Disusun Oleh:
Kelompok 6 / Offering I
Endah Retno Atdha Sari (170342615502)
Farida Ariyani (170342615518)
Muhammad Haidar Amrullah (130342615319)
Mega Berliana (170342615550)
Vina Rizkiana (170342615504)
Jawab:
1. Mengindra dimulai dari sel-sel reseptor di dalam organ indra
a. (1) Sel saraf aferen, misalnya ujung-ujung sel saraf di bawah kulit
(2) Sel –sel khusus yang berhubungan baik dengan ujung peripheral sel-sel
saraf aferen, misalnya sel-sel pengecap pada lidah
b. Potensial reseptor maupun potensial generator merupakan suatu potensial
bertingkat yang amplitude dan durasinya dapat brvariasi, tergantung pada
kekuatan stimulus dan kecepatan pemindahan stimulus. Semakin kuat
stimulus, semakin besar perubahan permeabilitas dan semakin besar potensial
reseptornya. Perlu diketahui bahwa semua potensial bertingkat termasuk
potensial reseptor, tidak memiliki periode refraktori, sehingga dimungkinkan
terjadi penjumlahan respon terhadap stimuli yang cepat. Karena daerah
reseptor memiliki ambang yang sangat tinggi, maka potensial aksi tidak
terjadi pada reseptor. Untuk transmisi jarak jauh, potensial reseptor harus
dirubah menjadi potensial aksi yang dapat dirambatkan sepanjang safaf
aferen.
Pada reseptor yang berupa sel khusus, suatu potensial reseptor akan memicu
pembebasan neurotransmitter yang kemudian berdifusi melintasi celah yang
memisahkan reseptor dari ujung saraf aferen, mirip pada satu sinaps. Interaksi
neurotransmitter dengan protein reseptor pada ujung saraf aferen akan
membuka saluran Na+, yang menyebabkan masuknya ion Na+ ke dalam
neuron aferen sehingga terjadilah depolarisasi untuk memulai potensial aksi
yang akan dirambatkan pada neuron aferen.
Dalam hal potensial generator aliran arus local dari ujung reseptoryang
diaktifkan ke membran sel yang berdekatan menyebabkan terbukanya saluran
Na+ berpintu voltase di daerah tersebut. Sekali potensial ambang dicapai,
suatu potensial aksi dimulai dari dirambatkan sepanjang serabut saraf.
(selanjutnya potensial reseptor dan potensial generator akan disebut sebagai
potensial reseptor).
Jadi suatu reseptor dapat berfungsi sebagai pengubah (transducer) bentuk
energi, yaitu mengubah energy stimulus khususnya menjadi energy
elektrokimia impuls saraf, atau sebagai pembangkit potensial aksi. Apabila
stimulus yang mengenai reseptor tidak cocok, maka reseptor tidak akan
merespon, artinya tidak akan terjadi potensial reseptor yang selanjutnya tidak
terjadi potensial aksi yang dirambatkan pada saraf aferen (Soewolo, 2000).
4.
a. Pada manusia dan mamalia yang lain, lidahnya mngandung kuncup-kuncup
pengecap yang merupakan reseptor untuk rasa.
Pada saat terang, ada stimulus cahaya yang mengenai fotoreseptor. Ternyata,
saluran Na+ pada segmen luar fotoreseptor jusru tertutup. Akibatnya, pada
fotoreseptor terjadi hiperpolarisasi yang selanjutnya menyebabkan tertutupnya
saluran Ca++ pada ujung sinaptik. Tertutupnya saluran Ca++ ini, akan
menghentikan pembebasan neurotransmitter yang menghilangkan hambatan
pada sel bipolar, sehingga pada sel bipolar akan terjadi perambatan menuju ke
pusat penglihatan melalui sel-sel ganglion dan saraf penglihatan. Adanya
impuls saraf yang sampai pada pusat penglihatan ini, pada tempat yang terang
akan terjadi peristiwa melihat.
5. Krista ampularis merupakan alat keseimbangan dinamis yang terletak di dalam
ampula. Krista ampularis merupakan jaringan yang melengkung dan
mengandung sel-sel reseptor. Posisi krista ampularis saling tegak lurus satu sama
lain, dan masing-masing berpasang-pasangan pada telinga kanan dan kiri. Setiap
gerakan kepala akan dideteksi oleh paling tidak dua krista ampularis, dimana sel-
sel reseptor salah satu krista akan mengalami depolarisasi dan sel-sel reseptor
yang satunya akan mengalami hiperpolarisasi. Akibat dari mekanisme ini, maka
setiap gerakan rotasi kepala dan tubuh akan disadari, sehingga keseimbangan kita
waktu bergerak akan terjaga (Soewolo et al, 2000).
Makula astrika adalah alat keseimbangan statis yang terletak di dalam sakulus
dan utrikulus. Makula astika akan memberitahukan posisi kepala pada saat kita
diam atau melakukan gerak lurus beraturan. Setiap makula terdiri atas
sekumpulan sel-sel reseptor yang strukturnya mirip reseptor pada krista
ampularis. Dalam utrikulus pada setiap sisi kepala, sebagian rambut sel reseptor
terdepolarisasi dan sebagian yang lain hiperpolarisasi. Sel reseptor yang
terdepolarisasi akan membebaskan neurotransmitter yang selanjutnya diikuti
terjadinya impuls pada ujung syaraf sensoris untuk diteruskan ke pusat
keseimbangan di otak. Dengan demikian kita sadar akan posisi kepala kita pada
saat diam. Rambut reseptor dalam utrikulus juga mengalami perubahan bila kita
melakukan gerak lurus horizontal (Soewolo et al, 2000).
DAFTAR RUJUKAN
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: DIKTI.
Soewolo, Basoeki, S., Yudani T., Gonarso, D., Machmudin, D., Rahayu, T.,
Kuswanti, N., dan Kirana, T. 2000. Fisiologi Manusia. Malang :
FMIPA Universitas Negeri Malang.
Dummies. 2018. What’s The Basic Structure of Nerves?. John Wiley & Sons, Inc.
(Online), https://www.dummies.com/education/science/biology/whats-
the-basic-structure-of-nerves/. Diakses pada tanggal 11 September
2018.
Ortiz, Walter Garcia. 2018. What is The Most Predominant Sensory System?.
Monterrey, Nuevo León, Mexico: Primary Care Physicians, Facultad
De Medicina. UANL. (Online), https://www.quora.com/What-is-the-
most-predominant-sensory-system/answer/Walter-Garc%C3%ADa-
Ortiz. Diakses pada tanggal 11 September 2018.