Novi Fitriani1
Eka Wahyuni2
Happy Karlina Marjo3
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan teknik dispute cognitive
terhadap peningkatan resiliensi. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa
jurusan Psikologi 2014 sebanyak satu orang yang berinisial FDP. Pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu responden diambil dengan
pertimbangan dan tujuan tertentu yaitu memiliki resiliensi rendah Penelitian
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode yang digunakan adalah Single
Subject Research dengan menggunakan desain A-B, dimana A adalah kondisi
baseline yang belum diberikan intervensi, dan B kondisi intervensi dengan teknik
dispute cognitive yang diberikan kepada mahasiswa yang memiliki resiliensi rendah.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah Skala Resiliensi. Hasil penelitian
menunjukkan intervensi pendekatan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT)
dengan menggunakan teknik Dispute Cognitive dapat meningkatkan resiliensi.
Terbukti dari skor resiliensi FDP mengalami peningkatan setelah diberikan intervensi
sebesar 201 dalam kategori sedang dibandingkan sebelum adanya intervensi dengan
skor 170 dalam kategori rendah.
Kata Kunci : Pendekatan REBT, Teknik Dispute Cognitve, Resiliensi
1
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, noviifitriani@gmail.com
2
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, wahyuni.eka@gmail.com
3
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, happykarlina.unj2005@gmail.com
REBT pernah dilakukan, salah satunya oleh untuk mengatur dorongan dalam
Mashudi (2012) yang menunjukkan hasil dirinya, sehingga tidak mudah lepas
penelitian secara empirik bahwa intervensi kendali. Mahasiswa resilien lebih
konseling Rational Emotive Behavior mampu menunda pemuasan, memilki
teruji efektif untuk meningkatkan resiliensi hubungan sosial dan kemampuan
pada siswa SMKN 9 Bandung. American akademik lebih baik. Regulasi emosi dan
Psychiatric Association, 1994 dalam Dryden mengendalikan dorongan berhubungan
(2003) Teknik REBT membuktikan efektifitas erat, yaitu mahasiswa yang kuat dalam
dalam menangani perilaku remaja maupun mengendalikan dorongan cenderung
dewasa, yaitu kemampuan seseorang ketika tinggi dalam regulasi emosi, sehingga
menghadapi situasi yang sulit atau masalah mengarahkan pada perilaku resiliensi.
dalam hidupnya. Artinya bahwa, pendekatan 3. Optimisme
konseling REBT ini efektif dalam menangani Optimisme merupakan kemampuan
perilaku atau masalah pada usia dewasa yaitu penting yang harus dimiliki oleh
mahasiswa. mahasiswa resilien. Optimisme adalah
ketika melihat bahwa masa depan
KAJIAN TEORI cemerlang. Optimisme yang dimiliki oleh
RESILIENSI seorang mahasiswa menandakan bahwa
Reivich dan Shatté (2002) mahasiswa tersebut percaya bahwa
menjelaskan resiliensi merupakan dirinya memiliki kemampuan untuk
kemampuan untuk bertahan, bangkit dan mengatasi kemalangan yang mungkin
menyesuaikan dalam situasi atau kondisi yang terjadi di masa depan.
sulit. Mahasiswa resilien tahu bagaimana 4. Kemampuan Menganalisis Masalah
ia harus menghadapi suatu masalah dan Kemampuan menganalisis masalah
dapat menemukan cara penyelesaiannya. merupakan istilah yang digunakan untuk
Resiliensi adalah kemampuan manusia untuk merujuk pada kemampuan individu
menghadapi dan mengatasi rintangan atau untuk mengidentifikasi penyebab-
kesulitan dalam hidup sehingga individu penyebab dari permasalahan mereka. Jika
tersebut menjadi lebih kuat. Reivich dan mahasiswa tidak mampu memperkirakan
Shatté (2002) mengatakan bahwa ada penyebab dari permasalahan secara
tujuh kemampuan yang dapat dijadikan akurat, maka mahasiswa tersebut akan
untuk membentuk tingkat resiliensi. Tujuh membuat kesalahan sama.
kemampuan tersebut antara lain: 5. Empati
1. Regulasi emosi Empati sangat erat kaitannya dengan
Regulasi emosi merupakan kemampuan kemampuan individu untuk membaca
mahasiswa untuk tetap tenang ketika tanda-tanda kondisi emosional dan
menghadapi suatu masalah. Kemampuan psikologis orang lain. Ketidakmampuan
regulasi penting untuk menjalin berempati berpotensi menimbulkan
hubungan interpersonal, kesuksesan kerja kesulitan dalam hubungan sosial.
dan menjaga kesehatan fisik. Mahasiswa 6. Efikasi Diri
yang kurang mampu mengendalikan Efikasi diri menggambarkan keyakinan
emosinya akan sulit membangun dan mahasiswa bahwa ia dapat memecahkan
memelihara persahabatan sehingga akan masalah yang dialami dan keyakinan
cenderung mengatasi konflik dengan mahasiswa terhadap kemampuannya
cara emosional. untuk mencapai kesuksesan. Mahasiswa
2. Kontrol Impuls resilien memandang masalah adalah
Kemampuan mengendalikan dorongan tantangan dalam hidup, dan percaya diri
merupakan kemampuan mahasiswa mampu mengatasi dan menyelesaikan
masalah yang akan terjadi.
Tabel 1
Hasil Skor Resiliensi
Skor Resiliensi
Kemampuan Men-
ganalisis Masalah
Regulasi Emosi
Kontrol Impuls
Tanggal
Efikasi Diri
Pencapaian
Optimis
Empati
5 Nov 5 2 3 3 4 3 4
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat 9 Nov 6 2 3 2 4 3 5
bahwa garis grafik menaik yang bermakna 13 Nov 6 2 2 4 5 5 5
resiliensi FDP mengalami peningkatan yang 20 Nov 8 3 4 4 6 6 6
cukup signifikan. Peningkatan resiliensi 27 Nov 8 5 7 6 6 7 7
juga dapat terlihat dari tujuh aspek resiliensi 30 Nov 10 6 8 7 7 8 8
yaitu regulasi emosi, kontrol impuls, optimis, 4 Des 11 8 9 8 8 11 9
kemampuan menganalisis masalah, empati, 7 Des 12 10 10 9 9 12 11
efikasi diri, dan pencapaian. Berikut adalah 11 Des 14 12 12 13 13 13 12
hasil skor resiliensi setiap aspek selama
diberikan treatment (intervensi): Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat
bahwa resiliensi FDP meningkat setelah
diberikan treatment dengan teknik dispute
cognitive. Pada aspek regulasi emosi skor
FDP sebesar 5 saat diberikan intervensi awal
dan meningkat mencapai skor sebesar 14
saat diberikan intervensi akhir. Pada aspek
kontrol impuls skor FDP sebesar 2 saat
diberikan intervensi awal dan meningkat
mencapai skor sebesar 12 saat diberikan
intervensi akhir. Pada aspek optimis skor
FDP sebesar 3 saat diberikan intervensi awal
dan meningkat mencapai skor sebesar 12
saat diberikan intervensi akhir. Pada aspek
kemampuan menganalisis masalah skor FDP
sebesar 3 saat diberikan intervensi awal dan
meningkat mencapai skor sebesar 13 saat
diberikan intervensi akhir. Pada aspek empati
skor FDP sebesar 4 saat diberikan intervensi
awal dan meningkat mencapai skor sebesar
13 saat diberikan intervensi akhir. Pada aspek
efikasi diri skor FDP sebesar 3 saat diberikan
intervensi awal dan meningkat mencapai skor
sebesar 13 saat diberikan intervensi akhir.
Pada aspek pencapaian skor FDP sebesar 4
saat diberikan intervensi awal dan meningkat
mencapai skor sebesar 12 saat diberikan
intervensi akhir.