Anda di halaman 1dari 9

LEMBAR KERJA MAHASISWA SISTEM INDRA

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Dan Manusia


Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Abdul Gofur, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 6 / Offering I
Endah Retno Atdha Sari (170342615502)
Farida Ariyani (170342615518)
Muhammad Haidar Amrullah (130342615319)
Mega Berliana (170342615550)
Vina Rizkiana (170342615504)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2018
LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA
SISTEM INDRA
Soal:
1. Mengindra dimulai dari sel-sel reseptor di dalam organ indra.
a. Sel reseptor dibedakan menjadi 2, sebutkan dan beri contoh
b. Jelaskan bagaimana kedua macam sel reseptor tersebut mengubah
stimulus menjadi potensial reseptor atau potensial generator dan
selanjutnya menjadi potensial aksi!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ekspresi sensoris (sensasi)
a. Dimana terjadi ekspresi sensoris?
b. Apa sensasi pada pusat penglihatan, pusat pendengaran, pusat
pengecap, pusat peraba?
c. Saraf apa yang menghubungkan reseptor dengan pusat indra?
3. a. Jelaskan bagaimana proses kerja indra sakit!
b. Apa perbedaan sensasi sakit somatic dan sensasi sakit viseceral?
c. Apa yang disebut reffered pain pathway?
4. a. Jelaskan bagaimana proses kerja indera pengecap!
b. Jelaskan bagaimana proses kerja indra penglihatan (pada saat terang
dan gelap)!
c. Jelaskan bagaimana proses kerja indra pendengaran!
5. a. Jelaskan bagaimana kerja dari alat keseimbangan statis dan dinamis.
Apa stimulus dari indra keseimbangan!

Jawab:
1. Mengindra dimulai dari sel-sel reseptor di dalam organ indra
a. (1) Sel saraf aferen, misalnya ujung-ujung sel saraf di bawah kulit
(2) Sel –sel khusus yang berhubungan baik dengan ujung peripheral sel-sel
saraf aferen, misalnya sel-sel pengecap pada lidah
b. Potensial reseptor maupun potensial generator merupakan suatu potensial
bertingkat yang amplitude dan durasinya dapat brvariasi, tergantung pada
kekuatan stimulus dan kecepatan pemindahan stimulus. Semakin kuat
stimulus, semakin besar perubahan permeabilitas dan semakin besar potensial
reseptornya. Perlu diketahui bahwa semua potensial bertingkat termasuk
potensial reseptor, tidak memiliki periode refraktori, sehingga dimungkinkan
terjadi penjumlahan respon terhadap stimuli yang cepat. Karena daerah
reseptor memiliki ambang yang sangat tinggi, maka potensial aksi tidak
terjadi pada reseptor. Untuk transmisi jarak jauh, potensial reseptor harus
dirubah menjadi potensial aksi yang dapat dirambatkan sepanjang safaf
aferen.
Pada reseptor yang berupa sel khusus, suatu potensial reseptor akan memicu
pembebasan neurotransmitter yang kemudian berdifusi melintasi celah yang
memisahkan reseptor dari ujung saraf aferen, mirip pada satu sinaps. Interaksi
neurotransmitter dengan protein reseptor pada ujung saraf aferen akan
membuka saluran Na+, yang menyebabkan masuknya ion Na+ ke dalam
neuron aferen sehingga terjadilah depolarisasi untuk memulai potensial aksi
yang akan dirambatkan pada neuron aferen.
Dalam hal potensial generator aliran arus local dari ujung reseptoryang
diaktifkan ke membran sel yang berdekatan menyebabkan terbukanya saluran
Na+ berpintu voltase di daerah tersebut. Sekali potensial ambang dicapai,
suatu potensial aksi dimulai dari dirambatkan sepanjang serabut saraf.
(selanjutnya potensial reseptor dan potensial generator akan disebut sebagai
potensial reseptor).
Jadi suatu reseptor dapat berfungsi sebagai pengubah (transducer) bentuk
energi, yaitu mengubah energy stimulus khususnya menjadi energy
elektrokimia impuls saraf, atau sebagai pembangkit potensial aksi. Apabila
stimulus yang mengenai reseptor tidak cocok, maka reseptor tidak akan
merespon, artinya tidak akan terjadi potensial reseptor yang selanjutnya tidak
terjadi potensial aksi yang dirambatkan pada saraf aferen (Soewolo, 2000).

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ekspresi sensoris (sensasi)


a. Tempat terjadinya sensasi adalah di otak. Ekspresi sensori (sensasi)
ditentukan oleh pusat sensori dan pusat sensori tersebut bertanggung jawab
untuk bagian tertentu dari tubuh secara lengkap (Soewolo, 2000).
b. Ada lima macam sensasi, yaitu:
1. Sensasi pada hidung , yaitu sensai penciuman
2. Sensasi pada mata, yaitu sensasi penglihatan (melihat fenomena)
3. Sensasi pada telinga, yaitu sensasi pendengaran (mendengarkan suara)
4. Sensasi pada kulit , yaitu sensasi panas, dingin, nyeri, raba, dan tekan
5. Sensasi pada lidah, yaitu sensasi pengecap
Setiap indra (sensasi) harus ada rangsangan. Rangsangan akan diterima oleh
alat penerima rangsangan yang disebut reseptor. Dari alat ini (reseptor),
rangsangan akan diteruskan ke pusat sensoris melalui serat syaraf sensoris.
Sedangkan pusat sensasinya berfungsi sebagai pengolah (pemroses)
rangsangan sensoris tadi. Sebagai reseptor pancaindra alatnya kulit, telinga,
mata, lidah dan hidung (Soewolo, 2000)

Gambar 1. Sensory sytems (Sistem Indra) (Ortiz, 2018).


c. Saraf yang menghubungkan reseptor dengan pusat indra adalah saraf motorik

Gambar 2. A. Saraf Motorik (Motor Neuron), B. Saraf Sensorik (Sensory Neuron)


(Dummies, 2018).
3.
a. Reseptor indra sakit (nyeri) merupakan ujung saraf dendrit telanjang dan
terdapat dalam kulit, tulang, persendian dan organ-organ dalam (visceral).
Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem
Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Aδ bermielin halus bergaris
tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri
dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan
hantaran 0,5-2 m/detik. Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan "Nyeri
cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi,
sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan
persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak. Pusat nyeri terletak
di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus
spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke
nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls
diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.
b. (1) Sensasi sakit somatic terjadi apabila reseptor rasa sakit dalam kulit,
tulang, persendian, otot dan tendon mendapat rangsangan. Reseptor sakit
somatic merespon stimuli mekanik dan kimia.
(2) Sensasi sakit visceral terjadi karena stimulasi terhadap reseptor rasa sakit
pada organ tubuh dalam. Reseptor ini juga merespon stimuli mekanik dan
kimia, misalnya pembesaran organ.
c. Referred pain merupakan rasa sakit atau nyeri yang muncul pada permukaan
tubuh jauh dari asal sakit. Contohnya adalah kasus angina pektoris yang
disebabkan oleh infark miokard (serangan jantung), di mana rasa sakit sering
dirasakan di leher, bahu, dan punggung daripada di dada (dada), tempat asal
sakitnya.

4.
a. Pada manusia dan mamalia yang lain, lidahnya mngandung kuncup-kuncup
pengecap yang merupakan reseptor untuk rasa.

Gambar 1. Kuncup Pengecap Lidah. Sumber:


https://news.labsatu.com
Kuncup pengecap tersebut berbentuk seperti bawang kecil, terletak pada
permukaan epitelium dan pada tonjolan-tonjolan kecil (papila) pada
permukaan atas lidah. Kuncup pengecap tergolong kemoreseptor yang
menerima rangsangan zat-zat kimia dalam makanan yang kita makan. Zat-zat
kimia tersebut mencapai kuncup pengecap melalui pori pengecap (taste pores).
Kuncup pengecap tersusun atas dua macam sel, yaitu sel reseptor dan sel-sel
penyokong. Pada ujung sel reseptor yang menghadap ke lubang pengecap
dilengkapi dengan mikrofili yang disebut rambut pengecap. Sel-sel reseptor
tersebut akan berhubungan dengan ujung dendrit saraf pengecap yang akan
meneruskan impulsnya ke korteks otak. Kuncup pengecap merespon kepada
empat rasa dasar, yaitu: manis, asin, pahit, dan asin.
b. Pada saat gelap, tidak terjadi peristiwa melihat. Saluran Na+ akan terbuka
apabila ada stimulus. Pada fotoreseptor ini agak lain, yakni saluran Na+ pada
segmen luar akan terbuka apabila tidak ada stimulus, yaitu pada saat gelap.
Akibatnya, pada saat gelap reseptor akan mengalami depolarisasi yang
merambat sampai ujung sinaptik. Depolarisasi ini akan membuka saluran Ca++
pada ujung sinaptik, menyebabkan Ca++ masuk ke ujung sinaptik selanjutnya
dan merangsang pembebasan neurotransmiter ke celah sinaps.
Neurotransmitter ini yang justru akan menghambat timbulnya impuls baru
pada sel bipolar. Apabila tidak ada impuls yang diteruskan ke pusat
penglihatan, maka pada saat gelap tidak terjadi peristiwa melihat.

Gambar 2. Mekanisme Kerja Fotopigmen dan Fotoreseptor. (a). Proses eksitasi


fotopigmen; (b). Peristiwa yang terjadi pada fotoreseptor di tempat gelap; (c).
Peristiwa yang terjadi pada fotoreseptor bila terkena sinar. Sumber:
(Sherwood, L. 1989: 178).

Pada saat terang, ada stimulus cahaya yang mengenai fotoreseptor. Ternyata,
saluran Na+ pada segmen luar fotoreseptor jusru tertutup. Akibatnya, pada
fotoreseptor terjadi hiperpolarisasi yang selanjutnya menyebabkan tertutupnya
saluran Ca++ pada ujung sinaptik. Tertutupnya saluran Ca++ ini, akan
menghentikan pembebasan neurotransmitter yang menghilangkan hambatan
pada sel bipolar, sehingga pada sel bipolar akan terjadi perambatan menuju ke
pusat penglihatan melalui sel-sel ganglion dan saraf penglihatan. Adanya
impuls saraf yang sampai pada pusat penglihatan ini, pada tempat yang terang
akan terjadi peristiwa melihat.
5. Krista ampularis merupakan alat keseimbangan dinamis yang terletak di dalam
ampula. Krista ampularis merupakan jaringan yang melengkung dan
mengandung sel-sel reseptor. Posisi krista ampularis saling tegak lurus satu sama
lain, dan masing-masing berpasang-pasangan pada telinga kanan dan kiri. Setiap
gerakan kepala akan dideteksi oleh paling tidak dua krista ampularis, dimana sel-
sel reseptor salah satu krista akan mengalami depolarisasi dan sel-sel reseptor
yang satunya akan mengalami hiperpolarisasi. Akibat dari mekanisme ini, maka
setiap gerakan rotasi kepala dan tubuh akan disadari, sehingga keseimbangan kita
waktu bergerak akan terjaga (Soewolo et al, 2000).
Makula astrika adalah alat keseimbangan statis yang terletak di dalam sakulus
dan utrikulus. Makula astika akan memberitahukan posisi kepala pada saat kita
diam atau melakukan gerak lurus beraturan. Setiap makula terdiri atas
sekumpulan sel-sel reseptor yang strukturnya mirip reseptor pada krista
ampularis. Dalam utrikulus pada setiap sisi kepala, sebagian rambut sel reseptor
terdepolarisasi dan sebagian yang lain hiperpolarisasi. Sel reseptor yang
terdepolarisasi akan membebaskan neurotransmitter yang selanjutnya diikuti
terjadinya impuls pada ujung syaraf sensoris untuk diteruskan ke pusat
keseimbangan di otak. Dengan demikian kita sadar akan posisi kepala kita pada
saat diam. Rambut reseptor dalam utrikulus juga mengalami perubahan bila kita
melakukan gerak lurus horizontal (Soewolo et al, 2000).
DAFTAR RUJUKAN
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: DIKTI.
Soewolo, Basoeki, S., Yudani T., Gonarso, D., Machmudin, D., Rahayu, T.,
Kuswanti, N., dan Kirana, T. 2000. Fisiologi Manusia. Malang :
FMIPA Universitas Negeri Malang.

Dummies. 2018. What’s The Basic Structure of Nerves?. John Wiley & Sons, Inc.
(Online), https://www.dummies.com/education/science/biology/whats-
the-basic-structure-of-nerves/. Diakses pada tanggal 11 September
2018.
Ortiz, Walter Garcia. 2018. What is The Most Predominant Sensory System?.
Monterrey, Nuevo León, Mexico: Primary Care Physicians, Facultad
De Medicina. UANL. (Online), https://www.quora.com/What-is-the-
most-predominant-sensory-system/answer/Walter-Garc%C3%ADa-
Ortiz. Diakses pada tanggal 11 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai