Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Berbahasa merupakan proses
mengomunikasikan bahasa tersebut. Proses berbahasa sendiri memerlukan
pikiran dan perasaan yang dilakukan oleh otak manusia untuk menghasilkan
kata-kata atau kalimat.
Alat bicara yang baik akan mempermudah berbahasa dengan baik. Namun,
mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan bicaranya, tentu mempunyai
kesulitan dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif. Inilah yang di sebut
sebagai gangguan berbahasa.

Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat


mempengaruhi proses berkomunikasi dan berbahasa. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan menyebabkan adanya gangguan berbahasa, kemudian
faktor-faktor tersebut akan menimbulkan gangguan berbahasa. Maka dari itu,
dalam makalah ini akan dijabarkan macam gangguan berbahasa yang sering
dialami manusia berserta faktor-faktor yang menyebakannya.

Secara medis menurut Sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat di


bedakan atas tiga golongan, yaitu (1) gangguan berbicara, (2) gangguan
berbahasa, dan (3) gangguan berpikir. Ketiga gangguan itu masih dapat di
atasi kalau penderita gangguan itu mempunyai daya dengar yang normal; jika
tidak, maka akan menjadi sukar atau bahkan sangat sukar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa gangguan bicara ?
2. Apa saja tahapan perkembangan bicara anak ?
3. Ciri-ciri anak terlambat bicara
4. Penyebab Anak Terlambat Bicara
5. Cara mengatasi keterlambatan bicara

1
C. Tujuan
1. Untuk menambah pengetahuan tentang gangguan bicara
2. Untuk menambah pengetahuan tentang tahap perkembangan bicara anak
3. Untuk menambah pengetahuan tentang ciri-ciri anak terlambat bicara
4. Untuk menambah pengatahuan tentang penyabab anak terlamabat bicara
5. Untuk menambah pengetahuan tentang cara mengatasi keterlambatan bicara
D. Manfaat
1. Untuk memahami tentang gangguan bicara
2. Untuk memahami tahap perkembangan bicara anak
3. Untuk memahami ciri-ciri anak terlambat bicara
4. Untuk memahami penyabab anak terlamabat bicara
5. Untuk memahami cara mengatasi keterlambatan bicara

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gangguan Berbicara

Berbicara merupakan aktivitas motorik yang mengandung modalitas psikis. Oleh


karena itu, gangguan berbicara ini dapat dikelompokkan kedalam dua kategori.
Pertama, gangguan mekanisme berbicara yang yang berimplikasi pada gangguan
organik. Dan kedua, gangguan berbicara psikogenik.

1. Gangguan Mekanisme Berbicara


Mekanisme berbicara adalah suatu proses produksi ucapan (perkataan) oleh
kegiatan terpadu dari pita suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga mulut
serta kerongkongan, dan peru-paru. Maka gangguan berbicara berdasarkan
meknismenya ini dapat dirinci menjadi gangguan berbicara akibat kelainan
pada paru-paru (pulmonal), pada pita suara (laringan), pada lidah (lingual), dan
pada rongga mulut dan kerongkongan (resonantal).
a. Gangguan Akibat Faktor Pulmonal
Gangguan berbicara ini dialami oleh para penderita penyakit paru-paru.
Para penderita penyakit paru-paru ini kekuatan bernafasnya sangat kurang,
sehingga cara berbicaranya diwarnai oleh nada yang monoton, volume
suara kecil sekali, dan terputus-putus, meskipun dari segi semantik dan
sintaksis tidak ada masalah.
b. Gangguan Akibat Faktor Laringan
Gangguan pda pita suara menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi serak
atau hilang sama sekali. Gangguan berbicara akibat faktor laringan ini
ditandai oleh suara yang serak atau hilang, tanpa kelainan semantik dan
sintaksisnyaa. Artinya, dilihat dari segi semantik dan sintaksis ucapannya
bisa diterima.
c. Gangguan Akibat Faktor Lingual
Lidah yang sariawan atau terluka akan terasa pedih kalau digerakkan.
Untuk mencegah timbulnya rasa pedih ini ketika berbicara maka gerak
aktivitas lidah itu dikurangi secara semaunya. Dalam keadaan seperti ini
maka pengucapan sejumlah fonem menjadi tidak sempurna, sehingga
misalnya, kalimat “sudah barang tentu dia akan menyangkal” mungkin

3
akan diucapkan menjadi “hu ah ba-ang ke-ku ia a-an me- angkay”. Pada
orang yangterkena stroke dan badannya lumpuhsebelah, maka lidahnya pun
lumpuh sebelah. Oleh karena itu, cara berbicaranya juga akan terganggu,
yaitu menjadi pelo atau cadel. Istilah medisnya disatria (yang berarti
terganggunya artikulasi).
d. Gangguan Akibat Faktor Resonansi
Gangguan akibat faktor resonansi ini menyebabkan suara yang dihasilkan
menjadi bersengau. Pada orang sumbing, misalnya. Suaranya menjadi
tersengau (bindeng) karena rongga mulut dan rongga hidun yang digunakan
untuk berkomunikasi melalui defek di langit-langit keras (palatum),
sehingga resonansi yang seharusnya menjadi terganggu. Hal ini terjadi juga
pada ornag yang mengalami kelumpuhan pada langit-langit lunak (velum).
Rongga langit-langit ini tidak memberikan resonansi yang seharusnya,
sehingga suaranya menjadi tersengau. Penderita penyakit miastenia gravis
(gangguan yang menyebabkan otot menjadi lemah dan cepat lelah) sering
dikenali secara langsung karena kesengauan ini.
2. Gangguan Akibat Multifaktorial
Akibat gangguan multifaktorial atau berbagai faktor bisa menyebabkan
terjadinya berbagai gangguan berbagai gangguan berbicara. Antara lain adalah
berikut ini :
a. Berbicara Serampangan
Berbicara serampangan atau semberono adalah berbicara dengan cepat
sekali, dengan artikulasi yang rusak, ditambah dengan “menelan” sejumlah
suku kata, sehingga apa yang diucapkan sukar dipahami. Dalam kehidupan
sehari-hari kasus ini memang jarang dijumpai; tetapi didalam praktek
kedokteran sering ditemui. Umpamanya kalimat “kmarin pagi saya sudah
beberapa kali kesini” diucapkan dengan cepat menjadi “kemary sdada
berali ksni”. Berbicara serampangan ini karena kerusakan di serebelum atau
bisa juga terjadi sehabis terkena kelumpuhan ringan sebelah badan.
b. Berbicara Propulsif
Gangguan berbicara propulsif biasanya terdapat pada para penderita
penyakit parkoinson (kerusakan pada otak yang menyebabkan otot menjadi
gemetar, kaku dan lemah). para penderita penyakit ini biasanya bermasalah
dalam melakukan gerakan-gerakan. Mereka sukar sekali untuk memulai

4
suatu gerakan. Namun, bila sudah bergerak maka ia dapat terus menerus
tanpa henti. Gerak yang laju terus itu disebut propulsi. Pada waktu
berbicara ciri khas ini akan tampak pula. Artikulasi sangat terganggu karena
elastisitas otot lidah, otot wajah, dan pita suara, sebagian besar lenyap.
Dalam pada itu volume suaranya kecil, iramanya datar (monoton).
Suaranya mula-mula tersendat-sendat, kemudian terus menerus, dan
akhirnya tersendat-semdat kembali. Oleh karena itu, cara berbicara seperti
ini disebut propulsif.
c. Berbicara Mutis (Mutisme)
Penderita gangguan mutisme ini tidak berbicara sama sekali. Sebagian
besar dari mereka mungkin masih dapat dianggap membisu, yakni memang
sengaja tidak mau bicara. Mutisme ini sebenarnya bukan hanya tidak dapat
berkomunikasi secara verbal saja tetapi juga tidak dapat berkomunikasi
secara visual maupun isyarat, seperti dengan gerak-gerik, dan sebagainya.
Dunia ilmiah sebenarnya belum dapat menjelaskan dengan tepat apa
,mutisme itu. Oleh karena itu, tak heran kalau kita dapatkan berbagai teori
dan anggapan dari berbagai pihak tentang mutisme itu. Oleh karena itu
pula, setiap orang yang tidak dapat berkomunikasi verbal dinyatakan
sebagai mutistik. Dengan begitu seseorang yang membisu sebagai tindakan
protesnonverbal dapat dianggap menderita mutisme histerik, padahal
sebenarnya merupakan sindrom konversi histerik. Perwujudan histeria lain
adalah mutisme elektif karena membisunya itu ditujukan kepada orang-
orang tertantu saja, misalnya kepada gurunya atau pacaranya. Dewasa ini
apa yang dulu dikenal sebagai mutisme akinetik lebih dikenal sebagai
locked-in syndrome. Dalam hal ini, si penderita masih hidup karena
jantung, paru-paru, ginjal, hati, dan hampir organ masih berfungsi. Hanya
gerakan voluntar, pikiran, minat, keinginan dan semua fungsi luhur lainnya
sudah tidak bekerja sama sekali. Mutisme lain diketahui penyebabnya.
Hanya baru diperkirakan mutisme ini mungkin suatu keadaan jiwa yang
terganggu sejak dilahirkan (Sidharta, 1982).
Multisme tidak bisa disamakan dengan oang bisu, apalagi denga bisu tuli.
Dalam hal kebisuan ini sebenarnya perlu dibedakan adanya tiga macam
penderita. Pertama, orang yang bisu karena kerusakan atau kelainan alat
artikulasi, sehingga dia tidak bisamemproduksi ujaran bahasa; tetapi alat

5
dengarnya normal sehingga dia dapat mendengar suara bahasa orang lain.
Kedua, orang yang bisu karena kerusakan kelainan alat artikulasi dan alat
pendengarnya, sehingga dia tidak bisa memproduksi ujaran bahasa dan
jugatidak mendengar ujaran bahasa orang lain. Ketiga, oramg bisu yang
sebenarnya alat artikulasinya normal tidak ada kelainan; tetapi alat
pendengarannya rusak atau ada kelainnan. Orang golongan ketiga ini
menjadi bisu karena dia tidak pernah mendengar ujaran bahasa orang lain,
sehingga dia tidak bisa menirukan ujaran bahasa itu.
Pasien golangan pertama, yang alat artikulasinya rusak atau mengalami
kelainnan, sedangkan alat dengarnya normal, kalu fungsi hemisfer otak
yang dominannya normal, masih akan dapat berkomunikasi. Hanya
tentunya, jika diajak bertutur dia akan memjawab atau bertanyadalam
bahasa isyarat, atau dalam bahasa tulis (jika dia sudah belajar menulis)
Pasien golongan kedua yang bisu tulikarena alat artikulasi dan alat
pendengarannya rusak, kalau fungsi hemisfer otak yang dominannya
normal, masih akan dapat berkomunikasi dengan bahasa isyarat atau
dengan bahasa “membaca bibir”. Untuk dapat berkomunikasi itu tentunya
merekamemerlukan pendidikan dan pelatihan khusus yang memakan
banyak waktu.
Pasien golongan ketiga yang menjadi bisu karena kerusakan atau kelainan
alat dengarnya, kalau fungsi hemisfer otak yang dominannya normal,
masih bisa dilatih untuk memproduksi ujaran bahasa secara tidak sempurna
karena dia tidak bisa mendengar ujaran bahasa itu. Pelatihan dilakukan
dengan cara dia disuruh memperhatikannya,memegang dan merasakan
“gerak mulut” pelatih bicaranya. Ia pun tentu memerlukan waktu yang
cukup lama.
Ketiga golongan pasien kasus kebisuan tidak berkaitan dengan fungsi otak.
Hanya barang kali perkembangan fungsi otak itu yang terganggu.
3. Gangguan Psikogenik
Selain karena karena faktor gangguan mekanisme berbicara sebagaimana
dijelaskan diatas, ada juga gangguan berbicara disebabkan segi mental atau
psikogenik. Gangguan ini bersifat lebih ‘ringan’ karena itu lebih tepat disebut
sebagai variasi cara berbicara yang normal sebagai ungkapan dari gangguan
mental. Modalitas mental ini terungkap dari nada, intonasi, intensitas suara,

6
lafal, dan diksi atau pilihan kata. Ujaran yang berirama lancar atau tersendat-
sendat dapat juga mencerminkan sikap mental si pembicara. Gangguan
psikogenik ini antara lain sebagai berikut :
a. Berbicara Manja
Disebut berbicara manja karena ada kesan keinginan untuk dimanja
sebagaimana anak kecil yang membuat perubahan pada cara bicaranya.
Fonem (s) dilafalkan (c) sehingga kalimat “sakit sekali susah sembuhnya”
menjadi “cakit cekali cucah cembuhnya”. Gejala seperti ini dapat diamati
pada orang tua pikun atau jompo (biasanya wanita).
b. Berbicara Kemayu
Menurut Sidharta (dalam Chaer, 2009) istilah kemayu mengacu pada
perangai kewanitaan yang berlebihan yang dalam hal ini ditunjukkan oleh
seorang pria. Berbicara kemayu dicirikan oleh gerak bibir dan lidah yang
menarik perhatian dan lafal yang dilakukan secara menonjol atau ekstra
lemah gemulai dan memanjang. Meskipun berbicara jenis ini tidak
langsung termasuk gangguan berbahasa, tetapi dapat dipandang sebagai
sindrom fonologik yang mengungkapkan gangguan identitas kelamin.
c. Berbicara Gagap
Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat,
mendadak berhenti, lalu mengulang - ulang suku kata pertama, kata - kata
berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata - kata itu kalimat dapat
diselesaikan. Seperti orang yang ingin mengatakan, ”awas ada pohon
tumbang”, tetapi ia mengucapkannya secara terputus dan berulang – ulang
sehingga menjadi seperti berikut, ”a’…. a.. aw… awwaass….. a.. aa.. add..
a… pp… po.hhon…. ttu.. tum… mbang”.
Apa yang menyebabkan terjadinya gagap ini masih belum diketahui secara
pasti, tetapi hal-hal berikut dianggap mempunyai peranan penting penyebab
terjadinya gagap:
1) Faktor stres dalam kehidupan berkeluarga
2) Pendidikan anak yang dilakukan secara keras dan ketat, dengan
membentak-bentak; serta tidak mengizinkan anak berargumentasi
dan membantah.
3) Adanya kerusakan pada belahan otak (hemisfer) yang dominan.
4) Faktor neurotik famial.

7
Jika hal ini terjadi pada anak-anak para orang tua sebaiknya tidak menganggap
lucu atas keadaan ini karena akan membuat anak tersebut merasa malu bahkan
akan memperparah gagapnya. Berikut ini beberapa hal yang harus dilakukan
jika menghadapi seorang anak yang gagap:

1) Bersikap sabar dan tenang


2) Menyarankan anak untuk bicara dengan tenang dan perlahan
3) Jangan menirukannya
4) Berbicaralah dengan tenang dan perlahan-lahan dan jelas sehingga
anak tersebut mempunyai banyak kesempatan untuk menirukan
percakapan tersebut.
5) Berikan anak tersebut kesempatan untuk berbicara dan jangan
memotong pembicaraannnya
6) Berilah penghargaan kepadanya jika ia dapat berbicara dengan baik.
4. Berbicara latah
Latah adalah respon reflektif berupa perkataan atau perbuatan yang tidak
terkendali yang terjadi ketika seseorang merasa kaget. Latah bukanlah penyakit
mental, tapi lebih merupakan kebiasaan yang tertanam di pikiran bawah sadar.
Setiap orang latah punya respon yang berbeda-beda dalam bereaksi terhadap
stimulus yang mengagetkan, diantarnya:
a. Mengulangi perkataan orang lain
b. Meniru gerakan orang lain
c. Mengucapkan kata-kata tertentu berulang-ulang (biasanya kata-kata jorok)

Melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut, misalnya; ketika


penderita dikejutkan dengan seruan perintah seperti ”jongkok” atau “loncat”,
dia akan melakukan perintah itu seketika.

Latah sering disamakan dengan ekolalla, yaitu perbuatan membeo, atau


menirukan apa yang dikatakan orang lain; tetapi sebenarnya latah adalah suatu
sindrom yang terdiri atas curah verbal repetitif yang bersifat jorok (koprolalla)
dan gangguan lokomotorik yang dapat dipancing. Koprolalla pada latah ini
berorientasi pada alat kelamin laki-laki. Yang sering dihinggapi penyakit latah
ini adalah orang perempuan berumur 40 tahun ke atas. Awal mula timbulnya
latah ini, menurut mereka yang terserang latah, adalah ketika bermimpi melihat

8
banyak sekali penis lelaki yang sebesar dan sepanjang belut. Latah ini punya
korelasi dengan kepribadian histeris. Kelatahan ini merupakan ”excuse” atau
alasan untuk dapat berbicara dan bertingkahlaku porno, yang pada hakikatnya
berimplikasi invitasi seksual (lihat juga W.F.Maramis, 1998: 416-418).

Latah memang bukan gangguan psikologis yang serius dan malah banyak
orang menganggapnya sebagai hiburan atau sesuatu yang lucu. Namun jika
seseorang ingin tampil berwibawa atau jika ia tidak ingin lagi menjadi bahan
godaan / tertawaan orang lain, maka ia harus menghilangkan kebiasaan
latahnya.

Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar kebiasaan latah bisa dihilangkan
dengan cepat dan hasilnya permanen, yaitu:

a. harus sungguh-sungguh ingin berubah dan serius ingin menghilangkan


kebiasaan latah Anda.
b. harus setuju untuk menganggap latah sebagai kebiasaan yang kurang baik
dan merugikan diri sendiri.

Kebiasaan latah akan sulit dihilangkan atau bisa saja kambuh sewaktu-waktu
apabila penderita menganggap menjadi latah itu lucu, menguntungkan dan
menyenangkan.

B. Tahapan Perkembangan Bicara Anak


Perkembangan bicara anak sama pentingnya dengan tahapan perkembangannya
yang lain. Hal ini seharusnya menjadi topik yang dapat dibicarakan serta
didiskusikan dengan dokter anak setiap kali waktu konsultasi rutin tiba, karena
terkadang bisa menjadi sulit untuk melihat apakah anak sekadar belum
berkembang atau mempunyai masalah yang harus diatasi dengan bantuan
profesional, seperti cara jitu mengatasi cadel pada anak yang juga
membutuhkan bantuan terapi bicara.
Sebelum 12 bulan – Pada usia ini, penting untuk memperhatikan tanda –
tanda apakah anak menggunakan suaranya untuk berkomunikasi dengan
lingkungannya. Mengoceh dan menggumam adalah beberapa tanda
perkembangan awal. Ketika anak mulai berusia sekitar sembilan bulan, mereka
mulai menggabungkan beberapa suara dan nada yang berbeda secara

9
bersamaan, mungkin bahkan membentuk kata ‘mama’ atau ‘papa’ tanpa benar
– benar mengerti artinya. Menjelang usia dua belas bulan, anak biasanya
terlihat menaruh perhatian terhadap suara dan mulai mengenali nana – nama
benda yang umum. Mulai sejak lahir, Anda bisa memberikan jenis mainan yang
merangsang otak anak untuk mendukung tumbuh kembangnya, dan pada usia
awal bayi, waspadalah jika bayi tidur tengkurap karena ada resikonya.
Usia 12-15 bulan – Anak – anak pada rentang usia ini seharusnya juga
memiliki pilihan kosa kata yang lebih luas ketika sedang mengoceh, seperti
menyebutkan huruf P, B, M, D atau N, mulai meniru atau mengulangi suara
yang dibuat oleh anggota keluarga lain, mengatakan lebih dari satu kata secara
spontan. Biasanya kata benda akan dikuasai terlebih dulu, mengerti dan
memahami kalimat perintah sederhana seperti, “Tolong ambilkan mainan itu”.
Ketika anak sudah bisa meraih dan mengambil sesuatu, Anda juga bisa
mengamati apakah ada tanda – tanda anak kidal pada si kecil. Pada usia ini
anak juga sudah mulai belajar berjalan, waspadailah bahaya anak terjatuh
telentangketika ia sedang mencoba berjalan sendiri.
Usia 18-24 bulan – Walaupun ada banyak faktor yang mempengaruhi,
kebanyakan anak pada usia ini dapat menyatakan lebih dari 20 kata ketika
berusia 18 bulan dan 50 kata ketika ia menginjak usia 2 tahun. Memasuki usia
dua tahun, anak mulai menggabungkan dua kata untuk membentuk kalimat
sederhana, dan mengenali objek yang umum dalam gambar atau kenyataan
yang dia lihat sehari – hari, menunjuk mata, telinga dan hidungnya ketika
ditanya, dan mengikuti dua tahap kalimat perintah seperti “Tolong ambilkan
mainan itu dan berikan kepada Mama”. Pada usia dini, Anda bisa lebih
mengetahui cara mengenali karakter anak karena ia sudah mulai menunjukkan
dirinya sendiri.
Usia 2 sampai 3 tahun – Pada usia ini, orang tua sering melihat pencapaian
besar pada anak mereka. Kosa kata anak seharusnya meningkat menjadi banyak
kata yang sulit untuk dihitung dan anak biasanya dapat menggabungkan tiga
atau lebih kata – kata menjadi satu kalimat. Pemahaman anak juga biasanya
meningkat, pada usia tiga tahun seorang anak akan dapat mengerti kalimat
seperti ” Taruhlah mainan itu di meja” atau “Taruhlah mainan itu di bawah
meja”. Anak juga biasanya mulai memahami konsep deskriptif seperti besar
dan kecil, dan mengidentifikasi warna.

10
C. Ciri – ciri Anak Terlambat Bicara
Walaupun pada usianya anak Anda belum dapat berbicara sesuai dengan yang
seharusnya terjadi, jangan dulu terburu – buru untuk memvonis si kecil
mengalami terlambat bicara atau speech delay. Ada beberapa ciri yang dapat
digunakan untuk memastikan apakah seorang anak mengalami speech delay
atau tidak, yaitu:
1. Tidak Responsif – Biasanya pada anak yang mengalami keterlambatan
bicara sudah dapat dilihat tandanya sejak ia berusia satu tahun. Anak akan
terlihat jarang atau tidak mengoceh dan bisa jadi tidak merespon apa yang
ia dengar. Tidak responsif juga bisa merupakan tanda autis pada anak.
2. Kosakata anak yang terbatas – Memasuki usia tiga tahun rata – rata anak
akan dapat menguasai hingga ratusan kosa kata atau yang tidak dapat
dihitung. Anak yang menguasai kosa kata jauh di bawah jumlah tersebut,
kemungkinan besar dapat mengalami keterlambatan bicara. Anda bisa
melihat jika anak terus menerus menggunakan kata yang sama dan
sepertinya ia tidak tahu cara lain untuk menyampaikan maksudnya.
3. Sulit berbicara dalam kalimat – Ketika berusia dua sampai tiga tahun
umumnya anak sudah bisa berbicara menggunakan dua kalimat sederhana,
mampu mengajukan pertanyaan dan mengikuti lirik lagu yang sederhana,
mengucapkan tiga bagian tubuh yang dia ketahui.
4. Sulit mengucapkan kata tertentu – Keterlambatan bicara berhubungan
dengan kesulitan perkembangan bicara yang dialami anak, yaitu kesulitan
untuk menggerakkan mulut dan lidah. Karena itu bagi anak yang
mengalami keterlambatan bicara biasanya akan sedikit kesulitan untuk
mengucapkan kata – kata atau huruf tertentu, dan salah dalam
mengucapkan kata.
5. Ucapannya sulit dipahami – Tanda ini sulit untuk dikenali, karena ketika
anak berbicara kurang jelas dan tidak berurutan biasanya orang tua sebagai
orang yang paling dekat dengan anak akan langsung mengetahui
maksudnya. Jadi, sulit untuk mengatakan apakah seorang anak benar–benar
mengalami keterlambatan bicara dengan cara demikian. Namun jika sudah
memasuki usia 3 tahun keatas anak masih belum bisa menyampaikan

11
maksudnya dengan jelas, ada kemungkinan ia akan mengalami
keterlambatan bicara.
6. Banyak menggunakan bahasa tubuh – Ketidakmampuan anak untuk
menyatakan perasaan atau maksudnya akan membuat anak mencari cara
lain untuk itu. Misalnya, dengan menggunakan bahasa tubuh. Jika anak
lebih banyak menggunakan bahasa isyarat untuk menyatakan kemauannya
seperti menunjuk dan lain – lain daripada berbicara, bisa saja anak
mengalami keterlambatan bicara.
D. Penyebab Anak Terlambat Bicara
Keterlambatan bicara pada anak tidak terjadi begitu saja, namun ada beberapa
penyebab yang menjadi alasan mengapa si kecil mengalami hal tersebut yaitu:
1. Gangguan pada kemampuan berbahasa
Gangguan ini berupa kesulitan untuk memproduksi suara seperti berbicara,
meniru bunyi, sulit menggunakan bahasa lisan ketika bicara dengan orang
lain, serta akan sulit memahami orang lain juga. Hal ini terjadi karena otak
beberapa anak bekerja secara berbeda.
2. Gangguan Pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kesulitan menangkap nada
dan intonasi suara atau bahkan tidak bisa menangkap suara – suara sama
sekali, sehingga ia tidak paham bagaimana seharusnya berbicara dengan
benar atau bagaimana menggunakan intonasi yang tepat ketika berbicara.
Dengan begitu, anak akan mengalami kesulitan ketika meniru atau
menggunakan bahasa secara jelas.
3. Pengaruh Televisi
Menonton televisi juga berpengaruh terhadap kemampuan bicara anak,
karena alat hiburan ini hanya bekerja satu arah saja. Jika seorang anak yang
masih sangat kecil terbiasa menonton televisi sendirian, ia bisa jadi akan
tumbuh dengan tidak menyadari keadaan sekelilingnya, termasuk tidak
merasa perlu untuk menjalin kontak dengan orang lain. Kurangnya interaksi
dengan manusia lain akan membuat anak tidak tahu caranya belajar
berbicara.
4. Hambatan Pada Otak
Anak dapat mengalami keterlambatan bicara jika ia memiliki suatu
gangguan di otak yang menghalangi fungsinya. Adanya gangguan pada

12
daerah oral motor anak, akan menyebabkan anak bermasalah dalam
pengolahan suara. Untuk memproduksi suara, diperlukan fungsi bibir,
lidah dan rahang. Terjadinya gangguan pada ketiga organ mulut tersebut,
akan menyebabkan keterlambatan bicara.
5. Lahir Prematur
Bayi prematur adalah anak yang lahir sebelum waktunya karena satu dan
lain hal yang menjadi penyebabnya. Pada anak yang dilahirkan prematur,
kondisi organ – organ tubuhnya belum sepenuhnya siap untuk dilahirkan,
karena itu ada kemungkinan anak akan mengalami keterlambatan
dalam tumbuh kembangnya, salah satunya adalah keterlambatan bicara.
6. Hambatan pada saraf
Anak dapat mengalami keterlambatan bicara karena ada hambatan pada
sistem neurologisnya. Contohnya jika anak mengalami celebral palsy atau
distrofi otot yang dapat mempengaruhi otot – otot yang diperlukan untuk
berbicara sehingga anak akan kesulitan untuk sekedar memproduksi sebuah
kata yang ada artinya.
7. Autisme
Autisme merupakan suatu gangguan pada anak yang terkait erat dengan
masalah komunikasi. Autisme pada anak menggambarkan bahwa seorang
anak yang memiliki autisme akan mengalami hambatan besar dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Keterlambatan bicara bahkan dinyatakan
sebagai salah satu tanda awal dari autisme pada anak.
8. Gangguan Pada Pengolahan Auditori
Yang dimaksud dengan pengolahan auditori adalah cara seseorang
mendapatkan pemahaman tentang suatu situasi berdasarkan kata – kata.
Anak yang pengolahan auditorinya terganggu akan mengalami kesulitan
untuk memahami apa yang dikatakan orang lain.
9. Terlalu sering menonton televisi atau gadget
Televisi dan gadget seperti telepon genggam, tablet, dan bermain laptop
adalah alat hiburan yang bersifat satu arah saja. Anak yang terbiasa
menerima saja tanpa melakukan proses interaksi hanya dapat menerima
informasi yang masuk tanpa harus mencerna dan memprosesnya. Akibatnya
anak bisa tidak mengerti pentingnya interaksi secara sosial dengan orang

13
lain, dan ia akan mengira bahwa komunikasi satu arah hanya bentuk
komunikasi yang wajar dilakukan
10. Minim interaksi dengan orang tua
Terkadang orang tua yang sibuk sulit meluangkan waktu untuk mengajak
balitanya bercakap – cakap, ada pula orang tua yang tidak menyadari
pentingnya membangun komunikasi dan memberi contoh kepada anak
mengenai pentingnya berkomunikasi dengan orang lain, sehingga anak
tidak terstimulasi untuk banyak berbicara.

E. Cara mengatasi keterlambatan bicara


Perkembangan bicara anak sangat dipengaruhi oleh orang tua. Pada banyak
kasus, kesulitan anak untuk berbicara dapat diatasi dengan keterlibatan orang
tua. Cobalah lakukan beberapa langkah ini untuk menstimulasi anak yang
terlambat bicara:
1. Ulangi ucapannya – Anak yang terlambat bicara terkadang sulit dimengerti
maksud ucapannya. Anda bisa mengulang kata – kata yang dia ucapkan
sambil bertanya apa yang dia maksud, bila perlu ajak anak untuk –
menunjukkan maksudnya tersebut.
2. Banyak berekspresi – Ketika berkomunikasi dengan anak, usahakan untuk
aktif bergerak dan menunjukkan ekspresi yang jelas, misalnya menunjuk
benda yang kita maksud atau menggerak – gerakan botol susu atau gelas
ketika mengajak anak minum.
3. Bercerita – Anda juga bisa berbicara dengan anak menggunakan cara
seperti sedang bercerita. Katakan pada anak dalam kalimat yang baku,
lengkap dan berpola Subjek – Objek – Predikat – Keterangan agar anak
mengenal pola kalimat dan berbicara dengan bahasa yang runtut.
4. Bermain peran – Bermain peran atau berpura – pura menjadi orang lain
atau berpura – pura melakukan suatu hal dengan anak akan merangsang
daya imajinasinya dan kemampuan verbalnya juga. Misalnya, bermain
berjualan di pasar, pura – pura menelepon dengan telepon mainan dan
mengobrol di telepon tersebut.
5. Jangan lupa memuji – Untuk memotivasi anak, Anda bisa memujinya setiap
kali ia berhasil menambah kosa katanya, menyusun sebuah kalimat, dan
berbicara dengan jelas . Berilah pujian sambil tersenyum dan pelukan agar

14
anak mengerti bahwa kemajuan yang dicapainya tersebut merupakan hal
yang sangat baik.
6. Ajak anak bergaul – Mungkin Anda merasa takut anak akan merasa minder
karena ia belum bisa bicara dengan jelas, jadi membuka pergaulan anak
dengan kawan – kawan sebayanya tidak menjadi pilihan. Namun bergaul
dengan kawan sebaya sebenarnya justru dapat memberikan anak motivasi
untuk terus berusaha berbicara dengan benar, karena ia ingin bergabung
dengan teman – temannya. Anda hanya harus memastikan bahwa anak
terlibat di dalam lingkungan yang baik yang tidak akan menurunkan rasa
percaya dirinya dengan mengejek kemampuan bicara anak, atau lingkungan
yang akan memberikan pengaruh buruk.
7. Berkonsultasi dengan spesialis
Jika dicurigai adanya masalah dalam perkembangan bicara anak, evaluasi
awal dengan ahli patologi sangat penting untuk dilakukan. Ketika
melakukan evaluasi, seorang ahli patologis akan melakukan berbagai tes
mengenai keseluruhan perkembangan anak dan kemampuan berbahasa
anak:

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya, tentu dapat
berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak
dan alat bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik produktif
maupun reseptif. Jadi, kemampuan bahasanya terganggu.
Gangguan berbahasa ini secara garis besar dapat dibagi dua. Pertama,
gangguan akibat faktor medis; dan kedua, akibat faktor lingkungan sosial.
Yang dimaksud dengan faktor medis adalah gangguan, baik akibat kelainan
fungsi otak, maupun akibat kelainan alat-alat bicara. Sedangkan yang dimaksud
dengan faktos sosial lingkungan adalah lingkungan kehidupan yang tidak
alamiah manusia, seperti tersisih atau terisolasi kehidupan masyarakat manusia
yang sewajarnya.
Secara medis menurut sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat
dibedakan atas tiga golongan, yaitu (1) gangguan berbicara, (2) gangguan
berbahasa, (3) gangguan berpikir. Karena gangguan itu masih dapat diatasi
kalau penderita itu mempunyai daya dengar yang normal; bila tidak tentu
menjadi sukar atau sangat sukar.
Berbicara merupakan aktivitas motorik yang mengandung modalitas
psikis. Oleh karena itu, gangguan berbicara ini dapat dikelompokkan kedalam
dua kategori. Pertama, gangguan mekanisme berbicara yang berimplikasi pada
gangguan organik; dan kedua, gangguan berbicara psikogenik.
B. Saran
Orang tua harus melakukansesuatau yang disarankan guru dalam rangka
memperlancar penanganan masalah yang dialami anaknya. Ada kegiatan tertu
yang harus dikerjakan di rumah. Sehingga keterlibatan orang tua dan keluarga
diperlukan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, 2009, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta; PT Rineka Cipta.

siti.2009. makalh gangguan berbahasa anak. http://bocah-brumbung.blogspot.co.id.


(28 maret 2018 : 21.43)

17

Anda mungkin juga menyukai