Anda di halaman 1dari 8

Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa 73

PENERAPAN TEKNIK DISPUTE COGNITIVE DALAM REBT


UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI PADA MAHASISWA
(Single Subject Research terhadap mahasiswa Program Studi Psikologi
Angkatan 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta)

Novi Fitriani1
Eka Wahyuni2
Happy Karlina Marjo3

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan teknik dispute cognitive
terhadap peningkatan resiliensi. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa
jurusan Psikologi 2014 sebanyak satu orang yang berinisial FDP. Pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu responden diambil dengan
pertimbangan dan tujuan tertentu yaitu memiliki resiliensi rendah Penelitian
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode yang digunakan adalah Single
Subject Research dengan menggunakan desain A-B, dimana A adalah kondisi
baseline yang belum diberikan intervensi, dan B kondisi intervensi dengan teknik
dispute cognitive yang diberikan kepada mahasiswa yang memiliki resiliensi rendah.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah Skala Resiliensi. Hasil penelitian
menunjukkan intervensi pendekatan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT)
dengan menggunakan teknik Dispute Cognitive dapat meningkatkan resiliensi.
Terbukti dari skor resiliensi FDP mengalami peningkatan setelah diberikan intervensi
sebesar 201 dalam kategori sedang dibandingkan sebelum adanya intervensi dengan
skor 170 dalam kategori rendah.
Kata Kunci : Pendekatan REBT, Teknik Dispute Cognitve, Resiliensi

PENDAHULUAN setiap hari, dengan meningkatkan resiliensi,


Kemampuan setiap mahasiswa maka individu akan mampu untuk mengatasi
dalamkesiapan untuk menghadapi tantangan kesulitan apapun yang muncul di dalam
pasti berbeda. Perbedaan kesiapan mahasiswa kehidupan. Wasoga dkk dalam Moleli (2005)
dalam menghadapi tantangan ternyata Mahasiswa yang memiliki resiliensi tinggi,
disebabkan oleh cara pandang yang berbeda maka mereka dapat berfungsi dengan baik
terhadap permasalahan yang ada. Salah satu dalam mengatasi segala tantangan yang ada
faktor perbedaan itu adalah resiliensi. di lingkungan untuk mencapai kesuksesan
Reivich dan Shatté (2002) akademis. Mahasiswa yang memiliki
mengatakan resiliensi adalah kemampuan resiliensi tinggi dapat memandang penderitaan
untuk bertahan dan beradaptasi terhadap sebagai tantangan, kegagalan sebagai awal
peristiwa yang berat atau masalah yang keberhasilan, dan keputusasaan menjadi
terjadi dalam kehidupan. Hasil penelitian kekuatan. Individu yang memiliki resiliensi
Grotberg (1999) mengatakan resiliensi sangat terdorong untuk berkembang dan menjadi
penting dalam membantu individu untuk lebih baik. resiliensi juga bisa memberikan
mengatasi segala kesulitan yang muncul sebuah kekuatan kepada mahasiswa untuk

1
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, noviifitriani@gmail.com
2
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, wahyuni.eka@gmail.com
3
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, happykarlina.unj2005@gmail.com

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


74 Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa

melawan kesulitan-kesulitan atau tantangan- ini akan dilakukan konseling individual


tantangan mahasiswa untuk meraih prestasi dengan pendekatan Rational Emotive
akademik. Namun, mahasiswa dengan Behavioral Therapy (REBT). Pendekatan
resiliensi rendah sangat mungkin untuk tidak konseling, salah satu teori atau pendekatan
mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi yang dianggap sesuai untuk meningkatkan
terhadap perubahan, tuntutan dalam resiliensi yaitu Pendekatan REBT (Rational
perkuliahan, dan kekecewaan yang muncul Emotive Behaviour Therapy), dicetuskan
dalam kehidupan. Hal tersebut juga dikatakan pertama kali oleh psikolog bernama
oleh Suwarjo (2008) bahwa seseorang Albert Ellis. Sedangkan teknik yang akan
dengan tingkat resiliensi yang rendah digunakan adalah dispute kognitif (cognitive
tidak akan mampu menilai, mengatasi, dan disputation). Dispute cognitive adalah teknik
meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya untuk mengubah keyakinan irasional menjadi
dari keterpurukan atau kesengsaraan dalam keyakinan rasional. Salah satu bentuk
hidup. Peneliti melakukan studi pendahuluan keyakinan irasional yang diidentifikasi oleh
dengan angket kepada mahasiswa FIP Albert Ellis (1979) adalah lari dari kesulitan
angkatan 2013-2014 yang memiliki IP ≤ 2.5, dan tanggung jawab lebih mudah daripada
hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan menghadapinya. Neenan (2009) mengatakan
yaitu mahasiswa tidak memiliki hubungan bahwa Konseling Rational Emotive Behavior
dekat dengan teman di kampus, mahasiswa Therapy dianggap sebagai salah satu
mudah menyerah ketika terjadi kesulitan pendekatan yang sesuai untuk meningkatkan
dalam perkuliahan sehingga jarang datang resiliensi remaja maupun dewasa,
untuk mengikuti perkuliahan. Akibatnya berdasarkan atas asumsi bahwa proses
tertinggal materi yang disampaikan oleh pengembangan resiliensi melibatkan kinerja
dosen dan tidak mengerjakan tugas-tugas dari aspek kognitif, emosi dan perilaku dalam
perkuliahan. Mahasiswa merasa banyak diri individu, sehingga konseling Rational
tuntutan yang diterima untuk menunjang Emotive Behavior Therapy dan teori ABC di
prestasi akademiknya. Berdasarkan Pedoman dalamnya dianggap tepat. Tingkat resiliensi
Akademik Universitas Negeri Jakarta (2011) yang rendah dalam diri individu akan
tuntutan dalam perkuliahan seperti kegiatan menyebabkan kerentanan terhadap berbagai
tatap muka, tugas terstruktur, kehadiran jenis faktor risiko, kerentanan tersebut akan
dalam perkuliahan, praktikum, tata tertib memunculkan perasaan dan perilaku yang
mengikuti perkuliahan, dan ujian. disfungsional atau merusak diri. Perasaan
Berdasarkan data tersebut, maka dan perilaku disfungsional sangat berkorelasi
perlu untuk dilakukan intervensi, agar dengan ‘keyakinan irasional’ (irrational
mahasiswa mampu untuk menghadapi beliefs). Ellis & Harper dalam Huchinson
tuntutan maupun kesulitan yang akan dan Chapman (2010) Konseling Rational
dihadapi selama perkuliahan. Jika tidak di Emotive Behavior Therapy mengajari
intervensi, mahasiswa mungkin akan mudah individu tentang bagaimana menghilangkan
putus asa dan menyerah sebelum menghadapi keyakinan irasional dan menggantinya
kesulitan-kesulitan, terus merasa cemas, dengan keyakinan rasional untuk mengubah
takut dan menghindar dari tuntutan dalam perasaan dan perilaku individu menjadi
perkuliahan. Mahasiswa yang memiliki lebih baik dan lebih fungsional. Resiliensi
resiliensi rendah (FDP) diharapkan memiliki berkaitan dengan keyakinan irasional,
tekad yang kuat, komitmen, memiliki mahasiswa memiliki keyakinan irasional
kepercayaan diri, mampu bekerja keras, artinya tidak dapat berpikir ilmiah, yaitu
dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dalam mahasiswa menganggap masalah bukan
hidup dan juga dapat merubah cara berpikir sebagai tantangan dalam hidupnya yang
dan mengatasi masalahnya untuk mencapai harus di hadapi dengan baik. Penelitian
tujuan hidupnya, sehingga dalam penelitian tentang resiliensi menggunakan pendekatan

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa 75

REBT pernah dilakukan, salah satunya oleh untuk mengatur dorongan dalam
Mashudi (2012) yang menunjukkan hasil dirinya, sehingga tidak mudah lepas
penelitian secara empirik bahwa intervensi kendali. Mahasiswa resilien lebih
konseling Rational Emotive Behavior mampu menunda pemuasan, memilki
teruji efektif untuk meningkatkan resiliensi hubungan sosial dan kemampuan
pada siswa SMKN 9 Bandung. American akademik lebih baik. Regulasi emosi dan
Psychiatric Association, 1994 dalam Dryden mengendalikan dorongan berhubungan
(2003) Teknik REBT membuktikan efektifitas erat, yaitu mahasiswa yang kuat dalam
dalam menangani perilaku remaja maupun mengendalikan dorongan cenderung
dewasa, yaitu kemampuan seseorang ketika tinggi dalam regulasi emosi, sehingga
menghadapi situasi yang sulit atau masalah mengarahkan pada perilaku resiliensi.
dalam hidupnya. Artinya bahwa, pendekatan 3. Optimisme
konseling REBT ini efektif dalam menangani Optimisme merupakan kemampuan
perilaku atau masalah pada usia dewasa yaitu penting yang harus dimiliki oleh
mahasiswa. mahasiswa resilien. Optimisme adalah
ketika melihat bahwa masa depan
KAJIAN TEORI cemerlang. Optimisme yang dimiliki oleh
RESILIENSI seorang mahasiswa menandakan bahwa
Reivich dan Shatté (2002) mahasiswa tersebut percaya bahwa
menjelaskan resiliensi merupakan dirinya memiliki kemampuan untuk
kemampuan untuk bertahan, bangkit dan mengatasi kemalangan yang mungkin
menyesuaikan dalam situasi atau kondisi yang terjadi di masa depan.
sulit. Mahasiswa resilien tahu bagaimana 4. Kemampuan Menganalisis Masalah
ia harus menghadapi suatu masalah dan Kemampuan menganalisis masalah
dapat menemukan cara penyelesaiannya. merupakan istilah yang digunakan untuk
Resiliensi adalah kemampuan manusia untuk merujuk pada kemampuan individu
menghadapi dan mengatasi rintangan atau untuk mengidentifikasi penyebab-
kesulitan dalam hidup sehingga individu penyebab dari permasalahan mereka. Jika
tersebut menjadi lebih kuat. Reivich dan mahasiswa tidak mampu memperkirakan
Shatté (2002) mengatakan bahwa ada penyebab dari permasalahan secara
tujuh kemampuan yang dapat dijadikan akurat, maka mahasiswa tersebut akan
untuk membentuk tingkat resiliensi. Tujuh membuat kesalahan sama.
kemampuan tersebut antara lain: 5. Empati
1. Regulasi emosi Empati sangat erat kaitannya dengan
Regulasi emosi merupakan kemampuan kemampuan individu untuk membaca
mahasiswa untuk tetap tenang ketika tanda-tanda kondisi emosional dan
menghadapi suatu masalah. Kemampuan psikologis orang lain. Ketidakmampuan
regulasi penting untuk menjalin berempati berpotensi menimbulkan
hubungan interpersonal, kesuksesan kerja kesulitan dalam hubungan sosial.
dan menjaga kesehatan fisik. Mahasiswa 6. Efikasi Diri
yang kurang mampu mengendalikan Efikasi diri menggambarkan keyakinan
emosinya akan sulit membangun dan mahasiswa bahwa ia dapat memecahkan
memelihara persahabatan sehingga akan masalah yang dialami dan keyakinan
cenderung mengatasi konflik dengan mahasiswa terhadap kemampuannya
cara emosional. untuk mencapai kesuksesan. Mahasiswa
2. Kontrol Impuls resilien memandang masalah adalah
Kemampuan mengendalikan dorongan tantangan dalam hidup, dan percaya diri
merupakan kemampuan mahasiswa mampu mengatasi dan menyelesaikan
masalah yang akan terjadi.

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


76 Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa

7. Pencapaian bulan April-Desember 2015. Dilakukan tiga


Pencapaian yaitu kemampuan individu belas kali pertemuan kegiatan konseling
meraih aspek positif atau hikmah dari individu dengan pemberian baseline (A)
kehidupan setelah menimpa kemalangan. dan intervensi (B). Kegiatan dilakukan di
Kemampuan mahasiswa untuk berani gedung Daksinapati lantai 2 yaitu Di Lab.
mengatasi segala ketakutan-ketakutan Konseling. Metode yang digunakan dalam
yang mengancam dalam kehidupan. penelitian adalah Single Subject Research
(SSR), dengan desain A-B. Teknik yang
RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOUR digunakan dalam penelitian adalah purposive
THERAPY (REBT) sampling karena hanya mahasiswa yang
Menurut Albert Ellis dan Windy memiliki resiliensi rendah yang menjadi
Dryden (2007) Pendekatan Rational Emotive subjek penelitian berinisial FDP. Penelitian
Behavioral Therapy (REBT) merupakan menggunakan instrumen adaptasi dari teori
pendekatan yang mengubah pemikiran Reivich dan Shatte (2002) yaitu “Resilience
irasional konseli menjadi pemikiran rasional, Quotient (RQ Test)” menggunakan skala
sehingga mempengaruhi perubahan tingkah Likert. Peneliti menggunakan instrumen
laku pada konseli menjadi lebih baik. RQ Test setiap pertemuan, karena penelitian
Rational Emotive Behavioral Therapy ini menggunakan SSR dengan desain A-B
(REBT) merupakan pendekatan kognitif- dan termasuk dalam perilaku covert (tidak
behavioral. Fokus proses konseling dari bisa diamati langsung). Heppner (2008)
pendekatan ini adalah tingkah laku, tetapi mengatakan bahwa hasil dari pengisian
terdapat penekanan bahwa tingkah laku yang instrumen yang telah dilakukan lebih dari
bermasalah itu disebabkan oleh pemikiran sekali akan menyebabkan peningkatan
yang irasional sehingga fokus penekanannya karena telah ingat dengan butir pernyataan,
adalah mengenai pemikiran individu. Albert tanggapan sebelumnya, dan sebagainya,
Ellis menambahkan kata behavior dalam sehingga peneliti mengantisipasi agar
pendekatan ini karena menurutnya, tingkah tidak terjadi hal tersebut, yaitu dengan cara
laku selalu dipengaruhi oleh pikiran dan menggunakan tampilan instrumen yang
perasaan (Ellis & Dryden, 2007). Tujuan berbeda pada saat baseline dan intervensi,
dari konseling Rational Emotive Behavioral dan pernyataan butir dilakukan secara acak
Therapy (REBT) adalah membantu konseli setiap kali pemberian instrumen.
untuk melihat kesalahan berpikirnya dan Peneliti melakukan uji coba
lebih mengembangkan pemikiran rasional. instrumen pada 15 responden yaitu
Selain itu juga mengembangkan tingkah mahasiswa yang memiliki IP ≤ 2.5 didapat 44
laku yang lebih baik dan meningkatkan yang valid dan 12 item yang drop. Sedangkan
keterampilan pribadi sosial konseli. berdasarkan rumus alpha cronbach didapat
nilai reliabilitas sebesar 0,774. Menurut
METODE PENELITIAN Arikunto (2010) dilihat dari tabel interpretasi
Tujuan penelitian untuk mengetahui nilai reliabilitas yang berarti cukup, artinya
adanya peningkatan resiliensi dengan instrumen resiliensi Resilience Quotient (RQ
menggunakan teknik dispute cognitive dari Test) reliabel dan layak digunakan sebagai
pendekatan Rational Emotive Behaviour alat ukur dalam penelitian. Berdasarkan
Therapy (REBT) pada mahasiswa yang pemaparan dalam latar belakang masalah,
memiliki resiliensi rendah di Fakultas Ilmu maka peneliti menganggap pentin untuk
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. melakukan penelitian tentang penerapan
Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa teknik dispute coginitive dalam pendekatan
Psikologi Angkatan 2014 yang memiliki Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
resiliensi rendah. Penelitian dilakukan pada untuk meningkatkan resiliensi mahasiswa
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa 77

Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. menghadapinya. Konsekuensi (Consequence


“C”) yang diterima oleh FDP yaitu merasa
HASIL DAN PEMBAHASAN ketakutan ketika dosen memberikan hasil
Penelitian dilakukan sebanyak tiga penilaian yang tidak adil, cemas ketika ada
belas kali pertemuan. Pertemuan pertama penugasan, kuis atau pun ujian dan FDP
sampai dengan pertemuan keempat, peneliti menarik diri ketika di dalam kelas seperti
melakukan baseline (A) untuk memperoleh tidak turut aktif dalam kegiatan kelompok,
data skor awal resiliensi sebelum diberikan dan konsekuensinya dapat merugikan FDP.
intervensi. Pada pertemuan kelima peneliti Selanjutnya pertemuan ke delapan dan ke
mulai melakukan intervensi (B) karena kondisi sembilan peneliti menginternalisasikan
baseline sudah stabil. Menurut Juang (2005) keyakinan rasional baru dengan menggunakan
keadaan data stabil pada kondisi baseline teknik dispute cognitive dengan mengajukan
secara meyakinkan bahwa intervensi perlu 3 (tiga) jenis pertanyaan dispute yaitu,
segera diberikan. Pada pertemuan kelima dispute logis, reality testing, dan pragmatic
yaitu tahap awal yang dilakukan sebanyak disputation, dan pertemuan ke sepuluh dan
dua kali. Pada tahap awal pertemuan ke sebelas peneliti meningkatkan setiap aspek
lima peneliti membangun aliansi kerja, dan resiliensi FDP. Pada pertemuan selanjutnya
pertemuan ke enam mengajarkan teori ABC, tahap akhir dilakukan sebanyak dua kali
lalu pada pertemuan selanjutnya tahap tengah pertemuan yaitu pertemuan ke dua belas
dilakukan sebanyak empat kali pertemuan, melakukan evaluasi. Pada tahap evaluasi ini
Pertemuan ke tujuh yaitu mengidentifikasi FDP melakukan analisis ABC yang kedua
keyakinan irasional melalui analisis ABC, setelah diberikan treatment. Tujuannya yaitu
analisa ABC berdasarkan asesmen, pencetus peneliti memastikan bahwa FDP mencapai
(antecedent “A”) yang berasal dari dalam perubahan yang signifikan dalam berpikir,
diri dan luar diri. perubahan tersebut bukan disebabkan oleh
Pencetus yang berasal dari dalam faktor lain. Pada pertemuan ke tiga belas
diri yaitu mata kuliah yang sulit dipahami, melakukan penutup, yaitu peneliti bersama
tidak dapat mengatur waktu belajar, tidak FDP menyimpulkan kegiatan selama sesi
suka dengan dosen, ketidaksiapan diri dalam konseling berlangsung dan peneliti meminta
menghadapi ujian, presentasi, tugas/kuis, FDP untuk menyebutkan manfaat dari sesi
merasa tidak mampu untuk melanjutkan konseling yaitu sudah memahami tentang
beasiswa bidikmisi, sedangkan pencetus yang resiliensi, dapat mendorong diri sendiri untuk
berasal dari luar diri yaitu banyak tugas, banyak mengubah hal negative, perasaan FDP lebih
mengikuti kegiatan di kampus seperti acara tenang dalam menjalani tuntutan perkuliahan,
psikologi expo, magnetic, brainstorming, FDP mengutarakan bahwa selama melakukan
dan festival akademik, dosen yang tidak adil sesi konseling sangat merasakan manfaat
memberikan nilai, tetapi FDP memiliki sikap untuk dirinya yang memiliki resiliensi rendah
positif yaitu memiliki motivasi untuk bisa sehingga resiliensi FDP dapat meningkat.
meningkatkan IP sehingga dapat melanjutkan Adapun peningkatan skor resiliensi adalah
beasiswa bidikmisi sampai dengan selesai. sebagai berikut:
Berdasarkan pencetus (antecedent) tersebut,
FDP memiliki keyakinan (Belief ”B”) Grafik 1
Peningkatan Skor Resiliensi
bahwa materi yang didapatkan dari dosen
tidak jelas, IP jelek karena dosen, hal ini
termasuk dalam bentuk keyakinan irasional
yang telah dikatakan oleh Ellis dalam
Gladding (1992) yaitu lari dari kesulitan
dan tanggung jawab lebih mudah daripada

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


78 Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa

Tabel 1
Hasil Skor Resiliensi
Skor Resiliensi

Kemampuan Men-
ganalisis Masalah
Regulasi Emosi

Kontrol Impuls
Tanggal

Efikasi Diri

Pencapaian
Optimis

Empati
5 Nov 5 2 3 3 4 3 4
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat 9 Nov 6 2 3 2 4 3 5
bahwa garis grafik menaik yang bermakna 13 Nov 6 2 2 4 5 5 5
resiliensi FDP mengalami peningkatan yang 20 Nov 8 3 4 4 6 6 6
cukup signifikan. Peningkatan resiliensi 27 Nov 8 5 7 6 6 7 7
juga dapat terlihat dari tujuh aspek resiliensi 30 Nov 10 6 8 7 7 8 8
yaitu regulasi emosi, kontrol impuls, optimis, 4 Des 11 8 9 8 8 11 9
kemampuan menganalisis masalah, empati, 7 Des 12 10 10 9 9 12 11
efikasi diri, dan pencapaian. Berikut adalah 11 Des 14 12 12 13 13 13 12
hasil skor resiliensi setiap aspek selama
diberikan treatment (intervensi): Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat
bahwa resiliensi FDP meningkat setelah
diberikan treatment dengan teknik dispute
cognitive. Pada aspek regulasi emosi skor
FDP sebesar 5 saat diberikan intervensi awal
dan meningkat mencapai skor sebesar 14
saat diberikan intervensi akhir. Pada aspek
kontrol impuls skor FDP sebesar 2 saat
diberikan intervensi awal dan meningkat
mencapai skor sebesar 12 saat diberikan
intervensi akhir. Pada aspek optimis skor
FDP sebesar 3 saat diberikan intervensi awal
dan meningkat mencapai skor sebesar 12
saat diberikan intervensi akhir. Pada aspek
kemampuan menganalisis masalah skor FDP
sebesar 3 saat diberikan intervensi awal dan
meningkat mencapai skor sebesar 13 saat
diberikan intervensi akhir. Pada aspek empati
skor FDP sebesar 4 saat diberikan intervensi
awal dan meningkat mencapai skor sebesar
13 saat diberikan intervensi akhir. Pada aspek
efikasi diri skor FDP sebesar 3 saat diberikan
intervensi awal dan meningkat mencapai skor
sebesar 13 saat diberikan intervensi akhir.
Pada aspek pencapaian skor FDP sebesar 4
saat diberikan intervensi awal dan meningkat
mencapai skor sebesar 12 saat diberikan
intervensi akhir.

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa 79

seperti teknik behavioral, Imajery untuk


KESIMPULAN DAN SARAN meningkatkan resiliensi.
Setelah semua tahap dalam
penelitian dilakukan, dapat disimpulkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa penelitian yang telah dilakukan yaitu Anesty, E, M. (2012). Konseling
konseling rasional emotif behavioral dengan Rasional Emotif Behavioral Untuk
menggunakan teknik dispute cognitive untuk Meningkatkan Resiliensi Remaja.
meningkatkan resiliensi, hasil penelitian Thesis. UPI: Tidak diterbitkan.
resiliensi FDP meningkat. Hasil perhitungan Ellis, A. & Dryden, W. (2007). The Practice
skor resiliensi sebelum diberikan intervensi of Rational Emotive Behavior Therapy
dengan menggunakan teknik dispute (2nd ed.). Berlin: Springer.
cognitive yaitu skor resiliensi FDP berjumlah Dryden, W. (2003). The REBT pocket
170 berada pada kategori rendah dan setelah companion for clients. New York:
diberikan intervensi terdapat peningkatan Albert Ellis Institute.
skor resiliensi menjadi 201 berada pada Gladding, S.T. (1992). Counseling a
kategori sedang. Penggunaan teknik tersebut comprehensive profession, 2nd
didasarkan atas penelitian terdahulu, ed. New York: Maxwel MacMilan
menunjukkan keberhasilan teknik kognitif International.
dalam meningkatkan resiliensi. Grothberg, E. (1999). Tapping Your Inner
Saran-saran yang dapat menjadi Strength. Oakland: New Harbinger
pertimbangan berdasarkan hasil penelitian Publication.
adalah sebagai berikut: Heppner & Bruce E. (2008). Wampold dan
1. Bagi Mahasiswa Denis M. Kivlinghan, Research Design
Mempersiapkan diri sebaik mungkin in Counseling (3rd ed.). Belmont:
untuk menghadapi tuntutan dalam Thomson Learning.
perkuliahan yang ada di Perguruan Tinggi, Moleli, F. (2005). Protective factors that
dan Mahasiswa dapat mengembangkan could foster resilience in first year
resiliensi karena resiliensi penting untuk students. Masters Mini-thesis.
keberhasilan akademik. Education Faculty, University of the
2. Bagi Calon Konselor Western Cape: Bellville.
Menggunakan teknik dispute cognitive Neenan & Dryden, W. (2004). Rational
untuk meningkatkan individu yang Emotive Behaviour Therapy in action.
memiliki resiliensi rendah. London: New Delhi.
3. Bagi UPT-LBK Neenan, Michael. (2009). Developing
Mengumpulkan dan membentuk suatu Resilience, A Cognitive Behavioral
layanan konseling kelompok pada Approach. New York: Routledge.
mahasiswa yang memiliki resiliensi
rendah agar dapat mengatasi kesulitan
atau hambatan yang terjadi pada dirinya, Reivich & Shatté, A. (2002). The
terutama ketika menjalani tuntutan Resilience Factor: 7 essential Skills
perkuliahan. for Overcoming Life’s Inevitable
Obstacles. New York: Broadway
4. Bagi peneliti selanjutnya Books.
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai Suharsimi, A. (2010). Manajemen Penelitian.
rujukan penelitian relevan dengan judul Jakarta: Rineka Cipta.
penerapan teknik dispute cognitive dalam Sunanto, J. (2005). Pengantar Penelitian
pendekatan REBT untuk meningkatkan dengan Subyek Tunggal. CRICED
resiliensi, peneliti selanjutnya dapat University of Tsukuba.
memilih teknik konseling dalam REBT

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016


80 Penerapan Teknik Dispute Cognitive dalam REBT untuk Meningkatkan Resiliensi pada Mahasiswa

Suwarjo. (2008). Model Konseling Teman


Sebaya untuk Pengembangan
Daya Lentur (Resilience): Studi
Pengembangan Model Konseling
Teman Sebaya untuk Mengembangkan
Daya Lentur Remaja Panti Sosial
Asuhan Anak Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Disertasi. UPI.
Tidak Diterbitkan

Insight: Jurnal Bimbingan Konseling 5(1) Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai