini masih dipersepsikan secara sempit sebagai bagian dari
tugas Kementerian PU semata dan belum menjadi tanggung jawab semua pihak sesuai tugas
dan kewenangannya;

• Meningkatnya perhatian pemerintah daerah terhadap pembinaan jasa konstruksi sebagai


tindak lanjut Surat Edaran Mendagri No.601 tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi di Daerah dengan membentuk Tim Pembina Jasa Konstruksi daerah (TPJKD);

• Unit struktural pembina jasa konstruksi daerahyangtelahterbentukbelumseluruhnya efektif.


Hal ini terjadi di antaranya karena belum adanya pedoman pembinaan dan petunjuk teknis
mengenai pembentukan unit struktural pembina jasa konstruksi. Asosiasi konstruksi juga masih
lebih cenderung mengutamakan kepentingan-kepentingan jangka pendek kelompok
masing-masing;

• Forum jasa konstruksi belum efektif dalam menumbuhkembangkan usaha jasa konstruksi
nasional serta memberi masukan bagi Pemerintah dalam menyelenggarakan pembinaan jasa
konstruksi;

• Perlunya memperkuat pasar konstruksi dan meningkatkan profesionalisme industri konstruksi.


Termasuk perlunya memperkuat para pelaku usaha konstruksi kecil dan menengah dalam
penguasaan teknologi dan akses permodalan Badan Usaha Jasa Konstruksi;

• Masih seringnya terjadi kegagalan bangunan dan mutu konstruksi yang tidak sesuai standar
teknis yang di antaranya disebabkan oleh lemahnya pengawasan dan belum konsistennya
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (SMK3 Konstruksi)
serta Sistem Manajemen Mutu Konstruksi (SMM Konstruksi) yang belum berjalan secara
konsisten;

• Belum efektifnya beberapa kebijakan percepatan investasi swasta beserta dukungan


Pemerintah yangdapat disediakan;

• 60% pasar jasa konstruksi Indonesia dikuasai oleh kontraktor asing yang jumlahnya sedikit,
terutama di sektor migas. Sementara itu, 145 ribu kontraktor di Indonesia memperebutkan
40% pangsa pasar jasa konstruksi nasional yang umumnya disediakan pemerintah (APBN dan
APBD);

98 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN



Menghadapi AEC 2015 perlu terus didorong pelaku Gerakan Nasional Pelatihan
Konstruksi (GNPK) untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja konstruksi yang kompeten dan
diakui secara internasional;

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 99


2.4.6. Penelitian dan Pengembangan

Tantangan yang dihadapi dalam penelitian


dan pengembangan antara lain sebagai
berikut.

• Menyediakan IPTEK siap pakai untuk: (i)


meningkatkan akses masyarakat terhadap
upaya upaya pengendalian pemanfaatan
ruang termasuk mitigasi dan adaptasi
terhadap bencana; (ii) meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pendayagunaan
air irigasi; (iii) mengurangi kelangkaan air
baku; (iv) memperbaiki kualitas air baku
(aplikasi UU SDA); (v) menurunkan Biaya
Operasi Kendaraan (Aplikasi UU Jalan);
(vii) meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman; (viii) meningkatkan cakupan
pelayanan prasarana dasar (aplikasi UU
SDA, UU Sampah); dan (ix) pemanfaatan
bahan lokal dan potensi wilayah;

• Mempercepat proses standardisasi untuk


menambah jumlah SNI maupun pedoman
di bidang bahan konstruksi bangunan dan
rekayasa sipil yang dapat mengantisipasi
semakin meningkatnya proteksi produk dan
standar oleh negara lain;

• Memperluas simpul-simpul pemasyaraka-


tan IPTEK PU, Standar bahan konstruksi
bangunan dan rekayasa sipil termasuk
memperluas kontribusi perguruan tinggi,
asosiasi dan media informasi dalam proses
pelaksanaannya;

• Memanfaatkan peluang riset insentif


(kegiatan riset yang didanai oleh Depdiknas
bukan oleh Kementerian PU) untuk
meningkatkan pengalaman dan keahlian
para calon peneliti dan perekayasa
sehingga dapat mengurangi kesenjangan
keahlian akibat kebijakan zero growth;

100 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


• Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga litbang internasional dalam rangka
meningkatkan kompetensi lembaga maupun SDM litbang dalam mengantisipasi dampak
pemanasan dan perubahan iklim global, khususnya terhadap penyediaan dan kualitas
pelayanan infrastruktur bidang PU dan permukiman; dan

• Memenuhi tuntutan Reformasi Birokrasi penyelenggaraan Litbangrap IPTEK yang meliputi:


(i) perbaikan struktur organisasi agar tepat fungsi dan tepat ukuran; (ii) perbaikan proses
kerja untuk meningkatkan kinerja Litbangrap IPTEK; (iii) memperbaiki sistem manajemen SDM
untuk meningkatkan kompetensi peneliti dan perekayasa bidang PU dan permukiman; (iv)
keseimbangan antara beban, tanggung jawab dan insentif masih perlu diperbaiki; dan (v)
pelaksanaan pengarusutamaan jender.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 101


2.4.7. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur

Tantangan yang dihadapi dalam pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur antara
lain sebagai berikut.

• Melakukan pengawasan internal untuk meraih WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK
dalam hal pengelolaan keuangan dan barang milik negara (BMN);

• Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaanPermen PU No. 21 tahun 2008 tentang Wilayah


Bebas Korupsi (WBK) di Kementerian Pekerjaan Umum;

• Melakukan pengawasan dan pembinaan SPIP (Sistem Pengendalian Internal Pemerintah) di


lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

2.4.8. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Tantangan yang dihadapi dalam dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
antara lain sebagai berikut.

• Perlunya integrasi rencana, sinkronisasi program dan koordinasi sejak perencanaan,


pemograman sampai dengan pemantauan dan evaluasi;

• Upaya mewujudkan perubahan manajemen SDM yang menuntut perkembangan


pengembangan dan pengelolaan pola pikir pegawai;

• Perlunya peningkatan kualitas laporan keuangan dan pengelolaan barang milik/kekayaan


negara agar memenuhi kaidah Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) untuk mencapai opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

• Penerapan diklat berbasis kompetensi untuk meningkatkan kualitas pegawai;

• Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana Komplek Kementerian PU serta pengelolaan


kearsipan;

• Perlunya peningkatan sinkronisasi dan harmonisasi penyusunan peraturan perundang-


undangan internal dan lintas sektor serta peningkatan koordinasi dan penyiapan dokumen
dalam proses bantuan hukum;

• Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM teknologi informasi serta peningkatan tata kelola
pengelolaan komunikasi data dan informasi;

• Peningkatan kualitas perencanaan jangka panjang dan menengah dan alternatif pembiayaan
pola investasi serta laporan kinerja yang terukur sehingga terciptanya dokumen rencana
stratejik yang dapat dilaksanakan;

102 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN


• Penerapan Undang Undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) menuntut siapnya aturan dan
mekanisme kerja yang baku dan mengikat bagi masing-masing Satminkal dalam penyediaan
dan penyampaian informasi publik sebagai upaya peningkatan pelayanan prima kepada
masyarakat; dan

• Perkuatan dan pengamanan hak atas Barang Milik Negara (BMN), terutama tanah dan
bangunan melalui sertifikasi dan MoU antara Menteri PU dan Kepala BPN.

Tantangan pembangunan aspek kelembagaan dan SDM antara lain sebagai berikut.

• Peningkatan kebutuhan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman di


berbagaiwilayah dan kualitas pelayanannya kepada masyarakat;

• Reformasi birokrasi dalam rangka mencapai 3 (tiga) strategic goals Kementerian PU, yaitu:
kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan kontribusi bagi peningkatan kualitas lingkungan;

• Peningkatan koordinasi penyelenggaraan infrastuktur pekerjaan umum antar tingkatan


pemerintahandan antarpelaku pembangunan;

• Penyelenggaraan good governance yang efektif untuk mengimbangi tuntutan masyarakat


yang semakin tinggi terhadap transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pembangunan;

• Pengembangan kapasitas SDM Kementerian PU untuk mendukung perubahan peran


Kementerian PU ke depan yang diharapkan berubah dari yang semula lebih dominan sebagai
operator-regulator menjadi dominan regulator-fasilitator;

• Peningkatan efektivitas dan kapasitasi institusi Kementerian PU, termasuk struktur dan
ukuranorganisasi; dan

• Kualitas dan produktivitas SDM aparatur saat ini tidak cukup memadai untuk menjalankan tugas
dan fungsi Kementerian PU, sedangkan kuantitas SDM aparatur telah melampaui kebutuhan
nyata, di mana saat ini jumlah pegawai telah mencapai 20.000 pegawai, sementara pada
tahun 2005 berjumlah 5.000 pegawai.

BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 103


104 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN
BAB

3
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB 3
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

 3.1. VISI

Pembangunan infrastrukur pekerjaan umum dan permukiman diselenggarakan dalam rangka


mencapai visi jangka panjang: “Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang
Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025”.

Visi tersebut merupakan sebuah gambaran yang akan diwujudkan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum pada tahun 2025, dimana infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang terbangun
telah memenuhi kualifikasi teknis sesuai perkembangan dan kemajuan teknologi serta beroperasi
secara optimal seiring dengan tuntutan kualitas kehidupan masyarakat. Visi tersebut sesuai dengan
arahan RPJPN untuk mewujudkan infrastruktur yang andal pada tahun 2025. Tingkat ketersediaan
dan pelayanan infrastruktur PU-KIM yang andal akan tercapai secara bertahap sesuai dengan
tahapan rencana pembangunan jangka menengah nasional.

Tersedianya infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang andal merupakan perwujudan
dari tingkat dan kondisi ketersediaan serta kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur pekerjaan
umum dan permukiman yang semakin luas, merata dan berkeadilan untuk mendukung terciptanya
kehidupan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan yang mencerminkan keadaan
masyarakat yang semakin sejahtera.

106 BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


 3.2. MISI

Berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian PU sebagaimana yang tercantum di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dan sejalan dengan tugas dan fungsi Kementerian
PU, maka untuk mencapai Visi Kementerian PU “Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025”, ditetapkan Misi Kementerian
PU tahun 2010–2014, yaitu:

1. Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari pembangunan nasional dan
daerah serta keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman
berbasis penataan ruang dalam rangka pembangunan berkelanjutan.

2. Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk meningkatkan


kelestarian fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan SDA serta mengurangi resiko daya rusak
air.

3. Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi


dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penyediaan jaringan jalan yang andal,
terpadu dan berkelanjutan.

4. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif melalui
pembinaan dan fasilitasi pengembangan infrastruktur permukiman yang terpadu, andal dan
berkelanjutan.

5. Meminimalkan penyimpangan dan praktik-praktik KKN di lingkungan Kementerian PU dengan


meningkatkan kualitas pemeriksaan dan pengawasan profesional.

6. Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya yang akuntabel dan
kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance.

7. Menyelenggarakan industri konstruksi yang kompetitif dengan menjamin adanya keterpaduan


pengelolaan sektor konstruksi, proses penyelenggaraan konstruksi yang baik dan menjadikan
pelaku sektor konstruksi tumbuh dan berkembang.

8. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penerapan: IPTEK, norma, standar,


pedoman, manual dan/atau kriteria pendukung infrastruktur PU dan permukiman.

BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 107


3.2.1. Misi Kelembagaan Kementerian PU

Misi kelembagaan Kementerian PU adalah “Membangun dan mengembangkan organisasi


yang produktif dan responsif serta sumber daya manusia yang profesional dan akuntabel yang
dapat memberikan pelayanan publik yang bebas KKN”. Misi kelembagaan ini kemudian menjadi
landasan pelaksanaan tujuan Reformasi Birokrasi Kementerian PU yang ditetapkan berdasarkan
tujuan dan sasaran Reformasi Birokrasi Nasional 2014.

Misi yang diwujudkan dalam tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Reformasi
Birokrasi PU adalah penguatan birokrasi yang profesional dan berintegritas hingga tahun 2014
melalui penguatan 3 (tiga) hal sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas untuk mewujudkan penyelenggaraan


pemerintahan yangbaik, bersih, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;

2. Mengembangkan standar pelayanan dan menguatkan unit pelayanan publik untuk


meningkatkan kualitas pelayanan publik;

3. Mewujudkan profesionalisme SDM aparatur yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi
aparaturyang berbasis kompetensi, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan
yang sepadan.

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam mencapai tujuan reformasi birokrasi tahun 2010-2014,
ditetapkan3 (tiga) agenda prioritas reformasi Birokrasi Kementerian PU yang diwujudkan dalam
rencana program dankegiatan reformasi birorkrasi secara sistemik untuk jangka menengah

108 BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


tahun 2010-2014. Pertimbangan utamaagenda prioritas yang harus dilaksanakan Kementerian PU
adalah:

1. Prioritas pertama adalah peningkatan pelayanan publik karena peran dan fungsi inti birokrasi
Kementerian PU dalam menyelenggarakan pemerintah adalah memberikan pelayanan
publik. Agenda prioritas ini ditujukan untuk meningkatkan keandalan infrastruktur PU-KIM
melalui penetapan dan penerapan standar pelayanan serta perkuatan unit pelayanan
publik di Kementerian PU. Pelaksanaan proritas ini memerlukan perbaikan tata kelola yang
menyeluruh.

2. Prioritas kedua adalah peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Pelaksanaan
prioritas ini adalah meliputi antara lain pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi
dan individu serta penataan dan pengembangan SDM yang sistemik melalui penerapan
sistem penilaian kinerja pegawai dan membangun database pegawai sebagai dasar
pengembangan karir dan tunjangan kinerja. Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja
birokrasi perlu didukung oleh perbaikan tata kelola serta penyusunan Grand Design dan Road
Map SDM PU ke depan.

3. Prioritas ketiga adalah birokrasi pemerintah yang bersih dan bebas KKN (Korupsi, Kolusi,
Nepotisme).Prioritas ketiga ini dapat diwujudkan dengan prasyarat kedua prioritas diatas
dapat terlaksana. Prioritasketiga dilaksanakan melalui peningkatkan peringkat laporan
keuangan Badan Pemeriksa Keuangan(BPK), penguatan pengawasan internal, peningkatan
operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan mengefektifkan hasil keikutsertaan pada
program Inisiatif Anti Korupsi (PIAK).

3.2.2. Nilai-nilai Kementerian PU

Penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman dilandasi 7 (tujuh) nilai-nilai


dasarKementerian PU yaitu:

1. Rasional
Kementerian PU dalam melaksanakan pembangunan bidang PU dan penataan ruang selalu
mengedepankan nilai-nilai yang menekankan pentingnya tujuan, rencana dan analisis yang
jelas, tidak mengutamakanpertimbangan politis dan intuitif.

2. Kerjasama Tim
Kementerian PU sebagai organisasi pemerintah yang memiliki jumlah sumber daya manusia
yang cukup banyak merupakan potensi bagi terbentuknya sebuah tim yang sangat besar. Oleh
karenanya di dalam mengemban tugas-tugas penyelenggaraan bidang PU dan penataan
ruang harus mengedepankan prinsip kerjasama yang utuh dan kompak dengan menerapkan
prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sertasinergitas. Dalam organisasi Kementerian PU

BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 109


setiap pegawai memiliki arti penting yang sama, tidak ada satu pun orang yang lebih penting
dari yang lainnya.

3. Inovasi
Dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan bidang PU dan penataan ruang Kementerian
PU selalu mengutamakan nilai-nilai yang mendorong keinginan untuk unggul sehingga
memunculkan kreativitas yang inovatif.

4. Efisiensi dan Efektivitas


Menjamin terselenggaranya pelayanan bidang PU dan penataan ruang kepada masyarakat
yang mengedepankan keseimbangan pembangunan antar wilayah dengan menggunakan
sumber daya yangtersedia secara optimal dan bertanggung jawab.

5. Responsif
Memiliki kepekaan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali, mengenali harapan dan
kebutuhan masyarakat, tanggap terhadap perubahan dan memiliki wawasan ke depan. Selalu
memenuhi janji secaratepat waktu, bertindak cepat dan tepat sasaran serta menunjukkan
rasa hormat kepada semua dan memelihara komitmen yang sudah disepakati.

6. Kemitraan
Kesediaan bekerjasama berdasarkan persahabatan, kooperatif, kesejajaran dan kesetaraan
dalam melaksanakan pengelolaan dan pembangunan bidang PU dan penataan ruang.
Kemitraan dilakukan baik dengan sektor publik maupun swasta yang diselenggarakan secara
sistematis dan berkesinambungan.

7. Rasa Aman dan Nyaman


Terwujudnya lingkungan kerja yang kondusif dan etos kerja yang mendukung pegawai untuk
bekerja sebaik-baiknya dan menciptakan kinerja organisasi yang optimal.

Selain itu dilandasi juga dengan motto: “Bekerja Keras, Bergerak Cepat, Bertindak Tepat” yang
bermakna bahwa dalam setiap pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya mengabdi kepada
masyarakat, bangsa dan negara tidak mengenal kata lelah, bekerja dengan keras, bergerak
dengan cepat namun disertai dengan perhitungan yang matang dan terukur sehingga tepat
sasaran.

110 BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


 3.3. TUJUAN

Sebagai penjabaran atas Visi dan Misi


Kementerian PU, maka Tujuan yang akan
dicapai oleh Kementerian PUdalam periode
lima tahun ke depan adalah:

1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan


penataan ruang untuk terlaksananya
pengembangan wilayah dan pemba-
ngunan nasional serta daerah yang
terpadu dan sinergis bagi terwujudnya
ruang yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan.

2. Meningkatkan keandalan sistem


jaringan infrastruktur pekerjaan umum
dan pengelolaan sumber daya air
untuk meningkatkan daya saing melalui
pertumbuhan ekonomi nasional, keta-
hanan pangan, ketahanan air dan keta-
hanan energi.

3. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan infrastruktur


dasar sub bidang permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Meningkatkan kapasitas pengawasan, pengendalian pelaksanaan, dan akuntabilitas


kinerja untukmencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik bidang pekerjaan umum
dan penataan ruang.

5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur, pembinaan konstruksi serta


penelitian danpengembangan untuk meningkatkan kinerja pelayanan bidang pekerjaan
umum dan penataan ruang.

BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 111


 3.4. SASARAN
3.4.1. Sasaran Kementerian

Sasaran Kementerian PU dalam periode tahun 2010-2014 secara keseluruhan akan meliputi
sasaran-sasaransebagai berikut:

1. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam setiap penyusunan Rencana Tata Ruang


(RTR) serta penerbitan Peraturan Presiden tentang RTR Pulau/Kepulauan dan peraturan
pendukungnya berupa Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria NSPK bidang penataan ruang
sesuai amanat RTRWN.

2. Meningkatnya ketersediaan air baku yang memadai (kuantitas, kualitas dan kontinuitas)
guna pemenuhan berbagai kebutuhan baik untuk pemenuhan kebutuhan air baku untuk air
minum guna mendukung target MDGs 2015, maupun kebutuhan pertanian dalam rangka
mempertahankan swasembada pangan serta kebutuhan sektor-sektor untuk meningkatkan
produktivitas sektor produksi melalui pembangun/ peningkatan/rehabilitasi serta operasi
dan pemeliharaan bendungan, waduk/embung/bangunan penampung air lainnya serta
prasarana penyediaan air baku, jaringan irigasi dan jaringan rawa.

112 BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


3. Meningkatnya kualitas pengendalian banjir secara terpadu dari hulu ke hilir dalam satu wilayah
dan perlindungan kawasan disepanjang garis pantai dari bahaya abrasi.

4. Meningkatnya efisiensi sistem jaringan jalan di dalam sistem transportasi yang mendukung
perekonomian nasional dan sosial masyarakat serta pengembangan wilayah melalui reservasi
dan peningkatan kapasitas jalan serta pembangunan Jalan Bebas Hambatan/Jalan Tol.

5. Meningkatnya taraf hidup masyarakat dan kualitas lingkungan permukiman melalui


pengembangan sistem jaringan penyediaan air minum untuk mendukung peningkatan
tingkat pelayanan penduduk perkotaan dan penduduk perdesaan, serta meningkatnya
pelayanan sanitasi sistem terpusat dan sistem berbasis masyarakat bagi penduduk perkotaan,
meningkatnya sistem pengelolaan drainase untuk mendukung pengurangan luas genangan
di perkotaan serta meningkatnya sistem pengelolaan persampahan untuk mendukung
peningkatan tingkat pelayanan penduduk dan meningkatnya kualitas Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah, serta penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di perkotaan.

6. Meningkatnya kemampuan pemerintah daerah dan stakeholders jasa konstruksi serta


masyarakat untuk mendukung tercapainya penguasaan pangsa pasar domestik oleh pelaku
konstruksi nasional serta pengurangan jumlah dan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan
akibat kegagalan konstruksi/bangunan melalui peningkatan sistem pembinaan teknis dan
usaha jasa konstruksi.

3.4.2. Sasaran Strategis

Adapun sasaran strategis berdasarkan 5 (lima) tujuan Kementerian PU yang akan dicapai
meliputi:

Tujuan 1
Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang untuk terlaksananya pengembangan
wilayah dan pembangunan nasional serta daerah yang terpadu dan sinergis bagi terwujudnya
ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Sasaran
Terwujudnya perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis bidang penataan
ruang, dengan outcome-nya: Tercapainya kesesuaian program pusat dan daerah dengan
rencana tata ruang dalam rangka pengembangan wilayah dan pembangunan nasional serta
daerah dan terselesaikannya norma, standar,prosedur dan kriteria bidang penataan ruang sesuai
peraturan perundang-undangan.

BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 113


Tujuan 2
Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur pekerjaan umum dan pengelolaan sumber
daya air untuk meningkatkan daya saing melalui pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan
pangan, ketahanan air dan ketahanan energi.

Sasaran
• Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air untuk memenuhi berbagai kebutuhan,
dengan outcome-nya: Meningkatnya kinerja pengelolaan SDA.

• Berkurangnya luas kawasan yang terkena dampak banjir, dengan outcome-nya: Meningkatnya
kinerja pengelolaan SDA.

• Meningkatnya layanan jaringan irigasi dan rawa, dengan outcome-nya: Meningkatnya kinerja
pengelolaan SDA.

• Meningkatnya kapasitas jalan nasional sepanjang 19.370 km, dengan outcome-nya:

114 BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


− Meningkatnya panjang peningkatan struktur/pelebaran jalan;
− Meningkatnya panjang jalan baru yang dibangun.

• Meningkatnya kualitas layanan jalan nasional dan pengelolaan jalan daerah, dengan
outcome-nya:
− Meningkatnya fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah untuk menuju 60% kondisi mantap.
− Meningkatnya kondisi mantap jaringan jalan nasional;
− Meningkatnya penggunaan jalan nasional;
− Meningkatnya dukungan penyelenggaraan jalan nasional.

Tujuan 3
Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar bidang
permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sasaran
• Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang, dengan outcome-nya:
− Terlaksananya pembangunan rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya;
− Berkurangnya kawasan kumuh perkotaan;
− Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan
kawasanpermukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya
pembangunanpermukiman;
− Terwujudnya revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan.

• Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan, dengan
outcome-nya:
− Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan
kawasanpermukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya
pembangunanpermukiman;
− Meningkatnya jumlah pelayanan sanitasi;
− Terlaksananya pembinaan kemampuan Pemda/PDAM;
− Meningkatnya cakupan pelayanan air minum;
− Berkurangnya potensi timbunan sampah.

• Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola


pemberdayaanmasyarakat, dengan outcome-nya:
− Meningkatnya jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman
perdesaan/kumuh/nelayan;
− Menurunnya kesenjangan antar wilayah.

BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 115


• Meningkatnya kualitas pengaturan, pembinaan dan pengawasan pada pembangunan
infrastruktur permukiman, dengan outcome-nya:
− Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan
kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya
pembangunan permukiman;
− Tersedianya infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak.

Tujuan 4
Meningkatkan kapasitas pengawasan pengendalian pelaksanaan dan akuntabilitas kinerja untuk
mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang.

Sasaran
Terwujudnya peningkatan kepatuhan dan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan bidang pekerjaan
umum dan penataan ruang yang bebas Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN), dengan outcome-
nya: Meningkatkan kualitas pengawasan dan pembinaan serta audit terhadap pelaksanaan
tugas di lingkup Kementerian PU.

Tujuan 5
Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur, jasa konstruksi serta penelitian dan
pengembangan untuk meningkatkan kinerja pelayanan bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang.

Sasaran
• Meningkatnya koordinasi, administrasi dan kualitas perencanaan, pengaturan, pengelolaan
keuangan danBarang Milik Negara (BMN), dengan outcome-nya: Terwujudnya pelayanan
administrasi pemerintah yang baik di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

• Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur, dengan
outcome-nya: Terwujudnya pelayanan administrasi pemerintah yang baik di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum.

• Meningkatnya kualitas prasarana, pengelolaan data, informasi dan komunikasi publik, dengan
outcome-nya: Terwujudnya dukungan sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang
memadai di lingkunganKementerian Pekerjaan Umum.

• Meningkatnya kapasitas dan kinerja pembina jasa konstruksi di pusat dan daerah, dengan
outcome-nya:
− Meningkatnya kapasitas kelembagaan, SDM dan kebijakan pembina jasa konstruksi pusat
dan daerah;
− Meningkatnya penerapan norma, standar, pedoman, dan kriteria bidang jasa konstruksi

116 BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


yang responsif gender dan lingkungan;
− Meningkatnya pencapaian kondisi struktur usaha konstruksi yang kokoh, andal, dan
berdaya saing tinggi;
− Meningkatnya akuntabilitas dan kepuasan pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
pelaksanaan proses pemilihan dan kontrak pekerjaan konstruksi;
− Hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas;
− Meningkatnya kapasitas SDM penyedia dan masyarakat jasa konstruksi.

• Meningkatnya IPTEK dan NSPM (K) siap pakai, dengan outcome-nya:


− Meningkatnya Litbang yang masuk bursa pilihan teknologi siap pakai;
− Meningkatnya kesiapan IPTEK untuk diterapkan stake holder;
− Diberlakukannya SPMK dan teknologi oleh stake holder;
− Diterimanya rekomendasi IPTEK oleh stake holder;
− Peningkatan layanan penyelenggaraan Litbang.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran bidang PU dan penataan ruang tersebut perlu ditetapkan
strategi yang dijabarkan dalam kebijakan, program dan kegiatan sebagaimana diuraikan pada
bab IV dan bab V berikut.

BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 117


BAB

4
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
BAB 4
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

 4.1. ARAHAN JANGKA PANJANG DAN TAHAPAN KEDUA RPJPN

Sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)


2005–2025, Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah: INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU,
ADIL DAN MAKMUR. Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh 8
(delapan) Misi yang dijabarkan ke dalam sasaran pokok berdasarkan tujuan pembangunan jangka
panjang tahun 2005–2025 yaitu mewujudkan bangsa yang maju, mandiri dan adil sebagai landasan
bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945.

Tugas Kementerian PU yang secara eksplisit dinyatakan di dalam sasaran-sasaran pokok dan
arahan pembangunan nasional sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian PU secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.1.

120 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Tabel 4.1 Prioritas dan Tahapan Dalam RPJPN Terkait Bidang PU dan Penataan Ruang

RPJMN 1 (2005-2009) RPJMN 2 (2010-2014) RPJMN 3 (2015-2019) RPJMN 4 (2020-2024)

Menata kembali dan Pemantapan penataan Memantapkan pembangunan Mewujudkan masyarakat


membangun Indonesia kembali Indonesia di secara menyeluruh di berbagai Indonesia yang mandiri,
di segala bidang yang segala bidang dengan bidang dengan menekankan maju, adil dan makmur
ditujukan untuk menciptakan peningkatan kualitas SDM pencapaian daya saing melalui percepatan
Indonesia yang aman dan termasuk pengembangan kompetitif perekonomian pembangunan di berbagai
damai, adil dan demokratis kemampuan ilmu dan berlandaskan keunggulan bidang dengan menekankan
dan sejahtera. teknologi serta penguatan SDA & SDM berkualitas terbangunnya struktur
daya saing perekonomian; serta kemampuan ilmu dan perekonomian yang kokoh
kualitas pelayanan publik teknologi yang terus meningkat; berlandaskan keunggulan
Arah

yang lebih murah, cepat, pelaksanaan pembangunan kompetitif di berbagai


transparan dan akuntabel; berkelanjutan yang semakin wilayah yang didukung oleh
kesejahteraan meningkat; mantap; pengembangan SDM berkualitas dan berdaya
daya saing perekonomian infrastruktur perdesaan untuk saing; memantapkan
meningkat, pembangunan mendukung pembangunan pembangunan
yangberkelanjutan. pertanian; pemenuhan berkelanjutan.
kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana
dan sarana pendukung bagi
seluruh masyarakat.
Menurunnya angka Terpenuhinya SPM, Terjaganya daya dukung Daya saing perekonomian
pengangguran & menurunnya angka kemiskinan lingkungan; membaiknya yang kompetitif;
kemiskinan sejalan dengan dan tingkat pengangguran; pengelolaan SDA yang kesejahteraan setara dengan
pertumbuhan ekonomi yang menurunnya kesenjangan diimbangi upaya pelestarian negara berpendapatan
berkualitas; berkurangnya antardaerah; meningkatnya fungsi lingkungan hidup; makin menengah; tingkat
kesenjangan antarwilayah; daya saing perekonomian, mantapnya kelembagaan pengangguran terbuka
termasuk meningkatnya berkembangnya proses dan kapasitas penataan ruang & penduduk miskin makin
pengelolaan pulau- rehabilitasi dan konservasi di seluruh wilayah Indonesia; rendah; terselenggaranya
Indikasi

pulaukecil terdepan; SDA dan lingkungan hidup terpadunya industri manufaktur jaringan transportasi yang
meningkatnya kualitas SDM; yang disertai dengan dan pertanian; terwujudnya andal menjangkau seluruh
membaiknya pengelolaan partisipasi aktif masyarakat, konservasi sumber daya air yang NKRI, elektrifikasi perdesaan,
SDA dan mutu lingkungan mantapnya kelembagaan mampu menjaga keberlanjutan terpenuhinya kebutuhan
hidup. dan kapasitas antisipatif serta fungsi dan pengembangan hunian yang dilengkapi
penanggulangan bencana. sumber daya air, terpenuhinya prasarana dan sarana
penyediaan air minum untuk pendukungbagi seluruh
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, terwujudnya
masyarakat kota tanpa permukiman
kumuh.
a) Pertumbuhan ekonomi a) Percepatan pengembangan a) Ketersediaan infrastruktur yang a) Berkembangnya
melalui penciptaan pusat-pusat pertumbuhan didukung oleh mantapnya keterpaduan antara industri,
iklim kondusif, termasuk potensial di luar Jawa kerjasama pemerintah dan dunia pertanian, kelautan, SDA dan
membaiknya infrastruktur. b) Penguatan industri manufaktur usaha. sektor jasa.
b) Percepatan sejalan dengan pembangunan b) Ketersedian infrastruktur yang b) Sistem pembiayaan
pembangunan pertanian. sesuai dengan rencana tata perumahan jangka panjang
Pencapaian Sasaran Bidang PU melalui:

infrastruktur didorong c) Percepatan pembangunan ruang dengan berkembangnya dan berkelanjutan, efisien,dan
melalui peningkatan infrastruktur dengan jaringan transportasi. akuntabel; pemeliharaan
peran swasta dengan peningkatkan kerjasama c) Percepatan berkembangnya SDA.
meletakkan dasar- pemerintah dan dunia usaha. keterpaduan antara industri,
dasar kebijakan dan pertanian, kelautan, SDA dan
regulasi serta reformasi d) Peningkatan jaringan
infrastruktur transportasi, sektor jasa.
dan restrukturisasi
kelembagaan, terutama pengembangan sumber
untuk sektor transportasi, daya air dan pengembangan
energi dan kelistrikan, pos perumahan dan permukiman,
dan telematika. meningkatnya kualitas
perencanaan tata
c) Revitalisasi kelembagaan ruang serta konsistensi
pusat-pusat pertumbuhan pemanfaaatan ruang dengan
yang memiliki lokasi mengintegrasikannya ke
strategis, antara lain dalam dokumen perencanaan
Kawasan Ekonomi Khusus pembangunan terkait dan
&Kawasan Andalan. penegakan peraturan
d) Peningkatan mitigasi dalam rangka pengendalian
bencana alam sesuai pemanfaatan ruang.
dengan kondisi geologi
Indonesia.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 121


Sebagai pelaksanaan tahap kedua pembangunan, RPJMN ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan
penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta penguatan daya saing perekonomian. Adapun tahapan dan skala prioritas utama dalam
RPJPN untuk RPJMN tahap ke-2 (2010–2014) untuk bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
adalah:

1. Kualitas pelayanan publik yang lebih


murah, cepat, transparan dan akuntabel
makin meningkat yang ditandai dengan
terpenuhinya standar pelayanan minimum
di semua tingkatan pemerintahan.

2. Kesejahteraan rakyat terus meningkat


yang ditunjukkan dari menurunnya angka
kemiskinan dan tingkat pengangguran,
menurunnya kesenjangan kesejahteraan
antarindividu, antarkelompok masyarakat
dan antardaerah dan dipercepatnya
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
potensial di luar Jawa.

3. Daya saing perekonomian meningkat


antara lain melalui percepatan pemba-
ngunan infrastruktur dengan lebih mening-
katkan kerja sama antara pemerintah dan
dunia usaha yang antara lain didukung
oleh pengembangan konektivitas berupa
jaringan infrastruktur transportasi, pengem-
bangan sumber daya airdan pengemba-
ngan infrastruktur perumahan dan permu-
kiman dan dukungan pada sektor industri
danpertanian.

4. Dalam kerangka pencapaian


pembangunan yang berkelanjutan,
pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup yang
ditandai dengan berkembangnya proses
rehabilitasi dan konservasi sumber daya
alam dan lingkungan hidup, menguatnya
partisipasi aktif masyarakat; mantapnya
kelembagaan dan kapasitas antisipatif

122 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; dan yang didukung dengan
meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan
mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan terkait dan penegakan
peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang.

 4.2. ARAH KEBIJAKAN NASIONAL 2010 - 2014

Kerangka visi Indonesia tahun 2014 dalam RPJM Nasional tahun 2010-2014 adalah: TERWUJUDNYA
INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS dan BERKEADILAN.

Kerangka visi Indonesia tahun 2014 ditekankan pada:

1. Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan


ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber
daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya,


bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi
manusia.

3. Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh
masyarakatsecara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.

4.2.1. Misi Pemerintah Tahun 2010-2014

Misi pembangunan tahun 2010-2014 merupakan rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan
untuk mencapai visi Indonesia tahun 2014 dan tidak dapat terlepas dari kondisi serta tantangan
lingkungan global dan domestik pada kurun waktu tahun 2010-2014 yang mempengaruhinya. Misi
pemerintah dalam periode tahun 2010-2014 diarahkan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih
sejahtera, aman dan damai dan meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil
dan demokratis. Usaha-usaha perwujudan visi Indonesia tahun 2014 akan dijabarkan dalam misi
pemerintah tahun 2010-2014 sebagai berikut.

1. Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera;


2. Memperkuat pilar-pilar demokrasi; dan
3. Memperkuat dimensi keadilan di semua bidang.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 123


4.2.2. Kebijakan Pengarusutamaan

Kebijakan pengarusutamaan dalam perencanaan pembangunan nasional meliputi 3 (tiga) hal


yaitu: pembangunan berkelanjutan, tata kelola pemerintahan dan gender. Pertama, pembangunan
berkelanjutan didefinisikan sebagai proses pembangunan yang berprinsip memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Kedua, tata kelola
pemerintahan yang baik merupakan tatanan manajemen pemerintahan yang ditandai dengan
penerapan prinsip-prinsip tertentu, seperti keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi.
Ketiga, pembangunan nasional selayaknya memberikan akses yang memadai serta adil dan setara
bagi perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi, memanfaatkan hasil pembangunan, serta turut
mempunyai andil dalam proses pengendalian/kontrol pembangunan.

A. Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang berprinsip untuk memenuhi
kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.
Untuk mencapai keberlanjutan yang menyeluruh, diperlukan keterpaduan antara 3 (tiga)
pilar pembangunan, yaitu keberlanjutan dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang
kemudian tercermin dalam indikator kinerja, yaitu:(1) ekonomi: indikator ekonomi makro seperti

124 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


pertumbuhan ekonomi dan dampak ekonomi; (2) sosial: tingkat partisipasi masyarakat pelaku
pembangunan, partisipasi masyarakat marginal/minoritas (kaum miskin dan perempuan),
dampak terhadap struktur sosial masyarakat, serta tatanan atau nilai sosial yang berkembang
di masyarakat; dan (3) lingkungan hidup: dampak terhadap kualitas air, udara dan lahan serta
ekosistem (keanekaragaman hayati).

Sasaran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan adalah: (1) teradopsinya secara


integral pertimbangan ekonomi, sosial, lingkungan, dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan di berbagai sektor dan daerah; (2) terpeliharanya kualitas lingkungan hidup yang
ditunjukkan dengan membaiknya indeks kualitas lingkungan hidup dalam 5 tahun ke depan;
dan (3) disepakati, disusun dan digunakannya indeks kualitas lingkungan hidup sebagai salah
satu alat untuk mengukur pembangunan yang berkelanjutan.

B. Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik


Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan tatanan pengelolaan manajemen yang
ditandai dengan penerapan prinsip-prinsip tertentu, antara lain: keterbukaan, akuntabilitas,
efektivitas dan efisiensi, supremasi hukum, keadilan dan partisipasi. Penerapan tatakelola
pemerintahan yang baik secara konsisten dan berkelanjutan mempunyai peranan yang
sangat penting bagi tercapainya sasaran pembangunan nasional. Penerapan tata kelola
pemerintah yang baik harus dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan dan dilakukan
pada seluruh aspek manajemen penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pengendaliannya.

Penerapan tatakelola pemerintahan yang baik akan mewujudkan pemerintahan yang


bersih danbebas KKN, pelayanan publik yang berkualitas dan kapasitas dan akuntabilitas
kinerja bikrokrasi yang tinggi. Ketiganya merupakan prasyarat keberhasilan pembangunan.
Pemerintahan yang bersih akan meningkatkan pengelolaan sumber daya pembangunan
yang akuntabel, meningkatkan kualitas pelayanan publik dan menumbuhkan kepercayaan
masyarakat. Pelayanan publik juga merupakan hal yang penting karena kewajiban utama
pemerintah di setiap negara adalah memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
masyarakatnya agar dapat hidup lebih aman, nyaman dan sejahtera. Berbagai bentuk
pelayanan publik diperlukan oleh masyarakat untuk memenuhi hajat hidupnya sehari-hari,
untuk meningkatkan kesejahteraannya dan untuk mengekspresikan dirinya secara maksimal.
Pelayanan publik yang baik juga memfasilitasi dunia usaha nasional dan pemangku kepentingan
lainnya, sehingga dapat ikut memacu peningkatan kapasitas perekonomian nasional.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 125


C. Pengarusutamaan Gender
Pengarusutamaan gender diarahkan untuk: (a) meningkatnya kualitas hidup dan peran
perempuan (orang lanjut usia, anak-anak di bawah umur, orang orang dengan kebisaan
berbeda/difable, serta orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi) terutama di bidang
kesehatan, pendidikan, ekonomi termasuk akses terhadap penguasaan sumber daya dan
politik; (b) meningkatnya persentase cakupan perempuankorban kekerasan yang mendapat
penanganan pengaduan; dan (c) meningkatnya efektivitas kelembagaan Pengarusutamaan
Gender (PGU) dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
kebijakan dan program pembangunan yang responsif gender di tingkat nasional dan daerah.

Dalam dukungannya terhadap pengarusutamaan gender, Kementerian PU telah membentuk


tim PUG-PU yang bertujuan untuk: 1) Meningkatkan kapasitas pelaksanaan pengarusutamaan
gender di Kementerian PU; 2) Mewujudkan komitmen bersama dalam melaksanakan/menyusun
kebijakan, strategi, perencanaan, program dan anggaran, serta pembangunan bidang ke-
PU-an yang responsif gender; 3) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan PUG-PU.
Sasarannya adalah: meningkatnya pemahaman tentang PUG di lingkungan Kementerian PU
dan meningkatnya kegiatan bidang ke-PU-an yang responsif gender.

4.2.3. Arah Kebijakan Umum dan Prioritas Pembangunan Nasional

Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional tahun 2010-2014 yang dijabarkan
dalam 5 (lima) agenda utama pembangunan nasional serta berlandaskan arah kebijakan umum
pembangunan nasional, RPJMN menetapkan 11 (sebelas) prioritas nasional, yaitu: (1) reformasi
birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5)
ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup
dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik; serta (11) kebudayaan,
kreativitas dan inovasi teknologi. Adapun prioritas yang terkait erat dengan pembangunan
infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman adalah sebagai berikut:

1. Prioritas Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan


Peningkatan kualitas pelayanan publik ditopang oleh efisiensi struktur pemerintah di pusat
dan di daerah,kapasitas pegawai pemerintah yang memadai dan data kependudukan yang
baik. Adapun arah Kebijakan Prioritas: a)Penataan kelembagaan birokrasi pemerintah melalui
konsolidasi struktural berdasarkan tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah, peningkatan
kualitas reformasi birokrasi, perbaikan tata laksana (business process), pengembangan
manajemen SDM aparatur berbasis merit dan pencapaian kinerja secara optimal; b) Percepatan
harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah hingga
tercapai keselarasan arah dalam implementasi pembangunan; c) Penetapan dan penerapan
sistem indikator kinerja utama pelayanan publik yang selaras antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.

126 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


2. Prioritas Bidang Kesehatan
Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui melalui peningkatan kesehatan
masyarakat danlingkungan diantaranya dengan perluasan penyediaan air bersih, pengurangan
wilayah kumuh sehinggasecara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan hidup dari
usia 70,7 tahun pada tahun 2009 menjadiusia 72,0 tahun pada tahun 2014. Oleh karena itu,
substansi inti program aksi bidang kesehatan adalah Program kesehatan masyarakat berupa
penyediaan akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk dan akses terhadap
sanitasi dasar berkualitas yang menjangkau 75% penduduk sebelum tahun 2014.

3. Prioritas Penanggulangan Kemiskinan


Sasaran tingkat kemiskinan pada RPJMN tahun 2010–2014 adalah sebesar 8 -10% di akhir tahun
2014. Pada tahun 2012, tingkat kemiskinan diharapkan dapat turun hingga pada kisaran 10,5-
11,5%, sedangkan target tahun 2013 yaitu 9,5 -10% dari jumlah penduduk.

Untuk mencapai sasaran tersebut, maka strategi percepatan penurunan kemiskinan adalah:
1) Meningkatkan pertumbuhan pada sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja dan efektif
menurunkan kemiskinan; 2) Melengkapi dan menyempurnakan upaya penanggulangan
kemiskinan, terutama yang berkaitan dengan hak-hak dasar; 3) Meningkatkan efektivitas
pelaksanaan penurunan kemiskinan di daerah.

Untuk itu, arah kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut: 1) Mendorong
terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan padat karya (pro-growth&pro-job),
khususnya pertumbuhan sektor-sektor usaha yang melibatkan orang miskin (pro-poor)
sehingga berkontribusi secara ekonomis terhadap upaya pengurangan tingkat kemiskinan;
2) Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
memperkuat pembangunan yang inklusif dan berkeadilan melalui kemandirian ekonomi
perdesaan, perbaikan pemenuhan pelayanan dasar, peningkatan kapasitas masyarakat miskin
dalam aspek akses permodalan, akses pasar, keterampilan usaha, produksi dan kelembagaan
usaha melalui koperasi, maupun pengoptimalan potensi daerah; 3) Meningkatkan efektifitas
pelaksanaan program-program pro-rakyat yang bertujuan untuk menyediakan akses fasilitas
dasar bagi masyarakat nelayan, masyarakat miskin perkotaan dan daerah tertinggal. Untuk
melaksanakan arah kebijakan tersebut upaya penanggulangan kemiskinan difokuskan pada
antara lain 3 (tiga) hal, yaitu: Penyempurnaan dan peningkatan efektivitas pelaksanaan PNPM
Mandiri; Peningkatan dan perluasan program-program pro-rakyat; dan Peningkatan sinkronisasi
dan efektivitas koordinasi penanggulangan kemiskinan serta harmonisasi antar pelaku.

4. Prioritas Ketahanan Pangan


Arah kebijakan pembangunan ketahanan pangan pada tahun 2014 adalah peningkatan
produksi pangan. Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian
ditujukan untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian,

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 127


peningkatan pendapatan petani, serta
kelestarian lingkungan dan sumber
daya alam. Hal tersebut membutuhkan
dukungan infrastruktur PU dan permukiman
yaitu infrastruktur sumber daya air berupa
air untuk irigasi. Oleh karena itu, substansi
inti program aksi ketahanan pangan
infrastruktur adalah sistem jaringan irigasi
yang melayani daerah-daerah sentra
produksi pertanian demi peningkatan
kuantitas dan kualitas produksi serta
kemampuan pemasarannya.

5. Prioritas Pembangunan Infrastruktur


Pembangunan infrastruktur nasional yang
memiliki daya dukung dan daya gerak
terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial
yang berkeadilan dengan mendorong
partisipasi masyarakat. Substansi inti
adalah Meningkatkan jumlah kawasan
yang terlindungi dari bahaya banjir dan
abrasi pantai, termasuk pemulihan pasca
bencana alam; Mempercepat penca-
paian prioritas nasional penanganan secara
terpadu DAS Bengawan Solo; Penyediaan
rumah layak huni dan terjangkau melalui
pembangunan rusunawa, fasilitasi
pembangunan prasarana, sarana dan
infrastruktur permukiman; Penyelesaian
peraturan perundang-undangan amanat
Undang-Undang Nomor 26tahun 2007,
termasuk di dalamnya RTR Pulau, RTR
KSN, RTRWP dan RTRWK; Penguatan
kelembagaan dalam rangka paduserasi
rencana pembangunan, termasuk
MP3EI dengan RTR; Jalan (Penyelesaian
pembangunan Lintas Sumatera, Jawa, Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur dan Papua sepanjang
total 19.370 km pada tahun 2014).

128 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


6. Prioritas Iklim Investasi dan Iklim Usaha
Peningkatan investasi dilaksanakan
melalui perbaikan kepastian hukum,
penyederhanaan prosedur, perbaikan
sistem informasi dan pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Adapun
dukungan sektorke-PU-an mendukung
prioritas nasional adalah reformasi regulasi
secara bertahap di tingkat nasional
dandaerah sehingga terjadi harmonisasi
peraturan perundang-undangan dan
dukungan terhadap SistemLogistik Nasional
(Sislognas) serta pengembangan KEK
di 5 (lima) lokasi melalui skema Public-
PrivatePartnership.

7. Prioritas di Bidang Lingkungan Hidup dan


Pengelolaan Bencana
Konservasi dan pemanfaatan lingkungan
hidup mendukung pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraanyang keberlanjutan,
disertai penguasaan dan pengelolaan
risiko bencana untuk mengantisipasi
perubahan iklim. Penanganan bencana
bidang PU meliputi: mitigasi, tanggap
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi
dengan kebijakan penanganan yang
dilakukan secara terpadu dengan
pendekatan pengembangan satuan
wilayah yang ada, yaitu: penataan
ruang melalui pengaturan keseimbangan
arahan sistem jaringan prasarana
wilayah; SDA melalui konsep pengelolaan
sumber daya air utuh dari hulu hingga
hilir; bina marga yang memuat sarana
prasarana jalan untuk keseimbangan
dan pemerataan pembangunan antar
daerah; sarana dan prasarana perkotaan
melalui pengembangan dan penataan

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 129


perumahan dan permukiman yang diwujudkan dalam penelitan dan pengembangan melalui
pengembangan teknologi tepat guna, pelaksanaan sosialisasi dan pelembagaan serta advokasi
teknis yang diwujudkan dalam strategi dalam setiap tahap pra-bencana, saat bencana dan
pasca bencana.

8. Prioritas Pembangunan Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik


Program aksi untuk daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pascakonflik ditujukan untuk
pengutamaan dan penjaminan serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah tersebut.
Sasaran pembangunan daerah tertinggal tahun 2012 antara lain: a) Meningkatnya rata-rata
pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 6,8% pada tahun 2012; b) Berkurangnya
persentase penduduk miskin di daerah tertinggal hingga mencapai rata-rata sebesar 16,6%
pada tahun 2012; dan c) Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia di daerah tertinggal yang
diindikasikan oleh rata-rata Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2012menjadi 69,9.

Sedangkan sasaran untuk pembangunan kawasan perbatasan antara lain: 1) Mulai mening-
katnya akses masyarakat kepada sarana dan prasarana dasar; 2) Mulai terciptanya keterkaitan
sistem produksi dan distribusi antara Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dengan pusat
kegiatan di kecamatan perbatasan sekitarnya dalam suatu sistem kawasan pengembangan
ekonomi. Program aksi untuk daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pascakonflik ditujukan
untuk pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar serta
keberlangsungan kehidupan damai di wilayah pascakonflik.

4.2.4. Arah dan Kebijakan Pembangunan Kewilayahan

Salah satu misi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJPN) tahun 2005–
2025 adalah terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan ditandai oleh tingkat
pembangunan yang makin merata ke seluruh wilayah diwujudkan dengan peningkatan kualitas
hidup dan kesejahteraan masyarakat, termasuk berkurangnya kesenjangan antar wilayah dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu, strategi dan arah kebijakan pembangunan
kewilayahan adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan pengembangan wilayah diarahkan untuk mendorong percepatan pembangunan


di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dengan tetap
mempertahankan momentum pembangunan di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera;

2. Meningkatan perekonomian domestik melalui perdagangan antarpulau dan pengembangan


sektor-sektor unggulan di tiap wilayah;

3. Kebijakan pembangunan wilayah juga diarahkan untuk: (1) pengembangan kawasan strategis
dan cepat tumbuh, (2) pengembangan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, dan rawan
bencana, (3) pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan dan (4) penataan dan
pengelolaan pertanahan; dan

130 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


4. Pengembangan wilayah laut dilaksanakan melalui pendekatan kewilayahan terpadu dengan
memperhatikan aspek-aspek geologi, oseanografi, biologi atau keragaman hayati, habitat,
potensi mineral dan energi, potensi perikanan, potensi wisata bahari, potensi industri maritim,
potensi transportasi dan teknologi. Pendekatan ini merupakan sinergi dari pengembangan
pulau-pulau besar dalam konteks pengembangan wilayah dan pemerataan pembangunan.
Pendekatan ini memandang wilayah laut Indonesia atas dua fungsi: (i) sebagai perekat integrasi
kegiatan perekonomian antarwilayah dan (ii) sebagai pendukung pengembangan potensi
setiap wilayah. Dari sepuluh wilayah pengembangan kelautan ini, dengan memperhatikan
fungsi strategisnya dalam penguatan keterkaitan antarwilayah maka dipilih lima wilayah prioritas
pengembangan untuk periode tahun 2010-2014 yaitu Wilayah Pengembangan Kelautan
Sumatera, Malaka, Jawa, Makassar-Buton dan Banda-Maluku.

4.3. KEBIJAKAN UMUM DAN STRATEGI PEMBANGUNAN



BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Kebijakan umum dan strategi pembangunan infrastruktur PU dan permukiman dalam 2005–2009
telah dilaksanakan berlandaskan new deal pembangunan ekonomi Indonesia yang secara prinsip
memuat triple track strategy, yaitu: pro-growth, pro-job dan pro-poor. Track pertama dilakukan
dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengutamakan ekspor dan investasi.
Percepatan pertumbuhan ekonomi tersebut secara nasional mempunyai target menurunkan tingkat
kemiskinan menjadi 14,1% (atau 32,5 juta orang) pada Maret 2009 dari 16,7% (36,1 juta orang) pada
tahun 2004. Percepatan laju pertumbuhan ini ditandai dengan makin banyaknya kesempatan kerja.
Track kedua dilakukan dengan menggerakkan sektor riil untuk menciptakan lapangan kerja, dan
track ketiga, dilakukan dengan merevitalisasi sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan ekonomi
perdesaan untuk mengurangi kemiskinan.

Selanjutnya strategi tahun 2010-2014 yang digunakan dalam penyelenggarakan bidang PU dan
penataan ruang berbasis pada konsep pemerataan dan keadilan dalam pertumbuhan ekonomi
adalah 4 track strategy. Dalam hal ini peningkatan kesejahteraan rakyat dilakukan berdasarkan 4
track strategy yang fokus pada: (i) perluasan pertumbuhan eknomi (pro growth), (ii) kesempatan
kerja (pro jobs), (iii) penurunan kemisikinan (pro poor) dan mendukung pembangunan berkelanjutan
(pro environment). Dalam perkembangannya, (secara diagramatis, triple track strategy plus dapat
dilihat pada Gambar 4.1). Prinsip tersebut sejalan dengan peran pembangunan infrastruktur
Pekerjaan Umum dan permukiman dalam pembangunan nasional yang pada dasarnya sangat
penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
meningkatkan kualitas lingkungan.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 131


Gambar 4.1 Triple Track Strategy Plus

Selanjutnya kebijakan umum bidang pekerjaan umum dan penataan ruang tahun 2010-2014
adalah:

KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang untuk terlaksananya pengembangan


wilayah dan pembangunan nasional serta daerah yang terpadu dan sinergis melalui percepatan
penyelesaian regulasi dan integrasi Rencana Tata Ruang ke dalam dokumen perencanaan
pembangunandan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang
bagi terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

2. Meningkatkan keandalan sistem jaringan dan pengelolaan sumber daya air melaluipeningkatkan
ketersediaan air baku bagi kebutuhan domestik, pertanian dan industri secara berkelanjutan,
mengurangi tingkat resiko akibat daya rusak air, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
nasional, ketahanan pangan, ketahanan air dan ketahanan energi.

3. Meningkatkan keandalan sistem jaringan jalan melalui pengembangan jaringan infrastruktur


transportasi jalan bagi peningkatkan kelancaran mobilitas barang dan manusia serta aksesibili-
tas wilayah, untuk meningkatkan daya saing dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

132 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


4. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar sub
bidang permukiman melalui pemenuhan sarana dan prasana permukiman yang memadai
seperti air minum, air limbah, drainase dan persampahan dan upaya revitalisasi maupun
penyediaan infrastruktur permukiman di berbagai kawasan melalui pemberdayaan masyarakat
dan penambahan jumlah hunian (rumah) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5. Meningkatkan kapasitas pengawasan pengendalian pelaksanaan dan akuntabilitas kinerja


untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang.

6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur, pembinaan konstruksi serta penelitian
dan pengembangan untuk meningkatkan kinerja pelayanan bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang.

Berdasarkan triple track strategy plus dan kebijakan umum, fokus pembangunan adalah sebagai
berikut: Dukungan terhadap kesejahteraan masyarakat dilaksanakan melalui upaya-upaya
terutama: (i) program- program pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman
dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesempatan kerja (peningkatan
ekonomi lokal); (ii) program-program pembangunan infrastruktur untuk mengurangi kesenjangan
antarwilayah, dukungan terhadap kawasan perbatasan dan kawasan terpencil serta terisolir
(pemberdayaan masyarakat dan pembangunan kawasan tertinggal, terdepan dan terluar);
dan (iii) program-program pembangunan infrastruktur PU dan permukiman yang berbasiskan
pemberdayaan masyarakat.

Dukungan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam penyelenggaraan infrastruktur PU


dan permukiman dilaksanakan melalui upaya-upaya: peningkatan ketahanan pangan, dukungan
infrastruktur bagi peningkatan daya saing sektor riil, meningkatkan kelancaran arus barang dan jasa,
peningkatan investasi infrastruktur melalui KPS dan peningkatan pencapaian MDG’s.

Sedangkan dukungan terhadap peningkatan kualitas lingkungan dilaksanakan melalui upaya-


upaya: (i) penerapan prinsip-prinsip green construction dalam pelaksanaan seluruh pembangunan
infrastruktur PU dan permukiman; (ii) mendorong pembangunan secara umum dan khususnya
pembangunan infrastruktur PU dan permukiman yang berbasiskan penataan ruang; dan (iii)
peningkatan kapasitas mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim global. Secara diagram,
peran infrastruktur PU dan permukiman dalam pembangunan nasional dapat dilihat pada Gambar
4.2.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 133


Gambar 4.2 Fokus Pembangunan Infrastruktur PU dan Permukiman

 4.4. KEBIJAKAN BARU/KHUSUS DALAM RKP 2010 - 2012

Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat diperlukan upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan


ekonomi yang lebih tinggi, menjaga stabilitas harga, serta langkah-langkah perluasan/pemerataan
untuk mengurangi kesenjangan melalui kebijakan yang berpihak kepada masyarakat miskin dan
tertinggal. Dengan demikian diharapkan dapat melengkapi dan menyempurnakan kebijakan-
kebijakan yang sudah ada. Selanjutnya telah ditetapkan prakarsa-prakarsa baru sebagai pengungkit
(leverage) bagi percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi nasional, yang mencakup:

• Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI);


• Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI);
• Peningkatan Ketahanan Pangan;
• Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur;
• Penanganan Transportasi Kota-kota Besar

134 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


4.4.1. Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Penyusunan MP3EI tahun 2011-2025 merupakan tindak lanjut dari direktif Presiden Republik
Indonesia yang disampaikan pada retreat Bogor pada 30 Desember 2010, Raker Presiden di JCC
tanggal 10 Januari 2011, Rapat Kerja dengan Pemerintah Daerah dan BUMN di Istana Bogor, Jawa
Barat pada 21-22 Februari 2011 dan Rapat Kerja dengan Dunia Usaha di Istana Bogor, Jawa Barat
pada 18-19 April 2011. Adapun kedudukan kebijakan pembangunan nasional khususnya dalam
RPJPN tahun 2005 2025 dan RPJMN tahun 2010–2014 terdapat dalam Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Kedudukan MP3EI dalam Kebijakan Pembangunan Nasional

MP3EI merupakan penajaman dan perluasan dokumen RPJMN tahun 2010–2014 yang dimuat
dalam RKP tahun 2011–2012 yang bertujuan untuk meningkatkan peran swasta secara lebih luas
dalam melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi 5–15 tahun mendatang.
Fokus MP3EI terdiri dari 8 (delapan) program utama yang meliputi: sektor industri manufaktur,
pertambangan, pertanian, kelautan, pariwisata, telekomunikasi, energi dan pengembangan
kawasan strategis nasional. Program utama tersebut selanjutnya dijabarkan dalam 22 (dua puluh
dua) kegiatan utama, yaitu: industri besi-baja, makanan- minuman, tekstil, peralatan transportasi,
perkapalan, perkayuan, nikel, tembaga, bauksit, kelapa sawit, karet, kakao, peternakan, perikanan,
food estate, pariwisata, telematika, batubara, alutsista, minyak dan gas, serta pengembangan
Metropolitan Jabodetabek dan pembangunan Kawasan Selat Sunda.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 135


Kebutuhan investasi dalam MP3EI, termasuk pembangunan infrastruktur diperoleh dari sumber
pendanaan yang berasal dari badan usaha (dalam negeri maupun luar negeri) dan Pemerintah
dengan perkiraan total kebutuhan investasi sebesar Rp. 481,18 T dengan 74% (Rp. 356,80 T) bersumber
dari badan usaha dan 25% (Rp. 124,38 T) berasal dari swasta.

Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu:

a) Mengembangkan 6 (enam) koridor ekonomi indonesia, yaitu: Koridor Sumatera, Koridor Jawa,
Koridor Kalimantan, Koridor Sulawesi, Koridor Bali–Nusa Tenggara dan Koridor Papua–Kepulauan
Maluku. Pembangunan 6 (enam) koridor ekonomi dilakukan melalui pembangunan pusat-pusat
pertumbuhan di setiap koridor dengan mengembangkan klaster industri dan kawasan ekonomi
khusus (KEK) sebagai Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang berbasis sumber daya unggulan di
setiap koridor ekonomi.

Gambar 4.4 Strategi Pengembangan Konektivitas dalam MP3EI

136 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Gambar 4.5 Konektivitas Terintegrasi

b). Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara
internasional (locally integrated, internationally connected). Penguatan konektivitas nasional
ditujukan untuk memperlancar distribusi barang dan jasa dan mengurangi biaya transaksi
(transaction cost) logistik. Hal ini akan dilakukan melalui:

 Penguatan konektivitas intra dan antar pusat-pusat pertumbuhan dalam koridor ekonomi
untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan;

 Penguatan konektivitas antar koridor (pulau) untuk memperlancar pengumpulan dan


pendistribusian (collection and distribution) bahan baku, bahan setengah jadi dan produk
akhir dari dan keluar koridor (pulau); dan

 Penguatan konektivitas internasional sebagai pintu keluar dan masuk perdagangan dan
pariwisata antar negara.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 137


c). Mempercepat peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK untuk mendukung pengembangan
program utama di setiap koridor ekonomi. Elemen utama untuk percepatan kemampuan SDM
dan IPTEK diantaranya meliputi:

 Meningkatkan kompetensi teknologi dan ketrampilan/ keahlian tenaga kerja; dan

 Meningkatkan kegiatan dan membangun pusat-pusat pengembangan Research and


Development di pusat-pusat pertumbuhan (KEK dan Klaster Industri) di setiap koridor ekonomi
melalui kolaborasi antar Pemerintah, Dunia Usaha dan Perguruan Tinggi.

Adapun indikasi kegiatan pembangunan infrastruktur PU dan permukiman dalam rangka


mendukung MP3EI dijabarkan secara detail dalam Lampiran 2.

4.4.2. Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)

Adapun arah kebijakan lintas bidang untuk penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui 5
(lima) fokus prioritas, diantaranya: Fokus 1. Peningkatan dan Penyempurnaan Kualitas Kebijakan
Perlindungan Sosial Berbasis Keluarga, Fokus 2. Penyempurnaan dan Peningkatan Efektivitas
Pelaksanaan PNPM Mandiri, Fokus 3. Peningkatan Akses Usaha Mikro dan Kecil kepada Sumberdaya
Produktif, dan Fokus 4. Peningkatan dan Perluasan Program-Program Pro-Rakyat. Program-program
ini ditujukan untuk melengkapi berbagai program dan kegiatan yang telah dijalankan melalui 3
klaster program penanggulangan kemiskinan, yaitu bantuan dan perlindungan sosial berbasis
keluarga (klaster I), pemberdayaan masyarakat (klaster II), pemberdayaan usaha mikro dan kecil
(klaster III). Adapun program murah untuk rakyat (klaster IV) diupayakan untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan.

Klaster 4 program pro-rakyat akan dilakukan melalui 6 program,dimana program 3 dan 6


merupakan ranah keciptakaryaan, yaitu (3) penyediaan air bersih untuk rakyat; (6) peningkatan
kehidupan masyarakat pinggir perkotaan mencakup pembangunan rumah murah atau upaya
realokasi jika kondisi sangat buruk. Terkait dengan program 6 klaster 4 peningkatan kehidupan
masyarakat miskin perkotaan, dukungan diberikan dengan bina lingkungan, yaitu: 1) penataan
kawasan kumuh melalui peningkatan infrastruktur kawasan, peningkatan kualitas lingkungan
permukiman, pengembangan permukiman baru dan revitalisasi kawasan-kawasan fungsional; 2)
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman melalui peningkatan infrastruktur lingkungan dan per-
baikan perumahan.

Kebijakan penanggulangan kemisikinan (pro-rakyat) Kementerian PU meliputi klaster II dan klaster


IV. Klaster II merupakan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatank emampuan masyarakat
miskin berdasarkan Perpres Nomor 13 tahun 2009 yang dilanjutkan dengan Perpres Nomor 15 tahun
2010. Klaster IV merupakan penggabungan klaster I, II dan III dengan program air bersih untuk rakyat
dan program peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan dengan berdasar pada Kepres

138 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Nomor 10 tahun 2011. Secara khusus, klaster II dan IV diwujudkan dalam PNPM (Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat) yang terdiri atas PNPM Mandiri Perkotaan, PNPM PISEW Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) dan PNPM Rural Infrastructure yang memiliki kegiatan
lingkungan. Adapun kegiatan lingkungan diantaranya meliputi air bersih, drainase, jembatan,
MCK, TPA/gerobak sampah, perpipaan dan sanitasi perdesaan. Keseluruhannya dilaksanakan
disejumlah lokasi sasaran provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa dengan jumlah
yang berbeda setiap tahunnya sesuai dengan ketetapan Pokja Pengendali berdasarkan dinamika
status administrasi wilayah (pemekaran/ penggabungan kecamatan).

Adapun target MDGs yang menjadi acuan MP3KI adalah yang terkait dengan program 3 -
kluster 4 air bersih untuk rakyat: proporsi penduduk terhadap sumber air minum terlindungi (akses
aman) nasional 47,71% (dari target MDGs 68,87%), perkotaan 49,82% (dari target MDGs 78,19%)
dan perdesaan 45,72% (dari target MDGs 61,60%) dengan total cakupan pelayanan air minum
perpipaan nasional 25,56% (dari target MDGs 41,03%), perkotaan 43,96% (dari target MDGs
68,32%) dan perdesaan 11,54% (dari target MDGs 19,76%). Pelayanan air minum diberikan melalui
skema kebijakan pendanaan SPAM yang sesuaidengan kebutuhannya.

Selain itu dukungan penyediaan air minum juga diberikan pada nelayan, pembangunan daerah
tertinggal dan masyarakat terpinggirkan perkotaan pada tahun 2012. Air minum untuk nelayan
diberikan untuk mendukung program pro rakyat Kementerian Kelautan dan Perikanan yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup nelayan. Sedangkan air minum untuk daerah tertinggal berkoordinasi
dengan Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal mengenai lokasi sasaran.

4.4.3. Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur

Kebijakan pokok percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat mengacu pada RPJMN
tahun 2010-2014, yaitu: (a) melaksanakan pembangunan sesuai kebutuhan, diikuti dengan
membangun wilayah tanah Papua yang mengacu pada RTRWN, RTRW Pulau, RTRW Provinsi
dan RTRW Kabupaten/Kota; (b) Meningkatkan ketahanan pangan; (c) Melakukan percepatan
pengembangan infrastruktur dasar energi, komunikasi, dan air bersih dan sanitasi yang menjangkau
hingga pelosok wilayah Papua dan Papua Barat; (d) Pengembangan ekonomi yang berdaya saing,
melalui pengembangan klaster pada 3 (tiga) kawasan strategis di Papua dan 1 (satu) kawasan
strategis di Papua Barat.

Percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat pada tahun 2012 akan dilakukan dengan
memberikan prioritas pada bidang pelayanan publik yang mendesak untuk diperbaiki, seperti:
Penyediaan infrastruktur dasar, dengan memprioritaskan dukungan air bersih dan sanitasi melalui
pendekatan kawasan yang terdiri dari kawasan terisolir, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan
dan kawasan strategis.

Sementara itu, upaya percepatan pembangunan Nusa Tenggara Timur yang masih didalam
proses legalisasi akan dilakukan melalui berbagai kebijakan prioritas, dengan fokus pada: (a)

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 139


pengembangan infrastruktur untuk mendukung pengembangan komoditas unggulan dan pariwisata
serta penyediaan infrastruktur sosial dasar bagi warga pendatang baru (eks Timor-Timur); dan (b)
pembangunan daerah tertinggal dan kawasan strategis.

Kedepan, percepatan pembangunan akan diarahkan untuk mendorong daerah tertinggal


lainnya yang memiliki ketertinggalan di bidang ekonomi dibandingkan dengan daerah lainnya,
khususnya di luar wilayah Jawa-Bali, sesuai dengan strategi dan arah kebijakan yang tertuang dalam
RPJMN tahun 2010-2014.

4.4.4. Peningkatan Ketahanan Pangan

Dalam rangka mencapai ketahanan pangan dimana surplus beras 10 juta ton pertahun sudah
harus dicapai dalam waktu 5-10 tahun, maka langkah-langkah yang akan dilakukan, meliputi: (1)
pengelolaan produksi tanaman padi melalui Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu (SL- PTT);
(2) perluasan areal dan pengelolaan lahan pertanian melalui cetak sawah, pemanfaatan lahan
kering dan optimasi lahan; (3) pengelolaan air irigasi melalui layanan irigasi tersier, pembangunan
infrastruktur irigasi dan rehabilitasi jaringan irigasi; (4) fasilitasi sarana produksi pertanian melalui

140 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


penyaluran pupuk bersubsidi dan bantuan langsung pupuk, benih bersubsidi dan bantuan benih
unggul, penyediaan pestisida, serta penangan pasca panen; dan (5) pengembangan sumber
daya manusia dan kelembagaan petani melalui penyuluhan pertanian dan diseminasi teknologi
dan informasi pertanian.

Pada sidang kabinet tanggal 6 September 2011 di Jakarta dan pada Rakortas perberasan
tanggal 7 September 2011, Presiden Republik Indonesia menyatakan bahwa surplus 10 juta ton
beras harus direalisasikan pada tahun 2014. Target surplus 10juta ton beras pertahun pada tahun
2014 tersebut memerlukan peningkatan produksi padi minimal 7% per tahun terhitung mulai tahun
2011. Untuk ituperlu disusun upaya-upaya peningkatan produksi dan produktivitas pangan melalui
serangkaian kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian,yang melibatkan kementerian/
lembaga terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum, KementerianPertanian dan Kementerian
Dalam Negeri.

Untuk mengamankan produksi beras nasional dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim,
sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2011, dilibatkan pula Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS),
Kementerian Keuangan, KementerianPerhubungan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Kehutanan,
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Badan
Meterologi, Klimatologi dan Geofisika, Kepala Badan Pertanahan Nasional, Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, Gubernur, Bupati/walikota.

4.4.5. Penanganan Transportasi Kota-kota Besar

Pengembangan prasarana jalan di perkotaan dilaksanakan dalam rangka mengurangi kemacetan


lalu-lintas, di antaranya adalah memulai pembangunan ruas W2 tol JORR (Jakarta Outer Ring Road)
serta pembangunan jalan tol akses ke Pelabuhan Tanjung Priok serta penyelesaian pembangunan
jembatan layang (flyover) di Pasar Kembang Surabaya.

4.4.6. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Kebijakan terkait dengan KEK ke depan diarahkan diantaranya pada:

1. Pengembangan infrastruktur PU dan permukiman sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang
Wilayah dan Rencana Induk Kawasan Ekonomi Khusus;

2. Mengembangkan world class infrastructure untuk meningkatkan daya saing Kawasan Ekonomi
Khusus;

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 141


3. Meningkatkan komitmen kelembagaan yang terkait dengan pembangunan infrastruktur PU dan
permukiman di Kawasan Ekonomi Khusus; dan

4. Mengembangkan pola kemitraan pemerintah dan swasta dalam pembangunan infrastruktur PU


dan permukiman.

4.4.7. Ekonomi Kreatif

Dari total 6 sasaran Ekonomi Kreatif, terdapat 5 sasaran yang melibatkan Kementerian PU,
diantaranya:

1. Insan dengan pola pikir dan moodset kreatif;

2. Industri yang unggul di pasar dalam dan luar negeri, dengan peran dominan wirausahawan
lokal;

142 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


3. Teknologi yang mendukung penciptaan kreasi dan terjangkau masyarakat Indonesia;

4. Pemanfaatan bahan baku dalam negeri secara efektif bagi industri di bidang ekonomi kreatif;
dan

5. Masyarakat yang menghargai HKI dan mengkonsumsi produk kreatif lokal.

Adapun ke-5 sasaran tersebut diatas diterjemahkan kedalam 5 arahan yang antara lain:

1. Peningkatan penghargaan kepada insan kreatif pemerintah;

2. Peningkatan efisiensi serta produktivitas industri untuk meningkatkan keunggulan komparatif;

3. Penguatan iklim usaha kondusif bagi investasi teknologi pendukung ekonomi kreatif;

4. Peningkatan kemampuan SDM untuk memanfaatkan bahan baku yang berasal dari alam; dan

5. Penciptaan masyarakat kreatif yang saling bertukar pengetahuan demi kuatnya industri nasional
di bidang ekonomi kreatif.

Adapun peran Kementerian PU kedepan dalam mendukung pengembangan ekonomi kreatif


diantaranya adalah:

1. Peran Kementerian PU dalam pondasi bangunan ekonomi kreatif dapat diwujudkan melalui
sumber daya manusia di Kementerian PU (sebagai peneliti) maupun pada industri jasa konstruksi
yang bisa berlaku sebagai kreator/inovator penemu teknologi dan material konstruksi yang
bernilai ekonomi;

2. Peran Kementerian PU dalam pilar ekonomi kreatif dapat diwujudkan melalui penyediaan
prasarana jalan, air minum, sanitasi, persampahan, irigasi, drainase, permukiman dan lain-lain
sebagai hasil dari pelaksanaan program dan kegiatan Kementerian PU yang menjadi pilar
pendukung (enabler) dari berjalannya rantai nilai ekonomi kreatif di kawasan ekonomi kreatif;
dan

3. Peran Kementerian PU dalam payung bangunan ekonomi kreatif dapat diwujudkan melalui
regulasi, kebijakan dan implementasi perencanaan tata ruang yang dikoordinir oleh Kementerian
PU yang diharapkan mampu menciptakan ruang-ruang interaksi diantara aktor-aktor utama
ekonomi kreatif.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 143


4.5. KEBIJAKAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN BIDANG PU

DAN PENATAAN RUANG

4.5.1. Kebijakan Penyelenggaraan Penataan Ruang

1. Mempercepat penyelesaian peraturan perundang-undangan, standar, pedoman dan


manual bidangPenataan Ruang;

2. Mengefektifkan pembinaan dan pengawasan teknis dalm pelaksanaan penataan ruang,


termasuk dengan meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang pleh Pemerintah
Daerah sesuai kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

3. Meningkatkan kualitas pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional yang


mendorongketerpaduan pembangunan infrastruktur wilayah dan implementasi program
pembangunan daerah;

4. Mengembangkan prakarsa dan peran, serta meningkatkan rasa memiliki (ownership) seluruh
pemangku kepentingan dalam percepatan penyelesaian produk pengaturan;

144 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


5. Mengembangkan kapasitas kelembagaan pusat dan daerah serta sinergi dalam pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan teknis pelaksanaan penataan ruang;

6. Mendapatkan komitmen berbagai pemangku kepentingan termasuk masyarakat dalam


pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

7. Mengembangkan rencana terpadu pengembangan wilayah di berbagai arah spasial, dengan


penjurunya pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman dan pembangunan
daerah;

8. Mewujudkan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)-Kota Hijau;

9. Mewujudkan Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP)–Kota Pusaka;

10. Mewujudkan Program Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan (P2KPB)–Desa


Lestari;

11. Mewujudkan Program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim–Program MAPI;

12. Mendukung Rencana Aksi Perwujudan MP3EI;

13. Memfasilitasi penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah(RPIIJM);

14. Menerapkan Rencana Aksi Perwujudan Reformasi Birokrasi (RB).

4.5.2. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air

1. Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara


konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan
air tanah, antara pengelolaan demand dan pengelolaan supply yang berkeadilan serta antara
pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang;

2. Konservasi akan lebih diutamakan sehingga akan terjadi keseimbangan antara upaya
untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka
panjang;

3. Pengendalian pemanfaatan air tanah seiring dengan peningkatan penyediaan air baku dari
air permukaan, pengembangan dan penerapan sistem conjuctive use antara pemanfaatan air
permukaan dan air tanah akan digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan menjaga
keberlanjutan ketersediaan air tanah;

4. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi difokuskan pada
upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 145


pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan dan peningkatan kinerja operasi
dan pemeliharaan. Upaya peningkatan fungsi jaringan dilakukan hanya pada areal yang
ketersediaan airnya terjamin dan petani penggarapnya sudah siap, dengan prioritas areal irigasi
di luar Pulau Jawa;

5. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku diprioritaskan pada
pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah rawan/defisit air, wilayah
tertinggal dan wilayah strategis;

6. Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir mengutamakan
pendekatan non-konstruksi melalui konservasi sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran
sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah. Pengurangan
resiko terhadap banjir juga dilakukan untuk mengamankan daerah berpenduduk padat,
konektivitas antar pusat ekonomi dan kawasan strategis mendukung percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi Indonesia MP3EI;

7. Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama dilakukan pada daerah perbatasan, pulau-
pulau kecil serta pusat kegiatan ekonomi dalam mendukung percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi Indonesia MP3EI;

8. Mitigasi dan adaptasi bidang SDA dalam menghadapi dampak negatif perubahan iklim global,
khususnya banjir, kekeringan dan kenaikan muka air laut;

146 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


9. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara pemangku kepentingan terus
diupayakan tidakhanya pada saat kejadian banjir, tetapi juga pada tahap pencegahan serta
pemulihan pasca bencana;

10. Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air juga dilakukan dengan penataan
kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing
pemangku kepentingan serta kemungkinan berbagi peran atau role sharing; dan

11. Penataan dan penguatan sistem pengolahan data dan informasi sumber daya air dilakukan
secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan sehingga tercipta basis data yang
dapat dijadikan dasar acuan perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber daya
air.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 147


4.5.3. Kebijakan Penyelenggaraan Jalan

1. Mempertahankan kinerja pelayanan


prasarana jalan yang telah terbangun
dengan mengoptimalkan pemanfaatan
prasarana jalan melalui pemanfaatan hasil
penelitian dan pengembangan teknologi
jalan;

2. Mengharmonisasikan keterpaduan sistem


jaringan jalan dengan kebijakan tata
ruang wilayah nasional yang merupakan
acuan pengembangan wilayah dan
meningkatkan keterpaduannya dengan
sistem jaringan prasarana lainnya dalam
konteks pelayanan intermoda dan sistem
transportasi nasional (Sistranas) yang
menjamin efisiensi pelayanan transportasi;

3. Meningkatkan koordinasi antara


pemerintah pusat dan pemerintah daerah
untuk memperjelas hak dan kewajiban
dalam penanganan prasarana jalan;

4. Mengembangkan rencana induk sistem


jaringan prasarana jalan berbasis pulau
(Jawa dan Bali, Sumatera,Kalimantan,
Sulawesi dan Papua);

5. Melanjutkan dan merampungkan


reformasi jalan melalui UU Nomor 38
tahun 2004 tentang Jalan serta peraturan
pelaksanaannya;

6. Menumbuhkan sikap profesionalisme dan


kemandirian institusi dan SDM bidang
penyelenggaraan prasarana jalan; dan

7. Mendorong keterlibatan peran dunia usaha


dan masyarakat dalam penyelenggaran
dan penyediaan prasarana jalan.

148 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


4.5.4. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

Air Minum

1. Meningkatkan kinerja pengelola air minum (PDAM) dengan melanjutkan kebijakan sebelumnya,
yaitu restrukturisasi utang pokok dan peningkatan manajemen melalui penetapan tarif yang
wajar serta penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air pada ambang batas normal (20%);

2. Mendorong pengelolaan PDAM agar lebih profesional dan menerapkan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pelayanan
air minum melalui uji kompetensi, pendidikan dan pelatihan;

3. Meningkatkan pembiayaan melalui Dana Alokasi Khusus yang diarahkan untuk membantu
pelayanan air minum perdesaan serta insentif bagi PDAM, disamping mendorong pemerintah
provinsi/kabupaten/kota untuk berinvestasi di bidang pengembangan air minum;

4. Meningkatkan peran serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya mencapai sasaran
pembangunan air minum;

5. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan serta secara
aktif dalam memberikan pelayanan air minum.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 149


Air Limbah

1. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah, baik yang dikelola BUMD maupun
yang dikelola secara langsung oleh masyarakat;

2. Meningkatkan pendanaan dengan mengembangkan alternatif sumber pembiayaan yang


murah dan berkelanjutan serta melalui kemitraan swasta dengan pemerintah;

3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah;

4. Mengembangkan kelembagaan dalam penanganan air limbah.

Persampahan dan Drainase

1. Menciptakan kesadaran seluruh stakeholders terhadap pentingnya peningkatan pelayanan


persampahan dan drainase;

2. Meningkatkan peran serta seluruh stakeholders dalam upaya mencapai sasaran pemba-
ngunan persampahan dan drainase;

150 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


3. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan serta secara
aktif dalam memberikan pelayanan persampahan, baik dalam handling-transportation maupun
dalam pengelolaan TPA;

4. Menciptakan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kemitraan pemerintah-


swasta (public private partnership) dalam pengelolaan persampahan;

5. Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan persampahan dan drainase;

6. Meningkatkan kinerja pengelola persampahan dan drainase melalui restrukturisasi kelembagaan


dan revisi peraturan perundang-undangan yang terkait; dan

7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola persampahan dan drainase melalui uji
kompetensi, pendidikan, pelatihan dan perbaikan pelayanan kesehatan.

Pengembangan Permukiman

15. Meningkatkan keterpaduan penanganan infrastruktur bidang Cipta Karya berbasis entitas/
kawasan dalam skala kota; dan

16. Meningkatkan pembinaan bagi peningkatan kualitas kawasan kumuh.

Bangunan Gedung dan Lingkungan

1. Meningkatkan pembinaan bagi peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dalam


pengendalian pembangunan bangunan gedung;

2. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan keselamatan gedung;

3. Meningkatkan pengawasan dan penertiban pelestarian bangunan gedung dan lingkungan


yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala nasional maupun internasional.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 151


4.5.5. Kebijakan Pembinaan Konstruksi

Mengembangkan mekanisme fasilitasi, pelayanan teknis dan administrative yang efektif, efisien
dan terpadu melalui kerjasama dan koordinasi antar Satminkal Kementerian PU, Kementerian/LPND
serta lembaga lainnya yang terkait dengan pengembangan jasa konstruksi.

1. Meningkatkan pembinaan konstruksi secara transparan dan terbuka dengan melibatkan


masyarakat dan meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam bentuk dekonsentrasi/tugas
pembantuan;

2. Mengembangkan pembinaan sumber daya investasi infrastruktur yang efisien, efektif dan
produktif yang menjamin keselarasan antara peningkatan investasi infrastruktur pekerjaan umum
dengan pengembangan daya saing penyedia jasa konstruksi nasional;

3. Meningkatkan pembinaan usaha konstruksi nasional yang kompetitif, profesional dan berdaya
saing tinggi di tingkat nasional maupun internasional;

4. Meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas pengadaan konstruksi yang bebas dari praktik-praktik
KKN;

152 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


5.

6. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja konstruksi yang profesional dan berdaya saing yang
didukung dengan Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi (GNPK);

7.

8.

9.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 153


4.5.6. Kebijakan Penelitian dan Pengembangan

Hasil Litbang IPTEK PU harus dapat mendorong pengembangan IPTEK infrastruktur PU dan
permukiman yang mampu menyediakan infrastruktur PU dan permukiman yang berkualitas dan
mampu memberikan dukungan pada pemecahan isu-isu di lapangan. Untuk mewujudkan hal
tersebut, maka kebijakan yang harus dilaksanakan adalah:

1. Penelitian dan pengembangan serta penerapan Ilmu Pengetahuan (Litbangrap) IPTEK yang
berhubungan dengan isu-isu peningkatan ketahanan pangan diarahkan pada unsur-unsur:
(i) keandalan sistem jaringan sumberdaya air; (ii) kualitas pengendalian pemanfaatan ruang-
ruang air; serta (iii) pengendalian terhadap kecenderungan konversi lahan beririgasi teknis
menjadi lahan permukiman dan industri;

2. Litbangrap IPTEK yang berhubungan dengan isu-isu peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
daya saing nasional diarahkan pada unsur-unsur: (i) keandalan sistem jaringan jalan dan
jembatan serta jaringan sistem sumberdaya air; (ii) percepatan pengembangan kawasan
kawasan strategis; dan (iii) peningkatan kualitas perencanaan tata ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah;

3. Litbangrap IPTEK yang berhubungan dengan isu-isu pelestarian fungsi lingkungan hidup,
diarahkan pada unsur-unsur: (i) peningkatan cakupan pelayanan prasarana dan sarana dasar;
(ii) kualitas perencanaan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan (iii) percepatan
pembangunan wilayah-wilayan tertinggal serta pulau-pulau terluar;

4. Memanfaatkan hasil-hasil Litbangrap IPTEK, selain untuk meningkatkan kualitas dan umur pakai
(life time) infrastruktur, juga untuk untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi unit
unit operasional di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum;

5. Menyelenggarakan layanan keahlian (advistek), selain untuk membantu memecahkan


persoalan persoalan di lapangan, juga untuk membantu penyusunan dokumen perencanaan
proyek yang di dalamnya memasukkan unsur-unsur teknologi baru yang telah teruji;

6. Menyelenggarakan pelatihan penerapan SPM baru (SNI, Pedoman) ditujukan kepada para
dosen dan mahasiswa perguruan tinggi, asosiasi profesi dan pejabat fungsional pengawas
(BPK, BPKP, Bawasda, dll); dan

7. Pelaksanaan verifikasi teknologi baru yang didasarkan pada kondisi spesifik Indonesia.

154 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


4.5.7. Kebijakan Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur

1. Menegakkan tertib administrasi dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur melalui


pengawasan dengan berdasarkan pada peraturan perundangan-undangan yang berlaku
serta penerapan Good Governance;

2. Melaksanakan pengawasan sebagai Penjamin Kualitas (Quality Assurance) dan Konsultan


(Consultant);

3. Menggunakan sumberdaya yang ada secara efisiensi dan efektif untuk melaksanakan
pengawasan terhadap seluruh penyelenggaraan pembangunan infrastruktur bidang PU dan
penataan ruang;

4. Menerapkan audit menyeluruh dan memenuhi standar audit yang ditetapkan;

5. Melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pembangunan infrastruktur PU dan


permukiman; dan

6. Melakukan koordinasi di bidang pengawasan dengan BPKP dan Inspektrorat Provinsi/Kabupaten/


kota.

4.5.8. Kebijakan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

1. Meningkatkan dukungan kesekretariatan dalam mendukung implementasi program


pembangunan bidang ke-PU-an dan penataan ruang melalui penerapan prinsip-prinsip good
governance;

2. Meningkatkan citra positif pengelolaan keuangan kementerian, kualitas SDM pengelola


keuangan, kepatuhan terhadap peraturan pengelolaan keuangan, disiplin penatausahaan
PNBP, serta fasilitasi Pembinaan Pengusahaan BUMN Perum Kementerian PU;

3. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan adminsitrasi dan pemberdayaan aparatur dalam


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;

4. Meningkatkan citra positif kementerian serta mengembangkan antara lain program dan
penguatan komunikasi publik, bentuk campaign dan strategi komunikasi dan publikasi;

5. Penetapan kegiatan penatausahaan dan pengelolaan, identifikasi peraturan perundangan


yang perlu ditindaklanjuti dengan juklak/juknis operasional, pembinaan kapasitas SDM dan
institusi pengelola BMN, serta pemrosesan penghapusan, pemanfaatan dan pemindah-
tanganan BMN;

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 155


6. Pemenuhan kebutuhan pelayanan bagi pengguna diklat yang dinamis, peningkatan
responsibilitas terhadap kebutuhan pembaruan (kurikulum, metode dan materi pembelajaran),
peningkatan kapasitas manajemen dan tata kelola organisasi, serta peningkatan koordinasi,
perluasan jejaring dan menyeleraskan kembali hubungan kemitraan antara Pusdiklat dengan
unit kerja terkait;

7. Penajaman strategi investasi, perencanaan jangka menengah dan jangka panjang, serta
peningkatan evaluasi kinerja kelembagaan;

8. Peningkatan koordinasi dan harmonisasi penyusunan peraturan perundangan, pengembangan


SDM bidang hukum, penyebarluasan peraturan perundangan, penanganan perkara/masalah
hukum, penyediaan sistem informasi hukum dan non hukum, serta pengelolaan Rumah Negara
yang tertib dan berkepastian hukum;

9. Pembinaan pengelolaan dan pengolahan kearsipan serta sosialisasi Permen PU No.10/


ORT/M/2011, Sistim Aplikasi Tata Naskah Elektronis Kementerian PU, Sistim Kearsipan Elektronik,
penghematan energi dan air; dan

10. Pembinaan pengelolaan dan penyediaan data spasial/peta dan data literal/numerik bidang
pekerjaan umum dan penataan ruang serta penyelenggaraan sistem informasi mendukung
manajemen Kementerian.

4.6. STRATEGI OPERASIONAL PENYELENGGARAAN BIDANG PU



DAN PENATAAN RUANG

4.6.1. Strategi Pembangunan Berkelanjutan

Infrastruktur memberikan kontribusi besar terhadap isu-isu lingkungan termasuk pemanasan


global. Infrastruktur dapat mempercepat terjadinya kerusakan lingkungan namun sebaliknya jika
infrastruktur dibangun dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan, maka infrastruktur dapat
menyelamatkan lingkungan dan mengurangi fatalitas akibat bencana.

Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman pada dasarnya sudah berada
dalam koridor pembangunan yang berwawasan lingkungan sebagaimana ditegaskan dalam
Undang-Undang sektor ke-PU-an. Undang-Undang Bangunan Gedung (Undang-Undang Nomor
28 tahun 2002) telah mengamanatkan pentingnya memperhatikan keseimbangan antara aspek
bangunan dan lingkungannya. Demikian pula Undang-Undang Sumber Daya Air (Undang-Undang
Nomor 7 tahun 2004) dan Undang- Undang Jalan (Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004) mewajibkan
agar dalam pengelolaan sumber daya air maupun jalan sungguh-sungguh memperhatikan
kelestarian lingkungan. Undang-Undang Penataan Ruang (Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007)
menjadi payung hukum dalam menjaga keseimbangan pemanfaatan ruang baik skala kawasan
maupun wilayah. Ketentuan lebih lanjut dari Undang-Undang tersebut, yaitu peraturan-peraturan

156 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


pelaksanaannya baik berupa norma, standar,
pedoman dan manual (NSPM), maupun
peraturan daerah sudah seharusnya lebih
menekankan pada pembangunan yang
berwawasan lingkungan, sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang tersebut.

Pada pelaksanaan Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional (RPJMN) II tahun
2010-2014 sudah tidak dapat dipungkiri bahwa
dalam perkembangannya akan dihadapkan
dengan tantangan terjadinya degradasi
kualitas lingkungan yang saat ini pun telah mulai
dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Oleh
karenanya, kebijakan pembangunan ke depan
harus mampu mendorong peningkatan kualitas
lingkungan termasuk dalam pembangunan
infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman,
baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pengoperasian, maupun dalam proses
pemeliharaan bangunan- bangunan konstruksi
dan infrastruktur pekerjaan umum dan
permukiman. Infrastruktur pekerjaan umum dan
permukiman yang berwawasan lingkungan
tersebut harus memenuhi karakteristik
keseimbangan dan kesetaraan, pandangan
jangka panjang dan sistemik.

Mengingat karakteristiknya sebagai negara


kepulauan yang berada di Garis Khatulistiwa,
Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana
terkait dengan iklim (climate-related disasters).
Untuk itu Indonesia perlu menyusun strategi
mitigasi dan adaptasi menghadapi dampak
perubahan iklim. Secara umum terdapat
beberapa efek perubahan iklim seperti naiknya
muka air laut, naiknya temperatur, perubahan
pola curah hujan, serta kenaikan frekuensi dan
intensitas iklim ekstrem. Potensi dampak yang
ditimbulkan adalah penurunan ketersediaan
air; kekeringan; gangguan keseimbangan air;

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 157


banjir; tanah longsor, intrusi air laut; dan badai.
Selain itu karena 18% dari penduduk Indonesia
bermukim di dataran rendah, serta terdapat
lebih kurang 2.000 pulau kecil yang terancam
tenggelam, termasuk 92 pulau terluar,
menyebabkan tingginya kerentanan Indonesia
terhadap perubahan iklim. Mitigasi dan
adaptasi terhadap dampak negatif perubahan
iklim perlu menjadi arus utama (mainstream)
dalam perencanaan pembangunan nasional
(RPJPN dan RPJMN) serta perencanan
pembangunan di daerah. Kementerian PU telah
menyusun Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan
Adaptasi Perubahan Iklim (RAN MAPI–PU) dan
rencana aksi pengurangan emisi Gas Rumah
Kaca (GRK) yang harus menjadi acuan dalam
perencanaan pembangunan infrastruktur
pekerjaan umum dan permukiman.

Pembangunan berkelanjutan juga


mencakup penerapan konstruksi berkelanjutan
(sustainable construction) yaitu industri
konstruksi yang ramah lingkungan, hemat
energi dan tidak merusak lingkungan.
Penyelenggaraan pembangunan tidak hanya
memperhatikan kepuasan dan kenyamanan
bagi para penggunanya, tetapi juga
melindungi lingkungan dan miminimalisasi
penggunaaan sumber daya energi.

Kementerian PU selaku penyelenggara


infrastruktur PU dan permukiman berperan
untuk leading dalam penerapan konsep
sustainable construction. Salah satu alat
penerapan sustainable construction dimulai
dari sustainable procurement, yaitu proses
pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan
menilai keseluruhan proses konstruksi,
perencanaan, konstruksi, hingga masa layan
(life cycle cost) yang memberi manfaat sosial-
ekonomi secara optimal dan mengurangi
dampak lingkungan. Adapun strategi

158 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


penerapannya menggunakan life cycle cost
analysis dengan mempertimbangkan cost
masa konstruksi dan masa layan, dengan
memperhatikan aspek ekonomi lingkungan
menjadi perhatian utama.

Pembangunan berkelanjutan dapat juga


terwujud dalam Kota Hijau, yang mempunyai
atribut terkait dengan perencanaan dan
perancangan kota (green planning and design),
Ruang Terbuka Hijau (Green Open Space),
Green Community dan Green Infrastructure
yaitu Green waste, green transportation, green
water, green energy dan green building.

Atribut yang perlu diprioritaskan adalah


pembangunan ruang terbuka hijau (Green
Open Space) untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas RTH sesuai dengan karakteristik
kota/kabupaten, dengan target RTH30% dan
Green Infrastructure yaitu pengurangan dan
pengolahan limbah dan sampah (Green
Waste) dengan menerapkan zero waste;
peningkatan kualitas air (Green Water)
dengan menerapkan konsep ekodrainase dan
zero runoff; penerapan bangunan hijau yang
hemat energi (Green Building).

Implementasi kebijakan pembangunan


infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman
yang berwawasan lingkungan perlu didukung
oleh pengembangan dan penelitian teknologi
terapan yang berwawasan atau ramah
lingkungan. Untuk itu, dalam pengembangan
teknologi, rancangan dan arsitektur bangunan,
metodologi pembangunan, material dan
bahan yang dimanfaatkan, serta efisiensi
penggunaan energi dan sumber daya air,
termasuk prinsip-prinsip dasar 3R: Reduce
(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali)
dan Recycling (mendaur ulang).

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 159


Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman dalam RPJMN
II 2010-2014 juga perlu memberikan perhatian yang lebih besar pada aspek peningkatan kapasitas
(capacity building) sumber daya manusia dan institusi termasuk kompetensi dan kemandirian
pemerintah daerah dalampembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman
yang berwawasan lingkungan, mendorong peran sektor swasta melalui regulasi yang sehat dan
iklim usaha yang semakin kondusif dan kompetitif, sertamendorong partisipasi dan peran serta
masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan untuk mewujudkan infrastruktur pekerjaan umum
dan permukiman yang berwawasan lingkungan.

4.6.2. Strategi Pengembangan Wilayah, Integrasi Sektor Ke-PU-an, dan Lintas Sektor

Strategi pengembangan wilayah nasional diarahkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor


26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam pengembangan wilayah nasional tersebut,
pembangunan sektor dan infrastruktur sangat signifikan dalam membentuk struktur dan pola
ruang termasuk mendorong pembangunan daerah dan pengembangan suatu wilayah. Selain itu
pengembangan wilayah dan pembangunan nasional serta daerah yang terpadu dan sinergis bagi
terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Oleh karena itu strategi yang
diterapkan adalah percepatan penyelesaian regulasi penataan ruang, antara lain RTR Pulau, RTR
Provinsi, RTR Kabupaten/Kota dan RTR KSN, serta RPIIJM.

Dalam strategi pengembangan wilayah, rencana pembangunan infrastruktur pekerjaan umum


dan permukiman harus terpadu dan searah dengan RTRWN yang merupakan matra spasial dari
kebijakan pembangunan nasional. Hal ini berarti, arahan lokasi dan pembangunan sistem jaringan
infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman selain harus sesuai dengan pola ruang wilayah
(berdasarkan RTR Pulau/Kepulauan, RTR Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Andalan).
Pengembangan wilayah juga harus sesuai dengan struktur ruang wilayah nasional (sistem infrastruktur)
dan sesuai dengan sistem kota dan kawasan yaitu: Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) antara lain
kawasan perbatasan.

Dalam rangka integrasi dengan rencana pengembangan sektor per pulau, strategi pembangunan
infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman mengacu pada kebijakan pembangunan wilayah
dalam RPJMN untuk mendukung pembangunan ekonomi regional berbasis pulau. Strategi
pembangunan tersebut meliputi: (1) Pembangunan infrastruktur regional dilakukan secara terpadu
lintas wilayah administrasi dan lintas sektor dengan mengacu RTRWN, Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau
dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi; (2) Pengembangan kawasan-kawasan prioritas
dalam rangka percepatan pertumbuhan wilayah pulau dengan strategi dukungan infrastruktur
pekerjaan umum dan permukiman untuk peningkatansektor-sektor strategis dan pengembangan
kawasan cepat tumbuh; (3) Pengembangan kawasan perbatasan dengan menerapkan prinsip-
prinsip prosperity dan security dengan memperhatikan kelestarian lingkungan melalui strategi
pengembangan kawasan tertinggal dan kawasan perbatasan dengan meningkatkan akses ke

160 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


negara tetangga;(4) Mendorong simpul-simpul
utama pulau sebagai pusat/hub ekonomi
kawasan kepasar internasional dengan strategi
dukungan infrastruktur pekerjaan umum
dan permukiman untuk pengembangan
sistem transportasi wilayah mendukung
pusat-pusat ekonomi wilayah regional; dan
(5) Mengembangkan sentra pendukung
ketahanan pangan dengan strategi dukungan
infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman
untuk pengembangan potensi pertanian
skala besar, membuka akses ke daerah-
daerah tertinggal, pulau-pulau kecil dan
pengembangan kawasan agropolitan.

Dalam operasionalisasi rencana pengem-


bangan infrastruktur pekerjaan umum dan
permukiman berbasis RTRWN per pulau pada
periode 2010-2014 diperlukan penjabaran
sasaran fungsi-fungsi wilayah/perkotaan per
pulau (Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua) yang
perlu didukung pembangunan infrastruktur
pekerjaan umum dan permukimannya
yang telah teridentifikasi dalam RTRWN
serta menyusun indikasi program utama
untuk memenuhi tuntutan sasaran fungsi
wilayah/perkotaan tersebut. Dalam hal ini
diperlukan upaya integrasi dan skenario
pengembangannya untuk lima tahunan per
kawasan/ perkotaan dan per pulau melalui
mekanisme RPIIJM dengan mempertimbangkan
kemampuan pendanaan, kapasitas lembaga
dan sumberdaya.

Dalam pengembangan Rencana dan


Program Investasi Jangka Menengah
Pembangunan Infrastruktur PU (RPIJM-PU)
pada tahun mendatang, tahapan pertama
yang perlu dilakukan adalah penyusunan
Rencana Induk Sistem Pengembangan
Infrastruktur pekerjaan umum dan

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 161


permukiman dengan mengacu pada model
Strategi Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana
Pengembangan Kawasan Permukiman
Prioritas (RPKPP). SPPIP merupakan penjabaran
kebijakan pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan dalam langkah-
langkah tindakan yangnyata secara terpadu
baik dari sisi waktu maupun jenis program,
sedangkan RPKPP merupakan rencana
aksi program strategis untuk penanganan
persoalan permukiman dan pembangunan
infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan
prioritas di perkotaan. Selanjutnya SPPIP dan
RPKPP tersebut digunakan sebagai dasar
untuk penyusunan provinsi/kabupaten/kota
yang akan menjadi dasar bagi perencanaan
dan penganggaran pembangunan dalam
rangka mengoptimalkan berbagai sumber
pendanaan baik dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah maupun dunia usaha/
masyarakat. RPIJM-PU ini diperlukan agar tidak
terjadi tumpang tindih dalam perencanaan,
pemograman dan penganggaran
antara kewenangan Pemerintah dengan
kewenangan Pemerintah Daerah, termasuk
optimalisasi perencanaan dekonsentrasi dan
tugas pembantuan, serta kegiatan yang
menggunakan anggaran DAK dan PAD.
RPIJM-PU tersebut akan mengintegrasikan
rencana pembangunan oleh Pemerintah cq.
Kementerian PU dengan Pemerintah Daerah
serta antarsektor untuk dapat mengoptimalkan
penyelenggaraan pembangunan, khususnya
pembangunan infrastruktur pekerjaan umum
dan permukiman.

Pengembangan wilayah perlu selaras


dengan pengembangan sistem konektivitas,
khususnya dengan sistem jaringan jalan
dan sistem jaringan infrastruktur SDA. Untuk
itu pembangunan infrastruktur jalan perlu

162 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


didorong dalam rangka mendukung
kelancaran arus barang dan efektivitas
kinerja sistem logistik nasional, termasuk
jaringan transportasi multimoda, dengan
meningkatkan keterpaduan jaringan jalan
nasional, provinsi, kabupaten dan perdesaan
yang menghubungkan berbagai simpul moda
transportasi ke pusat produksi, distribusi dan
logistik wilayah.

Arah pembangunan jaringan infrastruktur


sumberdaya air dikaitkan dengan upaya men-
dorong kawasan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi (kawasan andalan ekonomi dan kota-
kota PKN, PKW dan PKSN), melalui pembangu-
nan prasarana atau infrastruktur sumberdaya
air dalam kesatuan wilayah sungai terutama
dengan fungsi pendayagunaan sumberdaya
air, antara lain untuk penyediaan air baku (iri-
gasi dan industri) dan air bersih. Upaya fungsi
konservasi untuk menjaga kelestarian sumber-
daya air dipadukan dengan keberadaan ka-
wasan lindung yang terdiri dari hutan lindung
dan hutan konversi, dengan ketentuan mini-
mal seluas 30% dari daerah aliran sungai. Pe-
ngaturan fungsi pengendalian daya rusak air
diarahkan pada kawasan lindung setempat
antara lain sempadan sungai, sempadan pan-
tai dan daerah rawan bencana.

Pembangunan infrastruktur PU dan permuki-


man juga perlu diselaraskan untuk mendukung
pengembangan sektor-sektor ekonomi utama
lainnya seperti industri, pertanian, kelautan dan
perikanan, pertambangan, serta pariwisata,
yang sekaligus juga untuk mendorong berkem-
bangnya pusat pertumbuhan dalam konteks
pengembangan wilayah dan mengurangi
kesenjangan pembangunan antara wilayah
Jawa dan luar Jawa. Pengembangan wilayah
guna pertumbuhan ekonomi dilakukan ber-
dasarkan wilayah (corridor based economic

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 163


development) yang terhubung oleh sistem konektivitas antar daerah/kawasan yang terwujud da-
lam pengembangan 6 (enam) koridor ekonomi.

Pemerintah, melalui MP3EI juga berupaya untuk mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) dalam rangka mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat
strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan
suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional. Beberapa indikasi kawasan yang akan didukung
pengembangannya oleh MP3EI adalah KEK Sei Mangke (yang telah ditetapkan melalui PP No.
29 Tahun 2012), KEK Tanjung Lesung (yang telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor
26Tahun 2012) dan menyusul penetapan Kawasan Mandalika dan Kawasan Bitung sebagai KEK.

Pengembangan industri dan keberadaan KEK ini perlu dukungan infrastruktur pekerjaan umum
dan permukiman seperti jalan akses dari pusat produksi ke simpul koleksi dan distribusi (pelabuhan
dan bandara), pemenuhan kebutuhan air baku untuk industri dan air minum, pengendalian
pemanfaatan air tanah, dukungan pengelolaan sampah dan air limbah, penyediaan permukiman
dan prasarana untuk pekerja dan dukungan untuk mengurangi risiko banjir. Dukungan infrastruktur
PU tersebut juga dapat dibangun dengan memanfaatkan kerjasama pemerintah-swasta (public-
private partnership). Demikian juga diperlukan rencana penataan ruang yang selaras dengan
rencana penataan ruang di atasnya.

Sejalan dengan upaya pemerataan pembangunan dan mengatasi kesenjangan pembangunan


antar wilayah sekaligus mengendalikan pesatnya laju urbanisasi, maka pengembangan kawasan
perdesaan dilakukan melalui pengembangan kawasan agropolitan, minapolitan dan industrialisasi
minapolitan. Dukungan terhadap pengembangan kawasan tersebut dapat berupa penyiapan
rencana induk pengembangan dan dukungan sarana dan prasarana PU seperti air baku, jalan,
serta peningkatan kualitas lingkungan dan permukiman. Untuk itu Program Pengembangan
Kawasan Perdesaan Berkelanjutan (P2KPB) sebagai upaya peningkatan kualitas penataan ruang di
perdesaan akan dikembangkan sebagai salah satu program unggulan bidang penataan ruang.

Pengembangan wilayah juga dilakukan untuk mendukung pengembangan kawasan perbatasan


daerah-daerah tertinggal dan pulau-pulau kecil dengan menerapkan prinsip-prinsip prosperity dan
security dengan memperhatikan kelestarian lingkungan melalui peningkatan akses kawasan dan
penyediaan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman, serta pengembangan ekonomi lokal.

4.6.3. Strategi Sinergi Pusat - Daerah

Penyelenggaran urusan yang dilaksanakan oleh Kementerian PU adalah menangani urusan-


urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan Pemerintah, baik yang akan dilaksanakan
sendiri maupun yang akan dilakukan melalui dekonsentrasi dan tugas pembantuan dalam rangka
peningkatan kapasitas dan percepatan pelembagaan penyelenggaraan urusan bidang pekerjaan
umum di daerah secara sinerjik dengan peran Pemerintah. Sejalan dengan otonomi daerah,

164 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


perlu upaya berkesinambungan untuk mendukung dan memfasilitasi tugas pemerintah daerah
agar terwujud percepatan penyediaan infrastruktur pekerjaan umum. Oleh karenanya ke depan
peran Kementerian PU akan lebih dititikberatkan untuk melakukan pengaturan, pembinaan dan
pengawasan (TURBINWAS), serta pembinaan dan pengendalian pelaksanaan DAK infrastruktur
bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk mewujudkan peningkatan kapasitas Pemerintah
Kabupaten/ Kota agar memiliki kompetensi menuju kemandirian dalam penyelenggaraan
infrastruktur pekerjaan umum di wilayahnya.

Dalam kaitan dengan tugas pengaturan, disamping menyelenggarakan urusan yang menjadi
tugasnya, Kementerian PU diharuskan untuk menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria
(NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam
rangka melaksanakan urusan wajib pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota berkaitan
dengan pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan permukiman. Dalam kaitan dengan tugas
pembinaan, Kementerian PU juga berkewajiban melakukan pembinaan kepada pemerintah
daerah untuk mendukung kemampuan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan
bidang pekerjaan umum dan permukiman, sehingga akan tumbuh kemandirian daerah dalam
penyelenggaraan pembangunan di bidang pekerjaan umum dan permukiman sejalan dengan
pelaksanaan otonomi daerah dan sesuai dengan prinsip otonomi daerah, yaitu luas, nyata dan
bertanggung jawab.

Selain itu, pengawasan dan pengendalian secara nasional terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan dan NSPK juga harus ditingkatkan mengingat tuntutan penyelenggaraan in-
frastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman yang semakin berkualitas tidak dapat ditawar
lagi. Dengan demikian, peran pengaturan dan pembinaan serta pengawasan dan pengendalian
harus memperoleh prioritas penanganan karena memiliki arti yang sangat strategis untuk mewu-
judkan pelayanan terbaik kepada masyarakat oleh pemerintah daerah dan sekaligus berarti juga
bahwa pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah telah menuju arah yang tepat.

Dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman periode tahun
2010-2014, Kementerian PU selain akan menjalankan tugas melaksanakan pembangunan (operator)
yang menjadikewenangan Pemerintah, juga memerlukan upaya untuk memantapkan peran
sebagai regulator dan fasilitator. Prioritas yang perlu dilaksanakan adalah penguatan kelembagaan
termasuk capacity building untuk memperkuat manajemen sumber daya manusia baik di pusat
maupun daerah, serta meningkatkan koordinasi kelembagaan, terutama yang sifatnya lintas sektor
dan daerah untuk mengkonsolidasikan dan mensinergikan potensi sumberdaya yang ada dalam
rangka mengantisipasi peningkatan penyelenggaraan infrastruktur PUdan permukiman.

Sinergi pusat-daerah dan antar daerah merupakan penentu utama kelancaran pencapaian
tujuan dan sasaran pembangunan yang tercantum dalam RPJMN tahun 2010-2014. Sinergi pusat-
daerah dan antar daerah dilakukan dalam seluruh proses mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan
dan pengembangan wilayah.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 165


Sinergi dalam Kerangka Perencanaan Kebijakan dapat dilakukan melalui optimalisasi
penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang mendorong
terciptanya proses partisipasi semua pelaku pembangunan dan berkembangnya transparansi dan
akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Sinergi dalam kerangka regulasi diarahkan untuk mendorong harmonisasi peraturan perundang-
undangan baik dalam bentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan
Presiden dan Peraturan Menteri.

Sinergi dalam Kerangka Anggaran di dalam pengelolaan dana perimbangan dan dana
otonomi khusus diarahkan untuk antara lain meningkatkan kapasitas fiskal daerah, menyelaraskan
kebutuhan pendanaan, meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah, meningkatkan daya
saing daerah dan meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan
rencana pembangunan daerah.

Dalam kerangka kelembagaan dan aparatur daerah, sinergi Pemerintah Pusat-Daerah yang akan
dilakukan dalam lima tahun mendatang antara lain menata dan menyempurnakan pengaturan
kewenangan antartingkat pemerintahan sebagai dasar penetapan kinerja dan alokasi anggaran
dengan penerapan anggaran berbasis secara bertanggung jawab.

Sinergi dalam kerangka pengembangan wilayah difokuskan pada pengaturan, pembinaan,

166 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang antara lain sinkronisasi kebijakan dalam
penggunaan lahan dan tata ruang, mempercepat penyusunan peraturan pendukung pelaksanaan
rencana tata ruang wilayah dan mempercepat penyusunan rencana tataruang wilayah provinsi
dan kabupaten/kota.

4.6.4. Strategi Peningkatan Tata Kelola Yang Baik

Dalam mencapai visi jangka panjang, misi dan tujuan organisasi, kelembagaan Kementerian PU
perlu mendorong implementasi tata kelola pemerintahan yang baik melalui penerapan reformasi
birokrasi yang menyeluruh dan dilaksanakan secara bertahap. Reformasi birokrasi merupakan upaya
untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan, terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan/organisasi, ketatalaksanaan
(business process), regulasi, serta sumber daya manusia aparatur Negara, dalam rangka mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam mencapai tujuan reformasi birokrasi tahun 2010-2014,
dalam dokumen usulan dan road map RB PU telah ditetapkan 3 (tiga) agenda prioritas reformasi
Birokrasi Kementerian PU yang diwujudkan dalam rencana 6 (enam) program dan 26 (dua puluh
enam) kegiatan reformasi birorkrasi secara sistemik untuk jangka menengah tahun 2010-2014.

Strategi pertama diarahkan untuk meningkatkan pelayanan publik mengingat peran dan fungsi
intibirokrasi Kementerian PU dalam menyelenggarakan pemerintah adalah memberikan pelayanan
publik yaituberupa ketersediaan dan pelayanan infrastruktur PU-Kim. Strategi ini dilaksanakan untuk
meningkatkan keandalan infrastruktur PU-Kim melalui penetapan dan penerapan standar pelayanan
serta perkuatan unit pelayanan publik di Kementerian PU, dimana pelaksanaan proritas ini memerlukan
perbaikan tata kelola yang menyeluruh. Strategi kedua diarahkan untuk meningkatkan kapasitas
dan akuntabilitas kinerja birokrasi melalui pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan
individu serta penataan dan pengembangan SDM yang sistemik dimulai dari proses penyusunan
analisa jabatan, peringkat jabatan, sistem rekruitmen sampai dengan asesmen individu berdasarkan
kompetensi dan penerapan sistem penilaian kinerja pegawai serta membangun database pegawai
sebagai dasar pengembangan karir dan tunjangan kinerja. Strategi ketiga adalah mewujudkan
birokrasi pemerintah yang bersih dan bebas KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) dengan pemenuhan
kedua prasyarat prioritas diatas melalui peningkatkan peringkat laporan keuangan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), penguatan pengawasan internal, peningkatan operasionalisasi Wilayah Bebas
Korupsi (WBK) dan mengefektifkan hasil keikutsertaan pada program Inisiatif Anti Korupsi (PIAK).

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 167


4.6.5. Strategi Pengawasan

Pengawasan telah dilaksanakan oleh Inspektorat Jendral melalui penerapan Sistem Pengenda-
lian Internal Pemerintah (SPIP) berdasarkan Inmen PU No. 02/IN/M/2011 dan aplikasi peta resiko yang
sudah disusun sejak tahun 2010. Selain itu untuk Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pe-
merintah (APIP) sebagai quality assurance dan consulting telah diwujudkan melalui auditor di Itjen
dan auditor internal di unit-unit kerja yang telah memiliki sertifikat ISO 9001.

Proses penguatan pengawasan di lingkungan Kementerian PU telah diupayakan melalui


Operasionalisasi Pelaksanaan Wilayah Bebas Korupsi dalam Permen PU No. 21/PRT/M/2008 tanggal 21
Desember 2008, dimana Wilayah Bebas Korupsi meliputi lingkup: pemrograman dan pengalokasian
anggaran serta pelaksanaan dan pengawasan pengadaan barang dan jasa. Demikian juga
penerapan manajemen resiko telah mulai diberlakukan didalam audit kegiatan satuan kerja
(Satker).

Pada tahun 2013 akan terjadi perubahan kegiatan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP), dimana prosesnya sudah dimulai sejak tahun 2012. Peran APIP tidak hanya mencakup
akuntabilitas keuangan (seperti tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60/2008 tentang SPIP),
namun juga meningkatkan kinerja dan efektivitas lembaga. Paradigma APIP berubah dari sebagai
watchdog menjadi quality assurance, catalyst dan consultant. APIP harus mampu meyakinkan
bahwa pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas fungsi dapat bebas dari praktek
penyimpangan dengan kinerja baik.

Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Tindak Pidana
Korupsi disebutkan bahwa salah satu tugas KPK yaitu melaksanakan koordinasi dan pengawasan
(supervisi) bersama instansi yang berwenang dalam rangka monitoring terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara. Untuk meningkatkan upaya tersebut, disusunlah Program Penilaian Inisiatif
Anti Korupsi (PIAK).

Dalam rangka PIAK, Kementerian PU direkomendasikan untuk menyusunan Kode etik khusus untuk
Unit Organisasi Eselon I dan disosialisasikan; pembuatan kontrak kinerja untuk pemberian peringkat
reward/ punishment dan LAKIP Eselon I dan II; pembuatan SE (Surat Edaran) Menteri PU tentang daftar
wajib LHKPN, penundaan promosi bagi pejabat tanpa LHKPN dan larangan menerima gratifikasi;
pelaksanaan sosialisasiLHKPN, gratifikasi dan anti korupsi; promosi anti korupsi; percepatan tindak
lanjut sisa temuan BPK/APIP/KPK.

4.6.6. Strategi Pengembangan IPTEK

Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Nasional diarahkan pada peningkatan
kualitas penguasaan dan pemanfaatan iptek dalam rangka mendukung transformasi perekonomian

168 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


nasional menuju perekonomian yang berbasis pada keunggulan kompetitif. Dalam mewujudkan
arahan ini, secara garis besar pembangunan iptek dirancang dalam dua bagian, yaitu (1) yang
berkaitan dengan wahana pembangunan iptek dan (2) yang berkaitan dengan substansi iptek itu
sendiri. Agar dukungan iptek terhadap pembangunan nasional dapat berlangsung secara konsisten
dan berkelanjutan, sistem inovasi nasional sebagai wahana pembangunan iptek akan diperkuat
melalui penguatan kelembagaan, sumberdaya dan jaringan iptek melalui forum iptek. Sementara
itu, pembangunan substansi dilaksanakan melalui penelitian, pengembangan dan penerapan iptek
di bidang-bidang iptek yang strategis dan diarahkan untuk mencapai hasil yang semakin nyata
mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional baik dalam bentuk publikasi ilmiah,
paten, prototip, layanan teknologi, maupun wirausahawan teknologi.

Pengembangan IPTEK bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman, pada dasarnya dilaksanakan
untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi para pihak yang berkepentingan (stakeholders),
baik pemerintah, swasta maupun masyarakat umum. Dukungan IPTEK terhadap pelaksanaan
tugas dan fungsi unit-unit operasional di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Dinas-
dinas Pekerjaan Umum di daerah harus menjadi prioritas utama. Pengembangan IPTEK bidang
Pekerjaan Umum dan Permukiman (IPTEK PU) meliputi kegiatan: penelitian dan pengembangan yang
menghasilkan iptek dan SPMK, penerapan IPTEK yang menghasilkan informasi tentang kesiapan pakai
IPTEK dan pemberian layanan keahlian untuk memecahkan persoalan persoalan lapangan (advis
teknis) serta ditunjang dengan pengembangan sarana dan prasarana litbang (laboratorium).

Berdasarkan arahan RPJMN dan kebutuhan pengembangan iptek di sektor-sektor ke-PU-an,


pengembangan iptek diarahkan untuk (i) percepatan pembangunan infrastruktur melalui kerjasama
pemerintah dan swasta, (ii) pengembangan jaringan transportasi dan jaringan Sumber Daya Air, (iii)
pembangunan perumahan dan permukiman, (iv) pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan
Sumber Daya Alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, (v) peningkatan kualitas perencanaan
tata ruang dan konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen
pembangunan infrastruktur terkait.

Area litbang meliputi desain dan teknologi, sosial budaya, kelembagaan, ekonomi dan pembi-
ayaan, serta kebijakan. Selain itu, litbang juga dilakukan terhadap seluruh aspek penyelenggaraan
Infrastruktur yaitu pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan (TURBINBANGWAS),
serta aspek aspek yang berhubungan dengan keamanan, keselamatan, kenyamanan, kesehatan
atau pelestarian fungsi dan sumber daya lingkungan hidup.

Pengembangan iptek dan penyusunan SPMK dilakukan oleh Balitbang PU dan didukung oleh
perguruan tinggi, unit kerja operasional dilingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, konsultan,
kontraktor dan asosiasi dalam rangka jaminan mutu infrastruktur PU dan Permukiman.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 169


4.6.7. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan

Sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat,


program-program Kementerian Pekerjaan Umum diarahkan berbasis pada pemberdayaan
masyarakat, kemitraan dan partisipasi masyarakat termasuk fasilitasi dan memobilisasi masyarakat
dalam melakukan menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan serta pemeliharaan
infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman. Pemberdayaan berupa kemitraan dan
partisipasi berprinsip pada kesetaraan, keterbukaan dan saling memperoleh manfaat, merupakan
kunci keberhasilan dalam perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan aset publik tersebut.

Strategi Pemberdayaan Masyarakat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran, kesiapan dan


keterlibatan masyarakat. Kualitas pemberdayaan masyarakat dan peran stakeholders dalam
pelaksanaan program perlu terus ditingkatkan, antara lain melalui: (i) Peningkatan partisipasi
masyarakat secara aktif dalam pelaksanaan program, terutama dalam proses pengambilan
keputusan; Peningkatan kepekaan dan kesadaran di semua tingkatan; (ii) Peningkatan kapasitas
penyelenggara melalui pelatihan; (iii) Pemantauan kinerja yang akan dilakukan secara berjenjang
dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten sampai ketingkat terendah didesa. Disamping itu peningkatan
peran stakeholders dan pemerintah daerah dapat ditumbuh kembangkan sehingga dapat
melaksanakan pembinaan yang akan mendorong kemandirian masyarakat dalam mendung
program ke-PU-an. Strategi yang sudah berjalan dan menjadi arah kedepan adalah upaya
penguatan ketahanan masyarakat secara sosial, ekonomi dan lingkungan dan keterkaitannya
dengan peningkatan ekonomi lokal, guna lebih menjamin peningkatan kesejahteraan seluruh
lapisan masyarakat dalam memperkuat kemajuan ekonomi nasional yang inklusif.

Pada pengelolaan Sumber Daya Air, strategi diarahkamelaluipeningkatanPartisipasi Perkumpulan


petani pemakai air (P3A) dalam rencana modernisasi jaringan irigasi dan kemitraan pemangku
kepentingan (stakeholders) baik unsur pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya air melalui Gerakan Nasional Kemitraan Pengelolaan Air (GNKPA). P3A
dalam kegiatan pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip: sukarela dengan berdasar hasil musyawarah dan mufakat, kebutuhan,
kemauan dan kemampuan, kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat petani/perkumpulan
petani pemakai air.

Kemitraan dalam penataan ruang yang diwujudkan dalam aspek pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan dan pemanfaatan ruang. Masyarakat dalam
komunitas-komunitas kecil dan didorong untuk berinisiatif dan berperan menata lingkungan,
mengembangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH), Begitu juga kalangan dunia usaha yang telah banyak
membangun dan mengembangkan kota baru dengan konsep green city yang tentunya perlu
didukung oleh Pemerintah melalui regulasi dan penyediaan infrastruktur untuk pengembangan
kawasan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dan isu perubahan iklim. Kemitraan
dalam sub bidang jalan dilaksanakan pada kesiapan masyarakat dalam pembebasan lahan Jalan.
Dalam bidang Litbang, kemitraan dilaksanakan dalam peningkatan Penerapan Produk Litbang.

170 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam sub bidang keciptakaryaan diwujudkan
dalam kesiapan masyarakat program berbasis masyarakat seperti pamsimas, sanimas dan penghuni
Rusunawa dalam menghuni dan mengelola bangunan dan lingkungannya.

Gambar 4.6 Pola Pemberdayaan Masyarakat Sub Bidang Keciptakaryaan

Kemitraan dalam jasa konstruksi mempunyai orientasi untuk mendapatkan nilai tambah dari
setiap kerjasama dan mengoptimalkan potensi sumberdaya dan pendanaan dari masyarakat dan
dunia usaha. Sebagai salah satu upaya yang menjadi potensi yang luar biasa untuk dikembangkan
dengan akses kemitraan Pemerintah dan masyarakat.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 171


Gambar 4.7 Model OP Partisipatif

Untuk memastikan tercapainya target pertumbuhan ekonomi diatas 7% pada tahun 2014,
diperlukan langkah untuk menciptakan kepastian bagi dunia usaha dengan konsistensi dan
transparansi peraturan, kontrak dan hukum, serta mengurangi simpul-simpul birokrasi baik horisontal
maupun vertikal. Setiap Kementerian melakukan evaluasi dan perubahan dari seluruh aturan
yang tidak mendukung iklim usaha. Melakukan benchmarking dengan standar internasional yang
diumumkan secara transparan kepada publik.

4.6.8. Strategi Pembinaan Jasa Konstruksi

Strategi pengembangan jasa konstruksi secara nasional diarahkan untuk peningkatan keandalan
yaitu struktur usaha yang kokoh dan mampu mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas
sehingga jasa konstruksi nasional diharapkan semakin mampu mengembangkan perannya
dalam pembangunan nasional. Pengembangan perangkat jasa konstruksi juga diperlukan untuk
mendukung pasar konstruksi di sektor swasta yang nilainya juga terus meningkat, bahkan telah
mampu mengungguli nilai pasar jasa konstruksi pemerintah, yakni sekitar 60% dari total nilai pasar
jasa konstruksi nasional.

172 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Strategi dilaksanakan melalui pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan untuk ketiga arah
pembinaan yaitu restrukturisasi usaha jasa konstruksi, peningkatan profesionalisme dan kemandirian
masyarakat. Penerapan strategi pertama ditujukan untuk merestrukturisasi usaha jasa konstruksi
untuk membentuk komposisi yang seimbang antara perusahaan besar, menengah dan kecil
serta perusahaan umum, spesialis dan keterampilan tertentu. Selanjutnya strategi diarahkan untuk
meningkatkan profesionalisme penyedia jasa konstruksi baik perorangan maupun badan usaha
untuk menjadikan jasa konstruksi semakin berdaya saing tinggi dan peningkatan kemandirian
masyarakat jasa konstruksi melalui peran aktif peran aktif seluruh unsur masyarakat jasa konstruksi.

Pengaturan dilakukan dengan menetapkan kebijakan pengembangan jasa konstruksi,


menerbitkan dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan, norma, standar, pedoman
dan kriteria jasa konstruksi serta peraturan perundangan yang terkait dengan usaha jasa konstruksi
dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

Pemberdayaan dilakukan melalui: (1) pengembangan sumber daya manusia; (2)


pengembangan usaha termasuk upaya mendorong kemitraan fungsional yang sinergis; (3)
dukungan lembaga keuangan untuk memberikan prioritas, pelayanan, kemudahan, dan akses
dalam memperoleh pendanaan; (4) dukungan lembaga pertanggungan untuk memberikan
prioritas, pelayanan, kemudahan dan akses dalam memperoleh jaminan pertanggungan risiko;
(5) peningkatan kemampuan teknologi, sistem informasi serta penelitian dan pengembangan
teknologi.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 173


Pengawasan dilakukan terhadap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk menjamin
terwujudnya ketertiban jasa konstruksi antara lain mengenai perizinan, keselamatan dan kesehatan
kerja dan keteknikan pekerjaan konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku. Strategi ini dilakukan dengan kemitraan, kerjasama dan sinergitas dengan
keseluruhan stakeholders yaitu antara lain dari instansi pemerintah dan pemerintah daerah, asosiasi
lembaga, perguruan tinggi, lembaga riset.

Demikian juga Pembinaan konstruksi di masa depan akan difokuskan sangat tergantung
kepada kehandalan dan ketangguhan pengelolaan sektor konstruksi di daerah dalam rangka
menunjang perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembinaan diarahkan untuk peningkatan
kapasitas kelembagaan, SDM dan kebijakan pembinaan jasa konstruksi Pusat dan daerah dengan
mengoptimalkan peran forum jasa konstruksi daerah. Strategi diarahkan untuk menyiapkan
perangkat pendukung secara memadai untuk menunjang pembangunan insfrastruktur di daerah,
serta untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja konstruksi dan badan usaha sebagai penyedia
jasa yang semakin kompeten dan mengembangkan teknologi baru sehingga berdaya saing tinggi
hingga ke mancanegara.

Strategi pembinaan jasa konstruksi juga difokuskan untuk mendukung penyelenggaraan jasa
konstruksi terkait dengan pembangunan infrastruktur PU-KIM melalui tatakelola penyelenggaraan
konstruksi yang baik dan meningkatkan peran serta masyarakat jasa konstruksi di lingkungan
Kementerian PU. Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi diarahkan untuk tertib sehingga menjamin
kesetaraan kedudukan antara pengguna dan penyedia jasa. Pembinaan juga difokuskan
pada penyelenggaraan investasi infrastruktur pekerjaan umum, daya saing industri konstruksi,
pengembangan rantai pasok material dan peralatan konstruksi, pengembangan aspek administrasi
kontrak, aspek keuangan dan manajerial jasa konstruksi dan bantuan kepada penyedia jasa
tentang akses permodalan, perpajakan insentif, akses pasar luar dan mengembangkan peluang
dalam negeri.

Pembinaan jasa konstruksi ditujukan untuk meningkatkan akuntabilitas dan kepuasan pengguna
jasa dan penyedia jasa dalam pelaksanaan proses pemilihan dan kontrak pekerjaan konstruksi di
lingkungan Kementerian PU dari 50% menjadi 80%, mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang
berkualitas melalui peningkatan penerapan sistem manajemen mutu dari 10% menjadi 20% dan
meningkatkan kapasitas SDM penyedia/pengguna dan masyarakat jasa konstruksi.

Pada tahun 2009 Pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi
(GNPK). Gerakan ini didkung oleh Kementerian PU, Kementerian Tenaga Kerja dan LPJKN. GNPK
merupakan jawaban atas tantang akan besarnya kebutuhan tenaga kerja konstruksi yang terus
meningkat seiring dengan meningkatnya anggaran pembangunan. Pada tahun 2012 dengan
anggaran 75,9 triliun rupiah telah menyerap 2,31 juta tenaga kerja konstruksi. Dengan demikian
jika tersedia anggaran pembangunan infrastruktur ke-PU-an sebesar 346,24 triliun untuk 5 tahun
maka akan dibutuhkan sekitar 10,56 juta tenaga kerja konstruksi. Pada kenyataanya saat ini hanya
3% tenaga konstruksi yang telah tersertifikasi. Gambaran umum komposisi tenaga kerja konstruksi
nasional di lapangan adalah: 10% merupakan tenaga ahli, 30% merupakan teknisi/terampil dan 60%

174 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


merupakan tenaga kurang terampil yang dipekerjakan di sektor konstruksi. Dengan demikian perlu
didorong berbagai upaya agar 3,48 juta tenaga kerja konstruksi nasional untuk dapat ditingkatkan
kemampuannya menjadi tenaga kerja konstruksi terlatih dan kompeten.

Strategi yang harus dilakukan untuk mendorong agar lebih banyak tenaga konstruksi memiliki
sertifikat keahlian/keterampilan kerja di bidang jasa konsgtruksi termuat dalam 5 (lima) strategi GNPK,
antara lain: (1) Konsolidasi sistem pembinaan & pelatihan konstruksi nasional berbasis kompetensi;
(2) Pengembangan standar kompetensi nasional SDM konstruksi; (3) Pengembangan lembaga
pelatihan dan uji berbasis kompetensi; (4) Penataan klasifikasi dan kualifikasi SDM konstruksi sesuai
kebutuhan industri; dan (5) Pengakuan (recoqnition) SDM konstruksi serta perlindungan kerja yang
lebih baik.

4.6.9. Strategi Pengarusutamaan Jender

Terkait dengan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman ini, penting pula
diperhatikan adanya upaya untuk mewujudkan kesetaraan gender sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang RPJPN dan menjadi salah satu tujuan yang
akan dicapai dalam RPJMN 2010-2014. Lebih operasional lagi, Instruksi Presiden Nomor 9 tahun
2000 telah memerintahkan kepada seluruh kementerian/lembaga serta pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota untuk melaksanakan pengarusutamaan gender kedalam siklus manajemen, yakni
perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program yang
berperspektif gender di seluruh aspek pembangunan. Kemudian, sebagai tindak lanjut dari Inpres
Nomor 9 tahun 2000 tersebut telah pula diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor
119/PMK.02/2009 yang mengatur tentang petunjuk penyusunan dan penelaahan rencana kerja dan
anggaran kementerian/lembaga dan penyusunan, penelaahan, pengesahan dan pelaksanaan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun anggaran 2010, di mana di dalamnya antara lain
menekankan kembali pentingnya isu pengarusutamaan gender ini.

Pengarusutamaan gender ini telah menjadi komitmen Kementerian Pekerjaan Umum yang
akan diterapkan dalam setiap penyusunan kebijakan, perencanaan dan penganggaran, serta
implementasinya melalui program dan kegiatan. Konsep setara dan adil gender harus benar-benar
menjadi pegangan dalam setiap tahapan kegiatan PU. Dimana setara berarti seimbang relasi antara
laki- laki dan perempuan (dan orang lanjut usia, anak-anak di bawah umur, orang- orang dengan
kebisaan berbeda/difable, serta orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi) dalam aspek
egaliter, kemampuan memadai yang meliputi Knowledge Attitude Practice, pengakuan terhadap
eksistensi, ruang partisipasi, pengambilan peran dan fungsi secara proporsional dalam proses
pembangunan secara utuh menyeluruh baik dari pemanfaatan hasil, pelaksanaan, pemeliharaan,
pengawasan, penyusunan, evaluasi maupun perencanaan pembangunan di bidang ke-PU- an
dan permukiman. Sementara adil dapat diartikan sebagai tidak adanya pembakuan peran, beban
ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan (dan orang lanjut usia, anak-

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 175


anak di bawah umur, orang-orang dengan kebisaan berbeda/difable, serta orang-orang yang tidak
mampu secara ekonomi) maupun laki-laki. Jika melihat definisi setara dan adil di atas dan dikaitkan
dengan tolok ukur pengarusutamaan gender yang dapat diukur dari sisi akses, partisipasi, kontrol
dan manfaat, maka “setara” berada pada ukuran akses, partisipasi dan kontrol sedangkan “adil”
dilihat dari sisi pemanfaatannya.

Upaya menuju pembangunan infrastruktur ke-PU-an dan permukiman yang ideal dapat dilihat
dari 3 (tiga) sudut pandang, yakni dari produk-produk yang dihasilkan; proses penyelenggaraan
pembangunan ke-PU-an dan permukiman; dan kebijakan/NSPK di lingkungan Kementerian PU
sebagai inputnya. Apakah ketiganya telah aman dan nyaman bagi perempuan (dan orang lanjut
usia, anak-anak di bawah umur, orang-orang dengan kebisaan berbeda/difable, serta orang-orang
yang tidak mampu secara ekonomi) dan laki-laki dengan kata lain tidak bias gender atau bahkan
menimbulkan kesenjangan gender. Untuk itu, Kementerian PU ke depan harus lebih meningkatkan
pengarusutamaan gender tersebut, antara lain melalui upaya meningkatkan penyetaraan gender
yang memperhatikan segi akses, kesempatan partisipasi dan kontrol, serta keadilan gender dilihat
dari keamanan dan kenyamanan pemanfaatannya.

4.6.10. Strategi Pembiayaan

Investasi pembangunan infrastruktur melalui pembiayaan dari masyarakat dan dunia usaha,
selain pemerintah dan pola-pola kerjasama diantara ketiganya menjadi sangat penting karena
kebutuhan akan infrastruktur yang kian meningkat sehingga dibutuhkan mobilisasi dan upaya
mengembangkan berbagai alternatif pembiayaan yang lebih optimal. Hal ini sejalan dengan arahan
RPJM Tahap Ke-2 (2010-2014) dimana percepatan pembangunan infrastruktur diupayakan dengan
lebih meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan dunia usaha, atau lebih dikenal dengan
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS), serta peningkatan keterlibatan dan pemberdayaan
masyarakat.

Untuk mencapai target Pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menurunkan


angka pengangguran dan kemiskinan, diperlukan langkah-langkah untuk peningkatan investasi.
Peningkatan investasi untuk menunjang pertumbuhan ekonomi harus didukung oleh infrastruktur
yang memadai. Untuk itu harus segera diselesaikan peraturan pendukung: pembebasan lahan,
penadanaan/jaminan, perbaikan persiapan proyek infrastruktur yang akan ditawarkan pemerintah
(bundling) dan mengoptimalkan proyek-proyek infrastruktur yang telah dibangun untuk dikelola
secara profesional.

Dalam rangka mendukung prioritas program seperti Master Plan Percepatan dan Perluasan
Ekonomi Indonesia (MP3EI), diperlukan formulasi khusus untuk dukungan pendanaan bagi
pembangunan infrastrukturPU dan Permukiman pada provinsi/kabupaten/kota yang merupakan
lintas kewenangan dari KementerianPekerjaan Umum, seperti stimulus fiskal.

176 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Untuk meningkatkan iklim investasi,
pemerintah mengeluarkan kebijakan khusus,
dalam bentuk insentif seperti fasilitasi pajak dan
subsidi bunga. Terkait perpajakan, Pemerintah
menerbitkan kebijakan pemberian insentif
pajak untuk penanaman modal berupa Tax
Holiday bagi industri pionir melalui penerbitan
Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-130/
PMK.011/2011 serta Peraturan Pemerintah Nomor
52 Tahun 2011Perubahan Kedua Peraturan
Pemerintah Nomor 1 tahun 2007 tentang
Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman
Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/
atau di Daerah-Daerah Tertentu. Peraturan
Pemerintah Nomor 52 tahun 2011 merupakan
revisi kedua dari Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2007, yang pada dasarnya
merupakan paket kebijakan pemberian
insentif berupa investment allowance, bagi
industri yang mendapat prioritas tinggi dalam
skala nasional. Pada revisi kedua ini sektor
infrastruktur mendapatkan kesempatan untuk
dapat memanfaatkan fasilitas pajak.

Terkait subsidi bunga, melalui Peraturan


Pemerintah Nomor 29 tahun 2009 tentang
Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh
Pemerintah Pusat dalam Rangka Percepatan
Penyediaan Air Minum, pemerintah
memberikan kemudahan bagi PDAM untuk
memperoleh sumber pendanaan investasi dan
membantu PDAM agar dapat memperluas
cakupan pelayanan sehingga percepatan
pencapaian target MDGs, 10 juta sambungan
dapat dicapai. Perpres ini juga bertujuan
untuk mendorong perbankan nasional untuk
memberikan kredit investasi kepada PDAM.

Terkait pengembangan SPAM melalui pola


investasi kerjasama pemerintah dan swasta
maupun pengembangan business to business,
beberapa peraturan telah diterbitkan oleh
pemerintah yaitu:

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 177


 Dalam rangka KPS, sebagai panduan telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2005
seluruh amandemennya yaitu Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2010 dan Peraturan Presiden
Nomor 56 tahun 2011.

 Selain peraturan tersebut di atas, Kementerian Pekerjaan Umum telah menerbitkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 12 tahun 2010 tentang Pedoman Kerjasama Pengusahaan
Pengembagan SPAM.

Peraturan-peraturan tersebut disamping peraturan-peraturan lainnya yang telah diterbitkan pada


periode pemerintahan sebelum ini, tentunya diterbitkan kebutuhan untuk mendorong pemerintah
daerah maupun PDAM untuk dapat mengembangkan SPAM agar dapat melayani masyarakat.

Peran Pemerintah

Selain pembiayaan yang bersumber dari APBN dan APBD, skim pembiayaan publik dapat juga
dilakukan melalui penerbitan surat hutang yakni melalui Pasar Surat Hutang berupa obligasi, surat
hutang jangka menengah (medium term notes), credit paper yang diperdagangkan di pasar
primer dan sekunder yang mempunyai berbagai manfaat. Manfaat dari pembiayaan ini dapat
mendorong good corporate governance dalam pembiayaan dan pengelolaan infrastruktur publik,
diversifikasi sumber pembiayaan, meningkatkan struktur pembiayaan perusahaan dan lebih efektif
dalam menarik jangkauan yang lebih luas dalam investors network. Strategi pembiayaan tersebut
perlu dikembangkan lebih lanjut melalui kebijakan investasi yang lebih menyeluruh, sistematis,
kontinyu dan berdimensi jangka panjang seperti antara lain dengan memanfaatkan infrastructure
fund yang telah diterbitkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2007 sebagai upaya
strategis untuk percepatan pembangunan infrastruktur. Untuk itu pemerintah telah berkomitmen
dengan menyisihkan dana APBN yang dikelola secara profesional oleh unit usaha milik pemerintah
yang sebagian dananya tersebut akan digunakan sebagai dana investasi jangka panjang untuk
infrastruktur.

Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha

Pengembangan KPS dalam pembangunan infrastruktur perlu dioptimalkan untuk memenuhi


gap kebutuhan infrastruktur. Hal ini sejalan dengan trend pergeseran investasi infrastruktur dan
pembiayaan publik menjadi pembiayaan swasta sehingga terjadi transfer resiko kepada sektor
swasta untuk meningkatkan percepatan pembangunan infrastruktur. Untuk itu, kebijakan ke depan
yang diperlukan adalah menjamin akses masyarakat terhadap jasa kegiatan infrastruktur dan
pemerintah tetap konsisten mempertahankan fungsi regulasi yang fair kepada setiap pelaku dan
konsumen.

Untuk proyek-proyek infrastruktur yang akan diselenggarakan melalui skema KPS, pemerintah
menyediakan dukungan dan fasilitasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun 2011
jo. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2010 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 67 tahun 2005

178 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Dalam Perpres
ini, Pemerintah dapat memberikan dukungan dan jaminan dalam penyediaan infrastruktur dan
pengadaan tanah yang harus diselesaikan sebelum pemasukan dokumen penawaran. Pemerintah
di sini sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama dapat diperankan oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Kepala Daerah maupun BUMN/BUMD yang menyelenggarakan infrastruktur.

Pada umumnya, dalam rangka mendukung program KPS dalam penyediaan infrastruktur,
Pemerintah menyediakan tiga fasilitas kunci yaitu: dana tanah (Land Fund), pembiayaan infrastruktur
(infrastructure fund) dan dana penjaminan (Guarrantee Fund). Dana tanah terdiri dari Land Revolving
Fund, Land Capping dan Land Acquisition Fund. Untuk pembiayaan infrastruktur, Pemerintah telah
mendirikan PT. Sarana Multi Infrastruktur (PT. SMI) pada tahun 2009 dan PT Indonesia Infrastructure
Finance (PT. IIF) pada tahun 2010. Khusus mengenai dana penjaminan, pada tahun 2009 Pemerintah
telah mendirikan PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT. PII) dan operasionalisasinya didasarkan
pada Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam proyek
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur(BUPI)
dan PMK 260/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha. di samping ketiga fasilitas yang telah disediakan di atas, saat ini
Kementerian Keuangan tengah menyiapkan Project Development Services (dilakukan oleh PT. SMI)
danViability Gap Fund (penyediaan dukungan finansial Pemerintah untuk proyek-proyek KPS yang
layak secara ekonomi, namun tidak layak secara finansial atau memiliki kelayakan finansial marijinal).
Dengan pemberian fasilitasi tersebut, diharapkan bahwa keterlibatan swasta dalam pendanaan
infrastruktur dapat ditingkatkan.

Selanjutnya, pola pembiayaan publik dan swasta telah diterapkan untuk mencapai target
pembangunan infrastruktur sejauh ini. Skim pembiayaan untuk investasi infrastruktur jalan tol melalui
equity financing seperti penyertaan ekuitas langsung dan kerjasama pemerintah dengan pihak
swasta (BOT, BTO, Build and Revenue Sharing, Turnkey, Joint Venture) merupakan pembiayaan
model project financing yang selama ini dilakukan pada pengusahaan jalan tol. Skim pembiayaan
jalan tol ini juga menyertakan pembiayaan publik melalui debt financing berupa pinjaman bank,
commercial paper dan obligasi.

Untuk infrastruktur air minum pola pembiayaan tersebut juga dikembangkan selain melalui kerja
sama pemerintah-swasta (KPS) juga memanfaatkan equity (sumber pendanaan dari internal cash
PDAM dan Pemda), pinjaman bank komersial (sumber pembiayaan dari pinjaman bank komersial
dengan jumlah equity tertentu sebagai pendamping pinjaman) dan obligasi (sumber dana dari
penerbitan surat utang yang akan dibayar dari pendapatan Perusahaan Daerah Air Minum/
PDAM). Untuk investasi perluasan dan pembangunan fasilitas air minum yang didukung oleh sumber
pendanaan dari pemerintah dan masyarakat dan program restrukturisasi utang PDAM, pengelolaan
PDAM perlu dilakukan secara profesional, bersih dan berdasarkan tata kelola yang baik dengan
tidak tertutup untuk mengikutsertakan swasta melalui proses yang transparan dan kompetitif secara
adil dan mendapat dukungan yang konstruktif dari pemerintah daerah.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 179


Untuk mendukung partisipasi swasta, BUMN dan BUMD dalam pembangunan infrastruktur,
kebijakan penjaminan risiko oleh pemerintah dapat diberikan secara selektif berdasarkan kriteria
yang obyektif, matang, terukur, transparan, dan adil serta dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk memperbaiki efisiensi dalampengelolaan, prinsip akuntabilitas dan keterbukaan akan
diterapkan. Kebijakan lainnya adalah dukungan penyertaan modal pemerintah untuk kegiatan
non komersial tetapi mempunyai nilai ekonomis tinggi, sehingga pemerintah menganggap perlu
memberikan subsidi operasi. Selain itu melakukan unbundling pembangunan infrastruktur dimana
pemerintah akan menanggung pembangunan yang bersifat komersial untuk berbagai infrastruktur
penting di daerah.

Dalam 5 (lima) tahun ke depan Pemerintah (dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum)
merencanakan untuk terus mendorong berbagai alternatif pembiayaan untuk investasi
pembangunan infrastruktur, termasuk pola-pola KPS, utamanya dalam pembangunan dan
pengelolaan jalan tol, pembangunan dan pengelolaan air minum, serta pembangunan dan
pengelolaan persampahan dan sanitasi kota.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala


Bappenas No.47/M.PPN/HK/2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas No. 28 tahun 2009 tentang Penetapan Daftar Rencana
Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, maka dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun ke depan telah ditetapkan beberapa proyek di bidang jalan tol, air minum,
persampahan dan sanitasi kota yang tanggung jawab pelaksanaannya ada pada Kementerian
Pekerjaan Umum. Namun, mengingat berbagai kendala dan hambatan yang diperkirakan akan
masih saja terjadi pada periode 5 (lima) tahun mendatang dan belum akan dapat diatasi
sepenuhnya, maka Kementerian Pekerjaan Umum akan memprioritaskan untuk melakukan fasilitasi
dan mendorong dengan intensif tercapai target- target dan terwujudnya proyek-proyek KPS paling
tidak sebagaimana digambarkan pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5, sebagai bagian dari upaya-
upaya pencapaian target dan sasaran pembangunan Nasional sebagaimana tertuang di dalam
dokumen RPJMN.

180 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Tabel 4.2 Rencana Pembangunan Jalan Tol Tahun 2010-2014

TARGET RENCANA RENCANA


RPJMN REALISASI TERBANGUN (km) TERBANGUN SELESAI
NO. RUAS PANJANG (km) ≥ 2015 PERRMASALAHAN
(km) (2010 - 2014) (2010 - 2014)
(Km) (km)
2010 2011 2012 2010-2012 2013 2014

A Pemerintah
Cileunyi-Sumedang-
Pengadaan
1 Dawuan Segmen 29,17 29,17 2,90 5,00 7,90 2,99 3,00 13,89 15,28
Tanah
Cileunyi-Sumedang

Pengadaan
Tanah,
Medan-Kualanamu-
keterlambatan
Tebing Tinggi
17,80 17,80 5,00 5,00 10 7,80 Individual Loan
2 Segmen Medan-
Agreement
Kualanamu-Lb
dengan
Pakam
Pemerintah
China
Pengadaan
Tanah oleh
Bandung Intra
3 27,50 3,62 - - - - - 3,62 Pemerintah
Urban
Provinsi Jawa
Barat
Pengadaan
4 Akses Tanjung Priok 11,36 11,36 3,40 1,74 2,62 7,76 2,00 1,60 11,36 Tanah

Solo-Ngawi segmen Pengadaan


5 20,90 20,90 0,60 1,36 8,61 14,90 5,59 0,41 20,90 -
Solo-Karanganyar Tanah
Ngawi-Kertosono Pengadaan
6 segmen Saradan- 37,50 37,50 - 1,61 1,50 3,11 34,39 Tanah
Kertosono
TOTAL A 144,23 120,35 4,00 6,00 16,23 26,23 17,19 15,84 59,26 61,09

Swasta dalam
B Pengusahaan
Investasi
B.1 Trans Jawa
Cikampek- Pengadaan
1 116,75 116,75 1,63 1,63 30,63 68,10 100,39 16,37
Palimanan Tanah
2 Kanci-Pejagan 35,00 35,00 35,00 35,00 - - 35,00 - -

Dana BOP dari


3 Pejagan-Pemalang 57,50 57,50 - 10,00 10,00 47,50 BUJT tidak tersedia

Menunggu
4 Pemalang-Batang 39,20 39,20 - - - - 39,20 kepastian ruas
sebelahnya

Finaliasi
5 Batang-Semarang 75,00 75,00 - - - - 75,00 Amendmen
PPJT

6 Semarang-Solo 72,64 72,64 11,00 2,69 13,69 9,26 17,29 40,24 32,40 Pengadaan
Tanah
Solo-Ngawi Segmen Pengadaan
7 69,20 69,20 - - 13,80 13,80 55,40
Karanganyar-Ngawi Tanah
Ngawi-Kertosono
8 Segmen Ngawi- 49,50 49,50 - - - - 49,50 Pengadaan
Saradan Tanah

Kertosono- Pengadaan
9 40,50 40,50 7,24 7,24 2,63 15,00 24,87 15,63 - Tanah
Mojokerto
Mojokerto- Pengadaan
10 8,00 28,36 7,91- Tanah
Surabaya 36,27 36,27 1,89 2,74 4,63 15,91
TOTAL B.1 591,56 591,56 35,00 12,89 14,30 62,19 58,2 132,19 252,66 388,91

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 181


TARGET RENCANA RENCANA
PANJANG RPJMN REALISASI TERBANGUN (km) TERBANGUN SELESAI
NO. RUAS (km) (2010 - 2014) ≥ 2015 PERMASALAHAN
(km) (2010 - 2014)
(Km) (km)
2010 2011 2012 2010-2012 2013 2014
B.2 Non Trans Jawa
Cileunyi-Sumedang-
1 Dawuan Segmen - - - - 29,33 Pengadaan
29,33 29,33 Tanah
Sumedang-Dawuan

Medan-Kualanamu-
Tebing Tinggi Pengadaan
2 42,20 42,20 - - 42,20
Segmen Lb Pakam- Tanah
Tebing Tinggi
Pengadaan
3 JORR W2 Utara 7,67 7,67 3,15 2,65 1,87 7,67 - Tanah

Pengadaan
Cengkareng-Batu Tanah
4 14,19 14,19 - - - - 14,19 (Perpanjangan
Ceper-Kunciran
SP2LP)

Pengadaan
5 Kunciran-Serpong 11,19 11,19 - - - - 11,19
Tanah
Persiapan
6 Serpong-Cinere 10,14 10,14 - - - - 10,14 Pengadaan
Tanah
Pengadaan
7 Cinere-Jagorawi 14,64 14,64 3,70 3,70 1,50 1,50 6,70 7,94 Tanah

Persiapan
8 Cimanggis-Cibitung 25,39 25,39 - - - - 25,39 Pengadaan
Tanah
Pengadaan
9 Cibitung-Cilincing 34,02 34,02 - - - - 34,02 Tanah

10 Depok-Antasari 21,54 21,54 - - - - 21,54 Pengadaan


Tanah
Bekasi-Cawang- Pengadaan
11 21,04 21,04 - - - - 21,04 Tanah
Kampung Melayu

12 Bogor Ring Road 7,15 7,15 - 1,95 1,95 5,20 Pengadaan


Tanah
Pengadaan
13 Ciawi-Sukabumi 54,00 54,00 - - - - 54,00 Tanah

14 Gempol-Pandaan 13,61 13,61 - 12,05 - 13,05 - -

5,78 7,25 13,02 21,13 Pengadaan


15 Gempol-Pasuruan 34,15 34,15 -
Tanah
Pasuruan- BOP tidak
16 31,30 31,30 - - - - 31,30
Probolinggo tersedia dari BUJT
Waru (Aloha)- Kepastian Trase
17 Wonokromo- 18,20 18,20 - - - - 18,20 dari Walikota
Tanjung Perak Surabaya
Nusa Dua-Ngurah
18 9,70 9,70 6,79 6,79 2,91 - 9,70 - -
Rai-Benoa
JORR W1 (Kebon
19 9,70 9,70 9,70 9,70 - - 9,70 - -
Jeruk - Penjaringan)
Persiapan
20 Binjai-Medan 15,80 15,80 - - - - 15,80 Pengadaan
Tanah

Palembang- Persiapan
21 - - - - 22,00 Pengadaan
Indralaya 22,00 22,00
Tanah
Persiapan
22 Manado-Bitung - - - - 46,00
46,00 46,00 Pengadaan Tanah
Persiapan
23 Pandaan-Malang - - - - 37,62 Pengadaan Tanah
37,62 37,62
Persiapan
24 Pasirkoja-Soreang - - - - 10,57
10,57 10,57 Pengadaan Tanah
Pekanbaru-Kandis- Persiapan
25 - - - - 82,28 Pengadaan Tanah
Dumai 135,00 82,28

182 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


RENCANA
TARGET RPJMN REALISASI TERBANGUN (km) RENCANA
TERBANGUN
PANJANG SELESAI
NO. RUAS (2010 - 2014) (km) ≥ 2015 PERMASALAHAN
(km) (2010 - 2014)
(Km) (km)
2010 2011 2012 2010-2012 2013 2014

26 Porong - Gempol - 3,55 3,55 6,45 -


10,00 10,00
Kemayoran-
27 9,65 9,65 - - - - 9,65 Finalisasi PPJT
Kampung Melayu
Duri Pulo-Kampung
28 11,38 11,38 - - - - 11,38 Finalisasi PPJT
Melayu
Sunter-Rawa Buaya-
29 22,92 22,92 - 2,00 6,88 8,88 14,04 Finalisasi PPJT
Batuceper
Sunter-Pulo
30 Gebang- 25,73 9,23 - - 0,92 0,92 8,31 Finalisasi PPJT
Tembelang
Pasar Minggu-
31 9,56 9,56 - - - - 9,56 Finalisasi PPJT
Casablanca
Ulujami-Tanah
32 8,27 8,27 - 26,84 14,17 64,34 8,27 Finalisasi PPJT
Abang
TOTAL B.2 773,66 704,44 9,70 3,70 9.94 23,34 26,84 14,17 64,34 640,10
TOTAL B 1.365,22 1.296,00 44,70 16,59 24,24 85,53 85,11 146,36 317,00 979,00
TOTAL A+B 1.509,45 1.416,35 48,70 22,59 40,47 111,76 102,30 162,20 376,26 1.040,09

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 183


Tabel 4.3 Rencana Proyek KPS Air Minum Tahun 2010-2016

Bentuk Kapasitas Total Investasi


No Kota/Kabupaten KPS B to B Status
Kerjasama (liter/ detik) (Milyar Rp)
Potensi
Melakukan pengembangan SPAM melalui
1 Kota Bekasi √ - Konsesi 300 224
pinjaman perbankan dan proses B to B.
Perubahan rencana KPS menjadi
2 Kota Surakarta √ - BOT 300 67
Pembiayaan melalui Pinjaman Perbankan.
Prioritas
Kota Cirebon perubahan rencana
pengembangan SPAM dari KPS menjadi
pinjaman perbankan. Sedangkan Kab.
3 Kota dan Kab. Cirebon √ - BOT 420 142
Cirebon sedang melakukan proses
pengembangan SPAM melalui Business to
Business (B to B)
Ada perubahan wilayah pelayanan yang
semula di Cikarang dan Cibitung menjadi di
4 Kab. Bekasi √ - BOT 450 297,8 wilayah Kec. Cikarang Utara, Kec. Cikarang
Selatan dan Kec. Lemah Abang. Ada
peningkatan kapasitas menjadi 850 I/detik.
Review financialdan kelembagaan,adanya
DKI Jakarta, Bekasi,
5 - √ BOT 5000 4000 perubahan lokasi intake yang semula di
Karawang
Curug menjadi di daerah kota Bekasi.
Kab. Bandung dan
- - - -
Bandung Barat
Masih menunggu air baku dari Cekungan
6 √
Kab. Bandung - Konsesi 500 171,7 Bandung (regionallisasi air baku)
Kab. Bandung Barat - Konsesi 500 127
7 Kab. Banjar Baru - √ BT 200 19,2 Finalisasi perjanjian kerjasama
Proses Tender
Kota Jambi (IPA Broni & Perubahan rencana KPS menjadi
8 √ - ROT WTP 320 35,6
IPA Benteng) Pembiayaan melalui APBD
Proses tender; rencana one the one
9 Kota Bandar Lampung √ - BOT 500 930 meeting mengenai VGFdengan Kementrian
Keuangan bulan Oktober.
Proses tender,rencana bid submission 31
10 SPAM Umbulan √ - BOT 4000 2200
Oktober 2012.
KPS yang sedang berjalan
Sudah kontrak, pelaksanaan konstruksi
sudah selesai dan pelaksanaan
pemasangan pipa tersier Tahap I,untuk
11 Kab. Tangerang √ - Konsesi 900 520 mengalirkan air ke sambungan rumah
sebagian telah selesai dan pipa pelayanan
(service connection)telah terpasang 2.591
SR (79%) dari 3.292 SR.

184 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Tabel 4.4 Daftar Rencana Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur

SASARAN
Rencana Disbursement (Miliar Rupiah)
(Hasil Outcome yang diharapkan)
NO Lokasi
Nama Proyek 2010 2011 2012 2013 2014 TOTAL

1 Terbangunnya jalan tol


Sumatera - - - - - -
Medan – Binjai
2 Terbangunnya jalan tol
Sumatera - 490 592 459 270 1.811
Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi
3 Terbangunnya jalan tol
Sumatera - 149 197 131 - 477
Pekanbaru – Kandis – Dumai
4 Terbangunnya jalan tol
Sumatera - - - - - -
Palembang – Indralaya
5 Terbangunnya jalan tol
Sumatera - - - 135 135 270
Tegineneng – Babatan
6 Terbangunnya jalan tol
Jawa Bali - - - 275 275 550
Sukabumi – Ciranjang – Padalarang
7 Terbangunnya jalan tol
Jawa Bali - 77 - - 218 295
Pasirkoja – Soreang
8 Terbangunnya jalan tol Cileunyi – Sumedang
Jawa Bali - 523 1.500 1.500 4.407 7.930
– Dawuan
9 Terbangunnya jalan tol
Jawa Bali - 95 121 78 802 1.096
Pandaan – Malang
10 Terbangunnya jalan tol
Jawa Bali - 35 679 1.584 - 2.298
Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa
11 Terbangunnya jalan tol
Sulawesi - - - - 1.040 1.040
Manado – Bitung
12 Terbangunnya jalan tol
Sumatera - - - 85 85 170
Kisaran – Tebing Tinggi
13 Terbangunnya jalan tol Bukit Tinggi – Padang
Sumatera - - - 85 85 170
Panjang - Lubuk Alune – Padang
14 Terbangunnya jalan tol
Batu Ampar – Muka Kuning Sumatera - - - 54 54 108
– Bandara Hang Nadim
15 Terbangunnya jalan tol Terbanggi Besar – Manggala –
Sumatera - - - 124 124 248
Pematang Panggang
16 Terbangunnya jalan tol Bakauheni – Terbanggi
Sumatera - - - - - -
Besar
17 Terbangunnya jalan tol
Jawa – Bali - - - - - -
Cilegon – Bojonegoro
18 Terbangunnya jalan tol Kamal – Teluk Naga – Batu
Jawa – Bali - - - 657 657 1.314
Ceper
19 Terbangunnya jalan tol Kemayoran – Kampung
Jawa – Bali - - - - 1.101 1.101
Melayu
20 Terbangunnya jalan tol
Jawa – Bali - - - - 471 471
Sunter – Rawa Buaya – Batu Ceper

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 185


SASARAN
Rencana Disbursement (Miliar Rupiah)
(Hasil Outcome yang diharapkan)
NO Lokasi
Nama Proyek 2010 2011 2012 2013 2014 TOTAL

21 Terbangunnya jalan tol


Jawa – Bali - - - - 289 289
Ulujami – Tanah Abang
22 Terbangunnya jalan tol
Jawa – Bali - - - - 697 697
Pasarminggu – Casablanca
23 Terbangunnya jalan tol
Jawa – Bali - - - - 575 575
Sunter – Pulo Gebang – Tambelang
24 Terbangunnya jalan tol
Jawa – Bali - - - - 682 682
Duri Pulo – Kampung Melayu
25 Terbangunnya jalan akses
Jawa – Bali - 904 966 931 400 3.201
Tanjung Priok
26 Terbangunnya jalan tol Terusan Pasteur
- Ujung Berung - Cileunyi - Soekarno Hatta- Jawa – Bali - - - 160 640 800
Gedebage – Majalaya
27 Terbangunnya jalan tol
Jawa – Bali - - - 139 139 278
Semarang – Demak
28 Terbangunnya jalan tol
Jawa – Bali - - - 57 57 114
Yogyakarta – Bawen
29 Terbangunnya jalan tol
Jawa – Bali - - - 165 165 330
Yogyakarta – Solo
30 Terbangunnya jalan tol Bandara Juanda –
Jawa – Bali - - - 365 365 730
Tanjung Perak
31 Terbangunnya jalan tol
Jawa – Bali - - - 512 512 1.024
Probolinggo – Banyuwangi
32 Terbangunnya jalan tol
Jawa – Bali - - - - 1.000 1.000
Jembatan Selat Sunda
TOTAL - 2.273 4.055 7.496 15.245 29.069

Selain berbagai strategi pembiayaan di atas, upaya kerjasama antara Pemerintah dan masya-
rakat pun juga akan terus digalakkan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, ke depan akan diupayakan suatu Dana Preservasi Jalan (road fund)
untuk mempertahankan kondisi infrastruktur jalan dalam rangka mendukung pelayanan lalu-lintas
dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib dan lancar. Sumber-sumber pendanaan untuk
dana preservasi jalan tersebut berasal dari iuran jalan, diantaranya dari pajak bahan bakar min-
yak, biaya perpanjangan SIM/STNK, uang parkir dan denda pelanggaran lalu-lintas. Meski demikian,
strategi pembiayaan infrastruktur ini masih memerlukan peraturan perundang-undangan yang lebih
rinci.

Hal lainnya adalah perlunya dukungan Pemerintah dalam pengadaan tanah/lahan yang
merupakan komponen penting dalam pembangunan infrastruktur. Sejauh ini kebijakan yang
diterapkan adalah biaya pengadaan tanah yang dibutuhkan ditanggung oleh Pemerintah atau
sekaligus oleh pihak Swasta yang akan diperhitungkan dalam masa konsesi. Kebijakan ke depan
yangakanditerapkan terkait dengan lahan ini adalah pentingnya mengimplementasikan land
capping dengan dukungan dana APBN. Untuk menjamin hal tersebut, maka diterapkannya payung
hukum untuk mengurangi aksi spekulan tanah dan payung hukum yang lebih tinggi tentang

186 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


penitipan ganti rugi (konsinyasi) ke pengadilan dan pelaksanaan pembangunan pada tanah yang
ganti ruginya telah dititipkan tersebut mutlak diperlukan.

Keterlibatan dunia usaha dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia ke depan menjadi


sangat penting mengingat Pemerintah sendiri tidak akan mungkin bisa mendanai semua kebutuhan
investasi infrastruktur. Dunia usaha yang dimaksud disini bukan hanya dunia usaha swasta murni
(baik produsen maupun fabrikan materi terkait pembangunan infrastruktur), namun juga Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), maupun Badan Layanan Umum
(BLU).

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka koridor baru bagi penerapan pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum (BLU). BLU ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam
pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah
kepada masyarakat. BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktivitas (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara).

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 187


BLU adalah alat untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui penerapan manajemen
keuangan berbasis pada hasil dan bukanlah semata-mata sarana untuk mengejar fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan. Sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat/publik
dengan tarif/harga yang terjangkau masyarakat dengan kualitas layanan yang baik, cepat, efisien
dan efektif dapat diterapkan pengelolaan keuangan BLU dengan fleksibilitas berupa keleluasaan
untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat.

di lingkungan pemerintahan di Indonesia terdapat banyak satuan kerja/kegiatan yang berpotensi


untuk dikelola secara lebih efisien dan efektif melalui pola BLU, seperti: layanan kesehatan, pendidikan,
pengelolaan kawasan, pengelolaan dana bergulir untuk usaha kecil dan menengah, lisensi dan lain-
lain. Khusus di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, terdapat beberapa bentuk layanan umum
yang dapat dikelola secara lebih efektif dan efisien melalui pola BLU ini, seperti: pengelolaan jalan
tol, pengelolaan air minum, air limbah dan persampahan khusus untuk masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) dan lain sebagainya.

188 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Corporate Social Responsibility

Program CSR yang dijalankan perusahaan-perusahaan anggota Corporate Forum for Community
Development (CFCD) dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap pencapaian target MDGs
bidang air minum dan sanitasi.

Kerjasama multi pihak dapat mengatasi masalah keterbatasan dana yang dihadapi pemerintah
untuk mengejar target MDGs tahun 2015. di bidang air minum saja, APBN hanya mampu menyediakan
anggaran untuk SPAM pedesaan dan SPAM perkotaan sebesar Rp. 37,63 triliun dari kebutuhan total
Rp 65,27 triliun dan sarana sebesar ± Rp 27,64 triliun dibiayai oleh APBD/PDAM/Perbankan/ KPS.
Sedangkan bidang sanitasi membutuhkan Rp 62 triliun, namun pemerintah baru bisa menyediakan
Rp14 triliun.

Fasilitasi yang diberikan oleh Kementerian PU antara lain berupa pedoman cara penyaluran
dana CSR kepada kabupaten/kota untuk pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, petunjuk,
standar teknis dan bimbingan teknis dalam membangun infrastruktur bidang Cipta Karya.

BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 189


190 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
BAB

5
PROGRAM, KEGIATAN DAN PENDANAAN
BAB 5
PROGRAM, KEGIATAN DAN PENDANAAN

 5.1. PROGRAM DAN KEGIATAN 2010 - 2014

Program pada dokumen Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2010-2014 ini
merupakan hasil restrukturisasi program dan kegiatan yang dalam rangka penerapan penganggaran
berbasis kinerja sebagai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
serta reorganisasi Kementerian PU Tahun 2010. Target Program Strategis Kementerian PU dalam
periode tahun 2010-2014 secara keseluruhan akan meliputi:

1. Preservasi pada ruas jalan nasional baik lintas maupun non-lintas, sehingga 94% jaringan jalan
nasional dalam kondisi mantap;

2. Peningkatan fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah menuju kondisi mantap 60%, peningkatan
dukungan penyelenggaraan jalan nasional, peningkatan penggunaan jalan pada ruas jalan
nasional menjadi 91,55 milyar kendaraan kilometer/tahun, pelaksanaan peningkatan struktur/
pelebaran jalan sepanjang 20.638 km dan pembangunan jalan baru sepanjang 3.714 km;

3. Pengurangan jumlah lokasi rawan kecelakaan terkait kondisi jalan;

4. Dukungan infrastruktur permukiman sebanyak 240 kawasan permukiman, MBR 26.700 unit
hunian rusunawa dan infrastruktur pendukungnya;

5. Penyelesaian Kanal Banjir Timur;

6. Pelaksanaan pembangunan prasarana pengendalian banjir dan pengembangan terpadu


aliran Sungai Bengawan Solo;

7. Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara
menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan ruang terpadu;

192 BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


8. Konsolidasi struktural dan peningkatan
kapasitas kementerian/lembaga terkait
pemanfaatan tanah dan penataan ruang
bagi kepentingan rakyat banyak;

9. Inventarisasi lahan dan pengendalian


pemanfaatan ruang;

10. Pembangunan/rehabilitasi/OP prasarana


sumber daya air untuk melayani daerah
sentra produksipertanian;

11. Fasilitasi pembangunan dan preservasi


jalan nasional menuju kawasan perbatasan
(yang terdepan dan terluar serta masih
banyak yang tertinggal) di Aruk, Entikong,
Nanga Badau, Simanggaris dan Nunukan
di Pulau Kalimantan dan Sota (Merauke) di
Papua serta memfasilitasi pembangunan
jalan daerah untukmemberi akses
transportasi di daerah tertinggal terdepan,
terluar dan pasca-konflik;

12. Memberikan program-program terkait


mitigasi bencana untuk 15 kawasan, 8.803
desa di daerah tertinggal mendapatkan
dukungan infrastruktur permukiman dan
102 kawasan perbatasan dan pulaukecil
mendapatkan dukungan infrastruktur
permukiman;

13. Preservasi jaringan jalan tol sepanjang


770 km, pembangunan jalan tol yang
dilaksanakan oleh Pemerintah sepanjang
55 km dan fasilitasi pembangunan jalan tol
yang dilaksanakan oleh swasta sepanjang
266 km serta melakukan pembangunan
akses tol pada koridor-koridor dengan
intensitas pergerakan barang dan jasa
yang tinggi dan berorientasi ekspor seperti:
Pembangunan Jalan Akses Tanjung
Priok, Dry Port Cikarang dan Gedebage,
Bandara Juanda dan Kualanamu, maupun

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN 193


jalan non-tol yang merupakan jalan-jalan akses dari Lintas Timur Sumatera menuju Pelabuhan
Belawan dan Pelabuhan Dumai, serta pembangunan jalan-jalan akses dari Pantura Pulau Jawa
menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Cirebon, PelabuhanTanjung Mas, Pelabuhan
Tanjung Perak dan lain-lain;

14. Program pembangunan infrastruktur perdesaan di 8.803 desa tertinggal, program


penanggulangan kemiskinan perkotaan di 9956 kelurahan/desa, program air minum (4.650
desa) dan sanitasi masyarakat (220 kawasan) dan program pengembangan infrastruktur sosial
ekonomi wilayah di 185 kawasan;

15. Fasilitasi terhadap 107 PDAM untuk mendapatkan pinjaman bank dan 185 PDAM mendapatkan
pembinaan teknis;

16. Peningkatan kapasitas produksi Sistem Penyediaan Air Minum di 32 provinsi dengan total
peningkatan 14.717 liter/detik;

17. Revisi Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2005 yang mencakup: (i) penyesuaian ketentuan
pelelangan sesuai Peraturan Pemerintah tentang Jalan Tol (apabila peserta pelelangan
kurang dari 2, dapat dilakukan negosiasi setelah mendapat persetujuan Menteri); perubahan
pemegang saham sebelum jalan tol beroperasi atas ijin Menteri; dan (iii) perubahan preferensi
untuk prakarsa Badan Usaha dari 10% menjadi 20%;

18. Pembentukan unit Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan jalan bebas hambatan
yang secara finansial/komersial masih marginal dan unit tersebut dapat langsung menggunakan
pendapatan tol untuk membangun jalan bebas hambatan lainnya; dan

19. Mengusulkan penyempurnaan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.3 Tahun 2007
sehingga lebih operasional terutama terkait dengan pengaturan dan konsinyasi.

Sebaran target program strategis tiap sektor di Kementerian PU dapat dilihat pada Gambar 5.1.
sampai dengan Gambar 5.5.

194 BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


Pembangunan/Rehabilitasi/OP
prasarana sumber daya air untuk
melayani daerah sentra produksi
pertanian (seluruh Indonesia)

Penyelesaian pembangunan
prasarana pengendalian banjir dan
pengembangan terpadu aliran
Sungai Bengawan Solo

Penyelesaian Kanal
Banjir Timur

Gambar 5.1 Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana SDA Sebagai Bagian Program 5 Tahun

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


195
196
Jalan Lintas Pulau
Kalimantan 3.347 Km

Jalan Lintas Pulau


Sulawesi 4.510 Km

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


Jalan Lintas Pulau
Papua 1.974 Km

Jalan Lintas Pulau


Sumatera 4.627 Km Jalan Lintas
Pulau-Pulau 2.390 Km

Jalan Lintas
Jalan Lintas
Pulau Jawa 2.522 Km Jalan yang belum terbangun digambarkan dengan garis putus-putus

Gambar 5.2 Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana Jalan Sebagai Bagian Program 5 Tahun (1)
• Penurunan panjang jalan sub-standar sepanjang 5%
• Penambahan lajur kilometer sepanjang 13.000 Km
• Panjang jalan yang memenuhi spesifikasi jalan raya

Peningkatan kapasitas jalan


: Lebar minimum Jalan Lintas
Sumatera 7 meter
Peningkatan kapasitas jalan : Lebar minimum
Jalan Lintas Selatan Kalimantan dan Jalan
Lintas Barat Sulawesi 6 meter

Pengurangan jumlah lokasi


rawan kecelakaan Panjang Jalan Pantura Jalan Lintas
Jakarta - Surabaya dengan
spesifikasi jalan raya Jalan yang belum terbangun digambarkan dengan garis putus-putus

Gambar 5.3 Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana Jalan Sebagai Bagian Program 5 Tahun (2)

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


197
198
Memfasilitasi pembangunan dan preservasi jalan daerah
Pembangunan jalan akses dari untuk meningkatkan aksesibiltas pusat-pusat produksi
Lintas Timur Pulau Sumatera pertanian untuk menuju jaringan jalan nasional (seluruh
menuju Pelabuhan Belawan dan Indonesia)
Pelabuhan Dumai

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


• Memfasilitasi pembangunan & preservasi jalan
nasional menuju kawasan perbatasan
• Memfasilitasi pembangunan jalan daerah untuk
memberi akses transportasi di daerah tertinggal,
terdepan, terluar, & pasca konflik

• Pembangunan jalan-jalan akses dari Pantura menuju Pelabuhan


Tanjung Priok, Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan tanjung Mas, Pelabuhan
Tanjung Perak, dll Jalan Lintas
• Pembangunan dan preservasi jalan tol & non-tol akses Tanjung Priok
• Dry Port Cikarang dan Gedebag
• Bandara Juanda Jalan yang belum terbangun digambarkan dengan garis putus-putus

Gambar 5.4 Target Program Strategis Sub Bidang Prasarana Jalan Sebagai Bagian Program 5 Tahun (3)
Pembangunan infrastruktur • Mitigasi bencana 15 kawasan permukiman
permukiman bagi 240 kawasan • 8.803 desa di daerah tertinggal mendapatkan dukungan
permukiman MBR, 26.700 unit infrastruktur permukiman
hunian rusunawa dan infrastruktur • 102 kawasan perbatasan dan pulau kecil mendapatkan
pendukungnya (seluruh Indonesia) dukungan infrastruktur permukiman(seluruh indonesia)

107 PDAM terfasilitasi untuk


mendapatkan pinjaman bank Program pembangunan infrastruktur perdesaan di 8.803 desa
& 185 PDAM mendapatkan tertinggal, program penanggulangan kemiskinan perkotaan di
pembinaan teknis (seluruh 9956 kelurahan/desa, program air minum (4.650 desa) dan sanitasi
Indonesia) masyarakat (220 kawasan), dan program pengembangan infrastruktur
sosial ekonomi wilayah di 185 kawasan.

Gambar 5.5 Target Program Strategis Sub Bidang Infrastruktur Permukiman Sebagai Bagian Program 5 Tahun

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


199
Rincian program dan kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang akan dilaksanakan pada
periode tahun 2010-2014 beserta target capaian yang ditetapkan dapat dilihat pada Matriks Renstra
Kementerian PU (Lampiran 3 dan 4), sedangkan nama program yang akan mewadahinya adalah
sebagai berikut:

5.1.1. Program Penyelenggaraan Penataan Ruang

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Program Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah:
• Jumlah rencana tata ruang dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur
jangka menengah, pulau/kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional; dan
• Jumlah Provinsi/Kabupaten/Kota yang mendapat pembinaan penyelenggaraan Penataan
Ruang.

Nomenklatur kegiatan tupoksi untuk Program Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah sebagai
berikut:
• Pembinaan Manajemen Penyelenggaraan Penataan Ruang;
• Bina Program dan Kemitraan;
• Pembinaan Penataan Ruang Wilayah Nasional;
• Pengembangan Perkotaan;
• Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I; dan
• Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II.

Berdasarkan RPJMN untuk Kementerian Pekerjaan Umum, telah ditetapkan kegiatan prioritas untuk
Program Penyelenggaraan Penataan Ruang sebagai berikut:
• Pengembangan kapasitas dan pelembagaan penyelenggaraan penataan ruang;
• Perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional
termasuk melakukan koordinasi dan fasilitasi proses penetapan dokumen-dokumen yang
dihasilkan;
• Penyiapan dan penetapan materi peraturan perundangan-undangan dan NSPK bidang
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional
termasuk melakukan koordinasi dan fasilitasi proses penetapan dokumen-dokumen yang
dihasilkan;
• Fasilitasi penyusunan substansi Raperda RTRW dan rencana rincinya;
• Peningkatan kualitas hasil penyelenggaraan penataan ruang;
• Pembinaan PPNS bidang penataan ruang;
• Perumusan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama luar negeri serta evaluasi kinerja
pelaksanaan kegiatan; dan
• Perencanaan tata ruang serta koordinasi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang kawasan metropolitan serta pembinaan pelaksanaan pengembangan permukiman.

200 BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


5.1.2. Program Pengelolaan Sumber Daya Air

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Program Pengelolaan Sumber Daya Air adalah:
• Kapasitas tampung sumber air yang dibangun/ditingkatkan dan dijaga/dipelihara;
• Prosentase pencapaian penyelenggaraan pengelolaan SDA terpadu oleh balai-balai;
• Debit air layanan sarana/prasarana air baku untuk memenuhi kebutuhan domestik, perkotaan
dan industri (dibangun/ditingkatkan dan dioperasikan/dipelihara);
• Luas cakupan layanan jaringan irigasi dan rawa (dibangun/ditingkatkan dan dioperasikan/
dipelihara); dan
• Luas kawasan yang terlindungi dari bahaya banjir (dibangun/ditingkatkan, operasi/
pemeliharaan).

Nomenklatur kegiatan tupoksi untuk program Pengelolaan Sumber Daya Air adalah sebagai
berikut:

• Pembinaan Program Ditjen SDA;


• Pembinaan Penatagunaan Sumber Daya Air;
• Pembinaan Irigasi, Rawa, Tambak, Air Baku dan Air Tanah;
• Pembinaan Sungai danau, Waduk, Pengendalian Lahar dan Pengamanan Pantai;

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN 201


• Pembinaan Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air serta Penanggulangan Darurat
Akibat Bencana;
• Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen SDA;
• Fasilitasi Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi Dewan Sumber Daya Nasional (DSDAN);
• Pembinaan Keamanan Bendungan;
• Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku;
• Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ, serta Bangunan Penampung Air lainnya;
• Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya;
• Pengendalian Banjir, Lahar Gunung Berapi dan Pengamanan Pantai; dan
• Peningkatan kualitas pengelolaan SDA terpadu.

Kegiatan prioritas untuk Program Pengelolaan Sumber Daya Air beserta output dan targetnya
sebagaimana dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010-2014
adalah merupakan prioritas Kementerian Pekerjaan Umum, meliputi:

• Pengelolaan dan konservasi waduk, embung, situ serta bangunan penampung air lainnya;
• Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya;
• Penyediaan dan pengelolaan air baku; dan
• Pengendalian banjir, lahar gunung berapi dan pengamanan pantai.

5.1.3. Program Penyelenggaraan Jalan

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Program Penyelenggaraan Jalan adalah:

• Tingkat kemantapan jalan;


• Tingkat fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah menuju 60 % kondisi mantap;
• Tingkat penggunaan jalan nasional;
• Panjang peningkatan struktur/pelebaran jalan; dan
• Panjang jalan baru yang dibangun.

Nomenklatur kegiatan tupoksi untuk Program Penyelenggaraan Jalan sebagai berikut:

• Dukungan manajemen, Koordinasi, Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan;


• Pengaturan, Pembinaan, Perencanaan, Pemrograman dan Pembiayaan Penyelenggaraan
Jalan;
• Pengaturan dan Pembinaan Teknik Preservasi, Peningkatan Kapasitas Jalan;
• Pembinaan Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional dan Fasilitasi
Jalan Daerah;
• Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional; dan
• Pengaturan, Pengusahaan dan Pengawasan Jalan Tol.

202 BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


Kegiatan prioritas untuk Program Penyelenggaraan Jalan beserta output dan targetnya sebagaima-
na dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010-2014 adalah
merupakan prioritas Kementerian Pekerjaan Umum, meliputi:

• Pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan dan jembatan Nasional;


• Pembinaan pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan dan fasilitasi jalan bebas
hambatandan perkotaan;
• Penyusunan kebijakan, program dan anggaran serta evaluasi pelaksanaan program;
• Penyiapan standar pedoman, penyusunan desain supervisi dan keselamatan jalan serta
pengelolaan peralatan bahan jalan/jembatan;
• Pembinaan dan monitoring-evaluasi pelaksanaan jalan dan jembatan wilayah barat;
• Pembinaan dan monitoring-evaluasi pelaksanaan jalan dan jembatan wilayah timur;
• Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Bina Marga; dan
• Penyelenggaraan jalan tol.

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN 203


5.1.4. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
adalah:

• Jumlah rusunawa yang dibangun;


• Jumlah kawasan permukiman dan penataan bangunan yang direvitalisasi;
• Peningkatan jumlah pelayanan air minum;
• Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi;
• Jumlah Pemda/PDAM yang dibina kemampuannya; dan
• Jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman perdesaan /kumuh/
nelayan.

Nomenklatur kegiatan tupoksi untuk Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur


Permukiman sebagai berikut:

• Dukungan Manajemen dan Infrastruktur Direktorat Jenderal Cipta Karya;


• Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan
Permukiman;
• Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Penataan Bangunan dan
LingkunganTermasuk Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara;
• Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan (Air Limbah,
Drainase) serta Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi Persampahan;
• Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi
dan Penyelenggaraan serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
• Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi serta
Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman; dan
• Dukungan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Sanitasi dan Persampahan.

Kegiatan prioritas untuk Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman beserta
output dan targetnya sebagaimana dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasionaltahun 2010-2014 adalah merupakan prioritas Kementerian Pekerjaan Umum, meliputi:

• Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan


Permukiman;
• Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan Dalam Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Termasuk Pengelolaan Gedung Dan Rumah Negara, serta Penyelenggaraan Pembangunan
Bangunan Gedung dan Penataan Kawasan/Lingkungan Permukiman;
• Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan Dan Pola Investasi,
serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi Dan Persampahan;

204 BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


• Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi,
serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
• Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman; dan
• Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi serta
Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.

5.1.5. Program Pembinaan Konstruksi

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Program Pembinaan Konstruksi adalah sebagai berikut:

• Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang terbina sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
• Jumlah SDM jasa konstruksi yang terlatih; dan
• Tingkat daya saing industri konstruksi nasional dalam skala global.

Nomenklatur kegiatan tupoksi untuk Program Pembinaan Konstruksi sebagai berikut:

• Penyelenggaraan Pelayanan Teknis dan Administrasi Pembinaan Jasa Konstruksi;


• Pembinaan Usaha dan Kelembagaan;
• Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi;
• Pembinaan Sumber Daya Investasi Konstruksi; dan
• Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi.

5.1.6. Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Program Penelitian dan Pengembangan adalah:

• Prosentase IPTEK yang masuk bursa teknologi bidang PU;


• Prosentase penambahan SPMK yang diberlakukan oleh Menteri PU;
• Prosentase pelayanan teknis yang diterima stakeholders; dan
• Prosentase teknologi tepat guna yang digunakan oleh stakeholders.

Nomenklatur kegiatan tupoksi untuk Program Penelitian dan Pengembangan sebagai berikut:

• Penelitian dan Pengembangan Sub Bidang Sumber Daya Air;


• Penelitian dan Pengembangan Sub Bidang Jalan dan Jembatan;
• Penelitian dan Pengembangan Sub Bidang Permukiman;
• Penelitian dan Pengembangan Bidang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan; dan
• Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Litbang.

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN 205


5.1.7. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabiilitas Aparatur
Kementerian Pekerjaan Umum

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur
Kementerian Pekerjaan Umum adalah:

• Prosentase menurunnya tingkat kebocoran dalam pembangunan infrastruktur di lingkungan


Kementerian PU; dan
• Prosentase menurunnya temuan administratif dalam pembangunan infrastruktur di lingkungan
Kementerian PU.

Nomenklatur kegiatan tupoksi untuk Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas


Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum sebagai berikut:

• Pengelolaan hasil pelaksanaan pengawasan, pemantauan dan pemeriksaan;


• Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi Dan Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU
di Wilayah I;
• Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi Dan Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU
di Wilayah II;
• Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi Dan Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU
di Wilayah III;
• Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi Dan Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU
di Wilayah IV;
• Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi Dan Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU
di Inspektorat Khusus.

5.1.8. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya


Kementerian Pekerjaan Umum

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kementerian PU dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU
adalah:

• Jumlah dokumen perencanaan dan pemograman (Jangka Menengah dan Tahunan);


• Jumlah dokumen pelaporan akuntabilitas kinerja, keuangan dan Barang Milik Negara (BMN)
dan laporan triwulan;
• Jumlah peraturan perundang-undangan bidang PU dan permukiman;
• Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur yang mendapat pendidikan dan pelatihan;
dan

206 BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


• Jumlah pegawai yang terlayani adminsitrasi kepegawaianya serta jumlah tata laksana
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang disusun.

Nomenklatur kegiatan tupoksi untuk Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya sebagai berikut:

• Penyusunan Perencanaan, Pemrograman, Penganggaran, Pemantauan dan Evaluasi, serta


Pembinaan PHLN;
• Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU Lainnya;
• Pengelolaan dan Pengembangan SDM dan Organisasi Tatalaksana;
• Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan Kementerian;
• Pembinaan, Perencanaan, Harmonisasi dan Publikasi Peraturan Perundang-undangan serta
Bantuan Hukum;
• Penyusunan, Pengkajian, serta Pengembangan Kebijakan dan Strategi Bidang PU dan
Permukiman;
• Penyelenggaraan Pengelolaan Barang Milik Negara Kementerian PU; dan
• Penyelenggaraan dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Bidang Pekerjaan Umum
dan Permukiman.

5.1.9. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian
PU adalah:

• Jumlah peta profil infrastruktur dan jaringan Local Area Network (LAN);
• Jumlah layanan informasi publik; dan
• Luas bangunan gedung kantor Kementerian PU yang ditingkatkan dan dipelihara.

Nomenklatur kegiatan tupoksi untuk Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Kementerian PU sebagai berikut:

• Pembangunan Infrastruktur;
• Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian PU;
• Penyelenggaraan dan Pengembangan Data dan Sistem Informasi Bidang Pekerjaan Umum
dan Permukiman; dan
• Penyelenggaraan dan Pembinaan Informasi Publik.

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN 207


 5.2. PENDANAAN

Diperkirakan jumlah PDB tahun 2010 adalah sebesar Rp 6.050 triliun (Data Pokok RAPBN 2010,
Kementerian Keuangan RI, Agustus 2009). Selanjutnya diperkirakan pertumbuhan PDB berada pada
kisaran 6–6,5% per tahun selama tahun 2010-2014 (berdasarkan Visi, Misi dan Program Aksi Calon
Presiden SBY–Boediono, Mei 2009). Adapun nilai proyeksi PDB tahun 2010-2014 per tahunnya seperti
digambarkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1.Prediksi PDB dan Kebutuhan Investasi Pembangunan Infrastruktur


Pekerjaan Umum dan Permukiman tahun 2010-2014 (Triliun Rp.)

KEBUTUHAN INVESTASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


TAHUN PDB
PU DAN PERMUKIMAN
2010 6,050 108,9
2011 6,419 122,0
2012 6,817 136,3
2013 7,246 152,2
2014 7,710 169,6
TOTAL 34,242 689,0
Catatan:

• Hasil perhitungan berdasarkan PDB tahun 2010 sebesar Rp 6.050 Triliun (Data Pokok APBN 2010, Depkeu RI, Agustus 2009)
• Asumsi pertumbuhan PDB sebesar 6–6,5 % per tahun (Visi, Misi dan Program Aksi Calon Presiden SBY-Boediono, Mei 2009)
• Asumsi prosentase investasi infrastruktur PU dan permukiman 1,8 – 2,2% terhadap PDB selama tahun 2010-2014

Berdasarkan data empiris, terlihat bahwa investasi infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman
(pusat-daerah-swasta) selama tahun 2005-2009 menunjukkan bahwa angka prosentase-nya hanya
berkisar antara 1,7 – 1,9% saja dari PDB. Berdasarkan hal tersebut persentase investasi infrastruktur
ke-PU-an dan permukiman diperkirakan masih berkisar antara 1,8-2% saja dari PDB selama tahun
2010-2014, dengan tingkat pertumbuhan yang stabil dan merata setiap tahunnya.

Dari berbagai kajian dan perbandingan dengan negara-negara lainnya, diperoleh gambaran
bahwa ke depan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi (PDB) sebesar 6-7% per tahun
diperkirakan dibutuhkan alokasi dana untuk pembangunan infrastruktur (secara keseluruhan) paling
tidak 5% dari PDB (lebih kurang sebesar 2,6–3% di antaranya adalah infrastruktur pekerjaan umum
dan permukiman). Sementara Bappenas memperkirakan bahwa kemampuan Pemerintah untuk
mendanai pembangunan infrastruktur (tahun 2010-2014) diperkirakan hanya Rp 450,7 triliun saja.

Berdasarkan data Bappenas, jika sebesar 52% dari total dana yang mampu disediakan oleh
Pemerintah tersebut diperuntukkan bagi Kementerian PU, maka selama tahun 2010-014 nanti
Pemerintah hanya akan mampu menyediakan dana untuk Kementerian PU sebesar ± Rp 230 triliun.

208 BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


5.2.1. Prediksi Pendanaan Awal Tahun Perencanaan

Dalam upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran Kementerian Pekerjaan Umum yang
dilaksanakan melalui target-target berupa program dan kegiatan, baik yang bersifat reguler maupun
berupa dukungan terhadap prioritas dan fokus prioritas nasional, dengan mempertimbangkan
kondisi keuangan negara dan perkembangan situasi ekonomi gobal, maka pada awal tahun
perencanaan disusun skenario kebutuhan pendanaan yang terdiri dari 3 (tiga) kategori, yaitu:

• Skenario 1 Optimistis, total dana yang dibutuhkan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun 2010-2014
sebesarRp 553,4 triliun, dengan tingkat kenaikan rata-rata 31,27% per tahun.

• Skenario 2 Moderat (a), total dana yang dibutuhkan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun 2010-
2014 sebesar Rp 402,35 triliun, dengan tingkat kenaikan rata-rata 24,17% per tahun dan skenario
Moderat (b) dengan total dana yang paling memungkinkan untuk dapat dialokasikan kepada
Kementerian Pekerjaan Umum untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan adalah sebesar Rp.
268,805 triliun dengan tingkat kenaikan rata-rata per tahunnya adalah sebesar 12,06%.

• Skenario 3 Pesimistis, total dana yang dibutuhkan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun 2010-2014
sebesarRp 229,504 triliun, dengan tingkat kenaikan rata-rata 13,28% per tahun.

Skenario-skenario pendanaan pembangunan infrastruktur Kementerian PU tahun 2010-2014


tersebut dianalisis dari beberapa asumsi seperti yang dijabarkan dalam penjelasan berikut ini.

Berdasarkan hasil prediksi Bappenas, terdapat asumsi awal bahwa pertumbuhan dana APBN
untuk membiayai pembangunan infrastruktur adalah berkisar rata-rata 10% saja per tahunnya,
sehingga alokasi dana APBN untuk Kementerian PU setiap tahunnya (tahun 2010-2014) adalah
sebagaimana digambarkan pada Tabel 5.2 (Skenario 3, Pesimistis, baseline).

Asumsi lain adalah jika yang digunakan adalah pertumbuhan pendanaan APBN yang dialokasikan
oleh Pemerintah kepada Kementerian PU mengikuti trend seperti yang terjadi selama tahun 2005-2009
yang lalu, yaitu sebesar 31,27% per tahun. Dengan berpatokan pada angka APBN Kementerian PU
tahun 2009 yang sangat tinggi karena termasuk dana stimulus fiskal dan BA 999, maka alokasi dana
APBN untuk Kementerian PU setiap tahunnya (tahun 2010–2014) adalah sebagaimana digambarkan
pada Tabel 5.2 (Skenario 1, Optimistis).

Sengingat trend yang telah terjadi selama ini, kemampuan pemerintah yang belum cukup
memadai untuk menyediakan seluruh kebutuhan dana pembangunan infrastrukur, keyakinan
bahwa infrastruktur adalah faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengingat
kemampuan pengelolaan dana, kemampuan penyerapan dan kapasitas SDM serta organisasi
Kementerian PU, maka angka pertumbuhan dana yang akan dikelola oleh Kementerian PU selama
2010 – 2014 yang dinilai paling moderat diperkirakan adalah sebesar rata-rata 17,35% per tahunnya,
sebagaimana ditunjukkan pada Skenario 2, Moderat (b), pada Tabel 5.2. Secara ringkas ketiga
skenario awal pendanaan Kementerian PU tahun 2010-2014 pertahunnya digambarkan pada Tabel
5.2.

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN 209


Tabel 5.2 Skenario Pendanaan Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014 (Triliun Rp)

TAHUN SKENARIO RATA-RATA


2010 2011 2012 2013 2014 TOTAL KENAIKAN/ TAHUN
(%)

SKENARIO 1
59,70 78,40 102,90 135,10 177,30 553,40 31,27
OPTIMIS

SKENARIO 2 a)57,05 a)75,48 a) 82,08 a) 91,40 a) 96,34 a) 402,35 a) 24,17


MODERAT
b) 39,685 b) 50,453 b) 58,234 b) 59,655 b) 60,778 b) 268,805 b) 12,06

SKENARIO 3
34,8 36,98 43,86 50,32 63,54 229,50 13,28
PESIMISTIS (BASELINE)

Keterangan:
Skenario 1: Prediksi berdasarkan angka APBN Kementerian PU tahun 2009 sebesarRp 45,5 triliun sebagai tahun dasar,
dimana didalamnya termasuk dan stimulus fiskal 2009 + BA 999.
Skenario 2: a. Prediksi berdasarkan angka APBN awal Kementerian PU 2009 sebesar Rp 34,987 triliun (tidak termasuk stimulus fiskal 2009 dan
BA 999); dan
b. Total alokasi dana diambil dari Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah tahun 2010-2014 Per Kementerian /
Lembaga RPJMN 2010-2014 (Perpres Nomor 5 Tahun 2010);
Skenario 3: Diambil dari bahan paparan Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kemenneg PPN/Bappenas, Trilateral
Meeting Jakarta, 3 Desember 2009.

5.2.2. Realisasi Pendanaan

Dalam proses pelaksanaannya terjadi deviasi-deviasi yaitu pada tahun 2010 secara total terjadi
penurunan sekitar Rp. 2 Triliun hal ini dikarenakan Ditjen Bina Marga mengalami penurunan sekitar 3
Triliun dan SIBB sekitar Rp. 0,4 Triliun (akibat adanya pergeseran target ke tahun berikutnya), sedangkan
Diten Cipta Karya dan Ditjen Sumber Daya Air mengalami kenaikan masing-masing sekitar Rp. 0,7
Triliun, hal ini mengakibatkan kenaikan pendanaan pada tahun 2011 sampai dengan 2014.

Skenario pendanaan per unit kerja satminkal tahun 2010-2014 per tahunnya sebagaimana
digambarkan pada Tabel 5.3 skenario tersebut telah mempertimbangkan kebutuhan pengem-
bangan jenis infrastruktur, kemampuan organisasi, SDM, keandalan manajemen proyek dan adanya
kebijakan baru potensi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah serta
pengembangan wilayah, dengan distribusi tingkat pertumbuhan yang diusahakan secara normal
diperkirakan total alokasi dana tahun 2010-2014 sekitar Rp. 315,48 Triliun.

210 BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


Tabel 5.3 Sandingan Skenario Pendanaan Per Unit Kerja Tahun 2010-2014 (Triliun Rp)

TAHUN
TOTAL %
2010 2011 2012 2013 2014
SATMINKAL
SKENARIO SKENARIO SKENARIO SKENARIO SKENARIO SKENARIO SKENARIO
REVISI DIPA REVISI DIPA REVISI DIPA REVISI REVIEW REVISI REVIEW REVISI REVIEW REVISI REVIEW
2B 2B 2B 2B 2B 2B 2B

PENATAAN
0,400 0,364 0,364 0,450 0,636 0,669 0,500 0,495 0,750 0,575 0,580 0,802 0,620 0,620 1,201 2,545 2,695 3,786 0,95 0,98 1,44
RUANG

SUMBER DAYA AIR 8,921 9,459 9,461 9,636 12,648 12,648 10,948 13,026 15,711 13,291 13,894 19,541 17,118 14,473 26,625 59,950 63,500 83,986 22,30 23,15 24,26

BINA MARGA 21,455 18,316 18,341 27,104 29,829 27,975 33,867 33,867 40,339 34,299 34,299 38,834 31,694 31,694 42,754 148,419 148,005 168,244 55,21 53,95 48,59

CIPTA KARYA 7,628 8,364 7,957 11,840 13,122 12,489 11,304 11,304 13,023 9,767 9,767 25,617 9,461 9,461 22,897 50,000 52,018 81,983 18,60 18,96 23,68

BADAN
PEMBINAAN 0,250 0,211 0,211 0,262 0,301 0,315 0,277 0,277 0,275 0,289 0,289 0,334 0,311 0,311 0,358 1,389 1,389 1,493 0,52 0,51 0,43
KONSTRUKSI

BADAN
PENELITIAN DAN 0,368 0,319 0,319 0,381 0,430 0,433 0,404 0,412 0,427 0,427 0,427 0,468 0,447 0,439 0,490 2,027 2,027 2,138 0,75 0,74 0,62
PENGEMBANGAN

INSPEKTORAT
0,084 0,076 0,076 0,135 0,123 0,123 0,164 0,164 0,126 0,172 0,172 0,126 0,185 0,185 0,197 0,740 0,720 0,648 0,28 0,26 0,19
JENDERAL

SEKRETARIAT
0,579 0,477 0,477 0,645 0,871 0,864 0,734 0,843 0,846 0,835 0,846 0,835 0,942 0,934 0,927 3,735 3,971 3,949 1,39 1,45 1,14
JENDERAL

TOTAL 39,685 37,586 37,206 50,453 57,96 55,483 58,198 60,388 71,548 59,655 60,274 86,556 60,778 58,117 95,449 268,805 274,325 346,244 100 100 100

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


211
Rincian pendanaan menurut program dan kegiatan untuk masing-masing unit kerja dapat dilihat
pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Kebutuhan Pendanaan Pembangunan Tahun 2010-2014 Kementerian PU

ALOKASI (triliun Rp.) TOTAL (triliun


NO PROGRAM/KEGIATAN
Rp.)
2010 2011 2012 2013 2014

PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG 0,364 0,669 0,750 0,802 1,201 3,786
1
Pembinaan Manajemen Penyelenggaraan
0,113 0,137 0,111 0,143 0,213 0,716
Penataan Ruang
Bina Program dan Kemitraan 0,028 0,067 0,045 0,060 0,090 0,290
Pembinaan Penataan Ruang Wilayah Nasional 0,029 0,049 0,128 0,126 0,189 0,521
Pengembangan perkotaan 0,030 0,073 0,185 0,230 0,345 0,862
Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I 0,063 0,148 0,135 0,119 0,178 0,643
Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II 0,101 0,195 0,146 0,124 0,186 0,752

2 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 9,461 12,648 15,711 19,541 26,625 83,986
Pembinaan Program Ditjen Sumber Daya Air 0,061 0,113 0,041 0,080 0,121 0,416
Pembinaan Penatagunaan Sumber Daya Air 0,077 0,049 0,040 0,061 0,070 0,297
Pembinaan Irigasi, Rawa, Tambak, Air Baku dan Air
0,413 0,193 0,159 0,183 0,210 1,158
Tanah
Pembinaan Sungai danau, Waduk, Pengendalian
0,171 0,181 0,157 0,205 0, 215 0,714
Lahar dan Pengamanan Pantai
Pembinaan Operasi dan Pemeliharaan Sumber
Daya Air serta Penanggulangan Darurat Akibat 0,042 0,113 0,333 0,280 0,300 1,068
Bencana
Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas
0,069 0,203 0,191 0,221 0,225 0,909
Teknis Lainnya Ditjen SDA
Fasilitasi Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
0,008 0,008 0,007 0,009 0,014 0,046
Dewan Sumber Daya Air Nasional (DSDAN)
Pembinaan Keamanan Bendungan 0,021 0,023 0,015 0,041 0,045 0,146
Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku 1,106 1,096 1,518 1,663 3,019 8,402
Pengelolaan dan Konservasi waduk Embung, Situ
2,079 2,443 2,266 3,865 4,155 14,809
serta Bangunan Penampung Air Lainnya
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi,
3,318 4,168 5,252 5,881 7,705 26,325
Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya
Pengendalian Banjir, Lahar Gunung Berapi dan
2,096 3,995 5,287 6,136 9,495 27,009
Pengamanan Pantai
Peningkatan Kualitas Pengelolaan SDA Terpadu* - 0,063 0,445 0,916 1,266 2,690
*semula ‘menempel’ pada kegiatan yang sudah ada, sejak 2012 dijadikan satu dalam kegiatan “Peningkatan
Kualitas Pengelolaan SDA Terpadu”

212 BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


ALOKASI (triliun Rp.) TOTAL (triliun
NO PROGRAM/KEGIATAN
Rp.)
2010 2011 2012 2013 2014
3 PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN 18,341 27,975 40,339 38,834 42,754 168,244
Dukungan manajemen, koordinasi, pengaturan,
0,730 0,426 0,467 0,523 1,022 3,168
pembinaan dan pengawasan
Pengaturan, Pembinaan, Perencanaan,
Pemrograman dan Pembiayaan Penyelenggaraan 0,125 0,131 0,118 0,112 0,112 0,599
Jalan
Pengaturan dan Pembinaan Teknik Preservasi,
0,293 1,304 1,235 1,257 4,257 8,346
Peningkatan Kapasitas Jalan
Pembinaan Pelaksanaan Preservasi dan
Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional dan Fasilitasi 0,143 0,189 0,178 0,137 0,138 0,785
Jalan Daerah
Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas
17,029 25,834 38,257 36,701 37,122 154,944
Jalan Nasional
Pengaturan, Pengusahaan, Pengawasan Jalan Tol
0,021 0,091 0,083 0,103 0,103 0,402
(BPJT)

4 PROGRAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN


7,957 12,489 13,023 25,617 22,897 81,983
INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan
Penyelenggaraan dalam Pengembangan 1,291 3,985 3,917 4,836 2,796 16,824
Permukiman
Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan
Penyelenggaraan dalam Penataan Bangunan dan
2,081 2,787 2,788 3,096 2,819 13,571
Lingkungan termasuk Pengelolaan Gedung dan
Rumah Negara
Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan
Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan (Air
1,383 2,305 2,044 3,150 2,966 11,847
Limbah, Drainase) serta Pengembangan Sumber
Pembiayaan dan Pola Investasi Persampahan
Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan,
Pengembangan Sumber Pembiayaan dan
1,696 3,021 3,756 5,532 5,250 19,254
Pola Investasi danPenyelenggaraan Serta
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman 0,118 0,157 0,248 0,303 0,250 1,076
Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran,
Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi serta Evaluasi 1,363 0,195 0,232 0,257 0,350 2,396
Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman
Dukungan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
0,025 0,039 0,038 0,044 0,067 0,213
Minum, Sanitasi danPersampahan
Usulan Inisiatif Baru - - - - 6,950 6,950
Adjustment Baseline Renstra - - - - 1,449 1,449

5 PROGRAM PEMBINAAN KONSTRUKSI 0,211 0,315 0,275 0,334 0,358 1,493


Penyelenggaraan Pelayanan Teknis dan Administrasi
0,044 0,069 0,059 0,059 0,072 0,309
Pembinaan Jasa Konstruksi
Pembinaan usaha dan kelembagaan 0,047 0,047 0,046 0,057 0,061 0,259
Pembinaan Sumber Daya Investasi Konstruksi - 0,025 0,025 0,029 0,032 0,111
Pembinaan penyelenggaraan konstruksi 0,029 0,023 0,023 0,030 0,031 0,138
Pembinaan kompetensi dan pelatihan konstruksi 0,091 0,151 0,121 0,159 0,162 0,675

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN 213


ALOKASI (triliun Rp.) TOTAL (triliun
NO PROGRAM/KEGIATAN
Rp.)
2010 2011 2012 2013 2014
6 PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
0,319 0,433 0,427 0,468 0,490 2,138
KEMENTERIAN PU
Penelitian dan Pengembangan Sub Bidang Sumber 0,104 0,148 0,148 0,144 0,148 0,692
Daya Air
Penelitian dan Pengembangan Sub Bidang Jalan 0,106 0,129 0,135 0,153 0,166 0,689
dan Jembatan
Penelitian dan Pengembangan Sub Bidang 0,066 0,093 0,089 0,109 0,112 0,469
Permukiman
Penelitian dan Pengembangan Bidang Sosial, 0,022 0,032 0,029 0,034 0,034 0,151
Ekonomi, dan Lingkungan
Dukungan Manajemen Dan Dukungan Teknis Lainnya 0,020 0,032 0,027 0,028 0,030 0,137
Badan Litbang

7 PROGRAM PENINGKATAN PENGAWASAN DAN


0,076 0,123 0,126 0,126 0,197 0,648
AKUNTABILITAS APARATUR KEMENTERIAN PU
Pengelolaan hasil pelaksanaan pengawasan,
0,035 0,080 0,086 0,0859 0,106 0,3929
pemantauan dan pemeriksaan
Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi dan
Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU di Wilayah 0,013 0,011 0,010 0,01 0,02 0,064
I
Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi dan
Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU di Wilayah 0,006 0,006 0,006 0,0056 0,02 0,0436
II
Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi dan
Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU di Wilayah 0,012 0,012 0,011 0,011 0,02 0,066
III
Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi dan
Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU di Wilayah 0,008 0,009 0,009 0,0088 0,017 0,0518
IV
Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi
dan Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU di 0,001 0,005 0,005 0,0045 0,014 0,029
Inspektorat Khusus

214 BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


ALOKASI (triliun Rp.) TOTAL (triliun
NO PROGRAM/KEGIATAN
Rp.)
2010 2011 2012 2013 2014
8 PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN 0,391 0,350 0,367 0,400 0,453 1,961
PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN
PU
Penyusunan, Perencanaan, Pemrograman, 0,035 0,042 0,056 0,064 0,071 0,268
Penganggaran, Pemantauan dan Evaluasi, serta
Pembinaan PHLN
Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan 0,183 0,038 0,049 0,053 0,052 0,375
Pekerjaan Strategis Bid PU Lainnya (PMU)
Pengelolaan dan Pengembangan SDM dan 0,024 0,030 0,034 0,034 0,044 0,166
Organisasi Tatalaksana
Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan 0,017 0,025 0,027 0,027 0,031 0,127
Kementerian
Pembinaan, Perencanaan, Harmonisasi dan 0,018 0,027 0,027 0.029 0.033 0.134
Publikasi Peraturan Perundang- undangan serta
Bantuan Hukum
Penyusunan, Pengkajian, serta Pengembangan 0.019 0.029 0.031 0.031 0.039 0.149
Kebijakan dan Strategi Bidang PU dan permukiman
Penyelenggaraan Pengelolaan Barang Milik Negara 0,015 0,023 0,024 0,027 0,030 0,119
Kementerian PU
Penyelenggaraan dan Pengembangan Pendidikan 0,080 0,136 0,119 0,135 0,153 0,623
dan PelatihanBidang Pekerjaan Umum dan
Permukiman

9 PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA 0,086 0,514 0,479 0,435 0,474 1,988
APARATUR KEMENTERIAN PU
Pembangunan Infrastruktur 0,000 0,375 0,347 0,285 0,310 1,317
Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas 0,037 0,052 0,060 0,067 0,071 0,287
teknis lainnya Kementerian PU
Penyelenggaraan dan Pengembangan Data dan 0,019 0,041 0,029 0,032 0,036 0,157
Sistem Informasi Bidang Pekerjaan Umum dan
Permukiman
Penyelenggaraan dan Pembinaan Informasi Publik 0,030 0,046 0,043 0,051 0,057 0,227

TOTAL PENDANAAN SELURUH PROGRAM = Rp. 346,244 triliun

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN 215


 5.3. INDIKATOR KINERJA UTAMA

Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas penyelenggaraan pembangunan infrastruktur PU dan


permukiman, dokumen penetapan kinerja harus memuat beberapa hal penting, diantaranya
indikator kinerja utama organisasi sebagaimana tertuang dalam pasal 7 Permen PAN dan RB No. 29
Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitasi Kinerja
Instansi Pemerintah. Indikator kinerja juga diperlukan untuk penilaian Renstra baik Kementerian
maupun Unit sebagaimana tercantum dalam Permen PAN dan RB No. 13 Tahun 2010. Selain
itu, dalam rangka penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK), diperlukan suatu indikator
yang dapat menjadi ukuran pencapaian atau keberhasilan suatu kegiatan atau program yang
selanjutnya disebut dengan indikator kinerja. Indikator penting dalam tingkat Kementerian/Lembaga
(K/L) selanjutnya disebut sebagai IKU. IKU dalam hal ini dapat merupakan gabungan, perampatan,
sinergitas dari seluruh indikator kinerja unit-unit Satminkal Eselon I atau dipilih dari Indikator Kinerja
Eselon I yang ditetapkan.

Permen PAN dan RB No. PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan IKU di
Lingkungan Instansi Pemerintah menyebutkan bahwa Unit organisasi Eselon I menetapkan IKU yang
bersifat hasil (outcome) dan atau keluaran (output) penting dan untuk Unit Eselon II menetapkan IKU
yang bersifat output dalam pencapaian tujuan/sasaran strategis. Eselon I dan II dimungkingkan untuk
mengembangkan IKUnya sendiri yang menjadi core area/business sesuai dengan tugas, fungsi dan
kewenangannnya dalam rangka pencapaian sasaran strategis. Pengembangan IKU selanjutnya
menjadi dasar pengembangan standar pelayanan dan standar kinerja dalam penerapan program
reformasi birokrasi masing-masing unit. Kementerian PU telah menetapkan IKU/outcome tingkat
Kementerian dalam Permen PU No. 22/PRT/M/2010 tentang IKU, yang terdiri atas: 5 (lima) IKU Ditjen
Sumber Daya Air, 5 (lima) IKU Ditjen Bina Marga, 6 (enam) IKU Ditjen Cipta Karya, 2 (dua) IKU Ditjen
Penataan Ruang, 8 (delapan) IKU Sekretariat Jenderal, 2 (dua) IKU Inspektorat Jenderal, 4 (empat)
IKU Balitbang, 3 (tiga) IKU Bapekon.Adapun tata cara penyusunan IKU terdapat dalam Permen PAN
dan RB No. PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan IKU di Lingkungan Instansi
Pemerintah.

 5.4. OUTPUT KEGIATAN

Output atau keluaran kegiatan pada hakekatnya merupakan wujud dari pelaksanaan suatu
program, sehingga keluaran keluaran dari kegiatan tersebut harus berkontribusi secara langsung
terhadap pencapaian sasaran dan outcome program. Keterkaitan output dan outcome program
diperlukan dalam penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK), sistem perencanaan dan
pengganggaran maupun dalam evaluasi kinerja program berlandaskan sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP).

Penyusunan Rencana strategis Kementerian PU berlandaskan pada ketentuan PBK diawali


dengan diterbitkannya peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 17

216 BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN


Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Peraturan perundang-undangan tersebut telah dilengkapi
dengan Peraturaan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP),
Peraturaan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (RKA-K/L), Peraturaan Pemerintah Nomor 39 tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Peraturaan Pemerintah Nomor
40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional yang menekankan
pada perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja (Performance Based Budgeting),
berjangka menengah (Medium Term Expenditure Framework) dan sistem penganggaran terpadu
(Unified Budgeting).

Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi


manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan
dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran
tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja yang
disertai dengan alokasi pendanaannya. Alokasi anggaran yang disusun dalam dokumen rencana
kerja dan anggaran dimaksudkan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas. Dalam hal ini, program dan kegiatan harus diarahkan
untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah ditetapkan dalam rencana.

Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat keterkaitan yang jelas antara tujuan, sasaran strategis
dan outcome yang telah ditetapkan (dalam Bab 4) dengan kegiatan dan output serta target yang
telah ditetapkan (Bab 5) untuk mencapai outcome tersebut. Kaidah keterkaitan ini sesuai ketentuan
dan juga untuk memenuhi struktur dan format Rencana Kerja (Renja) K/L dan Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) K/L, serta integrasinya dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP).

Sebagai acuan operasional dalam penyusunan dokumen RENJA K/L dan RKA K/L dan dokumen
SAKIP tersebut, rincian output per kegiatan dan keterkaitannya dengan keseluruhan komponen
dimulai dari tujuan Kementerian, sasaran strategis dan outcome, program, indikator kinerja utama,
beserta anggaran per kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

Berkaitan dengan telah ditetapkannya Standar Biaya Keluaran (SBK) untuk Sistem Pelaporan
Secara Elektronik (e-Monitoring), maka output e-monitoring tersebut dapat ditambahkan dalam
output Eselon II sesuai dengan perannya.

Program dan kegiatan beserta indikator kinerjanya diharapkan sepenuhnya dapat digunakan
sebagai alat ukur efektifitas pencapaian sasaran strategis pembangunan, efisiensi belanja dan
akuntabilitas kinerja. Dalam konteks ini pendefinisian tingkat kinerja program (outcome) lebih tinggi
dari kinerja kegiatan dan program berada dalam tataran hasil (outcome) dan tidak pada tataran
dampak (impact), sehingga dapat dijelaskan oleh pencapaian kinerja kegiatan-kegiatannya
(output). Dengan demikian kinerja outcome program dapat terkait secara langsung dengan
efektivitas capaian kinerja output maupun dalam efisiensi anggaran belanja kegiatan atau output.

BAB 5 - PROGRAM DAN KEGIATAN 217


BAB

6
PENUTUP
BAB 6
PENUTUP

Review Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PU tahun 2010-2014 merupakan penajaman


target-target yang akan dicapai sebagai konsekuensi logis dari adanya perubahan lingkungan
strategis termasuk adanya Direktif Presiden yang harus diakomodir sebagai kebutuhan new initia-
tives pada kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir yaitu tahun 2013-2014.

Review Rencana Strategis (Renstra) ini harus dijadikan sebagai arahan penyelenggaraan bidang
pekerjaan umum dan penataan ruang yang dijabarkan dalam program dan kegiatan bagi setiap
Unit Organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum untuk mencapai sasaran-sasaran
strategis Kementerian dengan memenuhi aspek akuntabilitas.

Pelaksanan program dan kegiatan sebagaimana tertuang dalam review Renstra tersebut akan
memerlukan koordinasi, konsolidasi dan sinergi antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah dan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dengan Dunia Usaha agar keseluruhan sumber daya yang
ada dapat digunakan secara optimal dan dapat mencapai kinerja yang maksimal dalam rangka
meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur yang lebih merata. Oleh karenanya
penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang berbasis penataan ruang
perlu dilandasi dengan kerangka peraturan perundangundangan yang mantap dan suportif dan
menjadi dasar bagi penyelenggaraan pembangunan infrastruktur ke depan yang lebih terpadu
dan efektif yang mengedepankan proses partisipatif dan menghasilkan output dan outcome yang
optimal.

Dalam rangka sinergi dengan Pemerintah Daerah, Pemerintah akan terus meningkatkan perhatian
yang lebih besar pada aspek peningkatan kapasitas daerah (local capacity building) sehingga
kompetensi dan kemandirian Pemerintah Daerah dapat dicapai dalam tempo yang tidak terlalu
lama. Oleh karena itu, tugas Pemerintah untuk mempercepat penyusunan peraturan-peraturan

220 BAB 6 - PENUTUP


pelaksanaan berupa Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) termasuk peraturan daerah
serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, kampanye/sosialisasi, pertukaran pengalaman dan
penyebarluasan NSPK yang sekaligus sebagai landasan untuk pelaksanaan RPJMN tahap ke III pada
periode tahun 2015-2019.

BAB 6 - PENUTUP 221


LAMPIRAN 1
TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang
TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

BIDANG PENATAAN RUANG

1. Penetapan peraturan perundangundangan bidang penataan ruang;


2. Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang penataan ruang;
3. Penetapan penataan ruang perairan di luar 12 (dua belas) mil dari garis pantai;
PENGATURAN

4. Penetapan kriteria penentuan dan kriteria perubahan fungsi ruang suatu kawasan yang berskala besar dan
berdampak penting dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang;
5. Penetapan kawasan strategis nasional;
6. Penetapan kawasan-kawasan andalan; dan
7. Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang penataan ruang.

1. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang pada semua tingkatan wilayah;


2. Sosialisasi NSPK bidang penataan ruang;
3. Sosialisasi SPM bidang penataan ruang;
4. Pemberian bimbingan,supervisi dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang terhadap pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota;
PEMBINAAN

5. Pendidikan dan pelatihan;


6. Penelitian dan pengembangan;
7. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang nasional;
8. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat;
9. Pengembangan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat;
10. Koordinasi dan fasilitasi penataan ruang lintas provinsi; dan
11. Pembinaan penataan ruang untuk lintas provinsi.

224 LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


BIDANG PENATAAN RUANG

A. Perencanaan Tata Ruang


1. Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN);
2. Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional; dan
3. Penetapan rencana detail tata ruang untuk RTRWN.

B. Pemanfaatan Ruang
1. Penyusunan program dan anggaran nasional di bidang penataan ruang, serta fasilitasi dan koordinasi
antar provinsi;
2. Pemanfaatan kawasan strategis nasional;
3. -
4. Pemanfaatan kawasan andalan sebagai bagian dari RTRWN;
5. Pemanfaatan investasi di kawasan andalan dan kawasan strategis nasional serta kawasan lintas provinsi
bekerjasama dengan pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha;
6. Pemanfaatan SPM di bidang penataan ruang;
7. Penyusunan neraca penatagunaan tanah, neraca penatagunaan sumber daya air, neraca
penatagunaan udara, neraca penatagunaan sumberdaya alam lainnya;
PELAKSANAAN

8. Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRWN dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Nasional;
9. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah
nasional dan kawasan strategis nasional; dan
10. Pelaksanaan pembangunan sesuai program pemanfaatan ruang wilayah nasional dan kawasan strategis
nasional.

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang.


1. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional termasuk lintas provinsi;
2. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional;
3. Penyusunan peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang nasional;
4. Pemberian izin pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRWN;
5. Pembatalan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRWN;
6. Pengambilalihan kewenangan pemerintah provinsi dalam hal pemerintah provinsi tidak dapat memenuhi
SPM di bidang penataan ruang;
7. Pemberian pertimbangan atau penyelesaian permasalahan penataan ruang yang tidak dapat
diselesaikan pada tingkat provinsi;
8. Fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan penataan antara provinsi dengan kabupaten/kota;
dan
9. -

LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 225


BIDANG PENATAAN RUANG

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah nasional;


PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

2. Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah provinsi; dan


3. Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah kabupaten/kota.

Sumber: PP. Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Untuk Bidang Penataan Ruang terdapat perbedaan untuk tugas “PELAKSANAAN, PENGAWASAN
DAN PENGENDALIAN” pada PP Nomor 38 Tahun 2007 dengan UU Nomor 26 Tahun 2007. Adapun
perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

226 LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


BIDANG PENATAAN RUANG

A. Perencanaan Tata Ruang


1. Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
2. Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (RTR KSN).
3. Penetapan rencana detail tata ruang untuk RTRWN.

B. Pemanfaatan Ruang
1. Pemanfaatan ruang dilakukan melalui penyusunan program dan anggaran nasional di bidang penataan
ruang, pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya dengan memperhatikan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam penyediaan sarana dan prasarana, serta fasilitasi dan koordinasi
antar provinsi;
2. Pemanfaatan ruang dilaksanakan baik pemanfaatan ruang secara vertical maupun pemanfaatan di
dalam bumi;
PELAKSANAAN

3. Pemanfaatan kawasan strategis nasional;


4. Pemanfaatan kawasan andalan sebagai bagian dari RTRWN;
5. Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya, termasuk jabaran dari indikasi program utama yang
termuat di dalam rencana tata ruang wilayah;
6. Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu indikasi program
utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang;
7. Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah disinkronkan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang
wilayah administrasi sekitarnya;
8. Pemanfaatan investasi di kawasan andalan dan kawasan strategis nasional serta kawasan lintas provinsi
bekerjasama dengan pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha;
9. Penyusunan neraca penatagunaan tanah, neraca penatagunaan sumber daya air, neraca penatagunaan
udara, neraca penatagunaan sumberdaya alam lainnya;
10. Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRWN dan RTR Kawasan Strategis Nasional;
11. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah
nasional dan kawasan strategis nasional;
12. Pelaksanaan pembangunan sesuai program pemanfaatan ruang wilayah nasional dan kawasan strategis.

LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 227


BIDANG PENATAAN RUANG

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang


1. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
2. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional termasuk lintas provinsi.
3. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.
PELAKSANAAN

4. Penyusunan peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang nasional.


5. Pemberian izin pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRWN.
6. Pembatalan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRWN.
7. Pengambilalihan kewenangan pemerintah provinsi dalam hal pemerintah provinsi tidak dapat memenuhi
SPM di bidang penataan ruang.
8. Pemberian pertimbangan atau penyelesaian permasalahan penataan ruang yang tidak dapat diselesaikan
pada tingkat provinsi.
9. Fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan penataan antara provinsi dengan kabupaten/kota.

1. Pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang;


PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

2. Pengawasan terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan;


3. Pengawasan dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya;
4. Pengawasan Pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat yang
dapat dilakukan dengan menyampaikan laporan dan/atau pengaduan kepada Pemerintah dan pemerintah
daerah.
5. Penegakan hukum oleh PPNS bidang Penataan Ruang.

Sumber: UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

228 LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


SUB BIDANG SUMBER DAYA AIR

1. Penetapan kebijakan nasional sumber daya air;


2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas
negara dan wilayah sungai strategis nasional;
3. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas
negara dan wilayah sungai strategis nasional;
4. Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai
PENGATURAN

lintas negara dan wilayah sungai strategis nasional;


5. Pembentukan Dewan Sumber Daya Air Nasional, wadah koordinasi sumber daya air wilayah sungai lintas
provinsi dan wadah koordinasi sumber daya air wilayah sungai strategis nasional;
6. Penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) pengelolaan sumber daya air;
7. Penetapan wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota, wilayah sungai lintas kabupaten/kota, wilayah sungai
lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungai strategis nasional;
8. Penetapan status daerah irigasi yang sudah dibangun yang menjadi wewenang dan tanggung jawab
Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota; dan
9. Pengesahan pembentukan komisi irigasi antar provinsi.

1. Penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumber daya
air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungai strategis nasional;
2. Penetapan dan pemberian rekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan
pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas provinsi dan cekungan air tanah lintas negara;
3. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah
sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara,dan wilayah sungai strategis nasional;
PEMBINAAN

4. Pemberian bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada provinsi dan kabupaten/kota;
5. Fasilitasi penyelesaian sengketa antar provinsi dalam pengelolaan sumber daya air;
6. Pemberian izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau
saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi lintas provinsi,daerah irigasi lintas
negara dan daerah irigasi strategis nasional;
7. Pemberdayaan para pemilik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota; dan
8. Pemberdayaan kelembagaan sumber daya air tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 229


SUB BIDANG SUMBER DAYA AIR

1. Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara dan wilayah
sungai strategis nasional;
PEMBANGUNAN / PENGELOLAAN

2. Pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,wilayah sungai lintas negara dan
wilayah sungai strategis nasional;
3. Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala nasional;
4. Penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air tingkat nasional;
5. Pembangunan dan peningkatan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi lintas provinsi, daerah
irigasi lintas negara dan daerah irigasi strategis nasional;
6. Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya
lebih dari 3.000 ha atau pada daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara dan daerah irigasi
strategis nasional; dan
7. Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi pada sungai danau, waduk dan pantai pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungai strategis nasional.

1. Pengawasan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

dan wilayah sungai strategis nasional.

Sumber: PP. Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

230 LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


SUB BIDANG BINA MARGA

A. Pengaturan jalan secara umum.


1. Pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya;
2. Perumusan kebijakan perencanaan;
3. Pengendalian penyelenggaraan jalan secara makro; dan
4. Penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria pengaturan jalan.

B. Pengaturan jalan nasional.


1. —
PENGATURAN

2. —
3. Penetapan fungsi jalan arteri dan jalan kolektor yang menghubungkan antar ibukota provinsi dalam sistem
jaringan jalan primer;
4. Penetapan status jalan nasional; dan
5. Penyusunan perencanaan umum dan pembiayaan jaringan jalan nasional.

C. Pengaturan jalan tol.


1. Perumusan kebijakan perencanaan, penyusunan perencanaan umum, penetapan ruas jalan tol dan
pembentukan peraturan perundangundangan; dan
2. Pemberian rekomendasi tarif awal dan penyesuaiannya, serta pengambilalihan jalan tol pada akhir masa
konsesi dan pemberian rekomendasi pengoperasian selanjutnya.

A. Pembinaan jalan secara umum dan jalan nasional.


1. Pengembangan sistem bimbingan, penyuluhan serta pendidikan dan pelatihan di bidang jalan;
2. Pemberian bimbingan, penyuluhan dan pelatihan para aparatur di bidang jalan;
3. Pengkajian serta penelitian dan pengembangan teknologi bidang jalan dan yang terkait;
4. Pemberian fasilitasi penyelesaian sengketa antar provinsi dalam penyelenggaraan jalan;
PEMBINAAN

5. Penyusunan dan penetapan norma, standar, kriteria dan pedoman pembinaan jalan; dan
6. –

B. Pengembangan teknologi terapan di bidang jalan untuk jalan kabupaten/kota. 1)

C. Pembinaan jalan tol: Penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan serta penelitian dan
pengembangan.

LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 231


SUB BIDANG BINA MARGA

A. Pembangunan jalan nasional.


PEMBANGUNAN / PENGELOLAAN

1. Pembiayaan pembangunan jalan nasional;


2. Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi
jalan nasional;
3. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan nasional; dan
4. Pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen jalan nasional.

B. Pengusahaan jalan tol.


1. Pengaturan pengusahaan jalan tol meliputi kegiatan pendanaan, perencanaan teknis, pelaksanaan
konstruksi, pengoperasian dan/atau pemeliharaan; dan
2. Persiapan pengusahaan jalan tol, pengadaan investasi dan pemberian fasilitas pembebasan tanah.

A. Pengawasan jalan secara umum.


PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

1. Evaluasi dan pengkajian pelaksanaan kebijakan penyelengaraan jalan; dan


2. Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan.

B. Pengawasan jalan nasional.


1. Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan nasional; dan
2. Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan nasional.

C. Pengawasan jalan tol.


1. Pemantauan dan evaluasi pengaturan dan pembinaan jalan tol; dan
2. Pemantauan dan evaluasi pengusahaan jalan tol dan terhadap pelayanan jalan tol.

Sumber: PP. Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Catatan:
1)
Berdasarkan UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, butir B dalam aspek “Pembinaan“ dihilangkan.

232 LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


SUB BIDANG CIPTA KARYA

PERKOTAAN DAN
AIR MINUM AIR LIMBAH PERSAMPAHAN
PERDESAAN

1. Penetapan 1. Penetapan 1. Penetapan kebijakan 1. Penetapan kebijakan


kebijakan dan kebijakan dan dan strategi nasional dan strategi nasional
strategi nasional strategi nasional pengembangan PS air pengembangan PS
pembangunan pengembangan limbah. persampahan.
perkotaan dan pelayanan air 2. Pembentukan 2. Penetapan lembaga
perdesaan. minum. lembaga tingkat nasional
2. Penetapan norma, 2. Pembentukan penyelenggara penyelenggara
standar, prosedur Badan Pendukung pelayanan PS air pengelolaan
dan kriteria Pengembangan limbah lintas provinsi. persampahan (bila
pengembangan Sistem Penyediaan 3. Penetapan norma, diperlukan).
perkotaan dan Air Minum (BPP- standar, prosedur dan 3. Penetapan NSPK
perdesaan. SPAM). kriteria pelayanan pengelolaan
3. Penetapan BUMN PS air limbah secara persampahan secara
penyelenggara nasional termasuk nasional termasuk SPM.
SPAM lintas provinsi. SPM. 4. Memberikan izin
PENGATURAN

4. Penetapan norma, 4. Memberikan izin penyelenggara


standar, prosedur penyelenggaraan pengelolaan
dan kriteria PS air limbah yang persampahan lintas
pelayanan PS air bersifat lintas provinsi. provinsi.
minum secara 5. Penetapan standar
nasional termasuk kompetensi teknis
penetapan Standar SDM untuk kelompok
Pelayanan Minimal ahli dan terampil
(SPM). bidang air limbah.
5. Memberikan izin
penyelenggaraan
pelayanan PS
air minum lintas
provinsi.
6. Penentuan
alokasi air baku
untuk kebutuhan
pengembangan
SPAM.

LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 233


SUB BIDANG CIPTA KARYA

PERKOTAAN DAN
AIR MINUM AIR LIMBAH PERSAMPAHAN
PERDESAAN

1. Fasilitasi 1. F asilitasi 1. Fasilitasi penyelesaian 1. F asilitasi penyelesaian


peningkatan penyelesaian permasalahan antar masalah dan
kapasitas masalah dan provinsi yang bersifat permasalahan antar
manajemen permasalahan khusus, strategis baik provinsi.
pembangunan antar provinsi, yang bersifat nasional 2. Peningkatan kapasitas
dan pengelolaan yang bersifat maupun internasional. manajemen dan
Prasarana dan khusus, strategis, 2. Fasilitasi peran serta fasilitasi kerjasama
Sarana (PS) baik yang bersifat dunia usaha tingkat pemda/dunia usaha
perkotaan dan nasional maupun nasional dalam dan masyarakat dalam
pedesaan tingkat internasional. penyelenggaraan penyelenggaraan
PEMBINAAN

nasional. 2. Fasilitasi pengembangan PS air pengembangan PS


2. Fasilitasi peningkatan limbah. persampahan.
pemberdayaan kapasitas teknis 3. Fasilitasi 3. Fasilitasi bantuan teknis
masyarakat dan dan manajemen penyelenggaraan penyelenggaraan
dunia usaha dalam pelayanan air (bantek) pengembangan PS
pembangunan minum secara pengembangan PS air persampahan.
perkotaan dan nasional. limbah.
perdesaan secara 3. Penetapan standar
nasional. kompetensi
teknis SDM untuk
kelompok ahli dan
terampil bidang air
minum.

234 LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


SUB BIDANG CIPTA KARYA

PERKOTAAN DAN
AIR MINUM AIR LIMBAH PERSAMPAHAN
PERDESAAN

1. Fasilitasi 1. Fasilitasi 1. Fasilitasi 1. Fasilitasi


perencanaan pemenuhan pengembangan penyelenggaraan
2. program kebutuhan air baku PS air limbah skala dan pembiayaan
pembangunan untuk kebutuhan kota untuk kota-kota pembangunan PS
pengembangan metropolitan dan kota persampahan secara
3. sarana dan
SPAM secara besar dalam rangka nasional (lintas provinsi).
prasarana
nasional. kepentingan strategis 2. Penyusunan rencana
4. perkotaan dan nasional.
2. – induk pengembangan
perdesaan
3. Fasilitasi 2. Penyusunan rencana PS persampahan lintas
5. jangka panjang induk pengembangan provinsi.
penyelenggaraan
dan jangka PS air limbah lintas
bantuan teknis
PEMBANGUNAN / PENGELOLAAN

6. menengah. penyelenggaraan provinsi.


7. Fasilitasi kerjasama/ pengembangan 3. Penanganan
kemitraan SPAM secara bencana alam tingkat
8. tingkat nasional nasional. nasional.
antara pemerintah/ 4. Penyusunan
daerah dalam rencana induk
9. pengelolaan dan pengembangan
pembangunan SPAM wilayah
sarana dan pelayanan lintas
prasarana provinsi.
perkotaan dan 5. Fasilitasi
perdesaan. penyediaan
10. Penyelenggaraan prasarana dan
pembangunan sarana air minum
PS perkotaan dan dalam rangka
perdesaan di kepentingan
kawasan strategis strategis nasional.
nasional. 6. Penanganan
11. - bencana alam
tingkat nasional.

LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 235


SUB BIDANG CIPTA KARYA

PERKOTAAN DAN
AIR MINUM AIR LIMBAH PERSAMPAHAN
PERDESAAN

1. Pengawasan dan 1. Pengawasan 1. Pengendalian dan 1. Pengawasan dan


pengendalian terhadap pengawasan atas pengendalian
program seluruh tahapan penyelenggaraan pengembangan
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

pembangunan penyelenggaraan pengembangan PS air persampahan secara


dan pengelolaan pengembangan limbah. nasional.
kawasan SPAM secara 2. Evaluasi atas kinerja 2. Evaluasi kinerja
perkotaan dan nasional. pengelolaan PS penyelenggaraan PS
perdesaan secara 2. Evaluasi kinerja air limbah secara persampahan secara
nasional. pelayanan nasional. nasional.
2. Pengawasan dan penyelenggaraan 3. Pengawasan dan 3. Pengawasan dan
pengendalian atas pengembangan pengendalian atas pengendalian atas
pelaksanaan NSPK. SPAM secara pelaksanaan NSPK. pelaksanaan NSPK.
nasional.
3. Pengawasan dan
pengendalian atas
pelaksanaan NSPK.

Sumber: PP. Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

236 LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


SUB BIDANG CIPTA KARYA

BANGUNAN GEDUNG DAN


DRAINASE PERMUKIMAN
LINGKUNGAN

1. Penetapan kebijakan A. Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan 1. Penetapan peraturan


dan strategi nasional Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang perundang-undangan, norma,
dalam penyelenggaraan berdiri sendiri: standar, prosedur dan kriteria/
drainase dan pematusan a. Penetapan kebijakan teknis bangunan gedung dan
genangan. Kasiba dan Lisiba nasional. lingkungan
2. Penetapan NSPK b. Penyusunan NSPK Kasiba dan 2. Penetapan kebijakan dan
penyelenggaraan Lisiba secara nasional. strategi nasional bangunan
drainase dan pematusan gedung dan lingkungan.
genangan. 3. Penetapan kebijakan
B. Permukiman Kumuh/Nelayan:
pembangunan dan
PENGATURAN

a. Penetapan kebijakan nasional pengelolaan gedung dan


tentang penanggulangan rumah negara.
permukiman kumuh perkotaan
4. Penyelenggaraan IMB gedung
dan nelayan.
fungsi khusus.
b. Penyusunan NSPK kawasan
5. -
permukiman.
6. -
7. -
C. Pembangunan Kawasan:
a. Penetapan kebijakan
pembangunan kawasan strategis
nasional.
b. Penyusunan NSPK pembangunan
kawasan strategis nasional.

LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 237


SUB BIDANG CIPTA KARYA

BANGUNAN GEDUNG DAN


DRAINASE PERMUKIMAN
LINGKUNGAN

1. Fasilitasi bantuan A. Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan 1. Pemberdayaan kepada


teknis pembangunan, Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang pemerintah daerah dan
pemeliharaan dan berdiri sendiri: penyelenggara bangunan
pengelolaan drainase. a. Fasilitasi penyelesaian masalah gedung dan lingkungannya.
2. Peningkatan kapasitas Kasiba/Lisiba yang terkait dengan 2. Fasilitasi peningkatan
teknik dan manajemen pelaksanaan kebijakan nasional. kapasitas manajemen dan
penyelenggara drainase teknis Pemerintah daerah
dan pematusan untuk bangunan gedung dan
B. Permukiman Kumuh/Nelayan:
genangan secara lingkungan.
nasional. a. Fasilitasi peningkatan kapasitas
daerah dalam pembangunan
PEMBINAAN

dalam penanganan permukiman


kumuh secara nasional. (bantuan
teknis)

C. Pembangunan Kawasan:
a. F asilitasi peningkatan kapasitas
daerah dalam pembangunan
kawasan strategis nasional.
b. Fasilitasi penyelesaian masalah
pembangunan kawasan yang
terkait dengan pelaksanaan
kebijakan nasional.

238 LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


SUB BIDANG CIPTA KARYA

BANGUNAN GEDUNG DAN


DRAINASE PERMUKIMAN
LINGKUNGAN

1. F asilitasi penyelesaian A. Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan 1. Fasilitasi bantuan teknis
masalah dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang penyelenggaraan bangunan
permasalahan berdiri sendiri: gedung dan lingkungan.
operasionalisasi a. Fasilitasi penyelenggaraan 2. Pembangunan dan
sistem drainase dan pembangunan Kasiba/Lisiba pengelolaan bangunan
penanggulangan banjir strategis nasional. gedung dan rumah
lintas provinsi. negara yang menjadi aset
b. Fasilitasi kerjasama swasta,
2. Fasilitasi penyelenggaraan masyarakat tingkat nasional pemerintah.
pembangunan dan dalam pembangunan Kasiba/ 3. Penetapan status bangunan
pemeliharaan PS drainase
PEMBANGUNAN / PENGELOLAAN

Lisiba. gedung dan lingkungan yang


dan pengendalian banjir dilindungi dan dilestarikan
c. –
di kawasan khusus dan yang berskala nasional atau
strategis nasional. internasional.
3. Fasilitasi penyusunan B. Permukiman Kumuh/Nelayan:
rencana induk a. Fasilitasi program penanganan
penyelenggaraan permukiman kumuh bagi lokasi
prasarana sarana drainase yang strategis secara nasional.
dan pengendalian banjir b. Fasilitasi dan bantuan teknis
skala nasional. untuk peremajaan/perbaikan
permukiman kumuh/nelayan
dengan Rumah Susun Sewa
(RUSUNAWA).

C. Pembangunan Kawasan:
a. Fasilitasi penyelenggaraan
pembangunan kawasan strategis
nasional.

LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 239


SUB BIDANG CIPTA KARYA

BANGUNAN GEDUNG DAN


DRAINASE PERMUKIMAN
LINGKUNGAN

1. Evaluasi kinerja A. Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan 1. Pengawasan secara nasional
penyelenggaraan sistem Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang terhadap pelaksanaan
drainase dan pengendali berdiri sendiri: peraturan perundang-
banjir secara nasional. a. Pengawasan dan pengendalian undangan, pedoman dan
2. Pengawasan dan kebijakan nasional standar teknis bangunan
pengendalian penyelenggaraan Kasiba dan gedung dan lingkungannya,
penyelenggaraan Lisiba. serta gedung dan rumah
drainase dan negara.
b. Evaluasi kebijakan nasional
pengendalian banjir penyelenggaraan pembangunan 2. Pengawasan dan penertiban
secara lintas provinsi. Kasiba dan Lisiba. pembangunan dan
3. Pengawasan dan pemanfaatan bangunan
c. Pengawasan dan pengendalian
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

pengendalian atas gedung fungsi khusus.


atas pelaksanaan NSPK.
pelaksanaan NSPK. 3. Pengawasan dan penertiban
pelestarian bangunan
B. Permukiman Kumuh/Nelayan: gedung dan lingkungan yang
a. Melaksanakan pengawasan dilindungi dan dilestarikan
dan pengendalian penanganan yang berskala nasional atau
permukiman kumuh nasional. internasional.
b. Evaluasi kebijakan nasional
penanganan permukiman kumuh.
c. Pengawasan dan pengendalian
atas pelaksanaan NSPK .

C. Pembangunan Kawasan:
a. Pengawasan dan pengendalian
pembangunan kawasan strategis
nasional.
b. Evaluasi kebijakan nasional
program pembangunan kawasan
nasional.
c. Pengawasan dan pengendalian
atas pelaksanaan NSPK.

Sumber: PP. Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

240 LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


SUB BIDANG PEMBINAAN KONSTRUKSI

1. Penetapan dan penerapan kebijakan nasional pengembangan usaha, termasuk upaya mendorong
kemitraan fungsional sinergis;
2. Fasilitasi untuk mendapatkan dukungan lembaga keuangan dalam memberikan prioritas pelayanan,
PENGATURAN

kemudahan dan akses untuk memperoleh pendanaan;


3. Penetapan dan penerapan kebijakan nasional pengembangan penyelenggaraan konstruksi;
4. Fasilitasi untuk mendapatkan dukungan lembaga pertanggungan dalam memberikan prioritas, pelayanan,
kemudahan dan akses untuk memperoleh jaminan pertanggungan resiko;
5. Penetapan dan penerapan kebijakan nasional pengembangan keahlian dan teknik konstruksi; dan
6. Penetapan dan penerapan kebijakan nasional pengembangan SDM bidang konstruksi.

1. Pemberdayaan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nasional serta asosiasi badan usaha dan
profesi tingkat nasional;
2. Peningkatan kemampuan teknologi, sistem informasi, penelitian dan pengembangan teknologi bidang
PEMBERDAYAAN

konstruksi;
3. Pemberdayaan penerapan keahlian dan teknik konstruksi kepada LPJK nasional serta asosiasi profesi tingkat
nasional;
4. Perintisan penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi sebagai model;
5. Fasilitasi proses sertifikasi tenaga terampil konstruksi; dan
6. —

1. Pengawasan guna tertib usaha mengenai persyaratan perizinan dan ketentuan ketenagakerjaan;
PENGAWASAN

2. Pengawasan terhadap LPJKNasional serta asosiasi badan usaha dan profesi tingkat nasional; dan
3. Pengawasan guna tertib penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan pekerjaan konstruksi (ketentuan
keteknikan, K3, keselamatan umum,lingkungan, tata ruang, tata bangunan dan ketentuan lainnya yang
berkaitan dengan penyelenggaraan konstruksi).

Sumber: PP. Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

LAMPIRAN 1 TURBINBANGWAS Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 241


LAMPIRAN
MP3EI
2
Lampiran 2.1.
Rencana Kegiatan MP3EI 2011-2025
Penyediaan Infrastruktur Jalan
Investasi Investasi
Koridor No. Usulan kegiatan Kementerian PU tahun 2011 APBN TA. 2012
(Milyar Rp.) (Milyar Rp.) RKAKL
1. Penanganan Jalan Lhokseumawe-Langsa (Aceh) (174 Km) 75 82
2. Penanganan Jalan Akses Belawan (Sumut) (8 Km) 5 65
Penanganan Jalan Kabupaten 3 Km (KISM-Sp. Mayang) (Sumut) dan Sp. Inalum - Kuala
3. 0 32
Tanjung
4. Perbaikan/pelapisan Jalan Raya, Ruas: Lima Puluh - Simpang Inalum (22 Km) -- (Sumut) 36 22
5. Penanganan Jalan Pematang Siantar - Tb. Tinggi -- (Sumut) (34.5 Km) 2 23
6. Penanganan Jalan Tb. Tinggi-Kisaran-Rantau Prapat-Batas Prov. Riau - 326,71 Km - (Sumut) 295 187
7. Pembangunan Jalan Akses Kualanamu (Sumut) (8 Km) 114 101
8. Pembebasan Lahan Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (60 Km) 220 80
9. Pembangunan Jalan Tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi (60 Km) 270 227
10. Pembebasan Lahan Jalan Tol Medan-Binjai (35 Km) 0 0
11. Pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai (35 Km) 0 0
12. Penanganan Jalan Sp.Batang-Batas Dumai (Rigid) – (Riau) 10 103
13. Jalan Dumai-Pelintung (Jalan Provinsi)- (Riau) 0 0
14. Jalan Sp. Kulim-Pelabuhan Dumai Rigid -(Riau) (76 Km) 48 402
15. Pembangunan Jalan Tol Pekanbaru-Kandis-Dumai (APBN) 0 0
16. Pembebasan Lahan Jalan Tol Pekanbaru-Kandis-Dumai (135 km) 149 25
17. Jalan Sp. Lago-Sp. Buatan-Siak Sri Indrapura-Pelabuhan Buton -(Jalan Provinsi)-(Riau) 0 0
18. Penanganan Jalan Sorek-Sp.Japura-Rengat-Rumbai Jaya-K.Enok -(Riau) (224.5 Km) 136 109
SUMATRA

19. Penanganan Jalan Pekan Heran – Siberida-Batas Provinsi Jambi -(Riau) (100.1 Km) 88 160
20. Penanganan Jalan Sp.Batang-Lubuk Gaung (Jalan Provinsi)-(Riau) 0 0
21. Penanganan Jalan Lingkar Jambi - akses jalan Talang Dukuh (23.6 Km) 56 58
22. Penanganan Jalan Muara Tembesi - Jambi (79 Km) 45 107
Penanganan jalan antara Muaro Jambi – Pelabuhan Muara Sabak - (Jalan Provinsi Rusak
23. 0 0
Berat)
24. Ruas jalan merupakan jalan provinsi, sebagian belum ada jalan (Berbak - Ujung Jabung) 0 0
25. Penanganan Jalan Muara Enim – Palembang (174.9 Km) 100 94
26. Pembangunan Jalan Tol Palembang - Indralaya 0 0
27. Pembebasan Lahan Jalan Tol Palembang - Indralaya 0 0
Pelebaran jalan menuju kawasan wisata sepanjang (pengembangan destinasi pulau
28. 0 0
bangka dsk.) – Bangka Belitung
Jalan Tj. Pandan – Tj. Tinggi (pengembangan destinasi pulau bangka dsk.) – Bangka
29. 93 48
Belitung (38.3 Km)
30. Penanganan Jalan Wiralaga – Sp.Pematang – (Jalan Provinsi) – Lampung 0 0
Penanganan Jalan Cilegon - Pasauran, telah mencakup Jalan Cilegon-Anyer (JSS) (44.3
31. 51 63
Km)
32. Pembangunan Jalan Tol Bakauheuni – Terbanggi Besar 0 0

33. Pembebasan Lahan Jalan Tol Bakauheuni – Terbanggi Besar 0 0

34. Pembangunan Jalan Tol Cilegon - Bojonegara 0 0


35. Pembebasan Lahan Jalan Tol Cilegon - Bojonegara 0 0
36. Penanganan Jalan Serdang - Bojonegara – Merak 41 22

244 LAMPIRAN 2 MP3EI


Investasi Investasi Investasi Investasi
Investasi
tahun 2013 tahun 2014 tahun 2011-2014 tahun 2015-2025 Menko Ekonomi
Total 2011-2025 (Milyar Rp.)
(Milyar Rp.) RKAKL (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.)
86 112 341 853 1 tidak ada di buku MP3EI
60 17 137 343 480 ada di buku MP3EI

0 0 40 0 40 ada di buku MP3EI

1 2 84 210 294 ada di buku MP3EI


24 10 68 170 238 ada di buku MP3EI
129 66 706 1.765 2.471 ada di buku MP3EI
119 1 146 25 171 ada di buku MP3EI
102 0 441 0 441 tidak ada di buku MP3EI
249 270 1.370 0 1.370 ada di buku MP3EI
0 0 0 256 256 tidak ada di buku MP3EI
0 0 0 0 (swasta) ada di buku MP3EI
149 12 42 15 57 tidak ada di buku MP3EI
0 0 0 0 54 (pemerintah provinsi) ada di buku MP3EI
99 9 98 245 343 ada di buku MP3EI
0 0 8 8.000 8.000 ada di buku MP3EI
48 0 477 0 477 tidak ada di buku MP3EI
0 0 0 0 274 (pemerintah provinsi) ada di buku MP3EI
118 40 407 1.018 1.425 ada di buku MP3EI
159 13 206 515 721 ada di buku MP3EI
0 0 0 0 195 (kewenangan provinsi) ada di buku MP3EI
26 1 120 300 420 tidak ada di buku MP3EI
52 15 211 528 739 tidak ada di buku MP3EI
129 (pemerintah pusat 129 (pemerintah pusat dan
0 0 0 ada di buku MP3EI
dan provinsi) provinsi)
0 0 0 0 140 (pemerintah provinsi) ada di buku MP3EI
63 82 323 808 1.131 tidak ada di buku MP3EI
0 0 0 0 (swasta) ada di buku MP3EI
0 0 0 64 64 tidak ada di buku MP3EI

0 0 0 0 100 (kewenangan provinsi) ada di buku MP3EI

1 57 251 628 879 tidak ada di buku MP3EI

0 0 0 0 280 (kewenangan provinsi) ada di buku MP3EI

20 4 99 248 347 ada di buku MP3EI

0 0 0 0 (swasta) ada di buku MP3EI


510 (kewenangan provinsi
0 0 0 230 ada di buku MP3EI
= 280)
0 0 0 0 (swasta) ada di buku MP3EI
0 0 0 139 139 tidak ada di buku MP3EI
12 2 65 20 85 ada di buku MP3EI

LAMPIRAN 2 MP3EI 245


Investasi Investasi
Koridor No. Usulan kegiatan Kementerian PU tahun 2011 APBN TA. 2012
(Milyar Rp.) (Milyar Rp.) RKAKL
37. Penanganan Jalan Cikande – Serang – Cilegon (83.2 Km) 88 114
38. pelebaran jalan Tanjung Kelian-Ibul    
39. Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan Ibul-Kelapa dan Tanjung Kelian-Ibul    
40. pembangunan/pelebaran jalan Sp. Punggur-telaga punggur    
pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan batu aji-tg. Uncang, jalan sp. Frengky-sp. Kabil,
41. jalan sp. Punggur-telaga punggur, jalan tg. Balai-meral, Sp. Jam-sei harapan, Sp. Kabil-Sp.    
Jam, Sp. Punggur-batu besar
42. rekonstruksi/peningkatan struktur jalan batu aji-tj uncang dan jalan tembesi-tj berikat    
pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan batas kab. Lamteng/kab. Lamtim-Way Jepara,
43. jalan Way Jepara-Way SKP. Bunut (batas kab Lamsel/kab. Lamtim), Way SKP.Buntut -Sp.    
Bakauheni
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Way Jepara-Way SKP. Bunut (batas kab. Lamsel/kab.
44.    
Lamtim) dan jalan Way SKP. Bunut (batas kab. Lamsel/kab. Lamtim)-Sp. Bakauheni
pelebaran jalan Sp. Tj. Karang/Jln soekarno Hatta (B. Lamopung-Sp.Pugung (B Lampung
45. bypass A),pelebaran jalan Sp. Tj. Karang/Jln soekarno Hatta (B. Lamopung-Sp.Pugung (B    
Lampung bypass A), tegineneng-sp. Tanjung karang
pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan Imam Bonjol (B. Lampung) dan jalan RW.
46.    
Monginsidi (B. Lampung)
47. Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan tegienenng-Sp. Tanjung Karang    
48. pelebaran jalan sudirman (muara enim) (030.11)    
pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan batas kota muara enim-sp. Sugihwaras (021),
kab. Prabumulih-batas kota prabumulih (028), batas kota prabumulih-sp. Belimbing (029),
49.    
jln sudirman (muara enim) (020.14), jln sudirman (muara enim) (030.11), jln sudirman
(prabumulih) (029.11)
pelebaran jalan betung-batas kota palembang, jln basuki rahmat (palembang), jln
SUMATRA

50. demang lebar daun (palembang), jln mayjen yusuf singadekane (palembang), jln srijaya    
raya (palembang)
51. pembangunan jembatan baru duplikasi jembatan air musi II (tahap 2)    
52. pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan betung-batas kota palembang    

53. pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan H. Abd Rozak/patal pusri/monginsidi (palembang),    

54. pemeliharaan berkala/rehabilitasi jln Ki Merogan (palembang),    


55. pemeliharaan berkala/rehabilitasi Jln Ki Wahid Hasyim (Palembang),    
56. pemeliharaan berkala/rehabilitasi Jln Letjen Harun Sohar (Palembang),    
57. pemeliharaan berkala/rehabilitasi Jln Perintis kemerdekaan (palembang),    
58. pemeliharaan berkala/rehabilitasi Jln R Sukamto (Palembang),    
59. pemeliharaan berkala/rehabilitasi Jln RE Martadinata (Palembang),    
60. pemeliharaan berkala/rehabilitasi Jln Riacudu (Palembang),    
61. pemeliharaan berkala/rehabilitasi Jln Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang)    
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan H. Abd Rozak/patal pusri/monginsidi (Palembang),
62. jalan ki merogen, jln. Letjen H. Alamsyah Ratu Prawiranegara, jln Lingkar Selatan, jln RE    
Martadinata, jln Soekarno Hatta (drainase)
63. pelebaran jalan kota buluh-batas kota sidikalang, panji-bats kab. Tapanuli utara II    
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan batas deli serdang-batas kota kabanjahe, sumnul-
64.    
panji-batas kota sidikalang
65. pelebaran jalan PAL XI-batas kota padang sidempuan, sipirok-PAL XI    
66. belanja modal konstruksi pelebaran jalan    
67. rekonstruksi/peningkatan struktur jalan batas kab. Tapanuli utara-sipirok    
Total 1.922 2.124

246 LAMPIRAN 2 MP3EI


Investasi Investasi Investasi Investasi
Investasi
tahun 2013 tahun 2014 tahun 2011-2014 tahun 2015-2025 Menko Ekonomi
Total 2011-2025 (Milyar Rp.)
(Milyar Rp.) RKAKL (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.)
92 53 272 680 952 tidak ada di buku MP3EI
0,0038          
0,0012          
0,010          

0,0424          

0,0169          

0,0183          

0,0376          

0,0941          

0,0049          

0,0300          
0          

0          

0          

0          
0          

0          

0          
0          
0          
0          
0          
0          
0          
0          

0          

0          

0          

0          
0          
0          
1.609 766 5.912 17.060 21.541  

LAMPIRAN 2 MP3EI 247


Investasi Investasi
Koridor No. Usulan kegiatan Kementerian PU tahun 2011 APBN TA. 2012
(Milyar Rp.) (Milyar Rp.) RKAKL
1. Penanganan Jalan Pati – Rembang – Batas Jatim – Bulu – Tuban (128.1 Km) 143 96
2. Penanganan Jalan Pejagan-Pemalang-Pekalongan (109.3 Km) 153 107
3. Pembangunan dan pemeliharaan Fly Over Kali Banteng (Menuju Pelabuhan Tanjung Emas) 45 47
4. Penanganan Jalan Semarang – Bawen – Yogyakarta (106.3 Km) 65 28
5. Pembangunan Jalan Tol Semarang - Solo 0 0
Pembangunan Fisik Jalan Bebas Hambatan Akses Tanjung Priok (E2, E2 A, dan NS) dan
6. 904 969
Akses Dry Port Cikarang
7. Penanganan Jalan Pantura Cikampek – Cirebon (166.1 Km) 230 200
8. Pembangunan Jalan Tol Bekasi – Cawang – Kampung Melayu 0 0
9. Pembebasan Lahan Jalan Tol Bekasi – Cawang – Kampung Melayu 0 0
10. Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu 300 433
11. Pembebasan Lahan Jalan Tol Solo-Mantingan 378 200
12. Pembebasan Lahan Jalan Tol Mantingan – Kertosono 273 175
13. Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Solo - Kertosono 150 604
14. Pembebasan Lahan Jalan Tol Pandaan - Malang 95 50
15. Pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang 0 0
16. Pembangunan Jalan Tol Pasir Koja-Soreang 0 0
17. Pembangunan Jalan Tol Terusan Pasteur-Ujung Berung-Cileunyi 0 0
18. Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan raya bitung (Cikarang)    
19. Rekonstruksi/peningkatan struktur jalan paket peningkatan jalan Fatahillah (Cikarang)    
Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan batas kota Cikarang-batas kota kab. Karawang
20.    
dan jalan perintis kemerdekaan
JAWA

Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan Daan Mogot (Tangerang-batas DKI) dan jalan raya
21.    
Serang
22. Rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Lingkar Barat dan jalan S. Parman    
23. Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan Gatot Subroto dan jalan MT. Haryono    
24. Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan TB. Simatupang    
25. Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan Kartini dan jalan Pejompongan-Kebayoran Lama    
26. Rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Metro Pondok Indah    
27. Pembangunan jalan baru akses tol Cimanggis-Nagrak tahap 3 (3,85 km)    
28. Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan Bogor Raya dan jalan Trans Yogi (Depok)    
29. Rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Mayjen Sutoyo    
30. Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan akses Marunda dan jalan Pluit Selatan Raya    
Rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Laksamana Martadinata, jalan Cakung-Cilincing,
31.    
Latumenten, Lodan, Jembatan Tiga, dan taman stasiun priok
Rekonstruksi/peningkatan struktur jalan batas kota cikampek-batas kabupaten subang/
32.    
karawang
pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan batas kota purwakarta-cisomang dan jalan
33.    
cisomang - batas kota padalarang
pelebaran jalan batas prov. Jabar-patimuan-sidareja, jalan sidareja-jeruklegi, jalan
34.    
wangon-kr. Pucung-batas jabar (MYC)
pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan lingkar /9063.19K) (cilacap), jalan sudirman barat
35.    
(063.15K) dan jalan Yos Sudarso (063.16K) (Cilacap)
36. rekonstruksi/peningkatan struktur jalan niaga cs    
37. Pelebaran jalan batas kota lamongan-batas kota gresik    
38. pelebaran jalan widang-lamongan (eskalasi)    

248 LAMPIRAN 2 MP3EI


Investasi Investasi Investasi Investasi
Investasi
tahun 2013 tahun 2014 tahun 2011-2014 tahun 2015-2025 Menko Ekonomi
Total 2011-2025 (Milyar Rp.)
(Milyar Rp.) RKAKL (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.)
118 21 352 880 1.232 tidak ada di buku MP3EI
92 156 644 1.610 2.254 tidak ada di buku MP3EI
36 2 139 25 164 tidak ada di buku MP3EI
140 86 379 948 1.327 tidak ada di buku MP3EI
0 0 0 1.938 1.938 ada di buku MP3EI

458 400 3.201 0 3.201 ada di buku MP3EI

160 259 914 2.285 3.199 tidak ada di buku MP3EI


182 0 0 0 (swasta) ada di buku MP3EI
0 0 0 378 378 (dukungan pemerintah) tidak ada di buku MP3EI
489 2.000 5.300 0 5.300 ada di buku MP3EI
0 0 588 0 588 ada di buku MP3EI
509 0 728 0 728 ada di buku MP3EI
481 595 1.939 0 1.939 ada di buku MP3EI
65 0 294 0 294 tidak ada di buku MP3EI
0 0 0 0 (swasta) ada di buku MP3EI
0 0 0 0 (swasta) ada di buku MP3EI
0 640 800 7.700 8.500 ada di buku MP3EI
0          
0          

0          

0          

0          
0          
0          
0          
0          
0          
0          
0          
0          

0          

0          

0          

0          

0          

0          
0          
0          

LAMPIRAN 2 MP3EI 249


Investasi Investasi
Koridor No. Usulan kegiatan Kementerian PU tahun 2011 APBN TA. 2012
(Milyar Rp.) (Milyar Rp.) RKAKL
pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan jalan jagung suprapto, P.B sudirman dan jalan
39.    
widang/bedahan-batas kota lamongan
40. rekonstruksi/peningkatan struktur, eskalasi paket peningkatan struktur jalan pasuruan-pilang    
JAWA

41. pelebaran jalan raya gresik (surabaya)    


42. pembangunan jalan MERR IIC (NS) (SBY)    
Total 2.736 2.909
1. Pembangunan Jembatan Pulau Balang bentang panjang 1,314 meter (Provinsi)-(Kaltim) 0 0
Pembangunan Jembatan Pulau Balang bentang pendek 470 meter (Provinsi) – Selesai
2. 0 0
(Kaltim)
3. Penanganan jalan Samarinda-Bontang, Sangatta-Maloy Kaltim) (304.5 Km) 145 179
4. Penanganan jalan batas provinsi Kalteng - Tenggarong –Samarinda Kaltim) (408.2 Km) 35 89
5. Penanganan Jalan Tj. Selor - Tj. Redeb – Sp.Perdu (Kaltim) (440.8 Km) 207 448
6. Penanganan jalan Sekadau – Sanggau Tayan - Pontianak – (Kalbar) (263.8 Km) 132 159
7. Pembangunan Jembatan Tayan– Selesai 2013 (Kalbar) 145 114
8. Penanganan jalan Pontianak - Sei Pinyuh - Sei Duri, (Kalbar) (98.5 Km) 69 60
9. Pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda 0 0
10. Pembebasan Lahan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda 0 0
Penanganan jalan dari Sampit - Sp. Runtu - Pangkalan Bun - Kumai - Sp. Runtu -runtu -
11. 58 124
(Jalan Nasional) (277.6 Km)
12. Penanganan jalan dari Sampit - Bagendang - Ujung Pandaran - (35 km masih tanah) 0 0
Pembangunan jalan dari Kotawaringin ke fasilitas penggilingan (mills) sepanjang 116 km-
13. 0 0
(Kalteng)
Pembangunan Jalan Ketapang dan fasilitas penggilingan (mills) sepanjang 67,6 km-
14. 0 0
(Kalbar)
Pelebaran jalan menuju kawasan wisata sepanjang 30 km (Pengembangan Destinasi Pulau
15. 0 0
KALIMANTAN

Derawan dan Tanjung Batu) – (Kaltim)


Pembangunan jalan lingkungan kawasan wisata terpadu ( Pengembangan Destinasi Pulau
16. 0 0
Derawan dan Tanjung Batu) – (Kaltim)
Pelebaran Jalan Samarinda menuju Tenggarong (pengembangan Destinasi P. Parai
17. 0 0
Kumala – Tenggarong) Kaltim
18. Pelebaran jalan nanga taya-batas provinsi kalimantan tengah 1 dan 2    
19. rekonstruksi/peningkatan struktur jalan sandai-nanga tayap (longsoran)  
pelebaran jalan batas kota pontianak-tayan, ahmad yani (pontianak), dan ahmad yani
20.    
(pontianak) I
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan batas kota pontianak-tayan, jalan kom yos sudarso
21.    
(pontianak), dan jalan SEI pinyuh-batas kota pontianak
pembangunan jalan baru batas kota sanggau-sekadau I (relokasi) dan jalan batas kab.
22.    
Sanggau - batas kab. Sintang
23. pembangunan jembatan tayan (MYC) (30.012)    
24. pemeliharaan berkala jalan A. Yani (sanggau)    
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan balai karangan-entikong, jalan sosok-tanjung, jalan
25.    
sudirman (sanggau), sosok tayan, tanjung-sanggau (30-RCP01)
pelebaran jalan SP. 3 senoni-kota bangun (038), SP. Samboja KM. 38 balikpapan-loa janan
26.    
(009)
pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan kota bangun-gusig (039), SP. Samboja KM 38 BPN
27.    
(gereja)-loa janan (termasuk longsoran) (009), dan SP. 3 sambera-santan (012)
28. rekonstruksi/peningkatan struktur jalan batas kota tenggarong-SP. 3 senoni (037)    

Total 791 1.173

250 LAMPIRAN 2 MP3EI


Investasi Investasi Investasi Investasi
Investasi
tahun 2013 tahun 2014 tahun 2011-2014 tahun 2015-2025 Menko Ekonomi
Total 2011-2025 (Milyar Rp.)
(Milyar Rp.) RKAKL (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.)

0          

0          
0          
0          
2.730 4.159 15.278 15.764 30.664  
0 0 0 0 (kewenangan provinsi) ada di buku MP3EI

0 0 0 0 (kewenangan provinsi) ada di buku MP3EI

233 125 592 1.480 2.072 ada di buku MP3EI


322 170 537 1.343 1.880 ada di buku MP3EI
452 227 940 2.350 3.290 ada di buku MP3EI
113 101 602 1.505 2.107 tidak ada di buku MP3EI
359 147 726 0 726 ada di buku MP3EI
14 47 160 400 560 ada di buku MP3EI
0 0 0 6.000 6000 (kewenangan provinsi) ada di buku MP3EI
0 0 0 0 1550 (kewenangan provinsi) ada di buku MP3EI

132 74 325 813 1.138 ada di buku MP3EI

0 0 0 0 246 (pemerintah provinsi) ada di buku MP3EI

0 0 0 0 1160 (kewenangan provinsi) ada di buku MP3EI

0 0 0 0 676 (kewenangan provinsi) ada di buku MP3EI

0 0 0 0 200 (kewenangan provinsi) ada di buku MP3EI

0 0 0 0 150 (kewenangan provinsi) ada di buku MP3EI

0 0 0 0 0 ada di buku MP3EI

0          
0          

0          

0          

0          

0          
0          

0          

0          

0          

0          

1.625 891 3.882 13.891 11.773  

LAMPIRAN 2 MP3EI 251


Investasi Investasi
Koridor No. Usulan kegiatan Kementerian PU tahun 2011 APBN TA. 2012
(Milyar Rp.) (Milyar Rp.) RKAKL

1. Penanganan jalan dari Batas Sultra - Malili - Masamba - Palopo - Siwa - (Sulsel) (317,9 Km) 36 31

2. Penanganan jalan dari Siwa - Pare-pare - Barru - Maros - Makassar - (Sulsel) (312, 9 Km) 322 227
3. Penanganan Jalan Maros - Watampone-Pelabuhan Bajo E. -(Sulsel) (158.6 Km) 7 40
4. Penanganan jalan Parigi - Poso - Tentena - Tidantana (Batas Sulsel) -. (Sultra) (293.2 Km) 22 58
Penanganan jalan mendukung kegiatan tambang / industri nikel di Kolaka Utara menuju ke
5. 26 157
Pelabuhan Lasusua – Batas Sulsel (Sultra) (279.8 Km)
6. Penanganan Jalan Sp-Torobulu - Lainea – Mandonga (Sultra) (135.1 Km) 21 91
7. Penanganan Jalan Kendari – Asera (Sultra) (125.4 Km) 46 24
8. Penanganan Jalan Majene - Tapalang - Mamuju – (Sulbar) (143.1 Km) 89 194
9. Penanganan Jalan Majene - Polewali – (Sulbar) (49.8 Km) 13 1
10. Penanganan Jalan Atinggola – Maelang – Kaiya (Sulut) (121.5 Km) 129 174
11. Pembangunan Jalan Tol Manado – Bitung (46 Km) 0 0
12. Pembebasan Lahan Jalan Tol Manado-Bitung (46 Km) 0 0
Pelebaran jalan, paket pelebaran jalan batas kota Gorontalo-batas kota limboto, batas
13. kota limboto-isimu, isimu-paguyaman (rigid pavement), isimu-paguyaman (wonggahu-    
tangkobu), dan talongo-paguyaman (MYC)
Rekonstruksi/peningkatan struktur jalan isimu-paguyaman 1. ,olingkapoto-isimu, tolango-
SULAWESI

14.    
paguyaman, tolango-paguyaman II
Pelebaran jalan, paket pelebaran jalan atinggola-kwandang, bulontio-tolinggula,
15.    
kwandang-molingkaputo, molingkaputo-tolango, dan tolango-bulontio

16. pelebaran jalan Karossa-Topoyo (004) dan jalan lingkar bandara Tampapadang (lanjutan)    

pelebaran jalan: jalan abadi (kolaka)-jalan TPI (kolaka)-jalan HKSN (kolaka) (ruas 006.11-
17.    
006.12.K) dan jalan WOLO-batas kota Kolaka (ruas 006)
18. pelebaran jalan A.P Pettarani (Makassar)    
19. pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan perintis kemerdekaan (makassar)    
20. rekonstruksi/peningkatan struktur jalan simpang mandai-jalan perintis kemerdekaan    
pelebaran jalan abadi (kolaka) - jalan TPI (kolaka) - jalan HKSN (kolaka) (ruas 006.11-
21.    
006.12.K) dan jalan wolo-batas kota kolaka (ruas 006)
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan pomalaa-wolulu (ruas 008) dan jalan kolaka-(Sp. Kp.
22.    
Baru-batas kab. Kolaka
pelebaran jalan batas prov. Sulteng (buleleng)-lamonae-landawe (MYC) (ruas 024),
Andowia-Belalo/Lasolo (ruas 027), Belalo/Lasolo-Taipa (ruas 028), Belalo/Lasolo-taipa-batas
23.    
kab. Konawe utara/kab. Konawe (ruas 028,029), landawe-kota maju-aasera (ruas 025),
kab. konawe utara/kab.konawe (ruas 028, 029)
pelebaran jalan pattimura (kendari) (ruas 031.1A) dan tobimeita-wua wua jalan bumi praja
24.    
(boulevard)-jalan pattimura (ruas 021-023,015,031.1A)
Total 711 997

252 LAMPIRAN 2 MP3EI


Investasi Investasi Investasi Investasi
Investasi
tahun 2013 tahun 2014 tahun 2011-2014 tahun 2015-2025 Menko Ekonomi
Total 2011-2025 (Milyar Rp.)
(Milyar Rp.) RKAKL (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.)

96 49 166 415 581 ada di buku MP3EI

197 125 759 1.898 2.657 ada di buku MP3EI


85 36 119 298 417 ada di buku MP3EI
136 49 163 408 571 ada di buku MP3EI

169 208 510 1.275 1.785 ada di buku MP3EI

73 49 139 348 487 ada di buku MP3EI


84 48 170 425 595 ada di buku MP3EI
94 55 346 865 1.211 tidak ada di buku MP3EI
28 2 39 78 117 ada di buku MP3EI
113 154 584 860 1.444 tidak ada di buku MP3EI
0 480 960 (pemerintah) (swasta) 960 ada di buku MP3EI
0 0 300 0 300 tidak ada di buku MP3EI

0          

0          

0          

0          

0          

0          
0          
0          

0          

0          

0          

0          

1.075 1.255 3.295 6.870 11.125  

LAMPIRAN 2 MP3EI 253


Investasi Investasi
Koridor No. Usulan kegiatan Kementerian PU tahun 2011 APBN TA. 2012
(Milyar Rp.) (Milyar Rp.) RKAKL
1. Penanganan Jalan Tohpati – Kosamba (11.8 Km) 141 32
2. Pembangunan dan Pemeliharaan Underpass Dewa Ruci 90 90
3. Pembangunan Jalan Tol Probolinggo-Pasuruan-Banyuwangi 0 0
Penanganan Jalan dari Benete - Simpang Negara mendukung perikanan & rumput laut
4. 59 169
(72.1 Km)
5. Akses Bandara Internasional Lombok (Selesai 2011) 218 55
Penanganan Jalan dari Bangau - Dompu - Ramba - Lb. Bajo mendukung industri rumput
6. 234 209
laut (159.2 Km)
Jalan Ende ke Mbay terdiri dari Jalan Nasional, Kabupaten, dan Strategis Nasional. Jalan
7. 49 174
nasional yang mendukung akses ke Bandara Mbay adalah Bajawa - Ende (125.7 Km)
8. Penanganan jalan Ende - Maumere –Magepanda (172.6 Km) 53 119
9. Penanganan Jalan Bolok - Tenau - Kupang – Oesapa - Oesau (59.4 Km) 7 85
Pembangunan/pelebaran jalan di kawasan strategis, perbatasan, wilayah terluar &
10.    
terdepan Western Ring Road (WRR) tahap III
Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan berkala jalan batas kota Tabanan-Mengwitani dan
BALI-NT

11.    
jalan tugu ngurah rai-nusa dua (sal. Drainase/penanganan banjir)
Pelebaran jalan batas kota Singaraja-Kubutamban dan batas kota Singaraja-Mengwitani
12.    
(perkuatan tebing)
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan ngurah rai selatan-diponegoro-airlangga-surapati-
13.    
supratman
pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan (N.001.11K) Adi sucipto/Ampenan-Selaparang dan
14.    
jalan (N.001.12K)Adi sucipto/Selaprang-Rembiga
pelebaran jalan KM 70-batas cabdin dompu, jalan KM 70-batas cabdin dompu (Km 130),
15.    
jalan PAL IV-KM 70, jalan simpang negara-batas kota sumbawa besar (017)
16. Rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Hasanudin, Jalan Dr. Sutomo, Jalan Kartini    
17. pelebaran jalan Jereweh-Benete (pelabuhan) dan jalan Taliwang-Jereweh    
18. rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Jereweh-Benete (pelabuhan) (040)    
pelebaran jalan Detusoko-Wologai no. Ruas 011, jalan Junction-Wolowaru, jalan
19.    
peningkatan kapasitasi jalan batas Kota Ende-Detusoko (PPK 13), jalan Wologai-Junction
20. pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan A. Yani (Ende) dan Jalan Katedral (Ende)    

Total 851 933

1. Penanganan jalan Merauke - Muting – Waropko (511.4 Km) 210 541


2. Penanganan jalan Fak-Fak -Kokas – Bomberai (139.9 Km) 88 254
3. Penanganan jalan Manokwari – Kebar – Sorong (606.2 Km) 292 666

Penanganan jalan Merauke – Okaba-(Buraka)-Wanam-Bian-Wogikel (152 km) (Pelabuhan


4. 135 337
Ekspor) Jalan Propinsi (Mendukung MIFEE)

5. Penanganan jalan Depapre-Bonggrang dan ring road Jayapura (137.1 Km) 41 135
Papua - Maluku

6. Penanganan Jalan Timika –Potowaiburu-Enarotali-Nabire (427.7 Km) 268 453


7. Penanganan Jalan Maruni– Bintuni (217.1 Km) 86 244
8. Penanganan Daeo - Bere-Bere (55.7 Km) 42 87
9. Penanganan Jalan Kumbe-Okaba-Nakias 0 0
10. Penanganan Jalan Daruba - Wayabula 25 38
11. Masohi – Haya - Laimu 37 154
12. rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Ilwaki-Lurang    
13. Pelebaran jalan Tamilouw-Haya    
14. pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan Passo-Tulehu    

254 LAMPIRAN 2 MP3EI


Investasi Investasi Investasi Investasi
Investasi
tahun 2013 tahun 2014 tahun 2011-2014 tahun 2015-2025 Menko Ekonomi
Total 2011-2025 (Milyar Rp.)
(Milyar Rp.) RKAKL (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.)
16 2 174 435 609 tidak ada di buku MP3EI
51 2 232 25 257 tidak ada di buku MP3EI
0 0 0 8.000 8.000 ada di buku MP3EI

30 8 236 590 826 tidak ada di buku MP3EI

0 3 225 20 245 tidak ada di buku MP3EI

125 10 393 983 1.376 ada di buku MP3EI

62 6 230 575 805 tidak ada di buku MP3EI

75 7 113 283 396 ada di buku MP3EI


10 3 40 100 140 ada di buku MP3EI

0          

0          

0          

0          

0          

0          

0          
0          
0          

0          

0          

369 41 1.643 11.011 12.654  

308 134 628 1.570 2.198 ada di buku MP3EI


119 42 209 523 732 ada di buku MP3EI
485 271 1.307 3.268 4.575 ada di buku MP3EI

tidak ada di buku MP3EI (usul


153 265 1.059 912 1.971
masuk kedalam MP3EI)

86 78 365 913 1.278 tidak ada di buku MP3EI


687 194 906 2.265 3.171 ada di buku MP3EI
74 74 428 1.070 1.498 tidak ada di buku MP3EI
27 21 113 283 396 tidak ada di buku MP3EI
0 0 0 0 0 ada di buku MP3EI
30 2,5 45 113 158 ada di buku MP3EI
37 7 94 0 94 ada di buku MP3EI
0          
0          
0          

LAMPIRAN 2 MP3EI 255


Investasi Investasi
Koridor No. Usulan kegiatan Kementerian PU tahun 2011 APBN TA. 2012
(Milyar Rp.) (Milyar Rp.) RKAKL
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Besi (Km. 50)-wahai, jalan Haya-Tehoru, jalan Tehoru-
15.    
Laimu, jalan Waipia-Saleman-Besi
16. pembangunan jembatan Wear Alusi Kelan I dan jembatan Wear Tutukembung    
17. pembangunan/pelebaran jalan akses bandara Ibra dan jalan lingkar pualu Selaru    
18. pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan Aruidas-Saumlaki    
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Arma-Aruidas, jalan Ibra-Danar, dan jalan Siwahan-
19.    
Arma
pembangunan jembatan baru bentang pendekat (MYC tahun ketiga), bentang tengah
20.    
(MYC tahun kedua), dan jembatan Wai Duna (tahap I bangunan bawah)
21. pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan dalam kota Ambon dan jalan Durian Patah-Laha    
22. pelebaran jalan Kao-Boso I dan II    
pelebaran jalan ruas Akelamo-Payahe, ruas Babang-Labuha, ruas Boso-Sidangoli
23. (dermaga ferry), ruas Payahe-Weda, ruas Sofifi-Akelamo, ruas Sp. Dodinga-Bobaneigo, ruas    
Sp. Dodinga-Sofifi
24. pembangunan/pelebaran jalan ruas Ekor-Subaim dan ruas Mafa-Matuting    
25. pelebaran jalan Galela-Tobelo, jalan Podiwang-Kao, dan jalan Tobelo-Podiwang    
26. Pembangunan jalan Usku-Mamberamo-Tengon    
27. Pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan Arso-warid dan jalan Waris-Senggi    
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Senggi-Usku, jalan Yetti-Senggi-Usku, dan jalan Yetti-
28.    
Ubrub
pembangunan jalan Bibikem-Wanam (SNR), jalan Buraka-dodalim-Muara Dambu (SNR),
29.    
jalan Buraka-Poletom (SNR), jalan Okaba-Buraka (SNR), jalan Wanam-Bibikem (SNR)
Papua - Maluku

30. pembangunan jembatan Kali Wamal (SNR), jembatan Kali Buda (SNR), Kali Weu (SNR)    
31. pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan bupul-Muting-Mandom (028-027)    
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Mandom-Getentiri (MYC) (027), jalan Erambu-
32.    
Jagebob (SNR), Merauke-Sota (031)
33. pelebaran jalan dalam kota Nabire dan jalan Nabire-Wanggar    
34. pembangunan jalan Nabire-Wapoga    
35. pembangunan box culvert Kali Pepaya Cs, jembatan Sima Cs, dan jembatan Zipur Pantai    
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan wanggar-Yaur, jalan batas kota Nabire-Bedudipa,
36.    
dan jalan batas kota Nabire-Kimibay-Lagari
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Bonggo-Sarmi, Nimbotong-Bonggo (MYC 2012 s.s
37.    
2014), dan jalan Sarmi-Bonggo
38. pelebaran jalan Jayapura-Sentani (MYC)    
39. pembangunan jembatan Kampung Harpan (tahap II)    
pembangunan/pelebaran ring road Jayapura-Sentani (Eskalasi) dan ring road Jayapura-
40.    
Sentani (MYC)
41. pemeliharaan berkala/rehabilitasi jalan Holtekam-Koya-Skow dan jalan Jayapura-Sentani    
42. rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Bongkrang-Depapre (MYC 2012 s.d 2014)    
43. pelebaran jalan akses pelabuhan Arar Sorong    
pembangunan jalan bandara segun, akses ke pelabuhan Arar-Sorong (MYC), dan jalan
44.    
Sorong-Pelabuhan Arar
45. pembangunan jembatan Arar I (lanjutan)    
rekonstruksi/peningkatan struktur jalan Kambuaya-Klamono (MYC), Klamono-Kambuaya
(MYC), Klamono-Kambuaya (eskalasi), Makbon-Mega, Makbon-Mega (segmen
46.    
malangkarta), Sorong-Klamono, batas kab. Sorsel-kambuaya I, rufei-souka, batas kab.
Sorsel-kambuaya, sorong-makbon
Total    

256 LAMPIRAN 2 MP3EI


Investasi Investasi Investasi Investasi
Investasi
tahun 2013 tahun 2014 tahun 2011-2014 tahun 2015-2025 Menko Ekonomi
Total 2011-2025 (Milyar Rp.)
(Milyar Rp.) RKAKL (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.)

0          

0          
0          
0          

0          

0          

0          
0          

0          

0          
0          
0          
0          

0          

0          

0          
0          

0          

0          
0          
0          

0          

0          

0          
0          

0          

0          
0          
0          

0          

0          

0          

2.006 1.089 5.154 10.917 16.071  

LAMPIRAN 2 MP3EI 257


Lampiran 2.2.
Rencana Kegiatan MP3EI 2011-2025
Penyediaan Infrastruktur Sumber Daya Air

Investasi Investasi
koridor No. Usulan kegiatan Kementerian PU tahun 2011 APBN TA. 2012
(Milyar Rp.) (Milyar Rp.) RKAKL

1. Pembangunan Bendungan Karian 57,85 87,66


SUMATERA

2. Pembangunan intake dan transmisi Bandar Lampung 0,75 -

3. Pembangunan Embung Pulau Dompak 4,60 0,45


Total 63,20 88,11
1. Kanal Banjir Timur (23,5 km) 538,75 4,00
2. Pembangunan Waduk Sentosa 0,50 1,00
3. Transfer air Cibatarua, Cilaki dan Cisangkuy 1,24 0,60
4. Pembangunan Bendungan Jatibarang 231,88 189,03
5. Pembangunan water conveyance Karian (10.000 liter/detik)    
6. Rehabilitasi Saluran Tarum Kanal Barat 12,00 49,54
JAWA

7. Pembangunan Bendungan Jatigede 637,53 740,67


8. Pembangunan intake dan saluran air baku Mojokerto (100 liter/detik)   3,00
9. Pembangunan intake dan saluran air baku Lamongan (200 liter/detik) 13,00 67,97
10. Penanganan banjir DKI Jakarta (Kali Pesanggrahan, Angke dan Sunter) 144,00 600,00
11. Penanganan banjir Sungai Citarum 193,42 377,73
12. Pembangunan Bendung Gerak Sembayat 62,25 183,00
Total 1.834,56 2.216,54
KALIMANTAN

1 Pembangunan intake dan saluran transmisi air baku Palingkau 220 liter/detik 46,29 20,70

Total 46,29 20,70


1. Pembangunan Waduk Titab, Kabupaten Buleleng (359 liter/detik) 116,01 127,35
BALI - NT

2. Pembangunan Waduk Pandanduri, NTB (27 juta m3) - 234,80


Total 116,01 362,15
PAPUA - MALUKU

1. Pembangunan Sarana Irigasi Pulau Buru dan Seram Timur


65,00 65,77

Pembangunan Prasarana Air Baku P. Ambon dan Lease dan pulau-pulau


2.  
terselatan Ambon 3,87

Total 68,87 65,77

258 LAMPIRAN 2 MP3EI


Investasi Investasi Investasi Investasi Investasi Total
tahun 2013 tahun 2014 tahun 2011-2014 tahun 2015-2025 2011-2025
(Milyar Rp.) RKAKL (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.)

253,77 577,39 976,67 418,34 1.395,01


- - 0,75   0,75

15,40 20,00 40,45 40,45


269,17 597,39 1.017,87 418,34 1.436,21
8,00 15,00 565,75   565,75
- 106,49 107,99 348,81 456,80
- 73,04 74,88 79,40 154,28
183,60   604,50   604,50
  821,33 821,33 1.642,66 2.463,99
112,50 308,74 482,78   482,78
245,90 1.628,40 3.252,49   3.252,49
    3,00   3,00
- - 84,97   84,97
1.022,78 585,40 2.352,18   2.352,18
686,97 - 1.258,12 1.258,12
199,50 199,36 644,11 206,45 850,56
2.459,25 3.737,76 10.252,11 2.277,32 12.529,43

    85,35   85,35

- - 85,35 - 85,35
131,16 66,87 441,39   441,39
237,50 24,14 496,44   496,44
368,66 91,01 937,83 - 937,83

   
18,90 149,67 149,67

0,30 4,17   4,17

19,20 - 153,84 - 153,84

LAMPIRAN 2 MP3EI 259


Lampiran 2.3.
Rencana Kegiatan MP3EI 2011-2025
Peyediaan Infrastruktur Permukiman

Investasi tahun 2011 Investasi APBN TA. 2012


koridor No. Usulan kegiatan Kementerian PU
(Milyar Rp.) (Milyar Rp.) RKAKL

1. SPAM Kawasan Khusus Kota Lima Puluh (50 l/s) 0 0

SUMATERA 2. SPAM Kawasan Industri Dumai, Tj.Buton, dan Kuala Enok (3 x 40 l/s) 0 0

Total 0 0

1. SPAM Kota Bitung - 40 l/s 0 0

2. SPAM Kota Palu – 300 l/s 0 0


SULAWESI
3. SPAM Poso – 100 l/s 0 0

Total 0 0

Pembangunan IPA Petanu (Tukad Petanu, Kabupaten Gianyar, 70 (RKA-KL 2012: 58,00;
0,00 
1. Badung, dan Denpasar)- 300 l/s GB April 2012)

2. Pengembangan IPA Ayung - 500 l/s 0,00  0,00 


BALI-NT
3. Pembangunan sistem jaringan Kabupaten Kupang - 100 l/s 32 20
4. Pengembangan IPA Pened - 300 l/s 0,00   0,00
Total 32 20

260 LAMPIRAN 2 MP3EI


Investasi tahun 2013 Investasi tahun 2014 Investasi tahun 2011-2014 Investasi tahun 2015-2025 Investasi Total 2011-2025
(Milyar Rp.) RKAKL (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.)

16,32 23,5 39,82 0 39,82

15 15 30 0 30

31,32 38,5 69,82 0 69,82

7,5 7,5 15 0 15

17,5 20 37,5 0 37,5

20 20 40 0 40

45 47,5 92,5 0 92,5

40 0 110,00  0 110

0 0 0,00  100 100


35 45 132  0,00 132
30 30 60,00  0 60

105 75 132 100 402

LAMPIRAN 2 MP3EI 261


Lampiran 2.4.
Rencana Kegiatan MP3EI 2011-2025
Penyelenggaraan Jalan Tol
Investasi tahun 2011 Investasi APBN TA. 2012
koridor No. Usulan kegiatan Kementerian PU (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) RKAKL
Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta
1. Pembangunan Jalan Tol Cilegon-Bojonegara (16 km)
- - - -

2. Pembangunan Jembatan Selat Sunda - - - 750


3. Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar

- - - -

4. Jalan Tol, Ruas: Pekanbaru-Kandis-Dumai. (135 km)


146 (T)   197 (T)  
SUMATERA

5. Pembangunan Jalan Tol Palembang - Indralaya (22 km)


- - - -

6. Pembangunan Jalan Tol Medan - Binjai (15,8 km)


- - - -

7. Pembangunan Jalan Tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi (60 km) 186 (T) 177 (T)
- -
270 (K) 415 (K)
8. Pembangunan Jalan Tol Panimbang-Serang
- - - -

Total       750
1. Pembangunan Jalan Tol Cikampek – Palimanan (116 km) - 550 (T) - 2.161 (K)
2. Pembangunan Jalan Tol Pejagan – Pemalang (57,50 km) 127 (T) 127 (T)
- -
527 (K) 1.580 (K)
3. Pembangunan Jalan Tol Pemalang – Batang (39,20 km) 90 (T)
- 90 (T) -
729 (K)
4. Pembangunan Jalan Tol Batang – Semarang (75 km) 283 (T)
- 283 (T) -
1.330 (K)
5. Pembangunan Jalan Tol Semarang – Solo (75,64 km) 464 (T) 464 (T)
- -
1.020 (K) 1.530 (K)
JAWA

6. Pembangunan Jalan Tol Solo – Ngawi (90,10 km) 376 (T) 212 (T)
- 1.028 (K)
149 (K) 595 (K)
7. Pembangunan Jalan Tol Ngawi – Kertosono (87,02 km) 458 (T)
270 (T) - 766 (K)
589 (K)
8. Pembangunan Jalan Tol Kertosono – Mojokerto (40,05 km) 149 (T) 149 (T)
- -
637 (K) 955 (K)
9. Pembangunan Jalan Tol Surabaya – Mojokerto (36,27 km) 230 (T) 230 (T)
- -
533 (K) 799 (K)
10. Pembangunan Jalan Tol Waru-Wonokromo-Tj.Perak-18,6 km; total
investasi sebesar Rp.11,11 Triliun - - - 713 (T)

262 LAMPIRAN 2 MP3EI


Investasi tahun 2013 Investasi tahun 2014 Investasi tahun 2011-2014 Investasi tahun 2015-2025 Investasi Total 2011-2025
(Milyar Rp.) RKAKL (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.)
Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta
139 (T) 139 (T)
- - - - - - 538 (K) 538
351 (K) 351 (K)
- 750 - 1.000 - 2.500 - 147.500 - 150.000
230 (T) 230 (T)
280 (T/
- - - -   - 280 (T/APBD) 4.476 4.476
APBD)
3.461 (K) 3.461 (K)
474 (T)
131 (T)       474 (T)   8.000 (K) 7.984 7.984
8.000 (K)
64 (T) 64 (T)
- - - - - - 490 (K) 490
356 (K) 356 (K)
256 (T) 256 (T)
- - - - - - 801 (K) 801
128 (K) 128 (K)
44 (T)
1.326 (K) 270 (K) 3.093 (K) 1.777 4.419 - - 1.777 4.419
415 (K)
468 (T) 468 (T)
- - - - - - 6.820 (K) 6.820
2.288 (K) 2.288 (K)
    270 (K)     6919       175528
- 5.403 (K) - 3.242 (K) - 11.356 - - - 11.356

- 2.106 (K) - 1.053 (K) - 5.518 - - - 5.518

- 1.822 (K) - 1.093 (K) - 3.823 - - - 3.823

- 3.325 (T) - 1.995 (T) - 7.214 - - - 7.214

- 1.530 (K) - 1.020 (K) - 6.026 1.938 (K) - 1.938 6.026

600 (K) 2.569 (K) 595 (K) 1.541 (K) 2.527 5.138 - - 2.527 5.138

589 (K) 1.916 (K) 589 (K) 1.150 (K) 2.494 3.832 - - 2.494 3.832

- 955 (K) - 637 (K) - 3.480 - - - 3.480

- 799 (K) - 533 (K) - 3.123 - - - 3.123

713 (T)
- - 4.843 (K) - 8.206 - 2.906 (K) - 11.111
1.937 (K)

LAMPIRAN 2 MP3EI 263


Investasi tahun 2011 Investasi APBN TA. 2012
koridor No. Usulan kegiatan Kementerian PU (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) RKAKL
Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta
11. Pembangunan Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kp. Melayu-21,04 km; total 36 (T)
biaya proyek termasuk pembebasan lahan adalah Rp. 7,5 189 (T) 36 (T) 189 (T)
Triliun 1.426 (K)
12. Pembangunan Jalan Tol ciawi-Sukabumi-54 km; Total investasi 412 (T)
sebesar Rp. 7,75 Triliun - 412 (T) -
1.390 (K)
13. Pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan-58,50 km; Total 223 (T)
Investasi sebesar Rp. 9,59 Triliun 446 (T) 1.500 (K) 446 (T)
300 (K)
14. Pembangunan Jalan Tol Cimanggis-Cibitung-25,39 km; Total investasi
sebesar Rp. 4,4 Triliun - - - 657 (T)

15. Pembangunan Jalan Tol Bandung (Pasir Koja- Soreang)- 15 km;


77 (T) - - 174 (T)
total investasi Rp. 1,86 Triliun
16. Pembangunan Jalan Tol Depok-Antasari-21,55 Km; Total Investasi 385 (T)
Sebesar Rp. 4,76 Triliun - 385 (T) -
800 (K)
JAWA

17. Pembangunan jalan Tol Gempol-Pandaan-13,61 Km; Total Investasi


- 175 (T) - 298 (K)
Sebesar Rp. 1,16 Triliun
18. Proyek Jalan Tol Cengkareng - Kunciran)-15,22 Km; Total Investasi 1.065
Sebesar Rp. 3,49 Triliun - 610 (T) -
(T+K)
19 Proyek Jalan Tol Kunciran Serpong)-11,19 Km; Total Investasi Sebesar 494 (T)
Rp. 2,62 Triliun - 494 (T) -
327 (K)
20 Pembangunan Jalan Tol Pandaan – Malang (37,62 km) 92 (T) - 121 (K) -
21 Pembangunan Jalan Tol Terusan Pasteur-Ujung Berung-Cileunyi,
- - 800 (K) 533 (T)
Soekarno Hatta-Gedebage (27,30 km)
22 Pembangunan Enam Ruas Jalan Tol Dalam Kota Jabodetabek:
Kemayoran-Kp.Melayu (9,65 km); Sunter-Rawa Buaya-Batu Ceper
(22,92 km); Pasar Minggu-Casablanca (9,56 km); Sunter-Pulo - - - -
Gebang-Tambelang (25,73 km); Ulujami-Tanah Abang (8,27 km); Duri
Pulo-Kp.Melayu (11,38 km)
23 Pembangunan Jalan Tol JORR W2 - Utara (7 km) - 555 (T) - 514 (K)
Total        
1. Pembangunan Express Way Samarinda –Balikpapan (99,02 km)
KALIMANTAN

(Dana Bisa Pemerintah atau Pemda)


- - - -

Total        
SULAWESI

Pembangunan Jalan Express Way Manado - Bitung (31,8 km ) (Dana


1. - - 150 (T) -
Bisa Pemerintah atau Pemda)

Total     150 (T)  


1. Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa (10 km) - 35 - 578

2 Jalan Tol Gempol - Pasuruan (32 Km) 128 (T)


- 128 (T) -
BALI-NT

503 (K)
3 Jalan Tol Probolinggo – Banyuwangi (178 Km)
- - - -

4 Jalan Tol Pasuruan - Probolinggo (45,32 km) - - - 108 (T)

         

264 LAMPIRAN 2 MP3EI


Investasi tahun 2013 Investasi tahun 2014 Investasi tahun 2011-2014 Investasi tahun 2015-2025 Investasi Total 2011-2025
(Milyar Rp.) RKAKL (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.)
Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta

- 2.139 (K) - 2.139 (K) 378 5.775 - 1.426 378 7.200

- 3.476 (K) - 2.085 (K) - 7.775 - - - 7.775

1.500 (K) 1.031 (K) 2.000 (K) 2.407 (K) 5.523 4.330 - - 5.523 4.330

657 (T)
- - 2.190 (K)   4.441 - -   4.441
938 (K)

- 174 (T) 135 (K) 83 (K) 212 431 539 333 751 764

- 1.200 (K) - 1.200 (K) - 3.968 - 800 (K) - 4.768

- 694 (K) - - - 1.167 - - - 1.167

- 1.139 (K) - 683 (K) - 3.497 - - - 3.497

- 818 (K) - 491 (K) - 2.623 - - - 2.623

81 (K) - - 802 (K) 294 802 - 1.872 (K) 294 2.674

700 (K) 533 (T) - 587 (K) 1.500 1.652 7.000 1.371 (K) 8.500 3.023

- 3.814 - 15.835 - 19.649 - 28.049 - 47.698

- 514 (K) - - - 1.582 - - - 1.582


                22405 152.163

1.550 (T/
APBD)
- - - 602 (K) - 602 1.404 (K) 7.550 2.006
6.000 (K)

      602 (K)   602   1404 (K) 7550 2006

150 (T) - 217 (K) 560 (K) 517 560 506 (K) 1.306 (K) 1.023 1.866

150 (T)   217 (K) 560 (K) 517 560 506 (K) 1.306 (K) 1023 1866

- 1.348 - - - 1.961 - - - 1.961

- 1.257 (K) - 754 (K) - 2.769 - - - 2.769

7.466 (K)
- - - - - - 6.820 (K) 8.491 6.820
1.024 (T)
- 108 (T) - 1.723 (K) - 1.939 - 4.021 (K) - 5.960

                   

LAMPIRAN 2 MP3EI 265


Lampiran 2.5.
Rencana Kegiatan MP3EI 2011-2025
Penyediaan Infrastruktur Air Minum
Investasi tahun 2011 (Milyar Investasi APBN TA. 2012 (Milyar
koridor No. Usulan kegiatan Kementerian PU Rp.) Rp.) RKAKL
Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta
SPAM Bandar Lampung (500 l/s)
SUMATERA – JAWA –

Catatan :
1 - - 11,4 26,6
JABODETABEK

• BOT
• (IPA+Pipa Air Minum distribusi utama)
Penyediaan SPAM Regional Jatigede (3.500 l/s) Cataan :
2 • BOT - - - -
•IPA + Pipa Transmisi
Pembangunan IPA Jatiluhur (5.000 l/s) Catatan :
JAWA

3 • BOT - - - -
• (IPA+Pipa Transmisi Air Minum 64 km)
Penyediaan SPAM Kabupaten Tangerang (900 l/s)
Catatan :
4 - 480 - 23
• Konsesi
• IPA Sepatan
Penyediaan SPAM Kota Bekasi
SUMATERA – JAWA – JABODETABEK-KALIMANTAN-SULAWESI

(300 L/S)
5 Catatan : - - - 112

• BOT
• (IPA)
Penyediaan SPAM Kabupaten Bekasi (450 l/s)
6 Catatan : - - - -
• Konsesi
Penyediaan SPAM Kota Semarang Barat (1.050 l/s) – Air
7 - - - -
Baku dari Bendungan Jatibarang
Pembangunan Water Conveyance Umbulan (4.000 l/s)-
8 - - 76 114
Sumber Mata Air Umbulan (Showcase)
Pembangunan SPAM Kota Pontianak Timur (300 l/s)
Catatan :
9 - - - -
• BOT / Trade Credit
• IPA & Reservoir
Pembangunan SPAM Kota Makassar (100 menjadi 400 l/s)
Catatan :
1O - - - -
• IPA untuk Kawasan Industri Makassar (KIMA)
• (sumber Sungai Jeneberang)
Peningkatan Kapasitas IPA dari 500 l/s menjadi
11 - 38,16 - 57,24
1000 l/s (Banjarmasin)
             

266 LAMPIRAN 2 MP3EI


Investasi tahun 2013 Investasi tahun 2014 (Milyar Investasi tahun 2011-2014 Investasi tahun 2015-2025 Investasi Total 2011-2025
(Milyar Rp.) RKAKL Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.) (Milyar Rp.)
Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta

17,1 39,9 51,3 119,7 79,8 186,2 34,2 79,8 114 266

- - - - - - 1.140 2.660 1.140 2.660

56,79 132,51 85,18 198,77 142 331,25 425,9 993,85 567,9 1.325,10

- - - - - 503 - - - 503

- 112 - - - 224 - - - 224

- 149 - 149 - 298 - - - 298

- - - - - - - 824 - 824

114 171 342 513 532 798 228 342 760 1.140

- 75 - 76 - 151 - - - 151

- 340 - 340 - 680 - - - 680

- - - - - 95,4 - - - 95,4

                   

LAMPIRAN 2 MP3EI 267


LAMPIRAN 3
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
Lampiran 3.1.
Matriks rencana strategis Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
TARGET OUTCOME
TUJUAN KEMENTERIAN SASARAN STRATEGIS OUTCOME INDIKATOR OUTCOME
2010 2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Meningkatkan kualitas Terwujudnya Tercapainya Jumlah rencana tata 9 Raperpres 83 Raperpres (7 KSN
penyelenggaraan perumusan dan kesesuaian program ruang dan rencana Perkotaan, 7 Pulau/
penataan ruang pelaksanaan pusat dan daerah terpadu program Kepulauan dan 69
untuk terlaksananya kebijakan dan dengan rencana tata pengembangan KSN non-perkotaan)
pengembangan standarisasi teknis ruang dalam rangka infrastruktur jangka
wilayah dan bidang penataan pengembangan menengah pulau/ 32 RPI2JM (7 RPI2JM
pembangunan ruang wilayah dan Kepulauan dan KSN Perkotaan,
nasional serta daerah pembangunan Kawasan Strategis 7 RPI2JM Pulau/
yang terpadu nasional serta daerah, Nasional (KSN) kepulauan dan 18
dan sinergis bagi dan terselesaikannya RPI2JM KSN non-
terwujudnya ruang norma, standar, Perkotaan)
yang aman, nyaman, prosedur, dan kriteria
produktif dan bidang penataan Jumlah Provinsi/ 15 RTRW Provinsi 33 RTRW Provinsi
berkelanjutan ruang sesuai Kabupaten/Kota (Persetujuan (Persetujuan
peraturan perundang- yang mendapat Substansi Raperda) Substansi Raperda)
undangan pembinaan
penyelenggaraan 24 RTRW 398 RTRW
Penataan Ruang Kabupaten Kabupaten
(Persetujuan (Persetujuan
Substansi Raperda) Substansi Raperda)

9 RTRW Kota 93 RTRW Kota


(Persetujuan (Persetujuan
Substansi Raperda) Substansi Raperda)

270 LAMPIRAN 3 Indikator Kinerja Utama (IKU)


Lampiran 3.2.
Matriks rencana strategis Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Program Pengelolaan Sumber Daya Air
TARGET OUTCOME
TUJUAN KEMENTERIAN SASARAN STRATEGIS OUTCOME INDIKATOR OUTCOME
2010 2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Meningkatkan Meningkatnya Meningkatnya kinerja Luas cakupan 3.546.076 Hektar 4.065.000 hektar
keandalan sistem layanan jaringan pengelolaan SDA layanan jaringan
jaringan infrastruk- tur irigasi dan rawa irigasi dan rawa
pekerjaan umum yang dibangun/
dan pengelolaan ditingkatkan dan
sumber daya air dioperasikan/
untuk meningkatkan dipelihara
daya saing melalui
pertumbuhan
ekonomi nasional, Meningkatnya Kapasitas tampung 0,00315 miliar m3 1,106 miliar m3
ketahanan pangan, keberlanjutan dan sumber air yang
ketahanan air dan ketersediaan air untuk dibangun/
ketahanan energi me- menuhi berbagai ditingkatkan dan
kebutuhan dijaga/ dipelihara

Prosentase - 100%
pencapaian
penye- lenggaraan
pengelolaan SDA
terpadu oleh balai-
balai SDA

Debit air layanan 16,19 m3/detik 100,75 m3/detik


sarana/prasa- rana air
baku untuk memenuhi
kebutuhan domestik,
perkotaan dan industri
yang dibangun/
ditingkatkan dan
dioperasikan/
dipelihara

Berkurangnya luas Luas kawasan yang 23.300 hektar 86.250 hektar


kawasan yang terlindung dari
terkena dampak bahaya banjir melalui
banjir sarana dan prasarana
pengendali banjir
yang dibangun/
diting- katkan dan
dioperasikan/
dipelihara

LAMPIRAN 3 Indikator Kinerja Utama (IKU) 271


Lampiran 3.3.
Matriks rencana strategis Direktorat Jenderal Bina Marga
Program Penyelenggaraan Jalan
TARGET OUTCOME
TUJUAN KEMENTERIAN SASARAN STRATEGIS OUTCOME INDIKATOR OUTCOME
2010 2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Meningkatkan Meningkatnya Meningkatnya kondisi Tingkat Kemantapan 87% 94%


keandalan sistem kualitas layanan mantap jaringan jalan Jalan
jaringan infrastruktur Jalan Nasional dan nasional
pekerjaan umum pengelolaan Jalan
Meningkatnya fasilitasi Tingkat fasilitasi 100% 100%
dan pengelolaan Daerah
penyelenggaraan penyelenggaraan
sumber daya air
jalan daerah untuk jalan daerah menuju
untuk meningkatkan
menuju 60% kondisi 60% kondisi mantap
daya saing melalui
mantap
pertumbuhan
ekonomi nasional, Meningkatnya Tingkat penggunaan 83 milyar 91,55 milyar
ketahanan pangan, penggunaan Jalan Jalan Nasional kendaraan Km kendaraan Km
ketahanan air dan Nasional
ketahanan energi
Meningkatkan Meningkatnya Panjang peningkatan 2,559 Km 19,370.81 Km
kapasitas Jalan panjang peningkatan struktur/ pelebaran
Nasional sepanjang struktur/ pelebaran jalan
19.370 km jalan
Meningkatnya Meningkatnya Panjang jalan baru 294 Km 1.845 Km
panjang jalan baru panjang jalan baru yang dibangun
yang dibangun yang dibangun

Lampiran 3.4.
Matriks rencana strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya
Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
TARGET OUTCOME
TUJUAN KEMENTERIAN SASARAN STRATEGIS OUTCOME INDIKATOR OUTCOME
2010 2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Meningkatkan Meningkatnya Meningkatnya Peningkatan jumlah 170 IKK 881 IKK


kualitas lingkungan kualitas layanan cakupan pelayanan pelayanan air minum
permukiman dan air minum dan air minum
cakupan pelayanan sanitasi permukiman
Meningkatnya jumlah Peningkatan jumlah 93 Kawasan 731 Kawasan
infrastruktur dasar perkotaan
pelayanan sanitasi pelayanan sanitasi
bidang permukiman 87 Kab/Kota 600 Kab/Kota
untuk meningkatkan
kesejahteraan Terlaksananya Jumlah Pemda/ 84 PDAM 471 PDAM
masyarakat pembinaan PDAM yang dibina
kemampuan Pemda/ kemampuannya
PDAM
Meningkatnya kualitas Terlaksananya Jumlah rusunawa yang 37 Twin Block 250 Twin Block
kawasan permukiman pembangunan dibangun
dan penataan rusunawa
bangunan
Terwujudnya Jumlah kawasan 282 Kawasan 1.288 Kawasan
revitalisasi kawasan permukiman dan
permukiman dan penataan bangunan
penataan bangunan yang direvitalisasi
Meningkatnya Meningkatnya jumlah Jumlah kelurahan/ 14.976 Kelurahan/ 36.985 Kelurahan/
kualitas infrastruktur kelurahan/desa desa yang ditingkatkan desa desa
permukiman yang ditingkatkan infrastruktur permukiman
perdesaan/ kumuh/ infrastruktur perdesaan/kumuh/
nelayan dengan permukiman nelayan
pola pemberdayaan perdesaan/ kumuh/
masyarakat nelayan

272 LAMPIRAN 3 Indikator Kinerja Utama (IKU)


Lampiran 3.5.
Matriks rencana strategis Badan Pembinaan Konstruksi Program Pembinaan Konstruksi
Program Pembinaan Konstruksi
TARGET OUTCOME
TUJUAN KEMENTERIAN SASARAN STRATEGIS OUTCOME INDIKATOR OUTCOME
2010 2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Meningkatkan Meningkatnya Meningkatnya Jumlah provinsi dan 15 provinsi 33 provinsi


kapasitas kapasitas dan kapasitas kabupaten/kota yang 50 kab/kota 330 kab/kota
kelembagaan dan kinerja pembina jasa kelembagaan, terbina sesuai dengan
SDM aparatur dan konstruksi pusat dan SDM dan kebijakan peraturan perundang-
pembinaan jasa daerah pembina jasa undangan
konstruksi serta konstruksi Pusat dan
penelitian dan Daerah
pengembangan
Meningkatnya Jumlah SDM jasa 15.000 Orang 75.000 orang
bidang pekerjaan
kompetensi SDM konstruksi yang terlatih.
umum dan
konstruksi sesuai
permukiman untuk
standar kompetensi
meningkatkan kinerja
kerja nasional dan
pelayanan bidang
internasional
pekerjaan umum dan
jasa konstruksi

Memberikan arah Tingkat daya saing in- 0 Point 5 Point


pertumbuhan dan dustri konstruksi Infrastructure GCI Infrastructure GCI
perkembangan nasional dalam skala
konstruksi untuk global
mewujudkan struktur
usaha konstruksi
yang kokoh, andal,
berdaya saing tinggi

Lampiran 3.6.
Matriks rencana strategis Badan Penelitian dan Pengembangan
Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum
TARGET OUTCOME
TUJUAN KEMENTERIAN SASARAN STRATEGIS OUTCOME INDIKATOR OUTCOME
2010 2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Meningkatkan Meningkatnya IPTEK Meningkatnya Litbang Prosentase IPTEK yang


kapasitas dan NSPM (K) siap yang masuk Bursa masuk bursa teknologi
4% 63%
kelembagaan dan pakai Pilihan Teknologi siap bidang PU
SDM aparatur dan Pakai
jasa konstruksi serta
Diberlakukannya SPMK Prosentase
penelitian dan
dan Teknologi oleh penambahan SPMK/K
pengembangan 10% 80%
Stakeholders yang diberlakukan
bidang pekerjaan
oleh Menteri PU
umum dan
permukiman untuk Meningkatnya Prosentase pelayanan
meningkatkan kinerja kesiapan IPTEK teknis yang diterima
pelayanan bidang 8% 62%
untuk diterapkan stakeholders
pekerjaan umum dan stakeholders
jasa konstruksi
Diterimanya Prosentase Teknologi
rekomendasi IPTEK tepat guna yang
8% 66%
oleh Stakeholders digunakan oleh
stakeholders

LAMPIRAN 3 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 273


Lampiran 3.7.
Matriks rencana strategis Inspektorat Jenderal
Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum
TARGET OUTCOME
TUJUAN KEMENTERIAN SASARAN STRATEGIS OUTCOME INDIKATOR OUTCOME
2010 2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Meningkatkan Terwujudnya Meningkatkan Prosentase menurunnya 60% 80%


kapasitas peningkatan kualitas pengawasan kebocoran dalam
pengawasan kepatuhan dan dan pembinaan pembangunan
pengendalian akuntabilitas kinerja serta pemeriksaan infrastruktur di
pelaksanaan, dan penyelenggaraan terhadap lingkungan Kementerian
akuntabilitas kinerja infrastruktur yang pelaksanaan tugas di PU
untuk mencapai bebas Kolusi, Korupsi lingkup Kementerian
Prosentase menurunnya 60% 80%
efektivitas dan efisiensi dan Nepotisme (KKN) PU
temuan administratif
pelayanan publik
dalam pembangunan
bidang pekerjaan
infrastruktur di
umum
lingkungan Kementerian
PU

Lampiran 3.8A.
Matriks rencana strategis Sekretariat Jenderal
A. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya Kementerian Pekerjaan
Umum
TARGET OUTCOME
TUJUAN KEMENTERIAN SASARAN STRATEGIS OUTCOME INDIKATOR OUTCOME
2010 2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
Meningkatkan Meningkatnya Terwujudnya Jumlah dokumen 1 Dokumen 3 Dokumen
kapasitas koordinasi, administrasi pelayanan perencanaan dan 8 Renja Satminkal 40 Renja Satminkal
kelembagaan dan dan kualitas administrasi pemograman (Jangka 1022 RKAKL 1022 RKAKL
SDM aparatur dan perencanaan, pemerintah yang Menengah dan 1 RKP 5 RKP
jasa konstruksi serta pengaturan, baik di lingkungan Tahunan) 1 Nota Keuangan 5 Nota Keuangan
penelitian dan pengelolaan Kementerian
Jumlah dokumen 3 Laporan BMN 16 Laporan BMN
pengembangan keuangan dan Barang Pekerjaan Umum
pelaporan akuntabilitas 1 Laporan 5 Laporan
bidang pekerjaan Milik Negara (BMN)
kinerja, keuangan Keuangan Keuangan
umum dan
dan Barang Milik 4 Laporan Triwulan 20 Laporan
permukiman untuk
Negara 2 LAKIP Triwulan
meningkatkan kinerja
(BMN) dan laporan 10 LAKIP
pelayanan bidang
triwulan
pekerjaan umum dan
jasa Jumlah peraturan 31 Peraturan 119 Peraturan
konstruksi perundang-undangan
bidang PU dan
permukiman
Meningkatnya kualitas Jumlah Sumber 5.891 Pegawai 27.090 Pegawai
kelembagaan dan Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia aparatur yang
(SDM) aparatur mendapat pendidikan
dan pelatihan
Jumlah pegawai yang 16.122 Pegawai 30.975 Pegawai
terlayani adminsitrasi 122 SOP 204 SOP
kepegawaianya serta
jumlah tata laksana
Standar
Operasional Prosedur
(SOP) yang disusun

274 LAMPIRAN 3 Indikator Kinerja Utama (IKU)


Lampiran 3.8B.
Matriks rencana strategis Sekretariat Jenderal
B. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum
TARGET OUTCOME
TUJUAN KEMENTERIAN SASARAN STRATEGIS OUTCOME INDIKATOR OUTCOME
2010 2014
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Meningkatkan Meningkatnya Terwujudnya Jumlah peta profil 255 peta 1800 peta
kapasitas kualitas prasarana, dukungan sarana dan infrastruktur dan 1 sistem 5 sistem
kelembagaan dan pengelolaan data, prasarana komunikasi jaringan Local Area 1 data center 1 data center
SDM aparatur dan informasi dan dan informasi Network (LAN)
jasa konstruksi serta komunikasi publik yang memadai
penelitian dan di lingkungan Jumlah layanan 257 temu pers 1430 temu pers
pengembangan Kementerian informasi publik 153 Dokumen 765 Dokumen
bidang pekerjaan Pekerjaan Umum Luas bangunan 36.900 m2 490.900,
umum dan gedung kantor (dipelihara) 83.792 m2
permukiman untuk Kementerian PU yang (dipelihara)
meningkatkan kinerja ditingkatkan dan
pelayanan bidang dipelihara 153.393 m2,
pekerjaan umum dan 140.293
jasa konstruksi (ditingkatkan
dan dibangun)

LAMPIRAN 3 Indikator Kinerja Utama (IKU) 275


LAMPIRAN 4
MATRIKS PROGRAM DAN KEGIATAN
Lampiran 4.1.
Matriks Kegiatan Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Program Penyelenggaraan Penataan Ruang
TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 1: Pembinaan Manajemen Penyelenggaraan Penataan Ruang


Penanggungjawab: Sekretariat Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Terwujudnya Tercapainya Jumlah laporan/ 47 355 1.1) Laporan Jumlah laporan kegiatan
perumusan kesesuaian dokumen     Pembinaan dan pembinaan dan pengelolaan
dan program pusat pembinaan     Pengelolaan pegawai*
pelaksanaan dan daerah program, kemitraan,     Kepegawaian/
kebijakan dan dengan rencana layanan informasi,     Ortala
standarisasi tata ruang dan dukungan    
1.2) Laporan Jumlah laporan akuntansi
teknis bidang dalam rangka manajemen    
Keuangan keuangan Ditjen Penataan
penataan pengembangan organisasi, serta    
Ruang
ruang wilayah dan aspek hukum/    
pembangunan perundang-     1.3) Layanan Jumlah bulan layanan
nasional serta undangan     Perkantoran perkantoran DJPR
daerah, dan penyelenggaraan
1.4) Laporan Barang Jumlah laporan kegiatan
terselesaikannya penataan ruang.
Milik Negara Dan administrasi pengelolaan
norma, standar,
Tata Usaha BMN dan administrasi
prosedur, dan
ketatausahaan DJPR
kriteria bidang
penataan ruang 1.5) Sarana dan Jumlah unit kerja yang
sesuai peraturan Prasarana tersedia sarana dan
perundang- Perkantoran prasarananya
undangan
1.6) Laporan Jumlah Kegiatan Layanan
Penyelenggaraan bantuan hukum bidang
Bantuan Hukum penataan ruang
1.7) Dokumen draft Rancangan legal drafting
materi kebijakan/ peraturan perundang-
peraturan undangan bidang penataan
perundang- ruang
undangan
1.8) Layanan Publik Jumlah bulan layanan PNBP
(PNBP)
1.9) Laporan Jumlah laporan kegiatan
Penyelenggaraan penyelenggaraan Balai
Balai Informasi Informasi Penataan Ruang
Penataan Ruang
1.10) Laporan Kinerja Jumlah laporan tahunan
dan Pelaksanaan pencapaian terhadap sasaran
Anggaran dan tujuan instansi
1.11) Laporan Jumlah kegiatan Pelatihan
Pelatihan dan dan Operasionalisasi PPNS
Koordinasi PPNS Bidang Penataan Ruang
 

278 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI ALOKASI DANA
(2010-2012) (Juta Rp.)
SATUAN REALISASI TARGET BARU +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
113.000 716.000
             

Laporan 9 8 15 14 15 61

Laporan 1 10 12 12 13 48    

Bulan Layanan 12 12 12 12 12 60    

Laporan 3 8 11 11 13 46    

Unit 6 6 6 6 6 30    

Laporan 3 6 12 9 11 41    

Laporan 6 2 2 2 2 14    

Bulan Layanan 12 12 12 12 12 60    

Laporan 8 10 8 18 12 56    

Laporan 0 3 4 5 4 16    

Laporan 1 2 3 4 4 14    

Orang 124 102 121 150 170 667    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 279


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 2: Bina Program dan Kemitraan


Penanggungjawab: Direktorat Bina Program dan Kemitraan
Terwujudnya Tercapainya Jumlah laporan/ 47 355 2.1) Laporan Jumlah laporan penyusunan
perumusan kesesuaian dokumen Laporan Laporan penyusunan Kebijakan Strategis dan
dan program pusat pembinaan Rencana Strategis dokumen Rencana Strategis
pelaksanaan dan daerah program, kemitraan, dan Kebijakan Direktorat Jenderal Penataan
kebijakan dan dengan rencana layanan informasi, Strategis Direktorat Ruang
standarisasi tata ruang dan dukungan Jenderal
teknis bidang dalam rangka manajemen Penataan Ruang
penataan pengembangan organisasi, serta
2.2) Laporan Fasilitasi Jumlah laporan Administrasi,
ruang wilayah dan aspek hukum/
dan Administrasi Pengelolaan kerjasama, dan
pembangunan perundang-
Kegiatan Kerja monitoring evaluasi Kegiatan
nasional serta undangan
Sama Luar Negeri Kerja Sama Luar Negeri dan
daerah, dan penyelenggaraan
DJPR PHLN DJPR*
terselesaikannya penataan ruang.
norma, standar, 2.3) Laporan Jumlah laporan perencanaan,
prosedur, dan penyiapan dan pedoman, dan pengelolaan
kriteria bidang penyusunan basis data program dan
penataan ruang program dan anggaran tahunan Direktorat
sesuai peraturan anggaran Jenderal Penataan Ruang
perundang- tahunan
undangan Direktorat
Jenderal
Penataan Ruang
2.4) Laporan Jumlah laporan tahunan
pemantauan dan pencapaian, pedoman
evaluasi Kinerja evaluasi, dan monitoring
Pelaksanaan evaluasi Kinerja Pelaksanaan
Kegiatan Kegiatan dan Program
dan Program Direktorat Jenderal Penataan
Direktorat Ruang
Jenderal
Penataan Ruang
2.5) Laporan Jumlah laporan
pengelolaan pengembangan sistem
data, informasi informasi, pengelolaan data
dan komunikasi dan dokumen, layanan
publik serta informasi/ kepustakaan dan
layanan pelaksanaan komunikasi
kepustakaan publik bidang penataan ruang
bidang penataan
ruang.
2.6) Penyiapan dan Jumlah laporan dan pedoman
pelaksanaan penyiapan serta pelaksanaan
kerjasama kerjasama kemitraan dengan
kemitraan dengan masyarakat dan dunia usaha
masyarakat dan
dunia usaha
2.7) Dokumen Jumlah Dokumen
Perencanaan Perencanaan dan
dan Pengelolaan Pengelolaan Anggaran
Anggaran
2.8) Laporan Kinerja Jumlah laporan tahunan
dan Pelaksanaan pencapaian terhadap sasaran
Anggaran dan tujuan instansi
2.9) Layanan Jumlah bulan layanan
Perkantoran perkantoran

280 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI ALOKASI DANA
(2010-2012) (Juta Rp.)
SATUAN REALISASI TARGET BARU +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
28.000 290.000
             

Laporan 1 4 6 5 5 21

Laporan 4 6 3 5 5 23    

Laporan 3 7 5 7 7 29    

Laporan 4 8 8 9 10 39    

Laporan 10 15 7 15 14 61    

Laporan 3 5 7 10 13 38    

Dokumen 1 1 1 3 4 10    

Laporan 7 7 7 5 7 33    

Bulan Layanan 0 0 0 0 0 0    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 281


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 3: Pembinaan Penataan Ruang Wilayah Nasional


Penanggungjawab: Direktorat Penataan Ruang Wilayah Nasional
Terwujudnya Tercapainya Jumlah rencana tata 9 83 3.1) Rencana terpadu Jumlah laporan kegiatan
perumusan dan kesesuaian ruang dan rencana Raperpres Raperpres jangka menengah penguatan kapasitas dan
pelaksanaan program pusat terpadu program   32 RPI2JM pengembangan pengembangan kelembagaan
kebijakan dan dan daerah pengembangan     infrastruktur sistem dan penyusunan RPIIJM pulau,
standarisasi dengan rencana infrastruktur jangka     nasional dan kepulauan, dan KSN non
teknis bidang tata ruang menengah, Pulau/     pengembangan perkotaan.
penataan dalam rangka Kepulauan dan     kapasitas
ruang pengembangan Kawasan Strategis     pengelolaan KSN
wilayah dan Nasional    
3.2) Hasil pengendalian Jumlah laporan kegiatan
pembangunan    
pelaksanaan pengendalian pelaksanaan
nasional serta    
pengembangan pengembangan wilayah
daerah, dan    
wilayah nasional, nasional, pulau, dan KSN
terselesaikannya    
pulau, dan KSN non perkotaan, yang
norma, standar,    
mendapatkan fasilitasi
prosedur, dan  
penyediaan peta dalam
kriteria bidang
rangka pengawasan
penataan ruang
teknis dan pengendalian
sesuai peraturan
pemanfaatan ruang
perundang-
undangan 3.3) Rekomendasi Jumlah laporan hasil
peningkatan pengawasan (monev)
kinerja penataan perwujudan penataan
ruang dan ruang wilayah nasional yang
pengembangan disosialisaikan ke sektor terkait
wilayah nasional,
pulau, dan KSN
(non perkotaan)
3.4) Kebijakan dan Jumlah kajian, penyepakatan,
strategi penataan dan penyebarluasan jakstra
ruang nasional PR yang dihasilkan yang
disosialisasikan ke sektor terkait *

3.5) Fasilitasi koordinasi Jumlah laporan pelaksanaan


lintas sektor dan fasilitasi koordinasi forum
lintas wilayah kerjasama lintas sektor dan
dalam penataan lintas wilayah
ruang nasional

3.6) Hasil penyiapan Jumlah dokumen kajian


dan review RTRWN, review RTRWN, materi teknis,
RTR Pulau, dan RTR laporan fasilitasi legalisasi , dan
KSN Raperpres Pulau, Kepulauan,
dan KSN non perkotaan*

3.7) Standarisasi Teknis Jumlah materi teknis dan


(NSPK) Nasional dokumen NSPK nasional

Jumlah laporan/ 47 355 3.8) Laporan Kinerja Jumlah laporan tahunan


dokumen pembinaan Laporan Laporan dan Pelaksanaan pencapaian terhadap sasaran
program, kemitraan,     Anggaran dan tujuan instansi
layanan informasi,
dan dukungan
manajemen 3.9) Layanan Jumlah bulan layanan
organisasi, serta Perkantoran perkantoran
aspek hukum/
perundang-
undangan
penyelenggaraan
penataan ruang.

282 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI ALOKASI DANA
(2010-2012) (Juta Rp.)
SATUAN REALISASI TARGET BARU +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  29.000 521.000
           

Laporan / 5 15 40 26 36 122

2 KSN 5 KSN 18 KSN


RPI2JM   4 KSN 7 KSN    
4 Pulau 3 Pulau 7 Pulau

Laporan 0 6 4 1 7 18    

25 KSN 25 KSN
Pulau/KSN       12 KSN    
7 Pulau 7 Pulau

Laporan 1 1 16 16 26 60    

Laporan 3 10 5 9 10 37    

Laporan 1 1 17 17 27 63    

Laporan 1 1 3 4 4 13
Kajian 1 1 2 - - 4
15 KSN 66 KSN    
Materi Teknis 16 KSN 29 KSN 6 KSN -
3 Pulau 3 Pulau
3 KSN 15 KSN 69 KSN
Raperpres 16 KSN 29 KSN 6 KSN
4 Pulau 3 Pulau 7 Pulau
Materi NSPK 2 2 1 2 3 10
NSPK 1 1 1 3 6 12

Laporan 2 8 33 38 48 129    

Bulan Layanan 0 0 0 0 0 0    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 283


TARGET
SASARAN
OUTCOME INDIKATOR OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS 2010 2014

Kegiatan 4: Pengembangan Perkotaan


Penanggungjawab: Direktorat Perkotaan
Terwujudnya Tercapainya Jumlah rencana tata 9 Raperpres 83 Raperpres 4.1) Kajian kebijakan Jumlah laporan kajian kebijakan
perumusan dan kesesuaian ruang dan rencana   32 RPI2JM dan strategi dan strategi pengembangan
pelaksanaan program pusat dan terpadu program     pengembangan perkotaan serta pemutakhiran basis
kebijakan dan daerah dengan pengembangan     perkotaan data dan informasi perkotaan*
standarisasi teknis rencana tata ruang infrastruktur jangka    
bidang penataan dalam rangka menengah, pulau /     4.2) Laporan Jumlah laporan penyelenggaraan
ruang pengembangan kepulauan dan Kawasan     penyelenggaraan forum pelaku pembangunan
wilayah dan Strategis Nasional forum pelaku perkotaan berkelanjutan
pembangunan pembangunan
nasional serta perkotaan
daerah, dan berkelanjutan
terselesaikannya 4.3) Peningkatan Jumlah KSN yang ditingkatkan
norma, standar, kapasitas dan kapasitas dan kualitas penataan
prosedur, dan kualitas penataan ruang serta kelembagaan KSN
kriteria bidang ruang serta perkotaannya
penataan ruang kelembagaan KSN
sesuai peraturan perkotaan
perundang-
undangan 4.4) NSPK KSN Perkotaan Jumlah dokumen materi teknis dan
Raperpres RTR KSN perkotaan sesuai
amanat UU 26/2007

Jumlah Provinsi/ 15 RTRW 33 RTRW Prov 4.5) Pembinaan teknis Jumlah laporan fasilitasi pemberian
Kabupaten/Kota yang Prov 398 RTRW pengembangan rekomendasi persetujuan substansi
mendapat pembinaan 24 RTRW Kab kota dan kapasitas dan/ atau pembahasan BKPRN
penyelenggaraan Kab 93 RTRW kelembagaan kota tentang materi Raperda RTRW Kota
Penataan Ruang 9 RTRW Kota
Kota  
   
  4.6) NSPK Perkotaan Jumlah materi teknis NSPK,
dokumen NSPK Perkotaan, serta
laporan penyelenggaraan
sosialisasi dan media sosialisasi
bidang penataan ruang kota

Jumlah Kota/Kabupaten 1 Kota 6 Kota 4.7) Pemenuhan SPM dan Jumlah Kota/Perkotaan yang
yang memenuhi SPM 14 Kab 71 Kab Peningkatan Kualitas difasilitasi pemenuhan SPM
dan /atau ditingkatkan   Penataan Ruang dan mendapat Pembinaan
kualitas Penataan   178 Kota Kota Peningkatan Kualitas Penataan
Ruangnya.   Tematik Ruang Kota
  28 Kawasan  
  P2KPB  
   
   
 

Jumlah laporan/ Laporan 355 4.8) Laporan Kinerja Jumlah laporan tahunan
dokumen pembinaan Pelaksanaan pencapaian sasaran dan tujuan
program, kemitraan, Anggaran instansi
layanan informasi,
4.9) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan perkantoran
dan dukungan
manajemen organisasi, 4.10) Laporan Jumlah laporan monitoring dan
serta aspek hukum/ pengawasan teknis evaluasi teknis pemanfaatan ruang
perundang-undangan dan penyelesaian kota, audit pemanfaatan ruang
penyelenggaraan konflik kota, serta fasilitasi penguatan PPNS
penataan ruang. bidang pemanfaatan ruang kota

284 LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL


VOLUME REALISASI ALOKASI DANA
(2010-2012) (Juta Rp.)
SATUAN REALISASI TARGET BARU +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

30.000 862.000

Laporan 6 7 6 5 7 31

Laporan 1 4 4 3 4 16    

laporan 6 7 47 19 23 102

KSN 4 4 4 6 7 7    

RPI2JM 0 4 4 6 7 7

Dokumen materi
3 2 1 1 2 7
teknis    
Raperpres 3 1 2 1 1 7

Laporan 4 9 10 8 9 40

   
Persub 24 65 28 1 - 118

Perda 7 30 52 29 - 118

Materi NSPK 1 4 1 0 0 6
   
NSPK 3 1 4 4 5 17
Laporan 0 2 2 2 2 8

Laporan 0 0 1 1 1 3

Kota/Kawasan
0 0 2 Kota SPM 2 Kota SPM 2 Kota SPM 6 Kota SPM
Perkotaan

Laporan 15 13 214 330 184 756

Kota/Kawasan
2 Kota Hijau 9 Kota Hijau 85 Kota Hijau 112 Kota Hijau 112 Kota Hijau 112 Kota Hijau
Perkotaan
   
  6 Kota PKPD 6 Kota PKPD 3 Kota PKPD 3 Kota PKPD 3 Kota PKPD 18 Kota PKPD

10 kota 28 Kota
  1 Kota Pusaka 1 Kota Pusaka 28 Kota Pusaka 28 Kota Pusaka
Pusaka Pusaka

3 Kota Rawan 2 Kota Rawan


  - - - 4 Kota Rawan Bencana
Bencana Bencana
  5 Kota PKN 2 Kota PKN - - - 7 Kota PKN

Laporan 1 2 2 5 5 15    

Bulan Layanan 0 0 0 0 0 0    

Laporan 2 9 9 8 9 37    

LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL 285


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 5: Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I


Penanggungjawab: Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Wilayah I
Terwujudnya Tercapainya Jumlah Provinsi/ 15 RTRW 33 RTRW 5.1) Laporan Jumlah laporan hasil
perumusan kesesuaian Kabupaten/Kota Prov Prov Dekonsentrasi pembinaan, pengawasan,
dan program pusat yang mendapat 24 RTRW 398 RTRW Pembinaan dan pengembangan
pelaksanaan dan daerah pembinaan Kab Kab Pelaksanaan kapasitas kelembagaan
kebijakan dan dengan rencana penyelenggaraan 9 RTRW 93 RTRW Penataan Ruang penataan ruang daerah.
standarisasi tata ruang Penataan Ruang Kota Kota Kabupaten/Kota
teknis bidang dalam rangka     di Wilayah I
penataan pengembangan    
5.2) Pembinaan Teknis Jumlah laporan, dan provinsi/
ruang wilayah dan    
Penyelenggaran kabupaten yang memperoleh
  pembangunan    
Penataan Ruang pembinaan Teknis
  nasional serta    
Daerah penyelenggaraan penataan
  daerah, dan
ruang.
  terselesaikannya
  norma, standar, 5.3) Kebijakan Teknis Jumlah laporan perencanaan
  prosedur, dan dan Program program tahunan/jangka
  kriteria bidang Pembinaan menengah, monitoring
  penataan ruang Penataan Ruang dan evaluasi pelaksanaan
  sesuai peraturan Daerah program tahunan/ jangka
  perundang- menengah penataan
undangan ruang daerah provinsi, dan
kabupaten
5.4) NSPK Jumlah NSPK (pedoman)
Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penataan
Penataan Ruang Ruang Daerah Provinsi,
Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kawasan
Kabupaten, Perdesaan
dan Kawasan
Perdesaan
Jumlah Kota/ 1 Kab 6 Kota 5.5) Pemenuhan SPM Jumlah Kabupaten yang
Kabupaten yang 14 Kota 71 Kab dan Peningkatan mendapatkan fasilitasi
memenuhi SPM dan 178 Kota Kualitas Penataan pemenuhan SPM dan
/atau ditingkatkan Tematik Ruang Kabupaten mendapat Pembinaan
kualitas Penataan 28 Peningkatan Kualitas
Ruangnya. Kawasan Penataan Ruang Kabupaten
P2KPB
Jumlah laporan/ 47 355 5.6) Laporan Kinerja Jumlah laporan tahunan
dokumen Laporan Laporan dan Pelaksanaan pencapaian terhadap sasaran
pembinaan     Anggaran dan tujuan instansi
program, kemitraan,    
5.7) Layanan Jumlah bulan layanan
layanan informasi,
Perkantoran perkantoran
dan dukungan
manajemen 5.8) Laporan Jumlah laporan monitoring
organisasi, serta Pengawasan dan evaluasi teknis penataan
aspek hukum/ Teknis / ruang, audit pemanfaatan
perundang- Pembinaan PPNS ruang, serta fasilitasi
undangan Penataan Ruang penguatan PPNS bidang
penyelenggaraan penataan ruang
penataan ruang.

286 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI ALOKASI DANA
(2010-2012) (Juta Rp.)
SATUAN REALISASI TARGET BARU +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
63.000 643.000
             

123
Laporan 204 177 119 180 803

Provinsi 15 15 15 15 15 15

Laporan 20 33 14 15 22 104

Provinsi 15 15 15 15 15 15    

Kabupaten 200 200 200 200 202 202

Laporan 7 4 4 4 4 23    

NSPK 3 0 1 3 7 14

   
Materi NSPK 0 1 3 5 5 14

7 Kab SPM 10 Kab SPM 20 Kab SPM 37 Kab SPM


Kabupaten
0 0    

(P2KPB: (P2KPB: (P2KPB: (P2KPB:


Kawasan        
0 Kawasan) 7 Kawasan) 14 Kawasan) 14 Kawasan)

Laporan 3 7 5 6 6 27    

Bulan Layanan 0 0 0 0 0 0    

Laporan 2 5 4 6 7 24    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 287


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 6: Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah II


Penanggungjawab: Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Wilayah II
Terwujudnya Tercapainya Jumlah Provinsi/ 15 RTRW 33 RTRW 6.1) Laporan Jumlah laporan hasil
perumusan kesesuaian Kabupaten/Kota Prov Prov Dekonsentrasi pembinaan, pengawasan,
dan program pusat yang mendapat 24 RTRW 398 RTRW Pembinaan dan pengembangan
pelaksanaan dan daerah pembinaan Kab Kab Pelaksanaan kapasitas kelembagaan
kebijakan dan dengan rencana penyelenggaraan 9 RTRW 93 RTRW Penataan Ruang penataan ruang daerah.
standarisasi tata ruang Penataan Ruang Kota Kota Kabupaten/Kota
teknis bidang dalam rangka     (Output Dekon) di
penataan pengembangan     Wilayah II
ruang wilayah dan    
6.2) Pembinaan Teknis Jumlah laporan, dan provinsi/
  pembangunan    
Penyelenggaran kabupaten yang memperoleh
  nasional serta    
Penataan Ruang pembinaan Teknis
  daerah, dan
Daerah penyelenggaraan penataan
  terselesaikannya
ruang.
  norma, standar,
  prosedur, dan 6.3) Kebijakan Teknis Jumlah laporan perencanaan
  kriteria bidang dan Program program tahunan/jangka
  penataan ruang Pembinaan menengah, monitoring
  sesuai peraturan Penataan Ruang dan evaluasi pelaksanaan
  perundang- Daerah program tahunan/ jangka
undangan menengah penataan
ruang daerah provinsi, dan
kabupaten
6.4) NSPK Jumlah NSPK (standar)
Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penataan
Penataan Ruang Ruang Daerah Provinsi,
Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kawasan
Kabupaten, Perdesaan
dan Kawasan
Perdesaan
Jumlah Kota/ 1 Kab 6 Kota 6.5) Pemenuhan SPM Jumlah Kabupaten yang
Kabupaten yang 14 Kota 71 Kab dan Peningkatan mendapatkan fasilitasi
memenuhi SPM dan   178 Kota Kualitas Penataan pemenuhan SPM dan
/atau ditingkatkan Tematik Ruang Kabupaten Pembinaan Peningkatan
kualitas Penataan 28 Kualitas Penataan Ruang
Ruangnya. Kawasan Kabupaten
P2KPB
Jumlah laporan/ 47 355 6.6) Laporan Kinerja Jumlah laporan tahunan
dokumen Laporan Laporan dan Pelaksanaan pencapaian terhadap sasaran
pembinaan     Anggaran dan tujuan instansi
program, kemitraan,    
layanan informasi,
6.7) Layanan Jumlah bulan layanan
dan dukungan
Perkantoran perkantoran
manajemen
organisasi, serta 6.8) Laporan Jumlah laporan monitoring
aspek hukum/ Pengawasan dan evaluasi teknis penataan
perundang- Teknis / ruang, serta fasilitasi
undangan Pembinaan PPNS penguatan PPNS bidang
penyelenggaraan Penataan Ruang penataan ruang
penataan ruang.

288 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI ALOKASI DANA
(2010-2012) (Juta Rp.)
SATUAN REALISASI TARGET BARU +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
101.000 752.000
             

Laporan 193 297 204 211 211 1116

Provinsi 17 17 17 17 18 18

Laporan 17 30 16 14 21 98

Provinsi 17 17 17 17 18 18    

Kabupaten 14 127 192 198 200 200

Laporan 5 5 5 5 5 25    

NSPK 4 0 0 5 8 17
   

Materi NSPK 0 6 2 7 5 20

Kabupaten 0 0 7 Kab SPM 9 Kab SPM 18 Kab SPM 34 Kab SPM    

(P2KPB: (P2KPB: (P2KPB: 14 (P2KPB:


Kawasan        
0 Kawasan) 7 Kawasan) Kawasan) 14 Kawasan)

Laporan 1 6 4 6 6 23    

Bulan Layanan 0 0 0 0 0 0    

Laporan 2 2 3 6 7 20    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 289


Lampiran 4.2.
Matriks Kegiatan Direktorat Sumber Daya Air
Program Pengelolaan Sumber Daya Air
TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 1: Pembinaan Program Ditjen. Sumber Daya Air


Penanggungjawab: Direktorat Bina Program
Meningkatnya Meningkatnya Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.1) Dokumen kebijakan Jumlah dokumen
keberlanjutan kinerja pendukung dalam 33 Provinsi BWS, dan strategi kebijakan dan strategi
dan pengelolaan SDA perencanaan, 33 Provinsi penyelenggaraan penyelenggaraan
ketersediaan   pelaksanaan, pengelolaan SDA pengelolaan SDA
air untuk me-   monitoring, (Renstra, RKP, dan (Renstra, RKP, dan Renja
menuhi berbagai   dan evaluasi Renja K/L Ditjen. K/L Ditjen. Sumber Daya
kebutuhan   pengelolaan SDA Sumber Daya Air) Air)
     
      31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.2) Laporan evaluasi Jumlah laporan
      33 Provinsi BWS, kelayakan evaluasi kelayakan
      33 Provinsi penyelenggaraan penyelenggaraan
      pengelolaan SDA pengelolaan SDA
   
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.3) Dokumen Penyiapan Jumlah dokumen
   
33 Provinsi BWS, Administrasi pinjaman, Penyiapan Administrasi
   
33 Provinsi hibah, dan kerjasama pinjaman, hibah, dan
   
international kerjasama international

31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.4) Laporan pemantauan Jumlah laporan


33 Provinsi BWS, dan evaluasi pinjaman, pemantauan dan
33 Provinsi hibah, dan kerjasama evaluasi pinjaman,
internasional hibah, dan kerjasama
internasional

31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.5) Laporan Fasilitasi Jumlah laporan fasilitasi


33 Provinsi BWS, kerjasama kerjasama internasional
33 Provinsi internasional dalam dalam penyelenggaraan
penyelenggaraan pengelolaan SDA
pengelolaan SDA

31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.6) Dokumen Jumlah dokumen


33 Provinsi BWS, penyusunan dan penyusunan dan
33 Provinsi pengajuan program pengajuan program
dan anggaran dan anggaran
penyelenggaraan penyelenggaraan
pengelolaan SDA (RKA pengelolaan SDA (RKA
K/L, DIPA) K/L, DIPA)

31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.7) Laporan penilaian Jumlah laporan penilaian


33 Provinsi BWS, usulan dan konsolidasi usulan dan konsolidasi
33 Provinsi program prioritas SDA program prioritas SDA
(Konsultasi Regional) (Konsultasi Regional)
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.8) Laporan pengendalian Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, penggunaan pengendalian
33 Provinsi anggaran penggunaan anggaran
1 Pusat, 1 Pusat, 1.9) Laporan pembinaan Jumlah laporan
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ pengembangan Sistem pembinaan
33 Provinsi BWS, Informasi SDA (SISDA) pengembangan Sistem
33 Provinsi Informasi SDA (SISDA)

1 Pusat, 1 Pusat, 1.10) Laporan pembinaan Jumlah laporan


31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ komunikasi dan pembinaan komunikasi
33 Provinsi BWS, informasi publik SDA dan informasi publik SDA
33 Provinsi

290 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014
             
61.056,89 416.138,33
             

Dokumen 2 3 2 5 1 13    

Laporan 3 1 3   3 10    

Dokumen 3 1 1   1 6    

Laporan 1 3 1 2 3 10    

Laporan 1 6 4 6 5 22    

Dokumen 2 1 6 2 2 13    

Laporan 1 1 2 1 1 6    

Laporan 1 2 1 3 2 9    

Laporan 5 11 2 14 10 42    

Laporan 5 6 8 5 5 29    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 291


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 1: Pembinaan Program Ditjen. Sumber Daya Air


Penanggungjawab: Direktorat Bina Program
      31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.11) Laporan Pembinaan Jumlah laporan
      33 Provinsi BWS, pemantauan dan Pembinaan pemantauan
      33 Provinsi evaluasi kinerja dan evaluasi kinerja
      pelaksanaan kebijakan pelaksanaan kebijakan
      dan program bidang dan program bidang
SDA SDA
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.12) Dokumen Jumlah dokumen
33 Provinsi BWS, pemantauan dan pemantauan dan
33 Provinsi evaluasi kinerja evaluasi kinerja
pelaksanaan kebijakan pelaksanaan kebijakan
dan program bidang dan program bidang
SDA (bulanan, triwulan, SDA (bulanan, triwulan,
tahunan) tahunan)

31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.13) Dokumen NSPK Jumlah dokumen NSPK


33 Provinsi BWS, perumusan kebijakan perumusan kebijakan
33 Provinsi dan strategi serta dan strategi serta
evaluasi kelayakan ; evaluasi kelayakan ;
penyusunan program penyusunan program
dan anggaran; dan anggaran;
kerjasama luar negeri; kerjasama luar negeri;
pengembangan pengembangan
penyelenggaraan penyelenggaraan SISDA
SISDA dan Komunikasi dan Komunikasi Publik;
Publik; serta serta pemantauan
pemantauan dan dan evaluasi kinerja
evaluasi kinerja penyelenggaraan
penyelenggaraan pengelolaan SDA
pengelolaan SDA
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.14) Laporan Pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, penyelenggaraan Pembinaan
33 Provinsi jaminan mutu penyelenggaraan
pengelolaan SDA jaminan mutu
pengelolaan SDA
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 1.15) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
33 Provinsi BWS, Perkantoran
33 Provinsi

292 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
61.056,89 416.138,33
             

Laporan 5 5 5 5 5 25    

Dokumen 3 3 2 2 3 13    

Dokumen 1 3 4   1 9    

Laporan 3 1 70 7 3 84    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 293


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 2: Pembinaan Penatagunaan Sumber Daya Air


Penanggungjawab: Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air
Meningkatnya Meningkatnya Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.1) Dokumen NSPK Jumlah dokumen NSPK
keberlanjutan kinerja pendukung dalam 33 Provinsi BWS, pengelolaan hidrologi pengelolaan hidrologi
dan ketersediaan pengelolaan SDA perencanaan, 33 Provinsi wilayah sungai dan wilayah sungai dan
air untuk   pelaksanaan, kualitas air pada kualitas air pada sumber
memenuhi   monitoring, sumber air; penyusunan air; penyusunan kebijakan
berbagai   dan evaluasi kebijakan dan rencana dan rencana pengelolaan
kebutuhan   pengelolaan SDA pengelolaan SDA SDA Wilayah Sungai;
      Wilayah Sungai; regulasi regulasi pengelolaan
      pengelolaan SDA; SDA; kelembagaan SDA;
      kelembagaan SDA; serta pengendalian
      serta pengendalian pemanfaatan SDA.
      pemanfaatan SDA.
   
    31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.2) Laporan pembinaan Jumlah laporan
    33 Provinsi BWS, dan bantuan teknis pembinaan dan bantuan
    33 Provinsi penyusunan pola teknis penyusunan pola
pengelolaan SDA pengelolaan SDA Wilayah
Wilayah Sungai Sungai
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.3) Laporan pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan bantuan teknis pembinaan dan bantuan
33 Provinsi penyusunan rencana teknis penyusunan
pengelolaan SDA rencana pengelolaan
Wilayah Sungai SDA Wilayah Sungai
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.4) Laporan pemantauan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan evaluasi pemantauan dan evaluasi
33 Provinsi pelaksanaan pola dan pelaksanaan pola dan
rencana pengelolaan rencana pengelolaan
SDA Wilayah Sungai SDA Wilayah Sungai
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.5) Laporan pemantauan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan evaluasi penerapan pemantauan dan
33 Provinsi pola kerjasama dan evaluasi penerapan pola
investasi bidang SDA kerjasama dan investasi
bidang SDA
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.6) Dokumen pembinaan Jumlah dokumen
33 Provinsi BWS, pengembangan sistem pembinaan
33 Provinsi pembiayaan dan pola pengembangan sistem
investasi bidang SDA pembiayaan dan pola
investasi bidang SDA
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.7) Laporan pemantauan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan evaluasi lembaga pemantauan dan evaluasi
33 Provinsi pengelola SDA lembaga pengelola
(RBO performance SDA (RBO performance
benchmarking) benchmarking)
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.8) Laporan fasilitasi Jumlah laporan Fasilitasi
33 Provinsi BWS, pembentukan dan pembentukan dan
33 Provinsi pemantauan kinerja pemantauan kinerja
wadah koordinasi SDA wadah koordinasi SDA
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.9) Dokumen MoU Jumlah dokumen MoU
33 Provinsi BWS,
33 Provinsi
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.10) Laporan SDM terlatih Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dalam pengelolaan SDA SDM terlatih dalam
33 Provinsi pengelolaan SDA

294 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
76.554,50 296.923
             

Dokumen 0 1 6 6 1 14    

Laporan 2 2 2 2 3 11    

Laporan 2 2 2 4 3 13    

Laporan 1 1 1 1 1 5    

Laporan 1 1 2 4 1 9    

Dokumen 1 4 4 1 4 14    

Laporan 5 5 5 4 5 24    

Laporan 1 1 4 3 1 10    

Dokumen 1 1 1 2 1 6    

Laporan 1 1 1 3 1 7    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 295


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 2: Pembinaan Penatagunaan Sumber Daya Air


Penanggungjawab: Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air
      31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.11) Laporan evaluasi Jumlah laporan evaluasi
      33 Provinsi BWS, kinerja UPT (BBWS/BWS) kinerja UPT (BBWS/BWS)
      33 Provinsi
     
     
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.12) Laporan kemampuan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, SDM pada sekretariat kemampuan SDM pada
     
33 Provinsi wadah koordinasi sekretariat wadah
     
koordinasi
     
      31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.13) Laporan fasilitasi, Jumlah laporan fasilitasi,
      33 Provinsi BWS, koordinasi, dan sosialiasi koordinasi, dan sosialiasi
      33 Provinsi regulasi pengelolaan regulasi pengelolaan SDA
SDA
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.14) Laporan pemantauan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan evaluasi pemantauan dan evaluasi
33 Provinsi pelaksanaan regulasi pelaksanaan regulasi
pengelolaan SDA pengelolaan SDA
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.15) Laporan pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, pengelolaan serta pembinaan pengelolaan
33 Provinsi pemantauan dan serta pemantauan dan
evaluasi hidrologi evaluasi hidrologi wilayah
wilayah sungai dan sungai dan kualitas air
kualitas air pada sumber pada sumber air
air
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.16) Laporan koordinasi Jumlah laporan koordinasi
33 Provinsi BWS, pengelolaan dan pengelolaan dan evaluasi
33 Provinsi evaluasi penanganan penanganan dampak
dampak perubahan perubahan iklim
iklim
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.17) Laporan pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, teknis pengelolaan pembinaan teknis
33 Provinsi hidrologi pengelolaan hidrologi
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.18) Laporan publikasi Jumlah laporan publikasi
33 Provinsi BWS, hidrologi dan kualitas air hidrologi dan kualitas air
33 Provinsi
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.19) laporan sertifikasi Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, standar mutu sertifikasi standar mutu
33 Provinsi pengelolaan hidrologi pengelolaan hidrologi
dan kualitas air dan kualitas air
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.20) Laporan Pembinaan Laporan tentang BBWS/
33 Provinsi BWS, AMDAL BWS yang taat melakukan
33 Provinsi studi pengelolaan
dan pemantauan
lingkungan hidup serta
prosentase BBWS/BWS
yang taat melaksanakan
pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
hidup sesuai pedoman
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.21) Laporan Pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, teknis Penyidik PNS pembinaan teknis Penyidik
33 Provinsi PNS

296 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
76.554,50 296.923
             

Laporan 1 1 1 1 1 5    

Laporan 1 1 1 2 1 6    

Laporan 8 5 1 3 3 20    

Laporan 1 1 7 1 1 11    

Laporan 1 1 3 3 1 9    

Laporan - 1 1 2 1 5    

Laporan 1 1 1 1 1 5    

Laporan 1 1 1 1 1 5    

Laporan 1 1 1 2 1 6    

Laporan 1 1 1 1 1 5    

Laporan - 1 1 1 1 4    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 297


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 2: Pembinaan Penatagunaan Sumber Daya Air


Penanggungjawab: Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air
      31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.22) Pembinaan dan Jumlah kegiatan
      33 Provinsi BWS, verifikasi rekomendasi pembinaan, verifikasi dan
      33 Provinsi teknis perijinan bidang sertifikasi rekomendasi
      SDA teknis perijinan bidang
      SDA

31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.23) Laporan Pembinaan, Jumlah laporan


33 Provinsi BWS, pemantauan, dan pemantauan dan evaluasi
33 Provinsi evaluasi kelayakan kelayakan pemanfaatan
pemanfaatan SDA di SDA
Wilayah Sungai

31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.24) Laporan pembinaan Jumlah laporan


33 Provinsi BWS, dan bantuan pembinaan dan bantuan
33 Provinsi teknis pelaksanaan teknis pelaksanaan
pengendalian pengendalian
pemanfaatan SDA pemanfaatan SDA
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.25) Muatan sistem informasi Laporan muatan sistem
33 Provinsi BWS, terkait hidrologi dan informasi terkait hidrologi
33 Provinsi kualitas air pada sumber dan kualitas air pada
air, perencanaan SDA sumber air, perencanaan
WS, kelembagaan SDA WS, kelembagaan
SDA, pengaturan, SDA, pengaturan,
serta pengendalian serta pengendalian
pemanfaatan SDA pemanfaatan SDA
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 2.26) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
33 Provinsi BWS, Perkantoran
33 Provinsi

298 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
76.554,50 296.923
             

Laporan - 1 1 3 2 7    

Laporan - 1 1 1 1 4    

Laporan - 1 1 1 1 4    

Laporan 1 1 1   1 4    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 299


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 3: Pembinaan Irigasi, Rawa, Tambak, Air Baku, dan Air Tanah
Penanggungjawab: Direktorat Irigasi dan Rawa
Meningkatnya Meningkatnya Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 3.1) Laporan penyiapan Jumlah laporan
keberlanjutan kinerja pendukung 33 Provinsi BWS, kebijakan dan strategi penyiapan kebijakan
dan pengelolaan dalam 33 Provinsi operasional, program dan strategi operasional,
ketersediaan air SDA perencanaan, anggaran , serta program anggaran ,
untuk memenuhi   pelaksanaan, penilaian kesiapan serta penilaian kesiapan
berbagai   monitoring, pelaksanaan kegiatan pelaksanaan kegiatan
kebutuhan   dan evaluasi irigasi, rawa, air baku, irigasi, rawa, air baku,
    pengelolaan SDA dan air tanah dan air tanah
     
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 3.2) Laporan pembinaan Jumlah laporan
     
33 Provinsi BWS, penyusunan rencana penyusunan rencana
   
33 Provinsi kegiatan, pengadaan kegiatan, pengadaan
   
lahan, perencanaan lahan, perencanaan
   
teknis, konstruksi, teknis, konstruksi,
 
pengelolaan aset, dan pengelolaan aset, dan
persiapan OP sarana persiapan OP sarana
dan prasarana irigasi, dan prasarana irigasi,
rawa, air baku, dan air rawa, air baku, dan air
tanah tanah
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 3.3) Laporan pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan penyelenggaraan pembinaan dan
33 Provinsi jaminan mutu, penyelenggaraan
audit teknis, serta jaminan mutu,
pemantauan dan audit teknis, serta
evaluasi pelaksanaan pemantauan dan
kegiatan irigasi, rawa, evaluasi pelaksanaan
air baku, dan air tanah kegiatan irigasi, rawa, air
baku, dan air tanah
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 3.4) Laporan pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan bantunan teknis pembinaan dan
33 Provinsi kegiatan irigasi, rawa, bantunan teknis
air baku, dan air tanah kegiatan irigasi, rawa, air
baku, dan air tanah
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 3.5) Dokumen penyiapan Jumlah dokumen
33 Provinsi BWS, data dan informasi penyiapan data dan
33 Provinsi konstruksi, program, informasi konstruksi,
dan progres kegiatan program, dan progres
irigasi, rawa, air baku, kegiatan irigasi, rawa, air
dan air tanah baku, dan air tanah
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 3.6) Dokumen NSPK Jumlah dokumen NSPK
33 Provinsi BWS, perencanaan perencanaan teknis,
33 Provinsi teknis, pelaksanaan pelaksanaan konstruksi,
konstruksi, persiapan persiapan pelaksanaan
pelaksanaan OP OP sarana dan
sarana dan prasarana prasarana irigasi, rawa,
irigasi, rawa, air baku, air baku, dan air tanah
dan air tanah
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 3.7) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
33 Provinsi BWS, Perkantoran
33 Provinsi

300 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
413.000 1.157.206
             

Laporan 4 7 4   4 19    

Laporan 31 15 8   20 74    

Laporan 14 14 8   11 47    

Laporan 13 15 120 10 15 173    

Dokumen 2 7 1 27 1 38    

Dokumen 5 9 2   2 18    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 301


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 4: Pembinaan Sungai, Danau, Waduk, Pengendalian Lahar dan Pengamanan Pantai
Penanggungjawab: Direktorat Sungai dan Pantai
Meningkatnya Meningkatnya Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 4.1) Laporan penyiapan Jumlah laporan
keberlanjutan kinerja pendukung dalam 33 Provinsi BWS, kebijakan dan strategi penyiapan kebijakan
dan ketersediaan pengelolaan SDA perencanaan, 33 Provinsi operasional, program dan strategi operasional,
air untuk   pelaksanaan, anggaran , serta program anggaran ,
memenuhi   monitoring, penilaian kesiapan serta penilaian kesiapan
berbagai   dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pelaksanaan kegiatan
kebutuhan   pengelolaan SDA sungai, danau, waduk, sungai, danau, waduk,
      dan pantai dan pantai
     
      31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 4.2) Laporan pembinaan Jumlah laporan
    33 Provinsi BWS, penyusunan program pembinaan penyusunan
    33 Provinsi kegiatan, pelaksanaan program kegiatan,
    pengadaan lahan, pelaksanaan pengadaan
    perencanaan teknis, lahan, perencanaan
pelaksanaan konstruksi, teknis, pelaksanaan
pengelolaan aset, konstruksi, pengelolaan
persiapan pelaksanaan aset, persiapan
OP sarana dan pelaksanaan OP sarana
prasarana sungai, dan prasarana sungai,
danau, waduk, pantai danau, waduk, dan
pantai
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 4.3) Laporan pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan penyelenggaraan pembinaan dan
33 Provinsi jaminan mutu, penyelenggaraan
audit teknis, serta jaminan mutu, audit
pemantauan dan teknis, serta pemantauan
evaluasi pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan sungai, danau, kegiatan sungai, danau,
waduk, dan pantai waduk, dan pantai
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 4.4) Laporan pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan bantunan teknis pembinaan dan
33 Provinsi kegiatan sungai, danau, bantunan teknis kegiatan
waduk, dan pantai sungai, danau, waduk,
dan pantai
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 4.5) Dokumen penyiapan Jumlah dokumen
33 Provinsi BWS, data dan informasi penyiapan data dan
33 Provinsi konstruksi, program, dan informasi konstruksi,
progres kegiatan sungai, program, dan progres
danau, waduk, dan kegiatan sungai, danau,
pantai waduk, dan pantai
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 4.6) Dokumen NSPK Jumlah dokumen NSPK
33 Provinsi BWS, perencanaan teknis, perencanaan teknis,
33 Provinsi pelaksanaan konstruksi, pelaksanaan konstruksi,
persiapan pelaksanaan persiapan pelaksanaan
OP sarana dan OP sarana dan prasarana
prasarana sungai, sungai, danau, waduk,
danau, waduk, pantai dan pantai
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 4.7) Laporan pembinaan Jumlah dokumen
33 Provinsi BWS, pelestarian sumber air pembinaan pelestarian
33 Provinsi dan pemberdayaan sumber air dan
pemangku kepentingan pemberdayaan
dalam pelestarian pemangku kepentingan
sumber air dalam pelestarian sumber
air
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 4.8) Layanan Perkantoran Layanan bulan
33 Provinsi BWS, perkantoran
33 Provinsi

302 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
170.801,70 928.741
             

Laporan 2 1 1   1 5    

Laporan 6 20 20   20 66    

Laporan 7 1 1   1 10    

Laporan 16 20 20   20 76    

Dokumen 6 1 25 24 1 57    

Dokumen 9 7 8   5 29    

Dokumen 1 1 3   1 6    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 303


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 5: Pembinaan Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air serta Penanggulangan Darurat Akibat Bencana
Penanggungjawab: Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan
Meningkatnya Meningkatnya Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 5.1) Dokumen NSPK Jumlah dokumen
keberlanjutan kinerja pendukung 33 Provinsi BWS, operasi dan NSPK operasi dan
dan pengelolaan dalam 33 Provinsi pemeliharaan SDA pemeliharaan SDA
ketersediaan air SDA perencanaan, dan penanggulangan dan penanggulangan
untuk memenuhi   pelaksanaan, bencana bencana
berbagai   monitoring,
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 5.2) Laporan pembinaan Jumlah laporan
kebutuhan   dan evaluasi
33 Provinsi BWS, persiapan dan pembinaan persiapan
    pengelolaan SDA
33 Provinsi pelaksanaan OP dan pelaksanaan OP
     
dan pemantauan dan pemantauan
     
kondisi sarana dan kondisi sarana dan
   
prasarana SDA serta prasarana SDA serta
   
penanggulangan penanggulangan
   
bencana bencana
 
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 5.3) Laporan pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan bantuan teknis pembinaan dan
33 Provinsi pelaksanaan OP SDA bantuan teknis
pelaksanaan OP SDA
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 5.4) Laporan pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan fasilitasi pembinaan dan
33 Provinsi pemberdayaan fasilitasi pemberdayaan
pemangku pemangku kepentingan
kepentingan dalam dalam pelaksanaan
pelaksanaan OP SDA OP SDA dan
dan penanggulangan penanggulangan
bencana bencana
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 5.5) Laporan pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan evaluasi pembinaan dan
33 Provinsi persiapan dan evaluasi persiapan dan
pelaksanaan pelaksanaan operasi
operasi dan dan pemeliharaan SDA
pemeliharaan SDA dan penangulangan
dan penangulangan kerusakan akibat
kerusakan akibat bencana
bencana
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 5.6) Laporan pembinaan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, pelaksanaan alokasi pembinaan
33 Provinsi air dan Teknik pelaksanaan alokasi air
Modifikasi Cuaca dan Teknik Modifikasi
Cuaca
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 5.7) Layanan Jumlah tahun layanan
33 Provinsi BWS, Penanggulangan Penanggulangan
33 Provinsi Bencana Bencana
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 5.8) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
33 Provinsi BWS, Perkantoran
33 Provinsi

304 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
41.714,83 1.068.644
             

Dokumen 1 4 3 10 1 19    

Laporan 4 1 2 3 1 11    

Laporan 3 3 3 31 3 43    

Laporan 3 2 3 3 1 12    

Laporan 3 2 1   1 7    

Laporan   3 1 1 3 8    

Tahun 1 1 1 1 1 5    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 305


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 6: Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen. SDA
Penanggungjawab: Sekertariat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Meningkatnya Meningkatnya Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 6.1) Dokumen Jumlah dokumen
keberlanjutan kinerja pendukung 33 Provinsi BWS, kepegawaian/ortala kepegawaian/ortala
dan pengelolaan dalam 33 Provinsi
ketersediaan air SDA perencanaan,
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 6.2) Dokumen administrasi Jumlah dokumen
untuk memenuhi   pelaksanaan,
33 Provinsi BWS, keuangan (Sistem administrasi keuangan
berbagai   monitoring,
33 Provinsi Akuntansi Keuangan) (Sistem Akuntansi
kebutuhan   dan evaluasi
Keuangan)
    pengelolaan SDA
      31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 6.3) Laporan Jumlah laporan
      33 Provinsi BWS, penyelenggaraan penyelenggaraan
      33 Provinsi kegiatan Koordinasi/ kegiatan Koordinasi/
    sosialisasi/ diseminasi sosialisasi/ diseminasi
   
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 6.4) Laporan Jumlah laporan
   
33 Provinsi BWS, penyelenggaraan penyelenggaraan
 
33 Provinsi kegiatan bantuan kegiatan bantuan
hukum dalam rangka hukum dalam rangka
penanganan perkara penanganan perkara
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 6.5) Dokumen draft materi Jumlah dokumen draft
33 Provinsi BWS, kebijakan/peraturan materi kebijakan/
33 Provinsi perundang-undangan peraturan perundang-
yang diproses dan undangan yang
dilegalisasi diproses dan dilegalisasi
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 6.6) Dokumen Sistem Jumlah dokumen Sistem
33 Provinsi BWS, Akuntansi Barang Milik Akuntansi Barang Milik
33 Provinsi Negara Negara
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 6.7) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
33 Provinsi BWS, Perkantoran
33 Provinsi
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 6.8) Layanan Publik (PNBP) Jumlah bulan layanan
33 Provinsi BWS, Publik (PNBP)
33 Provinsi
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 6.9) Pemenuhan Jumlah Unit prasarana
33 Provinsi BWS, kebutuhan prasarana dan sarana perkantoran
33 Provinsi & sarana perkantoran

306 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
68.814,96 908.487
             

Dokumen 12 1 1 8 8 30    

Dokumen 1 4 2 17 4 28    

Laporan 11 4 2 8 4 29    

Laporan 4 1 1 2 4 12    

Dokumen 1 1 12   3 17    

Dokumen 2 1 1 3 4 11    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

Unit 100 140 1 12 100 353    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 307


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 7: Fasilitasi Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi Dewan Sumber Daya Air Nasional (DSDAN)
Penanggungjawab: Sekertariat Dewan Sumber Daya Air
Meningkatnya Meningkatnya Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 7.1) Laporan Jumlah laporan
keberlanjutan kinerja pendukung 33 Provinsi BWS, penyelenggaraan penyelenggaraan
dan pengelolaan dalam 33 Provinsi sosialisasi kebijakan sosialisasi kebijakan
ketersediaan air SDA perencanaan, nasional SDA nasional SDA di 33
untuk memenuhi   pelaksanaan, provinsi
berbagai   monitoring,
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 7.2) Laporan Jumlah laporan
kebutuhan   dan evaluasi
33 Provinsi BWS, penyelenggaraan penyelenggaraan
    pengelolaan SDA
33 Provinsi sosialisasi produk sosialisasi produk Dewan
     
Dewan SDA Nasional SDA Nasional
     
   
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 7.3) Laporan Jumlah laporan
   
33 Provinsi BWS, pendampingan kegiatan
   
33 Provinsi penyelenggaraan pendampingan
 
koordinasi PSDA di penyelenggaraan
daerah koordinasi PSDA di
daerah
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 7.4) Laporan penyebaran Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, informasi mengenai penyebaran informasi
33 Provinsi kegiatan koordinasi kegiatan koordinasi
pengelolaan SDA pengelolaan SDA oleh
DSDAN melalui media
cetak dan elektronik
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 7.5) Laporan monitoring Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, dan evaluasi tidak pelaksanaan monitoring
33 Provinsi lanjut pelaksanaan dan evaluasi tindak
kebijakan lanjut pelaksanaan
pengelolaan SDA kebijakan pengelolaan
nasional SDA nasional
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 7.6) Dokumen pola Jumlah dokumen pola
33 Provinsi BWS, pengelolaan SDA WS WS lintas negara yang
33 Provinsi lintas negara disusun
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 7.7) Laporan fasilitasi Jumlah laporan fasilitasi
33 Provinsi BWS, perumusan kegiatan perumusan
33 Provinsi rekomendasi / saran rekomendasi / saran
DSDAN DSDAN

31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 7.8) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan


33 Provinsi BWS, Perkantoran
33 Provinsi

308 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
7.500 44.698
             

Laporan 1 3 2   1 7    

Laporan 2 1 2   2 7    

Laporan 1 1 2 2 1 7    

Laporan 5 5 5 5 5 25    

Laporan 1 1 7 2 3 14    

Dokumen 0 2 2 2 1 7    

Laporan 5 4 4 4 3 20    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 309


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 8: Pembinaan Keamanan Bendungan


Penanggungjawab: Balai Bendungan
Meningkatnya Meningkatnya Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 8.1) Laporan Jumlah laporan
keberlanjutan kinerja pendukung 33 Provinsi BWS, penyelenggaraan penyelenggaraan
dan pengelolaan dalam 33 Provinsi kegiatan pelatihan kegiatan pelatihan
ketersediaan air SDA perencanaan, Keamanan Keamanan Bendungan
untuk memenuhi   pelaksanaan, Bendungan
berbagai   monitoring,
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 8.2) Laporan Jumlah laporan
kebutuhan   dan evaluasi
33 Provinsi BWS, penyelenggaraan penyelenggaraan
    pengelolaan SDA
33 Provinsi kegiatan diseminasi kegiatan diseminasi
     
dan sosialisasi dan sosialisasi Pedoman
   
Pedoman Keamanan Keamanan Bendungan
   
Bendungan
   
  31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 8.3) Laporan Jumlah laporan
33 Provinsi BWS, penyelenggaraan penyelenggaraan
33 Provinsi kegiatan seminar/ kegiatan seminar/
lokakarya bidang lokakarya bidang
bendungan bendungan
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 8.4) Dokumen Jumlah dokumen
33 Provinsi BWS, pelaksanaan pelaksanaan kegiatan
33 Provinsi kegiatan inspeksi inspeksi bendungan
bendungan
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 8.5) Dokumen Jumlah dokumen
33 Provinsi BWS, pelaksanaan pelaksanaan kajian
33 Provinsi kajian keamanan keamanan bendungan
bendungan
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 8.6) Dokumen NSPK Jumlah dokumen NSPK
33 Provinsi BWS, tentang Keamanan tentang Keamanan
33 Provinsi Bendungan Bendungan
31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 8.7) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
33 Provinsi BWS, Perkantoran
33 Provinsi
Kegiatan 9: Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku
Penanggungjawab: BBWS/BWS
Meningkatnya Meningkatnya Debit air layanan 6,31 56,00 9.1) sarana/prasarana Jumlah debit sarana/
keberlanjutan kinerja sarana/prasarana penyediaan air baku prasarana penyediaan
dan pengelolaan air baku untuk yang dibangun / air baku yang dibangun
ketersediaan air SDA air minum yang ditingkatkan /ditingkatkan
untuk memenuhi   dibangun
berbagai  
Debit air layanan 3,76 24,00 9.2) sarana/prasarana Jumlah debit sarana/
kebutuhan  
sarana/prasarana penyediaan air baku prasarana penyediaan
 
air baku untuk yang direhabilitasi air baku yang
 
air minum yang direhabilitasi
direhabilitasi
Debit air layanan 9,88 44,75 9.3) sarana/prasarana Jumlah debit sarana/
sarana/prasarana penyediaan air baku prasarana penyediaan
air baku untuk yang dioperasikan air baku yang
air minum yang dan dipelihara dioperasikan dan
dioperasikan dan dipelihara
dipelihara
Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 9.4) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
pendukung 33 Provinsi BWS, Perkantoran
dalam 33 Provinsi
perencanaan,
pelaksanaan,
monitoring,
dan evaluasi
pengelolaan SDA

310 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
21.483,37 145.939
             

Laporan 10 5 8 7 4 34    

Laporan 1 1 2   2 6    

Laporan 4 2 3 3 4 16    

Dokumen 1 1 1 2 1 6    

Dokumen 1 1 1 1 1 5    

Dokumen 7 11 6 6 8 38    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

             
1.105.531,82 8.401.107,21
             

m3/detik 6,31 8,60 14,94 9,73 16,43 56    

m3/detik 3,76 4,74 4,52 7,76 3,22 24    

m3/detik 9,88 13,17 15,16 23,61 44,75    


44,75

Bulan 12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 311


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 10: Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan Penampung Air Lainnya
Penanggungjawab: BBWS/BWS
Meningkatnya Meningkatnya Kapasitas 0 1,1 10.1) Waduk yang Jumlah buah waduk
keberlanjutan kinerja tampung dibangun yang dibangun
dan pengelolaan sumber air yang
ketersediaan air SDA dibangun/
untuk memenuhi   ditingkatkan
berbagai    
kebutuhan  
   
   
   
0,01 0,02 10.2) Embung / Situ Jumlah buah embung
 
/ bangunan / Situ / bangunan
 
penampung air penampung air lainnya
 
lainnya yang yang dibangun
dibangun
Kapasitas 1,0 3,6 10.3) Waduk yang Jumlah buah waduk
tampung direhabilitasi yang direhabilitasi
sumber air yang
direhabilitasi
Kapasitas 0,004 0,006 10.4) Embung / Situ Jumlah buah embung
tampung / Bangunan / Situ / Bangunan
sumber air yang Penampung Air Penampung Air lainnya
direhabilitasi lainnya yang yang direhabilitasi
direhabilitasi
Kapasitas 1,3 7,0 10.5) Waduk/Embung/ Jumlah buah waduk/
tampung Situ/bangunan Embung/Situ/bangunan
sumber air yang penampung air penampung air lainnya
dioperasikan dan lainnya yang yang dioperasikan dan
dipelihara dioperasikan dan dipelihara
dipelihara
jumlah kawasan 7 36 10.6) Kawasan sumber Jumlah kawasan sumber
sumber air yang air yang dilindungi/ air yang dilindungi/
dilindungi/ dikonservasi dikonservasi
dikonservasi
Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 10.7) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
pendukung 33 Provinsi BWS, Perkantoran
dalam 33 Provinsi
perencanaan,
pelaksanaan,
monitoring,
dan evaluasi
pengelolaan SDA

312 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
2.078.555 14.808.953
             
20 waduk
dilaksanakan,
8 waduk 21 5 diantaranya
7 waduk 9 waduk 21 waduk
dilaksanakan, dilaksanakan, selesai
dalam dilaksanakan, dilaksanakan,
Buah 1 diantaranya 1 diantaranya (Jatigede,    
pelaksanaan 1 diantaranya 8 diantaranya
selesai selesai Bajulmati,
pembangunan selesai (Rajui) selesai
(Gonggang) (Jatibarang) Titab,
Marangkayu,
Pandanduri)

Buah 32 105 175 252 166 730    

Buah 12 18 13 29 19 91    

Buah 21 41 74 107 57 300    

14 waduk.
Buah 51 embung/ 298 411 706 1.200    
1.200
situ

Kawasan 7 9 10 36 36 36    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 313


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 11: Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya
Penanggungjawab: BBWS/BWS
Meningkatnya Meningkatnya Luas cakupan 115.000 425.000 11.1) Jaringan irigasi yang Jumlah luas jaringan
layanan jaringan kinerja pengelolaan layanan jaringan dibangun /ditingkatkan irigasi yang dibangun /
irigasi dan rawa SDA irigasi yang ditingkatkan
    dibangun/
    ditingkatkan
   
    Luas cakupan 293.044 1.700.000 11.2) Jaringan irigasi yang di Jumlah luas jaringan irigasi
    layanan jaringan rehabilitasi yang di rehabilitasi
    irigasi yang
    direhabilitasi
    Luas cakupan 2.315.000 2.315.000 11.3) Jaringan irigasi yang Jumlah luas jaringan irigasi
    layanan jaringan dioperasikan dan yang dioperasikan dan
    irigasi yang dipelihara dipelihara
  dioperasikan dan
  dipelihara
Luas cakupan 8.100 225.000 11.4) Jaringan reklamasi Jumlah luas jaringan
layanan jaringan rawa yang dibangun/ reklamasi rawa yang
reklamasi rawa ditingkatkan dibangun/ditingkatkan
yang dibangun/
ditingkatkan
Luas cakupan 85.000 625.000 11.5) Jaringan reklamasi rawa Jumlah luas jaringan
layanan jaringan yang direhabilitasi reklamasi rawa yang
reklamasi rawa yang direhabilitasi
direhabilitasi
Luas cakupan 1.107.996 1.100.000 11.6) Jaringan reklamasi rawa Jumlah luas jaringan
layanan jaringan yang di operasikan dan reklamasi rawa yang di
reklamasi rawa yang dipelihara operasikan dan dipelihara
dioperasikan dan
dipelihara
Luas cakupan 234 12.000 11.7) Jaringan irigasi air Jumlah luas jaringan irigasi
layanan jaringan tanah yang dibangun/ air tanah yang dibangun/
irigasi air tanah ditingkatkan ditingkatkan
yang dibangun/
ditingkatkan
Luas cakupan 555 38.000 11.8) Jaringan irigasi air tanah Jumlah luas jaringan irigasi
layanan jaringan yang direhabilitasi air tanah yang direhabilitasi
irigasi air tanah yang
direhabilitasi
Luas cakupan 6.785 43.840 11.9) Jaringan irigasi air tanah Jumlah luas jaringan irigasi
layanan jaringan yang di operasikan dan air tanah yang di operasikan
irigasi air tanah yang dipelihara dan dipelihara
dioperasikan dan
dipelihara
Luas cakupan 1.021 11.10) Jaringan tata air Jumlah luas jaringan tata
layanan jaringan 38.000 tambak yang dibangun/ air tambak yang dibangun/
tata air tambak ditingkatkan ditingkatkan
yang dibangun/
ditingkatkan
Luas cakupan 2.800 11.11) Jaringan tata air tambak Jumlah luas jaringan tata air
layanan jaringan 60.000 yang direhabilitasi tambak yang direhabilitasi
tata air tambak yang
direhabilitasi
Meningkatnya Luas cakupan 550 11.12) Jaringan tata air tambak Jumlah luas jaringan tata air
kinerja pengelolaan layanan jaringan 72.000 yang dioperasikan dan tambak yang dioperasikan
SDA tata air tambak yang dipelihara dan dipelihara
  dioperasikan dan
dipelihara
Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 11.13) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
pendukung dalam 33 Provinsi BWS, Perkantoran
perencanaan, 33 Provinsi
pelaksanaan,
monitoring,
dan evaluasi
pengelolaan SDA

314 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
3.318.120,34 26.324.720,23
             

Ha 115.000,00 66.249,00 94.792,00 77.740,79 71.218,21 425.000    

Ha 293.044,00 284.137,26 589.443,00 238.135,61 295.240,13 1.700.000    

Ha 2.315.000,00 2.143.589,00 2.164.000,00 2.278.510,12 2.315.000,00 2.315.000    

Ha 8.080,00 70.509,53 49.043,0 32.632,00 64.735,47 225.000    

Ha 79.373,00 120.810,00 194.951,00 119.073,00 110.793,00 625.000    

Ha 1.107.996,00 1.040.005,00 1.033.000,0 1.027.393,00 1.100.000,00 1.100.000    

Ha 2.246,00 3.027,00 3.467,00 1.727,00 1.533,00 12.000    

Ha 8.882,00 10.790,00 7.634,00 7.806,00 2.888,00 38.000    

Ha 9.180,00 2.733,00 7.820,00 12.787,00 43.840,00 43.840    

Ha 1.021,00 10.706,00 6.623,00 6.279,00 13.371,00 38.000    

Ha 2.800,00 7.297,00 27.945,00 10.118,00 11.840,00 60.000    

Ha 550,00 64.993,00 19.097,11 64.792,00 72.000,00 72.000,00    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 315


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 12: Pengendalian Banjir, Lahar Gunung Berapi dan Pengamanan Pantai
Penanggungjawab: BBWS/BWS
Berkurangnya Meningkatnya Luas kawasan 8.025 5.500,00 12.1) Sarana/prasarana Jumlah panjang
luas kawasan kinerja yang terlindungi pengendalian banjir sarana/prasarana
yang terkena pengelolaan dari bahaya yang dibangun pengendalian banjir
dampak banjir SDA banjir melalui yang dibangun
    pembangunan
    sarana/prasarana
    pengendalian
    banjir
   
Luas kawasan 4.280 4.400,00 12.2) Sarana/prasarana Jumlah panjang
yang terlindungi pengendalian banjir sarana/prasarana
dari bahaya yang direhabilitasi pengendalian banjir
banjir melalui yang direhabilitasi
rehabilitasi
sarana/prasarana
pengendalian
banjir
Luas kawasan 15.275 50.000,00 12.3) Sarana/prasarana Jumlah panjang
yang terlindungi pengendalian banjir sarana/prasarana
dari bahaya yang di operasikan pengendalian banjir
banjir melalui dan dipelihara yang di operasikan dan
operasi dan dipelihara
pemeliharaan
sarana/prasarana
pengendalian
banjir
Volume lahar/ 2,08 17,60 12.4) Sarana/prasarana Jumlah sarana/
sedimen yang pengendalian lahar/ prasarana
dikendalikan sedimen yang pengendalian lahar/
melalui dibangun sedimen yang dibangun
pembangunan
sarana/prasarana
pengendalian
lahar/sedimen
Volume lahar/ 0,35 9,88 12.5) Sarana/prasarana Jumlah sarana/
sedimen yang pengendali lahar/ prasarana pengendali
dikendalikan sedimen yang lahar/sedimen yang
melalui rehabilitasi direhabilitasi direhabilitasi
sarana/prasarana
pengendalian
lahar/sedimen
Volume lahar/ 0,88 12,00 12.6) Sarana/prasarana Jumlah buah sarana/
sedimen yang pengendali lahar/ prasarana pengendali
dikendalikan sedimen yang lahar/sedimen yang
melalui dioperasikan dan dioperasikan dan
operasi dan dipelihara dipelihara
pemeliharaan
sarana/prasarana
pengendalian
lahar/sedimen

316 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
2.095.978,35 27.009.206,27
             

Km 321,00 463,06 284,13 160,85 220,96 1.450    

Km 171,19 143,62 321,84 286,44 176,91 1.100    

Km 611,00 648,00 1.228,00 1.168,71 2.000,00 2.000    

Buah 13 43 46 24 24 150    

Buah 5 18 49 47 21 140    

Buah 11 5 47 76 150 150    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 317


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 13: Pengendalian Banjir, Lahar Gunung Berapi dan Pengamanan Pantai
Penanggungjawab: BBWS/BWS
  Meningkatnya Panjang garis 25,11 270 13.1) Sarana/prasarana Jumlah panjang sarana/
  kinerja pantai yang pengaman pantai prasarana pengaman
  pengelolaan dilindungi yang dibangun pantai yang dibangun
  SDA dari bahaya
  abrasi melalui
  pembangunan
  sarana/prasarana
pengamanan
pantai
Panjang garis 3 20 13.2) Sarana/prasarana Jumlah panjang
pantai yang pengaman pantai sarana/prasarana
dilindungi dari yang direhabilitasi pengaman pantai yang
bahaya abrasi direhabilitasi
melalui rehabilitasi
sarana/prasarana
pengamanan
pantai
Panjang garis 10 100 13.3) Sarana/prasarana Jumlah panjang sarana/
pantai yang pengaman pantai prasarana pengaman
dilindungi yang dipelihara pantai yang dipelihara
dari bahaya
abrasi melalui
pemeliharaan
sarana/prasarana
pengamanan
pantai
Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 13.4) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
pendukung 33 Provinsi BWS, Perkantoran
dalam 33 Provinsi
perencanaan,
pelaksanaan,
monitoring,
dan evaluasi
pengelolaan SDA

318 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
2.095.978,35 27.009.206,27
             

Km 25,11 51,08 66,76 68,28 58,77 270    

Km 3,00 2,45 4,46 4,87 5,22 20    

Km 10,00 25,35 26,00 62,10 100,00 100    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 319


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 14: Peningkatan Kualitas Pengelolaan SDA Terpadu


Penanggungjawab: BBWS/BWS
Meningkatnya Meningkatnya Prosentase - 100 14.1) Keterpaduan  
keberlanjutan kinerja pencapaian perencanaan
dan pengelolaan penyelenggaraan dan pelaksanaan
ketersediaan air SDA pengelolaan SDA pengelolaan SDA
untuk memenuhi   terpadu oleh pada Wilayah Sungai
berbagai   balai-balai SDA
kebutuhan  
Prosentase - 100 14.2) Peningkatan layanan  
 
pencapaian data & informasi SDA
 
penyelenggaraan di tingkat BBWS/BWS
pengelolaan SDA
terpadu oleh
balai-balai SDA
Prosentase - 100 14.3) Peningkatan  
pencapaian kapasitas
penyelenggaraan kelembagaan
pengelolaan SDA & masyarakat
terpadu oleh pengelola SDA
balai-balai SDA
Cakupan layanan 31 BBWS/BWS, 33 BBWS/ 14.4) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
pendukung 33 Provinsi BWS, Perkantoran
dalam 33 Provinsi
perencanaan,
pelaksanaan,
monitoring,
dan evaluasi
pengelolaan SDA

320 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
0,00 2.690.919,40
             

Kegiatan - - 50 270 270 590    

Kegiatan - - 341 464 464 1269    

Kegiatan - - 124 282 282 688    

      12 12 12 36    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 321


Lampiran 4.3.
Matriks Kegiatan Direktorat Jenderal Bina Marga
Program Penyelenggaraan Jalan
TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 1: Dukungan manajemen, koordinasi, pengaturan, pembinaan, dan pengawasan  


Penanggungjawab: Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga
Meningkatnya Meningkatnya Tingkat fasilitasi 100 100 1.1) Lokasi Pembinaan Jumlah Lokasi Pembinaan
kualitas layanan fasilitasi penyelenggaraan Penanggulangan Penanggulangan
Jalan Nasional penyelenggaraan jalan daerah Penanganan Tanggap Penanganan Tanggap
dan pengelolaan jalan daerah untuk menuju 60% Darurat / Pekerjaan Darurat / Pekerjaan
Jalan Daerah menuju 60 % kondisi kondisi mantap Mendesak Mendesak
  mantap
  Meningkatnya Tingkat dukungan 100 100 1.2) Dokumen Administrasi Jumlah dokumen administrasi
  dukungan penyelenggaraan     dan Pengelolaan dan pengelolaan
  penyelenggaraan jalan nasional     Kepegawaian / Ortala kepegawaian / ortala
  jalan nasional      
      1.3) Dokumen laporan Jumlah dokumen laporan
    Administrasi Keuangan adminstrasi Keuangan dan
         
      dan Akuntansi Akuntansi
   
        1.4) Dokumen Sistem Jumlah dokumen Sistem
    Akuntansi Barang Milik Akuntansi Barang Milik
  Negara Negara
1.5) Dokumen Laporan Jumlah Dokumen Laporan
Penyelenggaraan Penyelenggaraan Kegiatan
Kegiatan Bantuan Bantuan Hukum
Hukum
1.6) Bulan layanan publik Jumlah bulan layanan publik
(PNBP) (PNBP)
1.7) Prasarana dan sarana Jumlah prasarana dan
pemenuhan kebutuhan sarana pemenuhan
perkantoran kebutuhan perkantoran
1.8) Bulan layanan Jumlah bulan layanan
perkantoran perkantoran
1.9) Dokumen Draft Materi Jumlah Dokumen Draft
Kebijakan / Peraturan Materi Kebijakan / Peraturan
Perundang-undangan Perundang-undangan yang
yang diproses dan Diproses dan Dilegalisasi
dilegalisasi

322 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014
             
729.686 3.168.131
             

lokasi 11 12 23 23 23 92    

dok 3 3 3 3 3 15    

dok 3 3 3 3 3 15    

dok 3 3 3 2 2 13    

dok 2 2 2 2 2 10    

bulan
12 12 12 12 12 60    
layanan

unit 8 8 8 8 8 40    

bulan 12 12 12 12 12 60    

dok 4 1 2 4 4 15    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 323


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 2: Pengaturan, pembinaan, perencanaan, pemrograman dan pembiayaan penyelenggaraan jalan


Penanggungjawab: Direktorat Bina Program
Meningkatnya Meningkatnya Tingkat fasilitasi 100 100 2.1) Dokumen Pengaturan Jumlah Dokumen Pengaturan
kualitas layanan fasilitasi penyelenggaraan dan Penyiapan dan Penyiapan Pembiayaan
Jalan Nasional penyelenggaraan jalan daerah Pembiayaan Jalan Jalan Daerah dan Dana
dan pengelolaan jalan daerah untuk menuju 60% Daerah dan Dana Masyarakat
Jalan Daerah menuju 60 % kondisi kondisi mantap Masyarakat
  mantap
 
  Meningkatnya Tingkat dukungan 100 100 2.2) Dokumen Program dan Jumlah Dokumen Program
  dukungan penyelenggaraan     Anggaran Tahunan dan Anggaran Tahunan
  penyelenggaraan jalan nasional    
2.3) Dokumen Penyiapan Jumlah Dokumen Penyiapan
  jalan nasional      
PHLN dan Administrasi PHLN dan Administrasi
         
Kerjasama Luar Negeri Kerjasama Luar Negeri
         
          2.4) Dokumen Evaluasi Jumlah Dokumen Evaluasi
          Kinerja Penyelenggara Kinerja Penyelenggara Jalan
          Jalan
       
        2.5) Dokumen Kebijakan Jumlah Dokumen
    dan Strategi Kebijakan dan Stategi
    Penyelenggaraan Penyelenggaraan Jalan
  Jalan

2.6) Dokumen Penyiapan Jumlah Dokumen Penyiapan


keputusan menteri Keputusan Menteri tentang
tentang fungsi dan Fungsi dan Status Jalan
status jalan

2.7) Dokumen Pengendalian Jumlah Dokumen


Pelaksanaan PHLN Pengendalian Pelaksanaan
PHLN
2.8) Dokumen Informasi, Jumlah Dokumen Informasi,
Dokumentasi, dokumentasi, komunikasi dan
Komunikasi publikasi penyelenggaraan
dan Publikasi jalan
Penyelenggaraan
Jalan

2.9) Dokumen Jumlah Dokumen


Pengembangan Sistem Pengembangan Sistem
Manajemen Jalan dan Manajemen Jalan dan
Jembatan Jembatan

2.10) Dokumen Laporan Jumlah Dokumen laporan


Monitoring dan monitoring dan evaluasi
Evaluasi Perencanaan, perencanaan, pemrograman
Pemrograman dan pembiayaan
dan Pembiayaan penyelenggaraan jalan
Penyelenggaraan
Jalan

2.11) Prasarana dan sarana Jumlah prasarana dan


pemenuhan kebutuhan sarana pemenuhan
perkantoran kebutuhan perkantoran
2.12) Bulan Layanan Jumlah bulan layanan
Perkantoran perkantoran

324 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
125.440 599.174
             

dok 2 2 2 2 2 10    

dok 1 2 1 1 1 6    

dok 2 1 2 1 1 7    

dok 4 1 4 4 4 17    

dok 5 1 5 5 3 19    

dok 2 2 2 1 3 10    

dok 2 7 2 1 1 13    

dok 6 7 7 7 7 34    

dok 5 3 3 3 3 17    

dok 3 3 5 5 5 21    

unit 11 5 12 12 12 52    

bulan 12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 325


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 3: Pengaturan dan Pembinaan Teknik Preservasi, Peningkatan Kapasitas Jalan


Penanggungjawab: Direktorat Bina Teknik
Meningkatnya Meningkatnya Tingkat fasilitasi 100 100 3.1) Dokumen Penyusunan Jumlah dokumen Penyusunan
kualitas layanan fasilitasi penyelenggaraan dan pengesahan NSPK dan pengesahan NSPK Jalan
Jalan Nasional penyelenggaraan jalan daerah Jalan dan Jembatan dan Jembatan termasuk
dan pengelolaan jalan daerah untuk menuju 60% termasuk Jalan Daerah Jalan Daerah
Jalan Daerah menuju 60 % kondisi kondisi mantap
  mantap
 
  Meningkatnya Tingkat dukungan 100 100 3.2) Dokumen lingkungan Jumlah Dokumen Lingkungan
  dukungan penyelenggaraan     Jalan dan Jembatan Jalan dan Jembatan yang
  penyelenggaraan jalan nasional     yang bersifat khusus bersifat khusus
  jalan nasional      
3.3) Dokumen Perencanaan Jumlah Dokumen
         
dan Pengawasan Perencanaan dan
         
Teknis Jalan dan Pengawasan Teknis Jalan
         
Jembatan Khusus Serta dan Jembatan Khusus Serta
         
Perencanaan Teknis Perencanaan Teknis Jalan
       
Jalan Bebas Hambatan Bebas Hambatan
       
    3.4) Dokumen rekomendasi Jumlah Dokumen
    teknis penanganan rekomendasi teknis
  lokasi rawan penanganan lokasi rawan
kecelakaan dan rawan kecelakaan dan rawan
bencana jalan dan bencana jalan dan jembatan
jembatan

3.5) Laporan Pembinaan Jumlah laporan pembinaan


teknik jalan dan teknik jalan dan jembatan
jembatan
3.6) Laporan Pembinaan Jumlah laporan pembinaan
Jalan Bebas Hambatan jalan bebas hambatan
3.7) Luas Pengadaan tanah Jumlah Hektar Luas
jalan bebas hambatan pengadaan tanah untuk
jalan bebas hambatan
3.8) Dokumen Kebijakan Jumlah dokumen kebijakan
investasi jalan bebas investasi jalan bebas
hambatan hambatan
3.9) Dokumen Monitoring Jumlah dokumen Monitoring
dan evaluasi dan evaluasi pembinaan
pembinaan teknik jalan teknik jalan dan jembatan
dan jembatan

3.10) Prasarana dan sarana Jumlah prasarana dan


pemenuhan kebutuhan sarana pemenuhan
perkantoran kebutuhan perkantoran
3.11) Bulan Layanan Jumlah bulan layanan
Perkantoran perkantoran

326 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
292.965 8.345.645
             

dok 8 26 8 8 8 58    

dok 15 6 10 2 2 35    

dok 5 13 5 5 5 33    

dok 50 10 20 20 10 110    

laporan 4 23 4 4 4 39    

laporan 1 2 1 1 1 6    

hektar 69 2.722 178 120 50 3.139    

dok 1 0 1 1 1 4    

dok 6 8 6 6 6 32    

unit 12 273 12 12 12 321    

bulan 12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 327


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 4: Pembinaan Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional dan Fasilitasi Jalan Daerah
Penanggungjawab: Direktorat Bina Pelaksana jalan dan Jembatan Wilayah I, II dan III
Meningkatnya Meningkatnya Tingkat dukungan 100 100 4.1) Laporan Perencanaan Jumlah laporan Perencanaan
kualitas layanan dukungan penyelenggaraan pembinaan, penyiapan pembinaan, penyiapan
Jalan Nasional penyelenggaraan jalan nasional produk pembinaan, produk pembinaan dan
dan pengelolaan jalan nasional   dan pembinaan pembinaan pelaksanaan
Jalan Daerah     pelaksanaan jalan dan jalan dan jembatan
      jembatan
     
4.2) Dokumen Pembinaan Jumlah dokumen Pembinaan
     
dan penilaian bahan dan penilaian bahan usulan
   
usulan program 5 program 5 tahunan dan
 
tahunan dan tahunan tahunan
 
  4.3) Dokumen Penyelesaian jumlah dokumen
permasalahan penyelesaian permasalahan
administrasi, teknis administrasi, teknis
pelaksanaan dan pelaksanaan dan aspek
aspek hukum hukum
4.4) Laporan Pembinaan Jumlah laporan Pembinaan
teknis, Pengendalian teknis, Pengendalian
kepatuhan kepatuhan pelaksanaan dan
pelaksanaan dan rekomendasi laik fungsi jalan
rekomendasi laik fungsi nasional
jalan nasional

4.5) Prasarana dan sarana Jumlah prasarana dan


pemenuhan kebutuhan sarana pemenuhan
perkantoran kebutuhan perkantoran
4.6) Bulan Layanan Jumlah bulan layanan
Perkantoran perkantoran
Meningkatnya Tingkat fasilitasi 100 100 4.7) Laporan Pembinaan Jumlah Pembinaan teknis,
fasilitasi penyelenggaraan     teknis, fasilitasi fasilitasi perencanaan
penyelenggaraan jalan daerah perencanaan ,program pembiayaan,
jalan daerah untuk menuju 60% ,program pembiayaan, pelaksanaan dan evaluasi
menuju 60 % kondisi kondisi mantap pelaksanaan dan kinerja jalan daerah
mantap   evaluasi kinerja jalan
  daerah
4.8) Dokumen Monitoring Jumlah dokumen monitoring
dan evaluasi kinerja dan evaluasi kinerja
pembinaan dan pembinaan dan pelaksanaan
pelaksanaan jalan dan jalan dan jembatan termasuk
jembatan termasuk jalan daerah
jalan daerah

328 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
143.149 784.639
             

laporan 33 10 33 33 33 142    

dok 18 10 18 18 18 82    

dok 45 4 45 45 45 184    

laporan 0 25 45 45 45 160    

unit 18 3 36 36 36 129    

bulan 36 36 36 36 36 180    

laporan 75 75 75 75 75 375    

dok 15 8 15 15 15 68    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 329


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 5: Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional


Penanggungjawab: BPJN
Meningkatnya Meningkatnya dukungan Tingkat dukungan 100 100 5.1) Dokumen Monitoring dan Jumlah monitoring dan evaluasi
kualitas layanan penyelenggaraan jalan penyelenggaraan     evaluasi pelaksanaan jalan pelaksanaan jalan dan jembatan
Jalan Nasional dan nasional jalan nasional     dan jembatan
pengelolaan Jalan        
Daerah         5.2) Bahan jalan dan jembatan Jumlah bahan jalan dan jembatan
         
          5.3) Bahan dan peralatan jalan Jumlah bahan dan peralatan jalan
          dan jembatan dan jembatan
         
          5.4) Bulan Layanan Publik (PNBP) Jumlah bulan layanan publik (PNBP)
         
   
5.5) Prasarana dan sarana Jumlah prasarana dan sarana
    pemenuhan kebutuhan
pemenuhan kebutuhan
  perkantoran
perkantoran
 
 
5.6) Bulan Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan perkantoran
 
  5.7) Dokumen bahan usulan Jumlah dokumen bahan usulan
program tahunan dan 5 program tahunan dan 5 tahunan
tahunan

5.8) Dokumen hasil pengumpulan Jumlah dokumen hasil data jalan


data jalan dan jembatan dan jembatan

5.9) Dokumen Perencanaan dan Jumlah dokumen Perencanaan


pengawasan teknis jalan dan pengawasan teknis jalan dan
dan jembatan jembatan

5.10) Dokumen lingkungan jalan Jumlah dokumen lingkungan jalan


dan jembatan dan jembatan

5.11) Dokumen Pengujian / Jumlah dokumen pengujian /


Manajemen Mutu manajemen mutu

Meningkatnya kondisi Tingkat Kemantapan 87 94 5.12) Panjang Pemeliharaan Panjang jalan yang mendapat
mantap jaringan jalan Jalan     berkala / rehabilitasi jalan pemeliharaan berkala / rehabilitasi
nasional      
  5.13) Panjang Pemeliharaan Panjang jembatan yang mendapat
berkala / rehabilitasi pemeliharaan berkala / rehabiitasi
jembatan

5.14) Panjang Penggantian Panjang jembatan yang mendapat


jembatan penggantian

Meningkatnya Tingkat penggunaan 83 91,55 5.15) Panjang Pemeliharaan rutin Panjang jalan yang mendapat
penggunaan Jalan Jalan Nasional     jalan pemeliharaan rutin
Nasional
5.16) Panjang Pemeliharaan rutin Panjang jembatan yang mendapat
jembatan pemeliharaan rutin

Meningkatkan Meningkatnya panjang Panjang peningkatan 2.530 19.370,81 5.17) Panjang Rekonstruksi / Panjang jalan yang mendapat
kapasitas Jalan peningkatan struktur/ struktur/pelebaran     Peningkatan Struktur Jalan rekonstruksi / peningkatan struktur
Nasional sepanjang pelebaran jalan jalan
19.370 km 5.18) Panjang Pelebaran jalan Panjang jalan yang mendapat
  pelebaran
 
  Meningkatnya panjang Panjang jalan baru 294 1.845 5.19) Panjang Pembangunan Panjang jalan yang dibangun baru
  jalan baru yang dibangun yang dibangun     jalan baru
         
          5.20) Panjang Pembangunan Panjang jembatan yang dibangun
        jembatan baru baru
       
5.21) Panjang Pembangunan Panjang Fly Over / Underpass /
Fly Over / Underpass / Terowongan yang dibangun
terowongan

5.22) Panjang Pembangunan Panjang jalan bebas hambatan


jalan bebas hambatan yang dibangun

5.23) Panjang Pembangunan / Panjang jalan yang dibangun/


pelebaran jalan di kawasan dilebarkan di kawasan strategis,
strategis, perbatasan, perbatasan, wilayah terluar dan
wilayah terluar dan terdepan terdepan

5.24) Panjang Pembangunan Panjang jembatan yang dibangun


/ duplikasi jembatan /diduplikasi di kawasan strategis,
di kawasan strategis, perbatasan, wilayah terluar dan
perbatasan, wilayah terluar terdepan
dan terdepan

330 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
702.937,1 154.944.123
             

dok 10 10 11 11 11 53    

ton 698 834 749 721 489 3.491    

unit 54 383 400 330 374 1.541    

bulan
120 132 132 132 132 648    
layanan

unit 100 2.364 100 86 86 2.736    

bulan 120 132 132 132 132 648    

dok 20 25 22 22 22 111    

dok 20 20 22 22 22 106    

dok 20 20 22 22 22 106    

dok 10 17 11 11 11 60    

  10 35 11 11 11 78    

km 963 1.503 1.827 1.161 1.988 7.442    

m 8.599 19.717 17.979 14.779 25.099 86.172    

M 2.113 3.688 4.185 4.585 7.199 21.770    

km 29.408 33.855 34.930 32.256 29.864 160.312    

m 90.112 200.329 267.872 306.821 323.929 1.189.064    

Km 483 1.241 2.401 2.033 2.068 8.226    

Km 2.325 2.051 2.275 2.103 2.391 11.145    

km 33 74 357 364 129 957    

M 3.904 9.082 9.735 10.490 6.499 39.711    

M 3.767 3.465 7.940 4.888 4.516 24.575    

km 4 6 16 17 16 59    

km 274 302 928 502 156 2.163    

m 1.180 505 1.602 559 - 3.846    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 331


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 6: Pengaturan, Pengusahaan, Pengawasan Jalan Tol


Penanggungjawab: BPJT
Meningkatkan Meningkatnya Panjang jalan 48,7 656 6.1) Laporan Kajian dan Jumlah laporan Kajian
kapasitas panjang jalan baru baru yang     evaluasi penyiapan dan evaluasi penyiapan
Jalan Nasional yang dibangun dibangun     pengusahaan jalan pengusahaan jalan tol dan
sepanjang 19.370     tol dan data informasi data informasi jalan tol
km     jalan tol
 
  6.2) Dokumen pengaturan, Jumlah Dokumen
penyiapan, pelayanan pengaturan, penyiapan,
dan pengendalian pelayanan dan
pengusahaan jalan tol pengendalian pengusahaan
jalan tol

6.3) Laporan pengawasan Jumlah Laporan pengawasan


dan pemantauan dan pemantauan perjanjian
perjanjian pengusahaan jalan tol
pengusahaan jalan tol

Meningkatnya Meningkatnya Tingkat dukungan 100 100 6.4) Dokumen perjanjian Jumlah dokumen perjanjian
kualitas layanan dukungan penyelenggaraan     layanan dana bergulir layanan dana bergulir untuk
Jalan Nasional penyelenggaraan jalan nasional     untuk pengadaan pengadaan tanah jalan tol
dan pengelolaan jalan nasional   tanah jalan tol (BLU) (BLU)
Jalan Daerah    
6.5) Laporan monitoring jumlah Laporan monitoring
   
dan evaluasi layanan dan evaluasi layanan dana
 
dana bergulir untuk bergulir untuk pengadaan
pengadaan tanah tanah jalan tol (BLU)
jalan tol (BLU)
6.6) Laporan pengelolaan Jumlah Laporan pengelolaan
dana hasil dana hasil pengusahaan
pengusahaan jalan tol jalan tol (BLU)
(BLU)

332 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
20.873 402.090
             

laporan 1 2 1 1 1 6    

dok 1 5 1 1 1 9    

laporan 1 1 1 1 2 6    

dok 1 2 1 1 1 6    

laporan 1 1 1 1 0 4    

laporan 1 2 1 1 1 6    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 333


Lampiran 4.4.
Matriks Kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya
Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 1: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pemgembangan Permukiman


Penanggungjawab: Direktorat Pengembangan Permukiman
Meningkatnya Meningkatnya Jumlah Kab/ 48 242 1.1) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
kualitas jumlah kabupaten/ Kota yang     Perkantoran
kawasan kota yang menerbitkan    
1.2) Peraturan Jumlah NSPK Nasional Bidang
permukiman menerapkan produk    
Pengembangan Pengembangan permukiman
dan penataan NSPK dalam pengaturan    
Permukiman
ruang pengembangan dan Bantek    
  kawasan Bidang     1.3) Laporan Pembinaan Jumlah Laporan Pembinaan
  permukiman sesuai Permukiman Pengembangan Penyelenggaraan Bidang
  rencana tata ruang (SPPIP) Permukiman Pengembangan Permukiman
  wilayah/kawasan
1.4) SPPIP
bagi terwujudnya
pembangunan 1.5) RPKPP
permukiman
1.6) Fasilitasi Pemda
1.7) Laporan Pengawasan Jumlah Laporan Pengawasan
Pengembangan Penyelenggaraan Bidang
Permukiman Pengembangan Permukiman
Berkurangnya Jumlah 128 675 1.8) Infrastruktur Kawasan Jumlah Kawasan Permukiman
kawasan kumuh kawasan kumuh     Permukiman Perkotaan Perkotaan yang Ditangani
perkotaan perkotaan yang    
1.9) Kumuh  
ditangani
1.10) RSH  
Terlaksananya Jumlah 37 250 1.11) Rusunawa Jumlah Satuan Unit
pembangunan Rusunawa Beserta Infrastruktur Hunian Rumah Susun
Rusunawa Terbangun Pendukungnya yang Terbangun Beserta
Infrastruktur Pendukungnya
Meningkatnya Menurunnya Jumlah 153 800 1.12) Infrastruktur Kawasan Jumlah Kawasan yang
kualitas kesenjangan antar kawasan     Permukiman Perdesaan Terbangun Infrastruktur
infrastruktur wilayah permukiman     Permukiman Perdesaan
1.13) Perdesaan Potensial
permukiman perdesaan    
perdesaan/ ditangani 1.14) Rawan Bencana
kumuh/nelayan
dengan pola 1.15) Perbatasan dan Pulau
pemberdayaan Kecil
masyarakat
Jumlah 34 34 1.16) Infrastruktur Jumlah Kawasan yang
kawasan pusat Pendukung Kegiatan Dilayani oleh Infrastruktur
pertumbuhan Ekonomi dan Sosial Pendukung Kegiatan
terbentuk (RISE) Ekonomi dan Sosial
Meningkatnya Jumlah desa 3.900 25.362 1.17) Infrastruktur Perdesaan Jumlah Desa Tertinggal
jumlah kelurahan/ tertinggal yang     (PPIP) Terbangun Infrastruktur
desa yang ditangani     Permukiman
ditingkatkan    
infrastruktur   1.18) PPIP  
permukiman
perdesaan/ kumuh/
nelayan 1.19) RIS PNPM

334 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014
             
2.277 16.211
             

Bulan/Tahun 12 12 12 12 12 60    

NSPK 1 1 1 1 1 5    

Laporan 75 125 99 112 62 473    

Laporan 48 60 72 40 22 242    
Laporan 27 54 27 72 40 220    
Laporan 0 11 0 0 0 11    

Laporan 43 32 32 32 32 32    

Kawasan 242 398 174 225 150 1.189    

Kawasan 128 221 101 135 90 675    


Kawasan 114 177 73 90 60 514    

Twin Block 40 65 48 67 30 250    

Kawasan 153 203 137 185 122 800    

Kawasan 111 151 97 143 85 587    

Kawasan 0 14 16 12 12 54    

Kawasan 42 38 24 30 25 159    

237
Kecamatan 237 237 237 79 0    
(lokasi berulang)

3.900 5.862 5.600 5.000 5.000 25.362    


Desa
 
  2.200 4.369 5.000 4.400 5.000 15.369    

1.700 1.493 600 600   4.393    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 335


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 2: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penataan Bangunan dan Lingkungan Termasuk Pengelolaan Gedung dan Rumah
Negara
Penanggungjawab: Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan
Meningkatnya Peningkatan jumlah Jumlah Kab/ 32 226 2.1) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
kualitas kabupaten/kota Kota yang     Perkantoran
kawasan yang menerapkan menerbitkan    
2.2) Peraturan Penataan Jumlah NSPK Nasional Bidang
permukiman NSPK dalam produk  
Bangunan dan Penataan Bangunan &
dan penataan pengembangan pengaturan
Lingkungan Lingkungan
bangunan kawasan dan mereplikasi
permukiman sesuai Bantek 2.3) Laporan Pembinaan Jumlah Laporan Pembinaan
  rencana tata ruang bangunan Pelaksanaan Penyelenggaraan Bidang
wilayah/kawasan gedung dan Penataan Bangunan Penataan Bangunan dan
bagi terwujudnya lingkungan dan Lingkungan, Lingkungan
pembangunan   Pengelolaan Gedung
permukiman   dan Rumah Negara
2.4) Laporan Pengawasan Jumlah Laporan Pengawasan
Pelaksanaan Penyelenggaraan Bidang
Penataan Bangunan Penataan Bangunan dan
dan Lingkungan, Lingkungan
Pengelolaan Gedung
dan Rumah Negara
Revitalisasi kawasan Jumlah 282 1288 2.5) Bangunan Gedung Jumlah Kab/Kota
permukimam Kawasan yang   dan Fasilitasnya Mendapatkan
dan penataan meningkat Pengembangan Bangunan
bangunan fungsinya Gedung Negara/Bersejarah
 
2.6) Sarana dan Jumlah Kawasan yang
Prasarana Lingkungan Tertata Bangunan dan
Permukiman Lingkungannya
Meningkatnya Peningkatan Jumlah Kel/ 2.7) Keswadayaan Jumlah Kel/Desa
kualitas ifnfrastruktur Desa yang 10.948 10.948 Masyarakat (P2KP) yang Mendapatkan
infrastruktur permukiman yang meningkat Pendampingan
permukiman perdesaan/kumuh/ kualitasnya Pemberdayaan Sosial (P2KP/
perdesaan/ nelayan melalui PNPM)
kumuh/nelayan pemberdayaan
dengan pola masyarakat
pemberdayaan
masyarakat

336 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  2.157 13.796
           

Bulan/Tahun 12 12 12 12 12 12    

NSPK 12 8 43 60 60 183    

Laporan 241 403 33 68 68 813    

Laporan 33 69 37 33 33 205    

Kota/Kab 44 134 44 47 47 316    

Kawasan 137 322 374 260 262 1.355    

Kelurahan/ Desa 10.948 10.930 10.999 10.948 10.948 10.999    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 337


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 3: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan (Air Limbah, Drainase) Serta Pengembangan
Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi Persampahan
Penanggungjawab: Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Meningkatnya Peningkatan jumlah Jumlah Kab/ 34 226 3.1) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
kualitas layanan kabupaten/kota Kota yang     Perkantoran
air minum yang menerapkan menerbitkan    
3.2) Peraturan Jumlah NSPK Nasional Bidang
dan sanitasi NSPK dalam produk  
Pengembangan Penyehatan Lingkungan
permukiman pengembangan pengaturan
Penyehatan Permukiman
perkotaan kawasan dan mereplikasi
Lingkungan
permukiman sesuai Bantek air
Permukiman
rencana tata ruang limbah dan
wilayah/kawasan drainase 3.3) Laporan Pembinaan Jumlah Laporan Pembinaan
bagi terwujudnya Pelaksanaan Penyelenggaraan Bidang
pembangunan Penyehatan Penyehatan Lingkungan
permukiman Lingkungan Permukiman
Permukiman
3.4) Laporan Pengawasan Jumlah Laporan Pengawasan
Pelaksanaan Penyelenggaraan Bidang
Penyehatan Penyehatan Lingkungan
Lingkungan Permukiman
Permukiman
Peningkatan jumlah Jumlah 37 421 3.5) Infrastruktur Air Limbah Jumlah Kawasan yang
pelayanan sanitasi cakupan       Terlayani Infrastruktur Air
  pelayanan       Limbah Dengan Sistem Off-
sistem Air Site dan Sistem On-Site
Limbah
  Infrastruktur Air Limbah
  Dengan Sistem Off-Site
Infrastruktur Air Limbah
Dengan Sistem On-Site
Luas kawasan 25 216 3.6) Infrastruktur Drainase Jumlah Kawasan yang
potensi banjir di Perkotaan Terlayani Infrastruktur
perkotaan yang Drainase Perkotaan
tertangani
Pengurangan Jumlah 62 384 3.7) Infrastruktur Tempat Jumlah Kab/Kota yang
potensi timbunan cakupan     Pemrosesan Akhir Telayani Infrastruktur
sampah pelayanan     Sampah Stasiun Antara Dan Tempat
  persampahan   Pemrosesan Akhir Sampah
 
TPA Regional
 
3.8) Infrastruktur Tempat Jumlah Kawasan yang
Pengolah Sampah Telayani Infrastruktur
Terpadu/3R Tempat Pengolah Sampah
Terpadu/3R

338 LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  1.517 1.324,2
           

Bulan/Tahun 12 12 12 12 12 12    

NSPK 8 4 11 6 16 45    

Laporan 40 279 262 90 121 792    

Laporan 34 118 93 77 104 426    

Kawasan 37 129 109 580 66 921    

  11 11 13 13 13 13    

  26 118 96 567 55      

Kab/Kota 25 58 47 61 45 236    

Kab/Kota 62 98 113 78 60 411    

  9 10 3 3   14    

Kawasan 56 74 91 112 43 376    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 339


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 4: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi dan Penyelenggaraaan Serta
Pengembangan Sistem Penyediaan Air minum
Penanggungjawab: Direktorat Pengembangan Air Minum
Meningkatnya Peningkatan jumlah Jumlah Kab/Kota - 100 4.1) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
kualitas layanan air kabupaten/kota yang yang menerbitkan     Perkantoran
minum dan sanitasi menerapkan NSPK produk    
permukiman dalam pengembangan pengaturan dan     4.2) Peraturan Pengembangan Jumlah NSPK Nasional Bidang Air
perkotaan kawasan permukiman mereplikasi Bantek     Sistem Penyediaan Air Minum
  sesuai rencana tata air minum     Minum
  ruang wilayah/kawasan      
4.3) Laporan Pembinaan Jumlah Laporan Pembinaan
  bagi terwujudnya       Penyelenggaraan Bidang Air
Pelaksanaan
  pembangunan     Minum
Pengembangan SPAM
  permukiman    
      4.4) RISPAM  
     
    4.5) NSPK SPAM
 
  4.6) Laporan Pengawasan Jumlah Laporan Pengawasan
Pelaksanaan Penyelenggaraan Bidang Air
 
Pengembangan SPAM Minum
 
4.7) Percontohan Re-Use dan Jumlah aktivitas reuse dan daur
  Daur Ulang Air Minum ulang air
 
  4.8) Kampanye hemat air  
 
  4.9) Aktivitas reuse dan daur  
ulang air
Pembinaan Jumlah Kab/ 84 471 4.10) Penyelenggara SPAM Jumlah penyelenggara SPAM
kemampuan Pemda/ Kota/PDAM yang     Terfasilitasi yang terfasilitasi
PDAM memperoleh      
  pembinaan     4.11) PDAM yang memperoleh  
  kemampuan     pembinaan  
         
4.12) Pengelola air minum non
     
PDAM yang memperoleh
   
pembinaan
 
4.13) Laporan pra-studi
kelayakan KPS

4.14) PDAM terfasilitasi untuk


mendapatkan pinjaman
Bank

4.15) Studi Alternatif


Pembiayaan
Peningkatan jumlah Jumlah cakupan 105 730 4.16) SPAM Regional Jumlah Region yang Terlayani
pelayanan air minum pelayanan     Infrastruktur Air Minum (* Lokasi
  (kawasan) SPAM     SPAM Regional)
       
        4.17) SPAM Di Kawasan MBR Jumlah Kawasan MBR yang
        Terlayani Infrastruktur Air Minum
        4.18) SPAM Di Ibu Kota Jumlah IKK yang Terlayani
      Kecamatan (IKK) Infrastruktur Air Minum
     
      4.19) SPAM Perdesaan Jumlah Desa yang Terlayani
      Infrastruktur Air Minum
      4.20) PS Air Minum Perdesaan  
   
4.21) Pro Rakyat PDT
 
4.22) SPAM Kawasan Khusus Jumlah Kawasan Khusus yang
Terlayani Infrastruktur Air Minum
4.23) Kawasan pulau terluar,  
perbatasan, terpencil  
 
4.24) Kawasan pemekaran,  
KAPET  
4.25) Pelabuhan perikanan dan
Pro Rakyat KKP

4.26) Pelabuhan perikanan

4.27) Pro Rakyat KKP

340 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  1.790 17.873
           

Bulan/Tahun 12 12 12 12 12 60    

NSPK 5 8 5 5 5 22    

Laporan 179 175 192 167 52 765    

Laporan 175 170 174 147 32 698    

Laporan 4 5 18 20 20 67    

Laporan 98 214 187 181 187 867    

Lokasi - - - 34 33 67    

Lokasi - - 32 32 32 96    

Lokasi - - - 2 1 3    

  87 103 124 90 101 505    

Laporan 82 98 30 35 50 295    

Laporan 1 1 30 20 20 72    

Laporan 1 1 7 7 8 24    

Laporan 2 2 58 20 20 102    

Laporan 1 1 1 3 3 9    

Region - - 3 3 2 8    

Kawasan 71 355 276 275 300 1.277    

IKK 170 178 186 158 180 872    

Desa 2.807 1.811 2.192 1.610 1.722 10.142    

Desa 2.807 1.811 2.019 1.527 1.622 9.786    

Desa - - 173 100 100 373    

Kawasan 19 65 222 148 322 776    

Kawasan 1 23 9 15 11 59    

Kawasan 1 20 36 10 11 78    

Kawasan 17 22 205 166 300 710    

Kawasan 17 22 14 - - 53    

Kawasan - - 191 166 300 657    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 341


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 5: Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman


Penanggungjawab: Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya
Meningkatnya Peningkatan jumlah Dukungan 1400 7163 5.1) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan Perkantoran
kualitas kawasan kabupaten/kota yang Manajemen bidang
permukiman dan menerapkan NSPK Permukiman 13 73 5.2) Dokumen Administrasi dan Jumlah terselenggaranya Administrasi
penataan bangunan dalam pengembangan       Pengelolaan Pegawai dan pengelolaan pegawai
  kawasan permukiman      
  sesuai rencana tata       5.3) Laporan Administrasi Jumlah terselenggaranya pembinaan
  ruang wilayah/kawasan       Keuangan dan Akuntansi dan pengelolaan keuangan
  bagi terwujudnya      
  pembangunan       5.4) Laporan Penyelenggaraan Jumlah terselenggaranya pembinaan
  permukiman       Bantuan Humum dan Dalam hukum dan tersedianya penataan
          Rangka Penanganan Perkara hukum
       
    5.5) Dokumen Sistem Akuntansi Jumlah terselenggaranya pembinaan
Barang Milik Negara aset dan BMN
 
 
5.6) Laporan Penyelenggaraan Jumlah terselenggaranya pembinaan
 
Habitat dan pelaksanaan habitat
 
 
  - Pembinaan dan penyelengg.
 
  habitat
 
- Pembinaan penyelenggaraan PKPD

5.7) Prasarana dan Sarana Jumlah prasarana danSarana Kantor


Gedung, Kantor dan dan Gedung
Pelaratannya
Rehabilitasi dan Perbaikan gedung/
Kantor

Inventaris Kantor

Infrastruktur 23 125 5.8) Infrastruktur Tanggap Darurat/ Jumlah Penyediaan Prasarana dan
tanggap darurat     Cadangan Mendesak Sarana Permukiman pada Lokasi
dan kebutuhan       Bencana/Konflik Sosial
mendesak      
    Penyediaan Prasarana dan Sarana
  Persampahan dan Drainase pada
Lokasi Bencana/Kerusuhan Sosial

Penyediaan Prasarana dan Sarana


Air Minum dan Air Limbah pada
Lokasi Bencana/Kerusuhan Sosial

Penyediaan Prasarana dan Sarana


Cadangan Mendesak bidang
Permukiman pada Lokasi Bencana/
Kerusuhan Sosial

    Peningkatan 23 261 5.9) Bimbingan Teknis Air Minum Terselenggaranya Bimbingan Teknis
    Kapasitas     dan Sanitasi dan Pemberdayaan Pengelolaan
    Manajemen       Sistem Air Minum dan Sanitasi
           
            Bimbingan Teknis Air Minum dan
            Sanitasi
            - Wil: I
           
            - Wil : II
           
    Prasarana dan Sarana Gedung
Kantor dan Peralatannya

- Wil: I

- Wil : II

Jumlah Layanan Publik

- Wil: I

- Wil : II

342 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
117 1.262
             
Bulan 12 12 12 12 12 60    

Dokumen 13 13 15 16 16 73    

Laporan 8 9 10 10 10 47    

Laporan 9 16 16 17 17 75    

Dokumen 9 11 15 15 11 61    

Laporan 2 39 2 2 2 47    

Laporan 1 37 1 1 1 41    

Laporan 1 2 1 1 1 6    

Unit/Tahun 1 32 6/1 6/1 6/1 24/4    

Unit - 6 6 6 6 24    

Tahun - 1 1 1 1 4    

Unit 25 25 25 25 25 125    

Unit 5 6 5 5 5 26    

Unit 13 13 13 17 17 73    

Unit 5 6 7 4 4 26    

                 

Laporan - - 50 68 85 261    

  - - 32 50 55 163    

  - - 18 18 30 98    

Unit - - 2 12 14 52    

  - - 1 6 10 29    

  0 - 1 6 4 23    

Bulan 12 12 12 12 12 60    

  12 12 12 12 12 60    

  12 12 12 12 12 60    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 343


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 6: Penyusunan Kebijakan Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang
Permukiman
Penanggungjawab: Direktorat Bina Program
Meningkatnya Peningkatan jumlah Jumlah 34 170 6.1) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
kualitas kabupaten/kota Kebijakan,     Perkantoran
pengaturan, yang menerapkan Program Dan    
6.2) Kebijakan dan Strategi Jumlah Laporan Kebijakan &
pembinaan dan NSPK dalam Anggaran,    
Bidang Permukiman Strategi Bidang Permukiman
pengawasan pengembangan Kerjasama Luar    
 
pada kawasan Negeri, Data    
 
pembangunan permukiman sesuai Informasi Serta     Masukan Teknis Kebijakan
 
infrastruktur rencana tata ruang Evaluasi Kinerja     dan Strategi
 
permukiman wilayah/kawasan Infrastruktur    
  Komponen Perencanaan
  bagi terwujudnya Bidang    
Jangka Menengah dan
  pembangunan Permukiman    
Jangka Panjang
  permukiman      
          Komponen Pendampingan
          Strategi dan Perencanaan
          Jangka Menengah
         
         
Komponen Pedoman dan
         
Manual RPIJM
         
          Komponen Evaluasi Kebijakan
          dan Strategi
         
6.3) Program dan Anggaran Jumlah Laporan Penyusunan
     
Bidang Permukiman Program Dan Anggaran
     
  Bidang Permukiman
     
 
     
 
     
  Administrasi Kegiatan
     
 
     
  Pengumpulan dan
     
  Pengolahan Data PA
   
 
   
  Analisis dan Evaluasi Data PA
 
 
  Konsolidasi dan Peningkatan
  Kinerja PA
 
Penyiapan Rencana PA
 
Tahunan
Penyusunan Pedoman
Penyiapan PA Tahunan
Penyusunan PA Bidang Cipta
Karya
P3SDP Perkotaan
P3SDP Perdesaan
Sub Total 1
Cadangan

Pembinaan Administrasi
Pengelolaan Kepegawaian

Sub Total 2
Total

344 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  501 1.364
           

Bulan/Tahun 12 12 12 12 12 60    

Laporan 5 13 8 11 14 40    

Laporan 1 4 1 3 2      

Laporan 1 2 2 2 3 10    

Laporan 1 1 1 3 4 10    

Laporan 1 2 1 2 3 9    

Laporan 1 4 3 1 2 11    

Laporan 7 56 19 21 21 76    

ls 1 1 1 1 1 5    

laporan 2 2 2 4 4 14    

laporan 1 1 2 2 2 8    

laporan - - - - - -    

laporan 1 4 5 - - 10    

laporan 1 - - 2 2 5    

laporan 1 - - 3 3 7    

laporan - 24 - - - 24    
laporan - 24 - - - 24    
  7 56 10 12 12 49    
laporan - - - - - -    

laporan - - 9 9 9 27    

  - - 9 9 9 27    
  7 56 19 21 21 76    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 345


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 7: Penyusunan Kebijakan Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang
Permukiman
Penanggungjawab: Direktorat Bina Program
          7.1) Kerjasama Luar Negeri Jumlah Laporan Penyusunan
          Bilateral dan Multilateral Kerjasama Luar Negeri Bilateral
            Dan Multilateral
           
            Komponen Administrasi Kegiatan
           
           
          Komponen Identifikasi Sumber
 
          Pendanaan Luar Negeri untuk
          Pembiayaan Pembangunan
          Komponen Pengembangan
          Kerjasama Luar Negeri untuk
          Pembiayaan Pembangunan
         
          Komponen Penyiapan
          Administrasi Pinjaman/Hibah Luar
Negeri
Komponen Identifikasi Sumber
Dana Investasi Lainnya dalam
Pembiayaan Pembangunan
Komponen Penyusunan Rencana
dan Program Investasi

7.2) Evaluasi Kinerja Bidang Jumlah Laporan Penyusunan


Permukiman Evaluasi Kinerja Bidang
  Permukiman
 
Komponen Penyiapan Pedoman
 
dan Kriteria Evaluasi
 
 
Komponen Pengumpulan
dan pengolahan data kinerja
tahunan pembangunan bidang
Cipta Karya
Komponen Monitoring dan
evaluasi kinerja serta fungsi
dan manfaat program
pembangunan bidang Cipta
Karya
Komponen Evaluasi kinerja
program pinjaman/hibah luar
negeri dalam pembangunan
bidang Cipta Karya
Komponen pelaporan kinerja
pelaksanaan program
pembangunan bidang Cipta
Karya
7.3) Data dan Informasi Bidang Jumlah Laporan Penyusunan
Permukiman Data Dan Informasi Bidang
Permukiman
7.4) Laporan Perencanaan Jumlah Laporan Perencanaan
dan Pengendalian Dan Pengendalian Program
Program Bidang Bidang Permukiman
Permukiman
7.5) Laporan Penyelenggaraan Jumlah Laporan
PNPM Mandiri Penyelenggaraan PNPM Mandiri

346 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  501 1.364
           

Laporan 7 11 11 12 12 53    

Laporan 1 1 1 1 1 5    

Laporan 1 2 2 2 2 9    

Laporan 1 4 1 1 1 8    

Laporan 2 2 3 3 3 13    

Laporan 2 2 2 2 2 10    

Laporan - - 2 3 3 8    

Laporan 8 9 10 9 9 45    

Laporan 2 1 2 1 - 6    

Laporan 1 1 1 1 1 5    

Laporan 3 6 6 6 7 28    

Laporan 1 - - - - 1    

Laporan 1 1 1 1 1 5    

Laporan 17 15 7 2 2 43    

Laporan 17 104 66 66 66 319    

Laporan 24 - 1 1 1 27    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 347


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 8: Dukungan Pengembangan Sistem Penyediaan Air, Minum, Sanitasi dan Persampahan
Penanggungjawab: Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Meningkatnya Peningkatan jumlah   2 19
Jumlah PDAM yang dibina
kualitas layanan kabupaten/kota      
air minum yang menerapkan      
Jumlah Penyelenggaraan
dan sanitasi NSPK dalam      
Diklat
permukiman pengembangan      
perkotaan kawasan       Jumlah Monev
  permukiman sesuai      
  rencana tata ruang       Jumlah Konsep NSPK
wilayah/kawasan
Jumlah Kab/Kota yang
bagi terwujudnya
menyelenggarakan SPAM
pembangunan
sesuai NSPK
permukiman
  Jumlah PDAM yang
  mendapat fasilitas
perbankan/sumber
  pembiayaan
 
Jumlah PDAM/Kab/
 
Kota yang mendapat
 
pendampingan KPS
 
 
Jumlah Studi alternatif
 
pembiayaan/pola investasi
 

348 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
501 1.364
             

PDAM 8 10 13 30 42 103    

Kab/Kota 3 n/a n/a n/a n/a 3    

Kab/Kota 38 50 63 70 90 311    

NSPK 1 n/a n/a n/a n/a 1    

Kab/Kota 2 3 4 5 10 24    

PDAM 9 11 14 8 10 52    

PDAM/Kab/ Kota 2 2 3 7 15 29    

Studi n/a 1 n/a n/a n/a 1    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 349


Lampiran 4.5.
Matriks Kegiatan Badan Pembinaan Konstruksi
Program Pembinaan Konstruksi
TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 1: Penyelenggaraaan Pelayanan Teknis dan Administrasi Pembinaan Konstruksi


Penanggungjawab: Sekretariat Badan Pembinaan Konstruksi
Meningkatnya Meningkatnya Persentase tingkat 60% 80% 1.1) Pembinaan pembina Jumlah Pembinaan
kapasitas dan kapasitas kepuasan pelanggan jasa konstruksi daerah pembina jasa konstruksi
kinerja pembina kelembagaan, Sekretariat atas daerah
jasa konstruksi SDM, dan kebijakan penyelenggaraan
Pusat dan daerah pembinaan jasa pelayanan teknis
  konstruksi Pusat dan dan administrasi
  daerah pembinaan jasa
    konstruksi
 
  Jumlah provinsi dan 15 Provinsi 33 Provinsi 1.2) Kerjasama Jumlah Kerjasama
  kabupaten/kota yang 50 Kab/Kota 330 Kab/Kota pembinaan konstruksi pembinaan konstruksi
  terbina sesuai dengan dalam dan luar dalam dan luar negeri
  peraturan perundang- negeri
  undangan
  Meningkatnya Persentase 60% 80% 1.3) Pemantauan dan Jumlah Pemantauan
  penerapan norma, peningkatan efektifitas evaluasi pembinaan dan evaluasi pembinaan
  standar, pedoman, pelaksanaan 0 NSPK 2 NSPK jasa konstruksi jasa konstruksi
  dan kriteria bidang perundang-undangan    
  jasa konstruksi yang bidang jasa konstruksi     1.4) Kajian pembinaan Jumlah Kajian
  responsif gender dan melalui diseminasi/     jasa konstruksi pembinaan jasa
  lingkungan sosialisasi, revisi/     konstruksi
    penyempurnaan    
  1.5) Diseminasi UU & Jumlah Diseminasi UU
  peraturan perundang-     & PP tentang Jasa
PP tentang Jasa
  undangan     Konstruksi dalam rangka
Konstruksi dalam
        Dekonsentrasi
rangka Dekonsentrasi
       
        1.6) Konsultasi/Bimbingan Jumlah Konsultasi/
        Teknis Pelaksanaan Bimbingan Teknis
        pembinaan Jasa Pelaksanaan pembinaan
        Konstruksi Provinsi Jasa Konstruksi
        dalam rangka Provinsi dalam rangka
        Dekonsentrasi Dekonsentrasi
       
    1.7) Pengembangan Jumlah Pengembangan
  Kelembagaan Kelembagaan dan
  dan Koordinasi Koordinasi pembinaan
  pembinaan Jasa Jasa Konstruksi di
Konstruksi di Daerah Daerah dalam rangka
dalam rangka Dekonsentrasi
Dekonsentrasi

1.8) Pengawasan Teknis Jumlah Pengawasan


penyelenggaraan Teknis penyelenggaraan
pembinaan Jasa pembinaan Jasa
Konstruksi dalam Konstruksi dalam rangka
rangka Dekonsentrasi Dekonsentrasi

1.9) NSPK pembinaan jasa Jumlah NSPK pembinaan


konstruksi jasa konstruksi

1.10) Promosi Konstruksi Jumlah Promosi


Indonesia (KI) Konstruksi Indonesia (KI)

1.11) Dokumen program Jumlah Dokumen


dan anggaran program dan anggaran;

1.12) Dokumen Jumlah Dokumen


administrasi administrasi keuangan
keuangan (SAK) (SAK)

1.13) Dokumen IBKMN Jumlah Dokumen IBKMN


(SABMN) (SABMN)

350 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
ALOKASI DANA
(2010-2012)
REALISASI TARGET BARU (Juta Rp.)
SATUAN +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
44.000 379.000
             

laporan 4 8 21 3 3 39    

laporan 7 4 6 3 3 23    

laporan 4 4 8 4 3 23    

rekomendasi 4 2 8 3 8 25    

laporan 11 28 0 0 0 39    

laporan 11 28 0 12 15 66    

laporan 11 28 0 0 0 39    

laporan 10 28 0 12 15 65    

NSPK 0 4 2 2 2 10    

laporan 2 2 2 1 1 8    

laporan 4 9 3 1 1 18    

laporan 2 3 9 1 1 16    

laporan 1 1 2 1 1 6    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 351


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 2: Penyelenggaraaan Pelayanan Teknis dan Administrasi Pembinaan Konstruksi


Penanggungjawab: Sekretariat Badan Pembinaan Konstruksi
2.1) Dokumen Jumlah Dokumen
kepegawaian/ kepegawaian/ ortala
ortala
2.2) Pembinaan Jumlah Pembinaan
kapasitas aparatur kapasitas aparatur

2.3) Sistem informasi Jumlah Sistem


manajemen jasa informasi manajemen
konstruksi jasa konstruksi

2.4) Layanan Jumlah Layanan


Perkantoran Perkantoran
2.5) Pengadaan Jumlah Pengadaan
Sarana dan Sarana dan
Prasarana BP Prasarana BP
Konstruksi Konstruksi
2.6) Peliputan dan Jumlah Peliputan
pemberitaan di dan pemberitaan di
media massa media massa

352 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
ALOKASI DANA
(2010-2012)
REALISASI TARGET BARU (Juta Rp.)
SATUAN +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
44.000 379.000
             

laporan 2 7 17 3 3 32    

laporan 20 17 13 8 8 66    

sistem informasi 1 1 3 1 1 7    

bulan layanan 13 13 12 12 12 62    

unit 16 11 57 36 6 126    

berita 2 1 2 3 2 10    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 353


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 3: Pembinaan Usaha dan Kelembagaan 


Penanggungjawab: Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan
Meningkatnya Meningkatnya Jumlah produk 0 NSPK 16 NSPK 3.1) Pembinaan Jumlah Pembinaan
kapasitas dan pencapaian regulasi di bidang manajemen manajemen usaha
kinerja pembina kondisi struktur usaha jasa usaha
jasa konstruksi usaha konstruksi konstruksi
Pusat dan yang kokoh,
Meningkatnya 30% 40% 3.2) Pembinaan Jumlah Pembinaan
daerah andal, dan
kabupaten/kota sarana sarana pendukung
  berdaya saing
yang memiliki Perda pendukung usaha usaha
  tinggi
IUJK
   
    Meningkatnya 5000 PJT 8000 PJT 3.3) Pembinaan Jumlah Pembinaan
    jumlah regulasi regulasi usaha dan
    penanggung usaha dan kelembagaan
    jawab teknik kelembagaan
    badan usaha jasa
    konstruksi
   
Terbentuknya 0 Nasional 1 Nasional 3.4) Pembinaan Jumlah Pembinaan
 
kepengurusan perizinan usaha perizinan usaha
 
LPJK sesuai 0 Provinsi 33 Provinsi
3.5) Pembinaan Jumlah Pembinaan
dengan Peraturan    
lembaga dan lembaga dan
Perundangan yang    
asosiasi jasa asosiasi jasa
berlaku sebanyak    
konstruksi Pusat konstruksi Pusat
33 provinsi dan 1    
nasional     3.6) Pembinaan Jumlah Pembinaan
      lembaga dan lembaga dan
      asosiasi jasa asosiasi jasa
      konstruksi daerah konstruksi daerah
 
3.7) Pembinaan Jumlah Pembinaan
tatalaksana tatalaksana
kelembagaan kelembagaan
3.8) Pembinaan kinerja Jumlah Pembinaan
kelembagaan kinerja kelembagaan

3.9) Pemantauan, Jumlah Pemantauan,


evaluasi, dan evaluasi, dan
pelaporan pelaporan
pembinaan pembinaan usaha
usaha dan dan kelembagaan
kelembagaan

3.10) NSPK Jumlah NSPK


pembinaan dan pembinaan dan
pengembangan pengembangan
usaha dan usaha dan
kelembagaan kelembagaan
3.11) Produk kajian, Jumlah Produk
pembinaan kajian, pembinaan
usaha dan usaha dan
kelembagaan kelembagaan
3.12) Layanan Jumlah Layanan
Perkantoran Perkantoran
3.13) Pengadaan Jumlah Pengadaan
Sarana dan Sarana dan
Prasarana BP Prasarana BP
Konstruksi Konstruksi

354 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
ALOKASI DANA
(2010-2012)
REALISASI TARGET BARU (Juta Rp.)
SATUAN +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
47.000 259.000
             

laporan 5 8 14 16 7 50    

laporan 2 7 6 6 7 28    

laporan 2 14 5 6 7 34    

laporan 2 2 11 20 7 42    

laporan 1 1 1 1 1 5    

laporan 2 33 33 33 33 134    

laporan 5 4 2 5 7 23    

laporan 2 7 7 4 8 28    

laporan 1 2 3 5 2 13    

NSPK 1 10 2 1 4 18    

rekomendasi 3 8 8 7 6 32    

bulan layanan 12 12 12 12 12 60    

unit 1 1 56 5 5 68    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 355


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 4: Pembinaan Sumber Daya Investasi


Penanggungjawab: Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi
Meningkatnya Meningkatnya Persentase 0% 50% 4.1) Norma, standar Jumlah Norma,
kapasitas dan pencapaian kenaikan investasi pedoman standar pedoman
kinerja pembina kondisi struktur infrastruktur, 10 dan kriteria dan kriteria
jasa konstruksi usaha konstruksi % tiap tahun, pembinaan pembinaan investasi
Pusat dan yang kokoh, melalui kegiatan investasi infrastruktur, material
daerah andal, dan pembinaan infrastruktur, dan peralatan,
berdaya saing penyelenggaraan material dan serta pasar dan
tinggi investasi infrastruktur peralatan, peningkatan daya
PU di 12 provinsi serta pasar dan saing
peningkatan
daya saing
Persentase tingkat 40% 60% 4.2) Sosialisasi dan Jumlah Sosialisasi dan
penguasaan diseminasi diseminasi kebijakan,
pangsa pasar kebijakan, strategi strategi dan pola-
domestik oleh dan pola-pola pola investasi
pelaku konstruksi investasi
nasional, dari 40
% menjadi 60 %,
melalui pembinaan
pengembangan
daya saing industri
konstruksi di 18
Provinsi, serta
pengembangan
rantai pasok
material, dan
peralatan konstruksi
di 21 Provinsi
Tingkat daya saing 0 Poin 5 Poin 4.3) Penyelenggaraan Jumlah
industri konstruksi fasilitasi investasi Penyelenggaraan
nasional dalam di bidang fasilitasi investasi di
skala global infrastruktur bidang infrastruktur

356 LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL


VOLUME REALISASI
ALOKASI DANA
(2010-2012)
REALISASI TARGET BARU (Juta Rp.)
SATUAN +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
0 111.000
             

NSPK 0 3 2 4 3 12    

laporan 0 8 6 7 7 28    

laporan 0 7 8 7 6 28    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 357


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 5: Pembinaan Sumber Daya Investasi


Penanggungjawab: Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi
  Jumlah dukungan 0 NSPK 5 NSPK 5.1) Pembinaan Jumlah Pembinaan
  kebijakan dalam     kebijakan kebijakan dan
  membangun iklim     dan strategi strategi pembinaan
  investasi bidang     pembinaan sumber daya
  infrastruktur     sumber daya material dan
        material dan peralatan dalam
        peralatan dalam mendukung investasi
        mendukung infrastruktur
        investasi
      infrastruktur
 
5.2) Sosialisasi dan Jumlah Sosialisasi dan
 
diseminasi diseminasi kebijakan,
 
kebijakan, strategi strategi pembinaan
 
pembinaan dan dan pengembangan
pengembangan sumber daya
sumber daya material dan
material dan peralatan konstruksi
peralatan
konstruksi
5.3) Pembinaan Jumlah Pembinaan
produktivitas dan produktivitas dan
daya saing industri daya saing industri
konstruksi konstruksi
5.4) Pembinaan pasar Jumlah Pembinaan
konstruksi dalam pasar konstruksi
negeri dalam negeri
5.5) Pengembangan Jumlah
pasar konstruksi Pengembangan
luar negeri pasar konstruksi luar
negeri
5.6) Pembinaan Jumlah Pembinaan
liberalisasi jasa liberalisasi jasa
konstruksi konstruksi
5.7) Monitoring dan Jumlah Monitoring
evaluasi serta dan evaluasi
pelaporan serta pelaporan
pembinaan pembinaan sumber
sumber daya daya investasi
investasi konstruksi konstruksi
5.8) Produk kajian Jumlah Produk kajian
pembinaan pembinaan sumber
  sumber daya daya investasi
  investasi konstruksi konstruksi
 
5.9) Layanan Jumlah Layanan
 
Perkantoran Perkantoran
 
  5.10) Pengadaan Jumlah Pengadaan
  Sarana dan Sarana dan
  Prasarana BP Prasarana BP
  Konstruksi Konstruksi

358 LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL


VOLUME REALISASI
ALOKASI DANA
(2010-2012)
REALISASI TARGET BARU (Juta Rp.)
SATUAN +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
0 111.000
             

laporan 0 7 8 9 4 28    

laporan 0 7 6 8 7 28    

laporan 0 6 6 8 8 28    

laporan 0 6 8 9 5 28    

laporan 0 2 3 4 7 16    

laporan 0 10 6 6 6 28    

laporan 0 8 8 9 2 27    

rekomendasi 0 8 7 7 6 28    

bulan layanan 0 13 12 12 12 49    

unit 0 4 33 25 5 67    

LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL 359


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 6: Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 


Penanggungjawab: Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi
Meningkatnya Persentase tingkat 60% 80% 6.1) Pembinaan Jumlah Pembinaan
akuntabilitas akuntabilitas dan kebijakan kebijakan
dan kepuasan kepercayaan pengadaan pengadaan barang/
pengguna jasa masyarakat atas barang/jasa jasa konstruksi
dan penyedia pengadaan konstruksi
jasa dalam barang/jasa
pelaksanaan konstruksi; dari 60
proses pemilihan % menjadi 80 %,
dan kontrak melalui pembinaan
pekerjaan pengadaan
konstruksi barang/jasa dan
administrasi kontrak
bidang pekerjaan
umum kepada 5000
orang
Hasil pekerjaan Persentase tingkat 60% 80% 6.2) Penyusunan Jumlah Penyusunan
konstruksi yang penyelesaian rekomendasi rekomendasi proses
berkualitas tuntutan proses pengadaan dan
masyarakat pengadaan tanggapan atas
pemakai dan dan tanggapan sanggahan banding
pemanfaat produk atas sanggahan
konstruksi; dari 60 banding
% menjadi 80 %,
melalui pembinaan
sistem manajemen
mutu (SMM)
di lingkungan
Kementerian
  Pekerjaan Umum
  kepada 2800 orang

360 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
ALOKASI DANA
(2010-2012)
REALISASI TARGET BARU (Juta Rp.)
SATUAN +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
0 111.000
             

laporan 5 18 27 22 7 79    

laporan 6 2 2 2 2 14    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 361


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 7: Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 


Penanggungjawab: Pusat Penyelenggaraan Konstruksi
    Persentase 0% 10% 7.1) Pembinaan Sistem Jumlah Pembinaan
    pengurangan     Manajemen Mutu Sistem Manajemen
    jumlah dan     Konstruksi (SMMK) Mutu Konstruksi
    dampak     (SMMK)
    ekonomi, sosial    
7.2) Pembinaan Jumlah Pembinaan
    dan lingkungan    
administrasi administrasi kontrak
    akibat kegagalan    
kontrak konstruksi konstruksi.
    konstruksi/    
    bangunan sebesar     7.3) Pembinaan Sistem Jumlah Pembinaan
    10%, melalui     Manajemen Sistem Manajemen
    pembinaan sistem     Keselamatan dan Keselamatan dan
manajemen Kesehatan Kerja Kesehatan Kerja
keselamatan (SMK3) Konstruksi (SMK3) Konstruksi
dan kesehatan
7.4) Pemantauan, Jumlah Pemantauan,
kerja (SMK3)
evaluasi, dan evaluasi, dan
di lingkungan
pelaporan pelaporan
Kementerian
pembinaan pembinaan
Pekerjaan Umum
penyelenggaraan penyelenggaraan
kepada 4700 orang
konstruksi konstruksi
dan pembinaan
teknologi konstruksi 7.5) Produk Jumlah Produk
di lingkungan pengaturan pengaturan
Kementerian pembinaan pembinaan
Pekerjaan Umum penyelenggaraan penyelenggaraan
kepada 2500 orang konstruksi konstruksi
7.6) Pembinaan Jumlah Pembinaan
teknologi teknologi konstruksi
konstruksi
7.7) Penerapan dan Jumlah Penerapan
pemberdayaan dan pemberdayaan
teknologi teknologi konstruksi
konstruksi
7.8) Pembinaan Jumlah Pembinaan
standardisasi standardisasi teknik
teknik konstruksi konstruksi
7.9) Produk kajian Jumlah Produk
pembinaan kajian pembinaan
penyelenggaraan penyelenggaraan
jasa konstruksi jasa konstruksi
7.10) Layanan Jumlah Layanan
Perkantoran Perkantoran
7.11) Pengadaan Jumlah Pengadaan
Sarana dan Sarana dan
Prasarana BP Prasarana BP
Konstruksi Konstruksi

362 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
ALOKASI DANA
(2010-2012)
REALISASI TARGET BARU (Juta Rp.)
SATUAN +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
0 111.000
             

laporan 7 11 9 7 7 41    

laporan 1 8 20 12 7 48    

laporan 6 16 11 14 7 54    

laporan 0 3 13 6 2 24    

NSPK 1 3 3 3 4 14    

laporan 5 2 4 1 2 14    

laporan 5 8 6 2 7 28    

laporan 2 2 1 2 2 9    

rekomendasi 5 6 4 5 6 26    

bulan layanan 12 12 12 12 12 60    

unit 18 65 35 68 5 191    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 363


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 8: Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi


Penanggungjawab: Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
Meningkatnya Rasio pemerintah 1 Provinsi 5 Provinsi 8.1) Bakuan kompetensi Jumlah bakuan
kapasitas SDM daerah provinsi konstruksi (SKK, kompetensi konstruksi
penyedia dan yang mampu KPBK, MUK) yang (SKK, KPBK, MUK) yang
masyarakat jasa menyelenggarakan dikembangkan dikembangkan untuk
konstruksi pelatihan konstruksi untuk jabatan kerja jabatan kerja bidang
berbasis kompetensi bidang keahlian keahlian
dari total provinsi (5
dari 33 provinsi)
Jumlah SDM jasa 15.000 Orang 75.000 Orang 8.2) Penyelenggaraan Jumlah
konstruksi yang ter- pelatihan keahlian Penyelenggaraan
latih konstruksi pelatihan keahlian
konstruksi.

8.3) Penyusunan Jumlah Penyusunan


program pelatihan program pelatihan
dan kerjasama dan kerjasama
keahlian konstruksi keahlian konstruksi
(MRA) (MRA);
8.4) Penyusunan Jumlah Penyusunan
modul pelatihan modul pelatihan
keahlian konstruksi keahlian konstruksi;
8.5) Penyelenggaraan Jumlah
pelatihan untuk Penyelenggaraan
calon pelatih (TOT) pelatihan untuk calon
dan asesor tenaga pelatih (TOT) dan
ahli konstruksi asesor tenaga ahli
konstruksi.

8.6) Produk pengaturan Jumlah Produk


pembinaan pengaturan
kompetensi dan pembinaan
pelatihan konstruksi kompetensi dan
pelatihan konstruksi;
8.7) Bakuan kompetensi Jumlah bakuan
konstruksi (SKK, kompetensi konstruksi
KPBK, MUK) yang (SKK, KPBK, MUK) yang
dikembangkan dikembangkan untuk
untuk jabatan jabatan kerja bidang
kerja bidang keterampilan
keterampilan
8.8) Kegiatan pelatihan Jumlah Kegiatan
keterampilan pelatihan
tukang, teknisi keterampilan tukang,
peralatan dan teknisi peralatan dan
perbengkelan jasa perbengkelan jasa
konstruksi konstruksi;
8.9) Penyusunan Jumlah Penyusunan
program pelatihan program pelatihan
manajemen teknik manajemen teknik
(teknisi) konstruksi, (teknisi) konstruksi,
peralatan dan peralatan dan
perbengkelan, perbengkelan, serta
serta program program pelatihan
pelatihan keterampilan
keterampilan konstruksi;
konstruksi

364 LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL


VOLUME REALISASI
ALOKASI DANA
(2010-2012)
REALISASI TARGET BARU (Juta Rp.)
SATUAN +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
91.000 675.000
             

laporan 6 24 12 13 13 68    

angkatan 7 30 16 20 142 215    

laporan 0 3 3 3 1 10    

paket modul 1 4 17 6 8 36    

angkatan 4 8 8 38 4 62    

NSPK 5 6 2 3 2 18    

paket 0 47 12 14 13 86    

angkatan 61 130 152 180 127 650    

laporan 6 6 3 3 3 21    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 365


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 9: Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi 


Penanggungjawab: Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
9.1) Penyusunan Jumlah Penyusunan
modul pelatihan kurikulum dan
manajemen teknik silabus pelatihan
(teknisi) konstruksi manajemen teknik
dan pelatihan (teknisi) konstruksi
keterampilan dan pelatihan
konstruksi keterampilan
konstruksi;

9.2) Pembinaan Jumlah Pembinaan


kapasitas lembaga kapasitas lembaga
diklat daerah/ diklat daerah/provinsi.
provinsi

9.3) Kerjasama Jumlah Kerjasama


pelatihan/sertifikasi pelatihan/sertifikasi
keterampilan keterampilan
konstruksi dengan konstruksi dengan
SMK dan institusi SMK dan institusi
pendidikan pendidikan vokasional
vokasional (diploma)
(diploma)
9.4) Kerjasama Jumlah Kerjasama
pelatihan/sertifikasi pelatihan/sertifikasi
keterampilan keterampilan
konstruksi konstruksi dengan
dengan institusi institusi diklat swasta/
diklat swasta/ masyarakat jasa
masyarakat jasa konstruksi.
konstruksi
9.5) Revitalisasi balai Jumlah Revitalisasi
peningkatan balai peningkatan
kemampuan kemampuan dan
dan kompetensi kompetensi konstruksi
konstruksi
9.6) Pemantauan, Jumlah pemantauan,
evaluasi, dan evaluasi, dan
pelaporan pelaporan
pembinaan pembinaan
kompetensi dan kompetensi dan
pelatihan konstruksi pelatihan konstruksi;
9.7) Produk kajian Jumlah Produk
pembinaan kajian pembinaan
          kompetensi dan kompetensi dan
          pelatihan konstruksi pelatihan konstruksi.
         
9.8) Layanan Layanan Perkantoran
         
Perkantoran
         
          9.9) Pengadaan Pengadaan Sarana
          Sarana dan dan Prasarana BP
          Prasarana BP Konstruksi
          Konstruksi

366 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
ALOKASI DANA
(2010-2012)
REALISASI TARGET BARU (Juta Rp.)
SATUAN +
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

             
91.000 675.000
             

paket modul 7 16 21 6 8 58    

laporan 10 12 22 8 5 57    

laporan 0 37 10 53 50 150    

laporan 0 22 0 17 16 55    

balai 7 7 10 12 11 47    

laporan 12 9 21 6 2 50    

rekomendasi 0 3 3 7 7 20    

bulan layanan 12 12 12 12 12 60    

unit 150 473 1 65 13 702    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 367


Lampiran 4.6.
Matriks Kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan
Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum
TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 1: Penelitian dan Pengembangan Subbidang Sumber Daya Air 


Penanggungjawab: Puslitbang Sumber Daya Air
Meningkatnya Meningkatnya Prosentase IPTEK 5% 73% 1.1) Naskah Ilmiah sub bidang Jumlah naskah ilmiah
IPTEK dan Litbang yang masuk bursa Sumber Daya Air hasil litbang yang masuk
NSPM (K) siap masuk pilihan teknologi Bidang PU bursa IPTEK
pakai teknologi siap
1.2) Teknologi sub bidang Jumlah teknologi hasil
pakai
Sumber Daya Air litbang yang masuk
bursa IPTEK
1.3) Model Fisik sub bidang Jumlah model fisik hasil
Sumber Daya Air litbang yang masuk
bursa IPTEK
1.4) Model Sistem sub bidang Jumlah model sistem
Sumber Daya Air hasil litbang yang masuk
bursa IPTEK
1.5) R0 SPM sub bidang Sumber Jumlah R0 SPM hasil
Daya Air litbang yang masuk
bursa IPTEK
1.6) Prototipe sub Bidang Jumlah prototipe hasil
Sumber Daya Air litbang yang masuk
bursa IPTEK
Meningkatnya Prosentase 3% 53% 1.7) Naskah Kebijakan sub Jumlah naskah
kesiapan IPTEK teknologi tepat bidang Sumber Daya Air kebijakan untuk
untuk diterapkan guna yang diterapkan stakeholder
stakeholders digunakan oleh (melalui instansi yang
stakeholders berwenang)
Diberlakukannya Prosentase 9% 90% 1.8) Prosiding Diseminasi, Jumlah prosiding
SPMK dan penambahan Sosialisasi, Pelatihan sub diseminasi, sosialisasi
teknologi oleh SPM (K) yang bidang Sumber Daya Air dan TOT SPMK sub
stakeholders diberlakukan oleh bidang Sumber Daya Air
Kementerian PU
Diterimanya Prosentase 5% 47% 1.9) Prosiding Advis Teknis, Jumlah prosiding advis
rekomendasi IPTEK pelayanan teknis Sosial, Ekonomi sub bidang teknis yang diberikan
oleh stakeholders. yang diterima oleh Sumber Daya Air kepada stakeholders
stakeholders
Peningkatan Indeks peningkatan 20% 100% 1.10) Layanan Perkantoran sub Jumlah Layanan
layanan Kapasitas (SDM, bidang Sumber Daya Air Perkantoran
Penyelenggaraan sarana prasarana
1.11) Dukungan Jumlah dokumen
Litbang dan manajemen)
penyelenggaraan Litbang dukungan
sub bidang Sumber Daya penyelenggaraan
Air Litbang
1.12) Layanan Publik (PNBP) Jumlah layanan publik

1.13) Pengadaan Sarana dan Jumlah pengadaan


Prasarana Litbang sub sarana dan prasarana
bidang Sumber Daya Air Litbang

368 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


REALISASI
VOLUME
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014
             
104.497 692.075
             

Buku 10 10 5 10 4 39
   

Dokumen 12 6 5 10 9 42
   

Unit 1 6 9 3 3 22
   

Naskah 26 62 24 15 15 142
   

Naskah 1 22 7 13 12 55
   

Unit 2 4 4 5 1 16
   

Naskah
4 1 1 1 1 8
Kebijakan
   

Prosiding DSP - 4 9 6 5 24

   

Prosiding ATSE 3 1 1 4 3 12
   

Bulan 12 12 12 12 12 60
   

Dokumen 68 75 76 71 71 361
   
Bulan 12 12 12 12 12 60    

Unit 29 47 27 26 26 155
   

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 369


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 2: Penelitian dan Pengembangan Subbidang Jalan Dan Jembatan 


Penanggungjawab: Puslitbang Jalan dan Jembatan
Meningkatnya Meningkatnya Prosentase IPTEK 6% 58% 2.1) Naskah Ilmiah sub Bidang Jumlah naskah ilmiah
IPTEK dan Litbang yang masuk bursa TTG Jalan dan Jembatan hasil litbang yang masuk
NSPM (K) siap masuk bursa bidang ke-PU-an bursa IPTEK
pakai pilihan teknologi dan Permukiman
2.2) Teknologi sub Bidang Jalan Jumlah teknologi hasil
siap pakai.
dan Jembatan litbang yang masuk
bursa IPTEK
2.3) Model Fisik sub Bidang Jumlah model fisik hasil
Jalan dan Jembatan litbang yang masuk
bursa IPTEK
2.4) Model Sistem sub Bidang Jumlah model sistem
Jalan dan Jembatan hasil litbang yang masuk
bursa IPTEK
2.5) R0 SPM sub Bidang Jalan Jumlah R0 SPM hasil
dan Jembatan litbang yang masuk
bursa IPTEK
2.6) Prototipe sub Bidang Jalan Jumlah prototipe hasil
dan Jembatan litbang yang masuk
bursa IPTEK
2.7) Kriteria Desain sub Bidang Jumlah kriteria desain
Jalan dan Jembatan hasil litbang yang masuk
bursa IPTEK
Meningkatnya Prosentase 0% 67% 2.8) Naskah Kebijakan Jumlah naskah
kesiapan IPTEK teknologi tepat sub Bidang Jalan dan kebijakan untuk
untuk diterapkan guna yang Jembatan diterapkan stakeholder
stakeholders digunakan oleh (melalui instansi yang
stakeholders berwenang)
Diberlakukannya Prosentase 8% 100% 2.9) Prosiding DSP sub Bidang Jumlah prosiding
SPMK dan penambahan Jalan dan Jembatan diseminasi, sosialisasi
teknologi oleh SPM (K) yang dan TOT SPMK sub
stakeholders diberlakukan oleh bidang jalan dan
Kementerian PU jembatan

Diterimanya Prosentase 11% 100% 2.10) Prosiding ATSE sub Bidang Jumlah prosiding advis
rekomendasi IPTEK pelayanan teknis Jalan dan Jembatan teknis yang diberikan
oleh stakeholders. yang diterima oleh kepada stakeholders
stakeholders

Peningkatan Indeks peningkatan 24% 100% 2.11) Layanan Perkantoran Jumlah Layanan
layanan Kapasitas (SDM, Perkantoran
Penyelenggaraan sarana prasarana
2.12) Dukungan Jumlah dokumen
Litbang dan manajemen)
Penyelenggaraan Litbang dukungan
penyelenggaraan
Litbang
2.13) Layanan Publik (PNBP) Jumlah layanan publik

2.14) Pengadaan Sarana dan Jumlah pengadaan


Prasarana Litbang sarana dan prasarana
Litbang

370 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


REALISASI
VOLUME
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014
             
106.141 689.208
             

Buku 22 60 32 28 26 168
   

Dokumen 1 8 1 2 1 13
   

Unit 3 3 4 4 - 14
   

Naskah - - - - 1 1
   

Naskah 8 40 29 22 18 117
   

Unit 6 6 5 4 5 26
   

Dokumen 1 8 5 4 5 23
   

Naskah
- 1 - 1 1 3
Kebijakan
   

Prosiding DSP 1 2 2 3 2 10

   

Prosiding ATSE 1 2 2 2 2 9

   

Bulan 12 12 12 12 12 60
   

Dokumen 58 30 45 50 46 229
   
Bulan 12 12 12 12 12 60    

Unit 35 30 15 20 33 133
   

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 371


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 3: Penelitian dan Pengembangan Subbidang Permukiman 


Penanggungjawab: Puslitbang Permukiman
Meningkatnya Meningkatnya Prosentase IPTEK 6% 38% 3.1) Naskah Ilmiah Litbang Sub Jumlah naskah ilmiah
IPTEK dan Litbang yang masuk bursa TTG Bidang Permukiman hasil litbang yang masuk
NSPM (K) siap masuk bursa bidang ke-PU-an bursa IPTEK
pakai pilihan teknologi dan Permukiman
3.2) Teknologi Sub Bidang Jumlah teknologi hasil
siap pakai.
Permukiman litbang yang masuk
bursa IPTEK
3.3) Model Fisik Sub Bidang Jumlah Model fisik hasil
Permukiman litbang yang masuk
bursa IPTEK
3.4) Model Sistem Sub Bidang Jumlah model sistem
Permukiman hasil litbang yang masuk
bursa IPTEK
3.5) R0 SPM Sub Bidang Jumlah R0 SPM hasil
Permukiman litbang yang masuk
bursa IPTEK
3.6) Prototipe Sub Bidang Jumlah prototipe hasil
Permukiman litbang yang masuk
bursa IPTEK
3.7) Kriteria Disain Sub Bidang Jumlah Kriteria Desain
Permukiman hasil litbang yang masuk
bursa IPTEK
Meningkatnya Prosentase 43% 100% 3.8) Naskah Kebijakan Sub Jumlah naskah
kesiapan IPTEK teknologi tepat Bidang Permukiman kebijakan untuk
untuk diterapkan guna yang diterapkan stakeholder
stakeholders digunakan oleh (melalui instansi yang
stakeholders berwenang)
Diberlakukannya Prosentase 29% 100% 3.9) Prosiding advis teknis Jumlah prosiding
SPMK dan penambahan yang diberikan kepada diseminasi, sosialisasi
teknologi oleh SPM (K) yang stakeholders dan TOT SPMK bidang
stakeholders diberlakukan oleh Permukiman
Kementerian PU

Diterimanya Prosentase 20% 100% 3.10) Prosiding Advis Teknis, Jumlah prosiding advis
rekomendasi IPTEK pelayanan teknis Sosial, Ekonomi sub bidang teknis yang diberikan
oleh stakeholders. yang diterima oleh Permukiman kepada stakeholders
stakeholders

Peningkatan Indeks peningkatan 3% 81% 3.11) Layanan Perkantoran Jumlah Layanan


layanan Kapasitas (SDM, Perkantoran
Penyelenggaraan sarana prasarana
3.12) Dukungan Jumlah dokumen
Litbang dan manajemen)
Penyelenggaraan Litbang dukungan
penyelenggaraan
Litbang
3.13) Layanan Publik (PNBP) Jumlah layanan PNBP

3.14) Pengadaan Sarana Dan Jumlah pengadaan


Prasarana Litbang sarana dan prasarana
litbang

372 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


REALISASI
VOLUME
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014
             
66.099 468.952
             

Buku 19 21 25 15 15 95
   

Dokumen 16 15 7 2 2 42
   

Unit 8 2 1 1 1 13
   

Naskah 1 4 1 1 1 8
   

Naskah 3 7 3 3 3 19
   

Unit 8 26 16 13 13 76
   

Dokumen 3 2 1 1 1 8
   

Naskah
3 1 1 1 1 7
Kebijakan
   

Prosiding DSP 4 2 2 1 1 10

   

Prosiding ATSE 1 1 1 1 1 5

   

Bulan 12 12 12 12 12 60
   

Dokumen 70 63 61 61 61 316
   
Bulan 12 12 12 12 12 60    

Unit 22 23 23 18 18 104
   

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 373


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 4: Penelitian dan Pengembangan Subbidang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan 


Penanggungjawab: Puslitbang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Meningkatnya Meningkatnya Prosentase IPTEK 0% 81% 4.1) Naskah Ilmiah Sub Bidang Jumlah Naskah Ilmiah
IPTEK dan Litbang yang masuk bursa TTG Sosial, Ekonomi, dan hasil Litbang yang
NSPM (K) siap masuk bursa bidang ke-PU-an Lingkungan masuk bursa IPTEK
pakai pilihan teknologi dan Permukiman
4.2) Manual Sub Bidang Sosial, Jumlah Manual Hasil
  siap pakai.
Ekonomi, dan Lingkungan Litbang yang masuk
 
Bursa IPTEK
 
  4.3) Model Sub Bidang Sosial, Jumlah Model Hasil
  Ekonomi, dan Lingkungan Litbang yang masuk
  Bursa IPTEK
 
4.4) Konsep Pedoman Sub Jumlah Konsep
 
Bidang Sosial, Ekonomi, Pedoman Hasil Litbang
 
dan Lingkungan yang masuk Bursa IPTEK
 
  4.5) Pedoman Sub Bidang Jumlah Pedoman Hasil
Sosial, Ekonomi, dan Litbang yang masuk
Lingkungan Bursa IPTEK
Meningkatnya Prosentase 0% 100% 4.6) Naskah Kebijakan Sub Jumlah Naskah
kesiapan IPTEK teknologi tepat Bidang Sosial, Ekonomi, Kebijakan Hasil Litbang
untuk diterapkan guna yang dan Lingkungan yang masuk Bursa IPTEK
stakeholders digunakan oleh
stakeholders
Diberlakukannya Prosentase 6% 100% 4.7) Prosiding Diseminasi, Jumlah prosiding
SPMK dan penambahan Sosialisasi, Pelatihan Sub diseminasi, sosialisasi
teknologi oleh SPM (K) yang Bidang Sosial, Ekonomi, dan TOT
stakeholders diberlakukan oleh dan Lingkungan
Kementerian PU
Diterimanya Prosentase 6% 100% 4.8) Prosiding Advis Teknis, Jumlah prosiding advis
rekomendasi IPTEK pelayanan teknis Sosial, Ekonomi Sub Bidang teknis Sosial, Ekonomi
oleh stakeholders. yang diterima oleh Sosial, Ekonomi, dan dan Lingkungan
stakeholders Lingkungan
Peningkatan Indeks peningkatan 4.9) Layanan Perkantoran Jumlah Layanan
layanan Kapasitas (SDM, Perkantoran
Penyelenggaraan sarana prasarana
4.10) Dokumen dukungan Jumlah dokumen
Litbang dan manajemen)
penyelenggaraan Litbang dukungan
26% 100% penyelenggaraan
Litbang
4.11) Layanan Publik (PNBP Jumlah layanan publik

4.12) Pengadaan Sarana dan Jumlah Layanan Sarana


Prasarana Litbang dan Prasarana

374 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


REALISASI
VOLUME
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014
             
22.439 145.988
             

Naskah Ilmiah 14 15 12 13 10 64
   

Manual 1 2 2 3 3 11
   

Model - 2 2 3 3 10
   

Naskah - - 5 3 3 11
   

Pedoman 5 4 3 3 3 18
   

Naskah
- 5 8 8 8 29
Kebijakan
   

Prosiding DSP 2 2 6 8 2 20

   

Prosiding ATSE 1 4 3 3 3 14
   

Bulan 12 12 12 12 12 60
   

Dokumen 51 68 44 23 21 207
   
Bulan 12 12 12 12 12 60    

Unit 176 261 265 406 160 1.268


   

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 375


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 5: Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Litbang 


Penanggungjawab: Sekretariat Badan Litbang
Meningkatnya Peningkatan Indeks Peningkatan 26% 100% 5.1) Layanan Perkantoran Jumlah Layanan
IPTEK dan layanan Kapasitas (SDM, Perkantoran
NSPM (K) siap penyelenggaraan Sarana prasarana
5.2) Dokumen Perencanaan Jumlah Dokumen
pakai Litbang dan Manajemen).
dan Kerjasama Perencanaan dan
Kerjasama
5.3) Dokumen Keuangan dan Jumlah Dokumen
Umum Keuangan dan Umum
5.4) Dokumen Kepegawaian Jumlah Dokumen
dan Organisasi Tata Kepegawaian dan
Laksana Organisasi Tata Laksana
5.5) Dokumen Standardisasi Jumlah Dokumen
Standardisasi

376 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


REALISASI
VOLUME
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014
             
20.182 137.000
             

Bulan 12 12 12 12 12 60
   

Dokumen 6 5 5 5 5 26
   

Dokumen 11 5 5 5 5 31
   

Dokumen 17 5 5 5 5 37
   

Dokumen 3 5 5 5 5 23
   

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 377


Lampiran 4.7.
Matriks Kegiatan Inspektorat Jenderal
Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum
TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME INDIKATOR OUTCOME OUTPUT
STRATEGIS 2010 2014 OUTPUT

Kegiatan 1: Pengelolaan Hasil Pelaksanaan, Pengawasan, Pemantauan dan Pemeriksaan


Penanggungjawab: Sekretariat Inspektorat Jenderal
Terwujudnya Meningkatkan Jumlah penuntasan 330 laporan 1063 laporan 1.1) Layanan Pelayanan Teknis
peningkatan kualitas hasil tindak lanjut LHP Perkantoran dan Administrasi
kepatuhan dan pengawasan
Jumlah Eselon I yang 8 Laporan 8 Laporan 1.2) Kendaraan Jumlah unit
akuntabilitas dan pembinaan
mempunyai sistem kendaraan dinas
kinerja serta pemeriksaan
Pengendalian Intern
penyelenggaraan terhadap
infrastruktur yang pelaksanaan Prosentase 60% 80% 1.3) Bangunan Luas bangunan
bebas KKN tugas di lingkup percepatan yang direnovasi
  Kementerian PU penuntasan laporan
  hasil pemeriksaan
Itjen berdasarkan
batas waktu yang
ditetapkan (2 bulan)
Jumlah Eselon I yang 8 Laporan 8 Laporan 1.4) Komputer Jumlah Unit
menyusun LAKIP dan pengolahan data
Kinerja Eselon I sesuai
Tugas dan Fungsi
Jumlah Eselon I 1 Laporan 1 Laporan 1.5) Dokumen Jumlah laporan
yang menyusun LRA WDP WTP Perencanaan dokumen
Kementerian PU dan Pengelolaan perencanaan
sesuai Kriteria jumlah Penganggaran dan
laporan Keuangan penganggaran
yang WTP
Jumlah 20 laporan 100 laporan 1.6) Diklat, Sosialisasi, Jumlah Peserta
pendampingan Diseminasi, Diklat, Sosialisasi/
terhadap satker Bimtek Diseminasi/Bimtek
dalam rangka
meningkatkan kinerja
Jumlah pengaduan 20 laporan 10 laporan 1.7) Sarana Jumlah
masyarakat yang perkantoran unit sarana
mengandung perkantoran
kebenaran menurun
1.8) Laporan Jumlah laporan
Pemeriksaan Pemeriksaan
Lainnya Lainnya

378 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


REALISASI
VOLUME
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014
             
35.000 440.000
             

unit 1       1 2    

m2 200              

unit 30 30 30 30 30 150    

dokumen 3 4 4 4 4 19    

orang 250 250 250 250 250 1250    

unit 45 45 45 45 45 225    

LHP 260 135 135 135 135 800    

               

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 379


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME INDIKATOR OUTCOME OUTPUT
STRATEGIS 2010 2014 OUTPUT

Kegiatan 2: Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi dan Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU Wilayah I
Penanggungjawab: Inspektur Wilayah I
Terwujudnya Meningkatkan Prosentase 60% 80% 2.1) laporan Jumlah laporan
peningkatan kualitas percepatan Pelaksanaan Pemeriksaan Rutin
kepatuhan dan pengawasan penuntasan laporan Pemeriksaan (Kinerja, Serentak,
akuntabilitas dan pembinaan hasil pemeriksaan Rutin (Kinerja, Keteknikan) Di
kinerja serta pemeriksaan Itjen berdasarkan Serentak, Wil I
penyelenggaraan terhadap batas waktu yang Keteknikan) Di
infrastruktur yang pelaksanaan ditetapkan (2 bulan) Wilayah I
bebas KKN tugas di lingkup
Kementerian PU
Kegiatan 3: Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi dan Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU Wilayah II
Penanggungjawab: Inspektur Wilayah II
Terwujudnya Meningkatkan Prosentase 60% 80% 3.1) laporan Jumlah laporan
peningkatan kualitas percepatan Pelaksanaan Pemeriksaan Rutin
kepatuhan dan pengawasan penuntasan laporan Pemeriksaan (Kinerja, Serentak,
akuntabilitas dan pembinaan hasil pemeriksaan Rutin (Kinerja, Keteknikan) Di
kinerja serta pemeriksaan Itjen berdasarkan Serentak, Wil II
penyelenggaraan terhadap batas waktu yang Keteknikan) Di
infrastruktur yang pelaksanaan ditetapkan (2 bulan) Wilayah I
bebas KKN tugas di lingkup
Kementerian PU
Kegiatan 4: Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi dan Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU Wilayah III
Penanggungjawab: Inspektur Wilayah III
Terwujudnya Meningkatkan Prosentase 60% 80% 4.1) laporan Jumlah laporan
peningkatan kualitas percepatan Pelaksanaan Pemeriksaan Rutin
kepatuhan dan pengawasan penuntasan laporan Pemeriksaan (Kinerja, Serentak,
akuntabilitas dan pembinaan hasil pemeriksaan Rutin (Kinerja, Keteknikan) Di
kinerja serta pemeriksaan Itjen berdasarkan Serentak, Wil III
penyelenggaraan terhadap batas waktu yang Keteknikan) Di
infrastruktur yang pelaksanaan ditetapkan (2 bulan) Wilayah I
bebas KKN tugas di lingkup
Kementerian PU
Kegiatan 5: Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi dan Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU Wilayah IV
Penanggungjawab: Inspektur Wilayah IV
Terwujudnya Meningkatkan Prosentase 60% 80% 5.1) laporan Jumlah laporan
peningkatan kualitas percepatan Pelaksanaan Pemeriksaan Rutin
kepatuhan dan pengawasan penuntasan laporan Pemeriksaan (Kinerja, Serentak,
akuntabilitas dan pembinaan hasil pemeriksaan Rutin (Kinerja, Keteknikan) Di
kinerja serta pemeriksaan Itjen berdasarkan Serentak, Wil IV
penyelenggaraan terhadap batas waktu yang Keteknikan) Di
infrastruktur yang pelaksanaan ditetapkan (2 bulan) Wilayah I
bebas KKN tugas di lingkup
Kementerian PU
Kegiatan 6: Pelaksanaan Koordinasi, Pemantauan, Evaluasi dan Pemeriksaan Penyelenggaraan Bidang PU Di Inspektorat Khusus
Penanggungjawab: Inspektur Khusus
Terwujudnya Meningkatkan Jumlah pengaduan 20 laporan 10 laporan 6.1) laporan Jumlah laporan
peningkatan kualitas masyarakat yang Pelaksanaan Pemeriksaan Rutin
kepatuhan dan pengawasan mengandung Pemeriksaan (Kinerja, Serentak,
akuntabilitas dan pembinaan kebenaran menurun Rutin (Kinerja, Keteknikan) Di
kinerja serta pemeriksaan Serentak, Pusat
penyelenggaraan terhadap Keteknikan) Di
infrastruktur yang pelaksanaan Pusat
bebas KKN tugas di lingkup
6.2) Laporan Jumlah laporan
Kementerian PU
Pelaksanaan pemeriksaan
Pemeriksaan khusus
Khusus

380 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


REALISASI
VOLUME
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014
              35.000 440.000
             

LHP 140 140 140 140 140 700    

             
6.000 30.000
             

LHP 84 84 84 84 84 420    

             
12.000 70.000
             

LHP 140 140 140 140 140 700    

             
8.000 70.000
             

LHP 98 98 98 98 98 490    

             
1.000 40.000
             

LHP 32 32 32 32 32 160    

Laporan 15 15 15 15 15 75    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 381


Lampiran 4.8A.
Matriks Kegiatan Sekretariat Jenderal
A. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya Kementerian Pekerjaan Umum
TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 1: Penyususnan, Perencanaan, Pemrograman, Penganggaran, Pemantauan dan Evaluasi Serta Pembinaan PHLN
Penanggungjawab: Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri
Meningkatnya Terwujudnya Jumlah dokumen 8 Renja 40 Renja 1.1) Layanan Jumlah bulan layanan
koordinasi, pelayanan perencanaan Satminkal Satminkal Perkantoran perkantoran
administrasi administrasi dan 1022 RKAKL 1022 RKAKL
dan kualitas pemerintah yang pemograman 1 RKP 5 RKP 1.2) Laporan Kegiatan Jumlah laporan
perencanaan, baik di lingkungan Tahunan 1 Nota 5 Nota dan Pembinaan peningkatan kapasitas
pengaturan, Kementerian   Keuangan Keuangan SDM, Sosialisasi/
pengelolaan Pekerjaan Umum       diseminasi, laporan
keuangan dan         keuangan, laporan
Barang         BMN, dll
Milik Negara (BMN)         1.3) Dokumen rumusan Jumlah dokuman
          kebijakan, rumusan kebijakan,
        perencanaan, perencanaan, dan
    dan pengendalian pengendalian kegiatan
  kegiatan bidang PU bidang PU dan
  dan permukiman permukiman jangka
  jangka panjang panjang dan menengah
dan menengah serta koordinasi lintas
serta koordinasi sektoral bidang PU dan
lintas sektoral permukiman
bidang PU dan
permukiman
1.4) Perencanaan, Jumlah dokumen
Pengendaliandan Perencanaan,
Pengelolaan Pengendalian dan
Rencana Kerja Pengelolaan Rencana
Program dan Kerja Program dan
Anggaran Tahunan Anggaran Tahunan dan
dan Khusus Bidang Khusus Bidang PU dan
PU dan Permukiman Permukiman
1.5) Laporan Jumlah laporan
pemantauan pemantauan dan
dan evaluasi evaluasi pelaksanaan
pelaksanaan anggaran bidang PU dan
anggaran permukiman
bidang PU dan
permukiman

1.6) Dokumen Jumlah dokumen


monitoring dan monitoring dan evaluasi
evaluasi PHLN PHLN bilateral, multilateral
bilateral, multilateral dan internasional
dan internasional
1.7) Ketersediaan Jumlah ketersediaan
kendaraan dinas kendaraan dinas
operasional operasional

1.8) Penyediaan Jumlah sarana &


Prasarana dan prasarana pendukung
Sarana Pendukung

1.9) Sistem Pelaporan Jumlah laporan


secara Elektronik pelaksanaan anggaran
(EMonitoring) secara elektronik yang
Satuan Kerja tepat waktu dan akurat
Kementerian PU

382 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014
           
  35.000 268.000
           

Bulan layanan 12 12 12 12 12 60    

Laporan 5 1 4 3 4 13    

Dokumen 6 8 7 8 7 31    

Dokumen 9 12 8 8 8 37    

Laporan 6 6 6 6 7 25    

Dokumen 6 9 6 6 7 28    

Unit 1 - - - - 1    

Set 7 - - - - 7    

Laporan 28 28 28 28 28 140    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 383


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 2: Pengembangan, Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan Strategis Bidang PU Lainnya 


Penanggungjawab: Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri
Meningkatnya Terwujudnya Jumlah dokumen 8 Renja 40 Renja 2.1) Laporan dukungan Jumlah laporan
koordinasi, pelayanan perencanaan Satminkal Satminkal terhadap kawasan- dukungan terhadap
administrasi administrasi dan 1022 RKAKL 1022 RKAKL kawasan khusus kawasan- kawasan
dan kualitas pemerintah yang pemograman 1 RKP 5 RKP dan pekerjaan khusus dan pekerjaan
perencanaan, baik di lingkungan Tahunan 1 Nota 5 Nota strategis bidang PU strategis bidang PU
pengaturan, Kementerian Keuangan Keuangan lainnya lainnya
pengelolaan Pekerjaan Umum
keuangan dan 2.2) Laporan Jumlah Laporan
Barang Pengendalian dan Pengendalian dan
Milik Negara (BMN) Pelaksanaan RRI Pelakasanaan RRI
2.3) Sistem Pelaporan Jumlah laporan
secara Elektronik pelaksanaan anggaran
(EMonitoring) secara elektronik yang
Satuan Kerja tepat waktu dan akurat
Kementerian PU
Kegiatan 3: Pengelolaan dan Pengembangan SDM dan Organisasi Tata Laksana 
Penanggungjawab: Biro Kepegawaian dan Ortala
Meningkatnya Terwujudnya Jumlah pegawai 16.122 93.989 Pegawai 3.1) Layanan Jumlah bulan layanan
kualitas pelayanan yang terlayani Pegawai Perkantoran perkantoran
kelembagaan administrasi administrasi
dan Sumber Daya pemerintah yang kepegawaian- 122 SOP 204 SOP 3.2) Dokumen struktur Jumlah pedoman
Manusia (SDM) baik di lingkungan nya serta     organisasi dan organisasi dan tatakerja
aparatur Kementerian jumlah tata   tata kerja, sistem kementerian, sistem
  Pekerjaan Umum laksana Standar   dan prosedur ketatalaksanaan
    Operasional ketatalaksanaan organisasi dan
    Prosedur (SOP) organisasi dan kepegawaian
  yang disusun kepegawaian
  3.3) Dokumen informasi Jumlah kajian analisis
jabatan, beban jabatan dan beban kerja
kerja dan standar
kompetensi jabatan
3.4) Pengadaan dan Jumlah laporan
peningkatan pengadaan CPNS,
kompetensi penyelenggaraan
pegawai OT, diklat dan bintek
pegawai, serta
kebutuhan formasi
pegawai
3.5) Dokumen Jumlah kajian/pedoman
Perencanaan dan kebutuhan kualifikasi
Pengembangan, pendidikan, reformasi
reformasi birokrasi, birokrasi, Renstra biro
evaluasi prestasi kepegawaian dan ortala,
kerja pegawai penilaian kinerja PNS,
dan program KAD
3.6) Dokumen Jumlah dokumen
Pengelolaan pegawai yang dimutasi,
Administrasi Mutasi CPNS yang diangkat,
dan Tata Usaha ke-TU-an dan BMN dan
Kepegawaian Pedoman Pengaturan
serta Pembinaan Manajemen dan
Jabatan Fungsional Administrasi serta
pengelolaan Jabatan
fungsional
3.7) Dokumen Jumlah Dokumen
Perencanaan Perencanaan
dan Pengelolaan Penyusunan dan
Anggaran Pengelolaan Anggaran

384 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  183.000 375.000
           

Laporan 7 11   9 9 36

   

Laporan 1 2   3 3 9

Laporan - 1   28 28 57    

           
  24.000 166.000
           

Bulan layanan 12 12 12 12 12 60    

Dokumen 2 2 2 2 2 10    

Dokumen 1 1 1 1 1 5    

Pegawai 600 1200 1200 1200 1200 5400    

Dokumen 4 5 5 5 5 24    

Dokumen 4 6 6 6 6 28    

Dokumen 2 4 4 4 4 18    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 385


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 4: Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan Kementerian 


Penanggungjawab: Biro Keuangan
Meningkatnya Terwujudnya Jumlah 1 Laporan 5 Laporan 4.1) Layanan Pembayaran gaji,
koordinasi, pelayanan dokumen keuangan keuangan Perkantoran honorarium, tunjangan
administrasi administrasi pelaporan Kementerian Kementerian dan perawatan
dan kualitas pemerintah keuangan     sarana dan sarana
perencanaan, yang baik di     perkantoran
pengaturan, lingkungan    
4.2) Dokumen Jumlah dokumen
pengelolaan Kementerian  
Perencanaan perencanaan dan
keuangan dan Pekerjaan Umum
dan Pengelolaan pengelolaan anggaran
Barang Milik  
Anggaran
Negara (BMN)
  4.3) Tatalaksana Jumlah dokumen
  Keuangan ketatalaksanaan
  keuangan
4.4) Pembinaan Jumlah angkatan/
Perbendaharaan laporan/dokumen/
aplikasi/pedoman
pembinaan
perbendaharaan
4.5) Fasilitasi Jumlah angkatan/
Penyusunan dan laporan/dokumen/
Pelaksanaan aplikasi/pedoman
Anggaran, fasilitasi penyusunan
Pengembangan dan pelaksanaan
PNBP anggaran,
pengembangan PNBP
4.6) Pembinaan Jumlah angkatan/
Akuntansi dan laporan/dokumen/
Penyusunan aplikasi/pedoman
Laporan pembinaan akuntansi
Keuangan dan penyusunan
laporan keuangan
4.7) Fasilitasi Jumlah angkatan/
Pembinaan BUMN laporan/dokumen/
Perum aplikasi/pedoman
fasilitasi pembinaan
BUMN perum

386 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  17.000 127.000
           

Bulan layanan 12 12 12 12 12 60    

Dokumen 3 3 3 3 3 15    

Dokumen - - 1 1 1 3    

Angkatan 16 16 23 23 23 101    

Angkatan 30 30 19 17 21 117    

Angkatan 18 18 18 18 18 90    

Angkatan 7 7 7 7 7 35    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 387


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 5: Pembinaan, Perencanaan, harmonisasi dan Publikasi Peraturan Perundang-Undangan Serta Bantuan Hukum
Penanggungjawab: Biro Hukum
Meningkatnya Terwujudnya Jumlah 31 peraturan 129 peraturan 5.1) Dokumen Jumlah dokumen draft
koordinasi, pelayanan peraturan     Peraturan RUU, RPP, Raperpres,
administrasi administrasi perundang-   Perundangan di Rapermen di bidang PU
dan kualitas pemerintah undangan   bidang PU dan dan permukiman
perencanaan, yang baik di bidang PU dan   permukiman
pengaturan, lingkungan permukiman  
5.2) Pendampingan Jumlah Putusan PN, PT,
pengelolaan Kementerian  
Penyelesaian Kasasi, PK di MARI
keuangan dan Pekerjaan Umum  
Perkara Hukum
Barang Milik    
di Lingkungan
Negara (BMN)  
Kementerian PU
   
  5.3) Pendapat Hukum Jumlah Pendapat
  (Opini Hukum) dan Hukum (Opini Hukum),
  Pendampingan Pendampingan dan
  hukum hasil konsultasi hukum

5.4) Peningkatan SDM Jumlah SDM bidang


bidang bantuan bantuan hukum
hukum Perdata, Perdata, Pidana, PTUN,
Pidana, PTUN, Arbitrase, kontrak
Arbitrase, kontrak kepengacaraan dan
kepengacaraan legal drafter
dan legal drafter
5.5) Peningkatan SDM Jumlah
Bidang SJDIH Penyelenggaraan, SDM
bidang SJDIH yang
dibina
5.6) Provinsi yang Jumlah provinsi yang
dibangun dibangun SJDIHnya
SJDIHnya
5.7) Dokumen Jumlah dokumen
kegiatan dan kegiatan dan
pembayaran gaji pembayaran gaji
5.8) Unit fasilitasi kantor Jumlah unit fasilitasi
kantor

388 LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  18.000 134.000
           
   

Dokumen 25 29 27 25 10 116

Litigasi 20 20 20 20 22 102

 
   

Non litigasi 8 4 4 10 22 48

Laporan 2 8 5 5 5 25

   

Laporan 0 1 1 1 1 4
   

Provinsi 6 7 6 6 7 32
   

Dokumen 5 5 5 5 5 60
   

Unit 1 1 1 1 1 5
   

LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL 389


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 6: Penyusunan, Pengkajian Serta Pengembanga n Kebijakan dan Strategi Bidang PU dan Permukiman
Penanggungjawab: Pusat Kajian Strategis
Meningkatnya Terwujudnya Jumlah 3 Dokumen 8 Dokumen 6.1) Layanan Jumlah Bulan Layanan
koordinasi, pelayanan dokumen kebijakan kebijakan Perkantoran Perkantoran
administrasi administrasi perencanaan  
6.2) Dokumen Jumlah dokumen
dan kualitas pemerintah Jangka
Perencanaan perencanaan dan
perencanaan, yang baik di Menengah
dan Pengeloaan pengelolaan anggaran
pengaturan, lingkungan  
Anggaran
pengelolaan Kementerian
keuangan dan Pekerjaan Umum 6.3) Laporan Kegiatan Jumlah Laporan
Barang Milik   dan pembinaan Kegiatan dan
Negara (BMN) pembinaan
 
6.4) Dokumen Jumlah Dokumen
 
Kebijakan jangka kebijakan jangka
panjang dan panjang dan
menengah, menengah,
pengembangan pengembangan
wilayah, lintas wilayah, lintas sektor
sektor dan dan antar Lembaga
antar lembaga serta investasi bidang
serta investasi PU dan permukiman
bidang PU dan
permukiman
Jumlah 6 dokumen 33 dokumen 6.5) Fasilitasi dan Jumlah Laporan
dokumen evaluasi evaluasi sosialisasi Fasilitasi dan sosialisasi
pelaporan     kebijakan, SAKIP kebijakan, SAKIP dan
akuntabilitas dan investasi investasi
kinerja
6.6) Dokumen Evaluasi, Jumlah Dokumen
 
pelaksanaan Evaluasi, pelaksanaan
kebijakan, strategi kebijakan, strategi dan
dan investasi investasi Pembangunan
pembangunan bidang PU dan
bidang PU dan Permukiman
Permukiman

390 LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  19.000 151.000
           
   
Bulan layanan 12 12 12 12 12 60

 
Dokumen 3 1 1 6 9 20
 
   
Laporan 4 2 5 2 2 15

Dokumen
3 23 14 17 16 73
kebijakan

   

Laporan 2 2 4 3 3 14
   

Dokumen
6 4 9 7 7 33
evaluasi

   

LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL 391


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 7: Penyelenggaraan Pengelolaan Barang Milik Negara Kementerian PU 


Penanggungjawab: Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara
Meningkatnya Terwujudnya Jumlah 3 Laporan 16 Laporan 7.1) Layanan Jumlah Bulan Layanan
koordinasi, pelayanan dokumen BMN BMN Perkantoran Perkantoran
administrasi administrasi pelaporan Kementerian Kementerian
7.2) Laporan Jumlah Laporan
dan kualitas pemerintah Barang Milik PU PU
pendataan dan pendataan dan
perencanaan, yang baik di Negara (BMN)    
penilaian aset penilaian aset BMN
pengaturan, lingkungan    
BMN
pengelolaan Kementerian    
keuangan dan Pekerjaan Umum     7.3) Sertifikat dan Jumlah Sertifikat
Barang Milik       dokumen dan dokumen
Negara (BMN)     pengamanan pengamanan
      kepemilikan dan kepemilikan dan
      pemrosesan BMN pemrosesan BMN
   
7.4) Pedoman Jumlah Pedoman
 
pengaturan BMN pengaturan BMN
 
  7.5) Laporan Jumlah Laporan
  Pemanfaatan, Pemanfaatan,
pemindah- pemindahtanganan
tanganan dan dan penghapusan BMN
penghapusan
BMN
7.6) Pemantauan Jumlah Laporan
dan evaluasi Pemantauan
Penatausahaan dan evaluasi
BMN Penatausahaan BMN
7.7) Sosialisasi, Jumlah Sosialisasi,
pelatihan dan pelatihan dan
diseminasi BMN diseminasi BMN
7.8) Program Jumlah Laporan
pengelolaan BMN program pengelolaan
BMN
7.9) Sistem aplikasi dan Jumlah Sistem aplikasi
Database BMN dan Database
7.10) Dokumen Jumlah Dokumen
Perencanaan Perencanaan dan
dan Pengelolaan Pengelolaan Anggaran
Anggaran

392 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  15.000 119.000
           
   
Bulan Layanan 12 12 12 12 12 60

 
Laporan 1 6 8 12 12 39
 

107 (100
23 (20
sertifikat
Dokumen 20 sertifikat + 3 71 72 293
+7
dokumen)
dokumen)
   

Pedoman 3 3 4 4 3 17
   

Laporan 2 0 0 1 3 6

   

Laporan 6 9 8 8 8 39
   

Angkatan 6 10 14 12 15 57
   

Dokumen 1 7 6 5 6 25
   

Unit 3 3 1 1 1 9
   

Dokumen 0 1 0 2 2 5
   

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 393


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 8: Penyelenggaraan dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Bidang PU dan Permukiman
Penanggungjawab: Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Meningkatnya Terwujudnya Jumlah 5.891 27.090 8.1) Layanan Jumlah Bulan Layanan
kualitas pelayanan sumber daya pegawai pegawai Perkantoran Perkantoran
kelembagaan administrasi manusia (SDM)    
8.2) Pendidikan Jumlah angkatan
dan Sumber Daya pemerintah aparatur yang  
dan Pelatihan Pendidikan dan
Manusia yang baik di mendapat  
Prajaba- tan, Pelatihan Prajaba-
(SDM) aparatur lingkungan pendidikan dan  
Kepemimpinan, tan, Kepemimpinan,
  Kementerian pelatihan  
Teknis dan Fung- Teknis dan Fung- sional
Pekerjaan Umum    
sional di Bidang PU di Bidang PU dan
   
dan Permukiman Permukiman
   
    8.3) Penyusunan Jumlah dokumen
  Kompetensi penyusunan kom-
  Aparatur petensi Aparatur
 
8.4) Dokumen Materi Jumlah Dokumen
 
dan Modul Diklat Materi dan Modul
 
di Bidang PU dan Diklat di Bidang PU dan
Permukiman Permukiman
8.5) Peningkatan Jumlah Laporan Pen-
Kapasitas ingkatan Kapasitas
Penyelenggaraan Penyelenggaraan
Diklat Diklat
8.6) Pembangunan Jumlah Pembangu-
dan Rehabilitasi nan dan Rehabilitasi
Gedung Gedung
8.7) Peralatan dan Jumlah unit Peralatan
Perlengkapan dan Perlengkapan
Diklat Diklat
8.8) Pembinaan Jumlah laporan Pem-
program, Sistem binaan pro- gram,
Informasi Diklat Sistem Informasi Diklat
Aparatur Aparatur

8.9) Koordinasi Jumlah laporan


program dan Koordinasi program
kegiatan intra dan kegiatan intra
instansi dan antar instansi dan antar
instansi instansi
8.10) Pelayanan Publik Jumlah Bulan
(PNBP) Pelayanan Publik
(PNBP)

394 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  80.000 623.000
           
   
Bulan layanan 12 12 12 12 12 60

Angkatan 149 211 181 181 181 903

   

Dokumen - 9 9 9 9 36
   

Dokumen 41 5 5 5 5 61
   

Laporan 24 39 39 39 39 180
   

m2 12,643 2,887 2,500 2,500 2,500 23,030


   

Unit 193 578 200 210 219 1,400


   

Laporan 33 13 13 13 13 85

   

Laporan 6 2 2 2 2 14

   

Bulan layanan 12 12 12 12 12 60
   

LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL 395


Lampiran 4.8B.
Matriks Kegiatan Sekretariat Jenderal
B. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum
TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 1: Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya Kementerian PU 
Penanggungjawab: Biro umum
Meningkatnya Terwujudnya Luas bangunan 28.815 m2 140.294 m2 1.1) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
kualitas prasarana, dukungan gedung kantor     perkantoran
pengelolaan data, sarana dan Kementerian PU    
informasi dan prasarana yang ditingkatkan     1.2) Peraturan Menteri Jumlah pedoman,
komunikasi publik komunikasi       Bidang Tata Persuratan pengaturan bidang TU,
  dan informasi     dan Kearsipan serta kearsipan, termasuk Tata
yang memadai     Pemanfaatan Aset Naskah Dinas dan Sistem
di lingkungan     Bangunan Gedung Kearsipan Elektronik serta
Kementerian   Kantor di Lingkungan Asset Bangunan Gedung
Pekerjaan   Kementrian PU Kantor di Lingkungan
Umum   Kementerian PU
   
1.3) Pembinaan Pengelolaan Jumlah pembinaan SDM
 
Tata Persuratan Pengelolaan Tata Naskah
 
dan Kearsipan serta Dinas dan Kearsipan serta
 
Pembinaan, Penyusunan Tata Naskah Dinas Elektronik
 
dan Pengelolaan BMN dan Sistem Kearsipan
 
Tingkat Unit Eselon I dan Elektronik dan Analisa
 
Penghapusan Jabatan Persiapan
 
  1.4) Penyiapan dan Monitoring Jumlah Dokumen
Pelaksanaan Rencana pelaksanaan monitoring
Program dan Rencana dan evaluasi, dan dokumen
Kerja rencana kerja

1.5) Pelaksanaan Pembinaan, Jumlah pembinaan


Penyusunan dan dan pengelolaan asset,
Pengelolaan BMN bangunan, pengaman
Tingkat Unit Eselon I dan termasuk penghapusan serta
Penghapusan pelaporan asset

1.6) Pembinaan dan Evaluasi Jumlah pembinaan,


Pemanfaataan dan evaluasi Pemanfaatan dan
Optimalisasi, Tanah dan Optimalisasi Tanah dan
Bangunan Gedung Bangunan Gedung

1.7) Peningkatan Pelayanan, Jumlah Pembinaan


Pengamanan dan Pengamanan Kantor,
Kesehatan di Lingkungan pelayanan dan kesehatan,
Kementerian PU kesejahteraan

1.8) Dokumen Evaluasi Jumlah pedoman Evaluasi


Pelaksanaan Pelayanan Harga Perkiraan Sendiri dan
Kantor dan Standar Evaluasi Hemat Energi
Kebutuhan Perkantoran

1.9) Pelaksanaan Program Jumlah dukungan Fasilitasi


Pemerintah Mendukung program pemerintah Peran
Peran Aksi dalam rangka Aksi dalam rangka kegiatan
kegiatan MDG’s dan MDG’s dan pengenalan
pengenalan Responsif Responsif Gender di
Gender di lingkungan lingkungan Kementerian
Kementerian PU Pekerjaan Umum

1.10) Peningkatan Sarana dan Jumlah peningkatan sarana


Prasarana Bangunan bangunan gedung dan
Gedung dan Peralatan peralatan pendukung
Pendukung Lingkungan kegiatan Kementerian PU
Kementerian PU

1.11) Peningkatan Kualitas/ Jumlah Peningkatan


Mutu Bangunan Gedung Kualitas/Mutu Bangunan
Gedung dan Lingkungan

1.12) Kendaraan Dinas Jumlah kendaraan Dinas


Operasional Operasional

396 LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
SATUAN REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  37.000 294.000
           

Bulan layanan 12 12 12 12 12 60    

Peraturan 3 1 2 3 3 12    

Laporan 1 4 4 4 3 16    

Laporan 2 2 3 3 3 13    

Laporan 2 3 3 4 4 16    

Laporan 4 2 2 2 2 12    

Laporan 4 4 4 3 3 18    

Dokumen 2 2 2 2 2 10    

Laporan 2 4 4 4 4 18    

Unit 7 40 40 54 52 193    

Unit 7 3 3 8 7 28    

Unit 42 2 2 10 15 71    

LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL 397


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 2: Penyelenggaraaan dan Pengembangan Data dan Sistem Informasi Bidang PU dan Permukiman
Penanggungjawab: Pusat Pengolahan Data
Meningkatnya Terwujudnya Jumlah 255 peta 1800 peta 2.1) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
kualitas dukungan peta profil perkantoran
prasarana, sarana dan infrastruktur 2500 orang 2.500 orang
2.2) Pelayanan Sistem Jumlah layanan Sistem
pengelolaan prasarana dan jaringan
Teknologi Informasi Teknologi Informasi dan
data, informasi komunikasi Local Area 1 sistem 5 sistem
dan Komunikasi Komunikasi Kementerian
dan komunikasi dan informasi Network (LAN)
Kementerian PU PU
publik yang   1 data 1 data
  memadai di center center
lingkungan    
Kementerian  
Pekerjaan   2.3) Sistem Aplikasi Jumlah Sistem Aplikasi
Umum   informasi dan informasi dan Database
    Database Kementerian
    Kementerian PU
 
 
 
 

2.4) Peta tematik bidang Jumlah Peta tematik


PU dan Permukiman bidang PU dan
Permukiman

2.5) Buku informasi statistik Jumlah buku informasi


ke-PU-an tingkat statistik ke-PU-an tingkat
nasional dan Kab/ nasional dan Kab/Kota
Kota
2.6) Kegiatan Pembinaan Jumlah angkatan
teknologi & Kegiatan Pembinaan
komunikasi di teknologi & komunikasi
Kementerian PU di Kementerian PU
2.7) Dokumen Jumlah Dokumen
perencanaan perencanaan dan
dan pengelolaan pengelolaan anggaran
anggaran
Kegiatan 3: Pembangunan Infrastruktur 
Penanggungjawab: Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri (PMU)
Meningkatnya Terwujudnya Luas bangunan - 153.393 m2 3.1) Pembangunan dan Jumlah pembangunan
koordinasi, dukungan gedung kantor rehabilitasi gedung dan rehabilitasi gedung
administrasi sarana dan Kementerian
dan kualitas prasarana PU yang
perencanaan, komunikasi ditingkatkan 3.2) Perbaikan infrastruktur Jumlah perbaikan
pengaturan, dan informasi dan dipelihara mendesak infrastruktur mendesak
pengelolaan yang
keuangan dan memadai di
Barang Milik lingkungan
Negara (BMN) Kementerian
PU

398 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal


VOLUME REALISASI
(2010-2012) ALOKASI DANA
REALISASI TARGET BARU + (Juta Rp.)
SATUAN
TARGET BARU
2010 2011 2012 2013 2014 (2013-2014) 2010 2010-2014

           
  19.000 157.000
           

Bulan Layanan 12 12 12 12 12 60    

Layanan
Komunikasi 2500 2500 3000 4000 4000 16    
Sistem
Layanan Buku
cetak biru TIK 3 9 10 15 17 44    
Kementerian
PU 0 1 0 0 0 1    

Sistem Aplikasi 1 1 1 1 1 5    

Pedoman 1 1 1 1 1 5    

Sistem
1 1 1 1 1 5    
Database
Data
warehouse
0 1 0 0 0 1    
Kementerian
PU

Peta Tematik 255 588 588 588 588 2,607    

Buku 24 24 34 34 34 150    

Angkatan 1 1 1 1 1 5    

Dokumen 1 1 1 1 1 5    

           
  0 1.317.000
           

Unit 1 1   1 1 4    

Unit - 3   3 3 9    

LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal 399


TARGET
SASARAN INDIKATOR
OUTCOME OUTPUT INDIKATOR OUTPUT
STRATEGIS OUTCOME 2010 2014

Kegiatan 4: Penyelenggaraaan dan Pembinaan Informasi Publik 


Penanggungjawab: Pusat Komunikasi Publik
Meningkatnya Terwujudnya Jumlah 95 Buku 975 Buku 4.1) Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan
kualitas dukungan layanan perkantoran
prasarana, sarana dan informasi publik 174 Temu 925 Temu
4.2) Layanan Kegiatan Jumlah bulan layanan
pengelolaan prasarana   Pers Pers
Keprotokolan kegiatan keprotokolan
data, informasi komunikasi    
Kementerian
dan komunikasi dan informasi    
publik yang     4.3) Dokumen Jumlah dokumen
  memadai di     Perencanaan perencanaan dan
lingkungan     dan Pengelolaan pengelolaan anggaran
Kementerian     Anggaran
Pekerjaan  
Umum   4.4) Dokumen Informasi Jumlah dokumen
    Publik bagi Pimpinan informasi publik bagi
    Kementerian pimpinan Kementerian
  4.5) Publikasi Melalui Jumlah publikasi melalui
  Berbagai Media berbagai media
 
  4.6) Dokumentasi Buku, Jumlah dokumentasi
  Foto, dan Film ke-PU- buku, foto dan film ke-
an dan Permukiman PU-an dan
4.7) Laporan Kegiatan Jumlah laporan
Pembinaan SDM kegiatan pembinaan
dalam Komunikasi SDM, Bintek, Workshop,
dan Publikasi Sosialisasi, Peningkatan
Koordinasi bidang
Komunikasi Publik
4.8) Peliputan dan Jumlah peliputan dan
Pemberitaan di pemberitaan di media
Media Massa massa
4.9) Laporan Kegiatan Jumlah laporan kegiatan
Penyelenggaraan penyelenggaraan rapat
Rapat dan Kunjungan dan kunjungan kerja
Kerja
4.10) Layanan Informasi Jumlah bulan layanan
kepada Masyarakat informasi kepada
masyarakat
4.11) Layanan Publik Jumlah bulan layanan
(PNBP) bidang komunikasi
publik
4.12) Sistem Pelaporan Jumlah laporan
secara Elektronik pelaksanaan anggaran
(e-Monitoring) Satker secara elektronik yang
Kem. PU I (Jmlh Paket tepat waktu dan akurat
1-10)
4.13) Sistem Pelaporan Jumlah laporan
secara Elektronik pelaksanaan anggaran
(e-Monitoring) Satker secara elektronik yang
Kem. PU IV (Jmlh tepat waktu dan akurat
Paket 41-60)

400 LAMPIRAN 4 MATRIKS KEGIATAN SATMINKAL


402 LAMPIRAN 4 Matriks Kegiatan Satminkal

Anda mungkin juga menyukai