Anda di halaman 1dari 14

MATERIALITAS

1. MATERIALITAS DALAM KONTEKS AUDIT


Kerangka pelaporan keuangan membahas materialitas, yang menjelaskan bahwa :
1. Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan dianggap material jika secara
individual atau agregat memengaruhi keputusan ekonomi yang diambil
2. Pertimbanagn tentang materialitas memperhitungkan kondisiyang melingkupinya
dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahana penyajian atau keduanya
3. Pertimbangan tentang hal material berdasarkan pertimbanagn ekbutuhan informasi
keuangan yang diperlukan oleh pengguna laporan keuangan sebagai suatu grup.
Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan profesional, dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang informasi keuangan oleh pengguna laporan
keuangan, diasumsikan bahwa :
1. Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi serta
akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi dalam laporan keuangan.
2. Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan dna diaudit berdasarkan
tingkat materialitas tertentu
3. Mengakui adanya ketidakpastiaan bawaan dalam pengukuran jumlah yang
ditentukan berdasarkan pertimbangan estimasi dan masa depan
4. Membuat keputusan ekonomi berdasarkan informasi laporan keuangan

2. TAHAPAN DALAM PENERAPAN MATERIALITAS


Materialitas dan risiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit,
khususnya pada :
1. Mengidentifikasi dan menilai kesalahan penyajian material
2. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur selanjutnya
3. Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap
laporan keuangan dan merumuskan opini dalam laporan auditor.
Auditor melakukan lima langkah dalam menerapkan materialiats yaitu :
1. Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
2. Menentukan materialitas pelaksanaan
3. Memperkirakan total kesalahan penyajian dalam segmen
4. Memperkirakan keseluruhan kesalahan penyajian
5. Membandingkan taksiran keseluruhan dengan kebijakan awal materialitas

1
MATERIALITAS UNTUK LAPORAN KEUANGAN SECARA KESELURUHAN
Saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus menentukan
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan, yang disebut dengan pertimbanagn
awal materialitas, sebab meski opini ditetapkan secara profesional, namun dapat berubah ketika
pengauditan berlangsung. Pertimbanagn awal materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan adalah jumah maksimum diatas jumlah tersebut diyakini auditor akan membuat
laporan keuangan mengandung kesalahn penyajian dan idka mempengaruhi pengambilan
keputusan. Dalam kondisi spesifik entitas, terdapat satu atau lebih golongan transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan tertentu yang mengandung kesalahan penyajian yang jumlahnya
lebih rendah daripada materialitas laporan keuangan diperkirakan mempengaruhi keputusan
ekonomi, maka auditor harus menetapkan materialitas yang diterapkan terhadap golongan
transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu.
Auditor menetapkan pertimbangan awal materialitas untuk membantu perencanaan
pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah jumlah rupiah pertimbangana wal, maka
semkain banyak bukti yang diperlukan. Auditor sering mengubah kebijakan awal materialitas
sehingga disebut kebijakan tentang materialitas revisian. Auditor harus merevisi materialitas
untuk laporan keuangan saat auditor menyadari adanya informasi yang menyebabkan auditor
menentukan jumlah materialitas yang berbeda.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEBIJAKAN AWAL
MATERIALITAS
1. Konsep Materialitas adalah Relatif, Bukan Absolut
Tidak mungkin membuat suatu predoman jumlah rupiah utnk menetapkan kebijakan
awal materialitas yang berlaku umum sebab kesalahan penyajian bisa material bagi
perusahaan kecil, namun tidak material bagi perusahaan besar.
2. Diperlukan Dasar Tertentu untuk Mengevaluasi Materialitas
Laba bersih sebelum pajak sering digunakan sebagai dasar utnuk menentukan apa yang
material bagi perusahaan berorientasi laba, sebab merupakan hal penting bagi pengguna
laporan keuangan. Dasar lain yang lazim digunakan adalah penjualan bersih, laba kotor,
dan total aset. Auditor juga harus menetapkan apakah kesalahan penyajian bersifat
material mempengaruhi kewajiban dasar.
3. Faktor Kualitatif juga Mempengaruhi Materialitas
Jenis kesalahan penyajian berpengaruh terhadap pengguna laporan keuangan,
walaupun jumlahnya sama. Contohnya :

2
1. Kesalahan penyajian yang menyangkut kecuranagn dipandang lebih serius
daripada kekeliruan tidak sengaja meskipun jumlah rupiahnya sama, sebab hal
ini mencerminkan ketidakjujuran dan keandalan manajemen.
2. Kesalahan penyajian yang jumlah rupiahnya kecil menjadi material, bial terkait
dengan kontraktual.
3. Kesalahan penyajian menjadi material bila memengaruhi tren laba atau rugi.
PENGGUNAAN TOLOK UKUR DALAM MENENTUKAN MATERIALITAS UNTUK
LAPORAN KEUANGAN SECARA KESELURUHAN
Sebagai langkah awal dalam menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan maka persentase tertentu diterapkan sebagai tolok ukur. Faktor-fakto yang
mempengaruhi proses identifikasi tolok ukur mencakup :
1. Unsur-unsur laporan keuangan
2. Apakah terdapat unsur yang menjadi perhatian khusus para pengguna laporan keuangan
entitas tertentu
3. Sifat tertentu, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan industri serta lingkungan
ekonomi yang didalamnya entitas tersebut beroperasi
4. Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas
5. Fluktuasi relatif tolok ukur
MENENTUKAN MATERIALITAS PELAKSANAAN.
Penentuan materialitas pelaksanaan diperlukan karena auditor mengumpulkan bukti per
segmen bukan secara keseluruhan dan tingkat materialitas membantu mereka menentukan
bukti audit. Materialitas pelaksanaan berhubungan dengan jumlah bukti yang harus
dikumpulkan auditor. Materialitas pelaksanaan bisa berbeda-beda untuk golongan transaksi,
saldo akun, atau pengungkapan yang berbeda bila terdapat fokus pada bidang tertentu.
Penentuan materialitas pelaksanaan membutuhkan pertimbangan profesional, dan
dipengaruhi oleh pemahaman auditor atas entitas yang dimutahirkan selama pelaksanaan
prosedur penilaian risiko, dan sifat serta luasnya kesalahan penyajian yang terdeteksi dalam
audit sebelumnya serta harapan auditor terkait kesalahan penyajian periode berjalan. Penentuan
materialitas pelaksanaan ini disebut sebagai proses pengalokasian pertimbangan awal tentang
materialitas ke segmen. Tidaklah tepat mengalokasikan pertimbangan awal materialitas pada
akun neraca dan sekaligus pada akun laba-rugi sebab akan mengakibatkan eprhitungan ganda.
Auditor menghadapi tiga masalah dalam mengalokasikan materialitas ke akun neraca,
yaitu :

3
1. Auditor menduga akun-akun tertentu memiliki lebih banyak kesalahan penyajian dari
pada lainnya
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan
3. Biaya audit terkait mempengaruhi pengalokasian
Banyak kantor akuntan membuat pedoman yang kaku dan metoda yang sophisticated
untuk melaksanakannya sebab untuk membantu memastikan auditor mendokumentasikan
dengan baik jumlah kesalahan penyajian yang bisa ditoleransi serta dasar yang digunakan
untuk menentukan jumlah dalam kertas kerja. Tujuan pengalokasian kebijakan awal
materialitas ke akun-akun neraca adalah utnuk membantu auditor dalam menentukan bukti
yang tepat utnuk setiap akun neraca dan laporan laba-rugi, guna meminimalkan biaya tanpa
mengorbankan kualitas audit.
MEMPERKIRAKAN KESALAHAN PENYAJIAN DAN MEMBANDINGKAN
DENGAN KEBIJAKAN AWAL
Pada saat auditor melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor
mendokumentasikan semua kesalahan penyajian yang ditemukannya. Kesalahan penyajian
dalam suatu akun bisa terdiri dari dua tipe, yaitu : kesalahan penyajian diketahui (known
misstatement) dan kesalahan penyajian diperkirakan (likely misstatement). Kesalahan
penyajian diketahui adalah kesalahan penyajian dalam akun yang bisa ditentukan jumlahnya.
Ada dua tipe kesalahan penyajian diperkirakan. Pertama adalah kesalahan penyajian yang
timbul dari perbedaan pertimbangan yang dibuat auditor dengan pertimbangan manajemen
dalam menaksir saldo akun. Kedua adalah proyeksi kesalahan penyajian yang dibuat klien
dalam suatu sampel yang terdiri dari 200 dalam pengujian harga perolehan persediaan. Auditor
menggunakan temuan kesalahan penyajian ini untuk menaksir total perkiraan kesalahan
penyajian dalam persediaan. Jumlah total ini disebut dengan “proyeksi” atau “ekstrapolasi”
karena yang diaudit hanya suatu sampel tidak keseluruhan populasi. Jumlah proyeksi
kesalahan ini dikumpulkan dalam kertas kerja dan selanjutnya gabungan kesalahan penyajian
ini dibandingkan dengan materialitas. Perhitungan proyeksi langsung taksiran kesalahan
penyajian, yaitu :

𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑗𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙


𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

4
RISIKO AUDIT
Standar audit (SA 315) mewajibkan auditor untuk mendapatkan pemahaman tentang
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menetapkan risiko kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan klien.
Model Risiko Audit Untuk Perencanaan
Risiko kesalahan penyajian material didefinisikan dalam standar audit (SA 200.13.(n))
sebagai: risiko bahwa laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material sebelum
audit dilakukan. Risiko kesalahan penyajian material dapat terjadi di dua tingkat, yaitu tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan dan tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo, akun
dan pengungkapan
Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan
mangacu ke risiko kesalahan penyajian material yang berdampak luas (pervasive) terhadap
laporan keuangan secara keseluruhan dan berpotensi memengaruhi banyak asersi. Risiko
kesalahan penyajian material pada tingkat asersi dinilai untuk menentukkan sifat, saat, dan luas
prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Risiko
kesalahan material pada tingkat asersi terdiri dari 2 komponen, yaitu: risiko inheren dan risiko
pengendalian.
Model risiko audit membantu auditor dalam menentukan berapa banyak dan jenis bukti
apa yang harus dikumpulkan pada setiap siklus, model risiko audit biasanya dinyatkan sebagai
berikut:
𝑨𝑹
𝑨𝑹 = 𝑰𝑹 𝑿 𝑪𝑹 𝑿 𝑫𝑹 atau 𝑫𝑹 = 𝑰𝑹 𝑿 𝑪𝑹

Keterangan:
AR= Risiko Audit
IR = Rsiko Inheren
CR = Rsisiko Pengendalian
DR = Risiko Deteksi

KOMPONEN – KOMPONEN MODEL RISIKO AUDIT


Risiko Deteksi
Standar audit (SA 200. 13 (e)) mendefinisikan risiko deteksi sebagai berikut: Risiko
deteksi adalah risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan oleh auditor untuk risiko audit ke
tingkat rendah yang dapat diterima tidak akan mendektesi suatu kesalahan peyajan yang ada

5
dan yang mungkin material, baik secara individual maupun secara kolektif ketika digabungkan
dengan kesalahan penyajian lainnya.
Risiko Inheren
Standar audit (SA 200.13 (n)) mendefinisikan risiko inheren sebagai berikut:
Risiko inheren: kerentanan suatu asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun,
atau pengungkapan terhadap suatau kesalahan penyajian yang mungkin material, baik secara
individual maupun secara kolekif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya,
sebelum mempertimbangkan pengendalian internal yang terkait.
Risiko pengendalian
Standar audit (SA 200. 13 (n)) mendefiniskan risiko pengendalian sebagai berikut:
Risiko pengendalian: risiko bahwa suatu kesalahan penyajian yang mungkin terjadi
dalam suatu arsesi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan yang
mungkin material, baik secara individual maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan
kesalahan penyajian lainnya, tidak akan dapat dicegah, atau dideteksi dan dikoreksi, secara
tepat waktu oleh pengendalian internal entitas.
Gabungan risiko inheren dengan risiko risiko pengendalian disebutkan dalam standar
auditing sebagai risiko kesalahan penyajian material. Auditor bisa melakukan penilaian
gabungan risiko kesalahan penyajian material atau auditor bisa juga menilai risiko inheren dan
risiko pengendalian secara terpisah.
Risiko audit
Standar audit (SA 200.13 (c)) mendefinisikan risiko audit sebagai berikut:
Risiko audit: risiko bahwa auditor menyatakan suatau opini audit yang tidak tepat
ketika laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material. Risiko audit merupakan
suatu fungsi kesalahan penyajian material dan risiko deteksi.
Seringkali auditor tidak menggunakan istilah risiko audit tetapi istilah lain seperti
misalnya, asurans audit atau tingkat asurans. Asurans audit atau istilah lain adalah pelengkap
risiko audit, yakni satu dikurangi risiko audit yang bisa diterima.
Perbedaan Antara Risiko – Risiko dalam Model Risiko Audit
Ada perbedaan dalam hal bagaimana auditor menilai keempat faktor risiko dalam
model risiko audit. Untuk risiko audit yang bisa diterima auditor memutuskannya sesuai
dengan kesedian kantor akuntan menerima risiko bahwa laporan keuangan mengandung
kesalahan penyajian setelah audit selesai dikerjakan, berdasarkan berbagai faktor yang
menyangkut klien. Risiko inheren dan risiko pengendalian didasarkan pada dugaan auditor atau
predisksi tentang klien.
6
MENETAPKAN RISIKO AUDIT BISA DITERIMA
Auditor harus memutuskan risiko audit yang bisa diterima untuk suatu audit, terutama
pada tahap perencanaan audit. Pertama- tama auditor harus menetapkan risiko penugasan dan
selanjutnya menggunakan risiko penugasan untuk menetapkan risiko audit.
Dampak Risiko Penugasan Terhadap Risiko Audit Bisa Diterima
Risiko penugasan adalah risiko yang harus ditangung auditor atau kantor akuntan setelah
suatu audit diselesaikan, walaupun laporan audit yang dibuat sudah benar. Sebagai contoh,
apabila klien dinyatakan bangkrut oleh pengadilan setelah perusahaan tersebut diaudit,
kemungkinan besar kantor akuntan akan dituntut, meskipun audit yang dilakukan auditor telah
dilaksanakan dengan baik.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO AUDIT BISA DITERIMA
Ada tiga faktor yang mempengaruhi risiko penugasan dan yang selanjutnya
berpengaruh pula pada risiko audit, yaitu:
1. Seberapa Jauh Pengguna Eksteren Mengandalkan Laporan Keuangan Auditan
Apabila pengguna eksteren sangat mengandalkan laporan keuangan auditan,
sebaiknya tingkat risiko audit ditetapkan lebih rendah. Apabila laporan sangat
diandalkan, bisa timbul sejumlah bahaya sebagai akibat adanya kesalahan penyajian
signifikan yang tetap tidak terdeteksi dalam laporan keuangan. Beberapa faktor bisa
menjadi indikator tentang seberapa laporan diandalkan oleh pengguna eksteren:
a. Ukuran entitas. Secara umum, semakin besar entitas yang diaudit, semakin besar
pula kemungkinan laporan digunakan. Ukuran entitas, diukur dengan total aset atau
pendapatan, akan memiliki dampak terhadap tingkat risiko audit bisa diterima.
b. Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan entitas-entitas publik biasanya menjadi
andalan lebih banyak pemakai dibandingkan dengan entitas tertutup. Dalam
perusahaan public banyak pihak luar juga berkepentingan seperti misalnya
Bapepam, analis-analis keuangan, dan masyarakat luas.
c. Sifat dan jumlah kewajiban (utang). Apabila laporan berisi jumlah utang yang
besar, laporan tersebut kemungkinan besar akan banyak digunakan oleh para
kreditur (termasuk kreditur potensial) dibandingkan dengan apabila tidak berisi
banyak kewajiban.

2. Kemungkinan Klien Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah Laporan Audit


Diterbitkan
7
Apabila klien terpaksa mengalami kebangkrutan atau menderita kerugian besar
setelah audit diselesaikan, auditor kemungkinan besar akan berhadapan dengan
tuntutan untuk membuktikan kualitas audit yang telah dilakukannya. Hal ini bisa
diakibatkan oleh kualitas audit yang tidak memenuhi standar minimum atau bisa juga
karena niat pemakai laporan untuk menutup kerugian yang dideritanya walaupun audit
telah dilakukan dengan baik.
Dalam situasi di mana auditor yakin bahwa terdapat kemungkinan besar terjadi
kerugian besar dan dengan demikian meningkatkan risiko penugasan, maka risiko audit
bisa diterima harus dikurangi. Tidak mudah bagi auditor untuk memprediksi kegagalan
keuangan sebelum itu terjadi, tetapi beberapa faktor bisa menjadi indikator yang baik
tentang kemungkinan terjadinya hal tersebut.
a. Posisi likuiditas. Apabila klien sering mengalami kekurangan kas dan modal
kerja, hal itu menunjukkan kemungkinan terjadinya kesulitan membayar utang di masa
depan. Auditor harus menilai kemungkinan dan signifikansi penurunan posisi likuiditas
yang terjadi terus menerus.
b. Laba (rugi) tahun-tahun lalu. Apabila perusahaan mengalami penurunan laba
yang drastis atau peningkatan kerugian selama bertahun-tahun auditor harus menyadari
kemungkinan terjadinya masalah solvabilitas yang akan dihadapi klien.
c. Metoda pendanaan. Semakin besar ketergantungan klien pada pinjaman untuk
memenuhi kebutuhan dananya, semakin besar pula risiko terjadinya kesulitan keuangan
apabila keberhasilan operasi perusahaan menurun. Auditor harus menilai apakah aset-
aset tetap didanai oleh pinjaman jangka pendek atau pinjaman jangka panjang, karena
jumlah pengeluaran kas yang besar dalam waktu singkat akan bisa menyebabkan
perusahaan bangkrut.
d. Sifat operasi klien. Jenis-jenis entitas tertentu memiliki risiko inheren yang
besar dibandingkan perusahaan lainnya.
e. Kompetensi manajemen. Manajemen yang kompeten akan selalu waspada
terhadap kesulitan keuangan potensial dan segera memodifikasi metoda operasinya
untuk meminimumkan pengaruh masalah jangka pendek. Auditor harus menilai
kemampuan manajemen sebagai bagian dari kemungkinan terjadinya kebangkrutan.

3. Evaluasi Auditor tentang Integritas Manajemen

8
Apabila integritas manajemen dipertanyakan, auditor seyogyanya menetapkan
risiko audit bisa diterima yang lebih rendah. Perusahaan dengan integritas rendah sering
melakukan kegiatan bisnis yang memicu terjadinya konflik dengan pemegang saham,
regulator, dan konsumen. Konflik-konflik semacam itu bisa mempengaruhi kualitas
audit yang diinginkan para pemakai laporan dan bisa mengakibatkan tuntutan hukum
serta percekcokan lainnya.
MEMBUAT KEPUTUSAN TENTANG RISIKO AUDIT BISA DITERIMA
Untuk menetapkan risiko audit bisa diterima, pertama-tama auditor harus menilai setiap
faktor yang mempengaruhi risiko audit bisa diterima. Penilaian atas setiap faktor sangat
subyektif yang berarti bahwa penetapan risiko audit bisa diterima juga sangat subyektif. Risiko
audit biasanya dinyatakan dengan istilah tinggi, medium, dan rendah. Risiko audit yang rendah
mengandung arti bahwa klien sangat berisiko yang membutuhkan bukti lebih banyak,
menggunakan lebih banyak audit berpengalaman, dan/atau review atas kerja audit yang lebih
mendalam.
Tabel Metoda untuk Menetapkan Risiko Audit Bisa Diterima
Faktor Metoda untuk Menetapkan Risiko Audit
Seberapa jauh pengguna eksteren Mempelajari laporan keuangan termasuk catatan
mengandalkan pada laporan kaki
keuangan auditan a. Membaca notulen rapat dewan komisaris untuk
merencanakan masa depan perusahaan
b. Membicarakan perencanaan keuangan dengan
manajemen
a.
Kemungkinan terjadinya kesulitan Menganalisis laporan keuangan untuk
keuangan menidentifikasikan kesulitan keuangan dengan
menggunakan rasio-rasio dan prosedur analitis
lainnya
b. Mempelajari lapran arus kas sesungguhnya dan
proyesi untuk mengetahui komponen arus kas
masuk dan arus kas
Integritas manajemen Menerapakan prosedur yang dibahas pada Bab 6
untuk penerimaan dan eberlanjutan klien

MENILAI RISIKO INHEREN

9
Auditor harus berusaha memprediksi dimana kesalahan penyajian paling mungkin dan
mana yang paling kecil kemungkinannya dalam laporan keuangan. Informasi tersebut
mempengaruhi banyaknya bukti yang perlu dikumpulkan auditor, staf audit yang akan diberi
penugasaan, dan review atas kertas kerja audit.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO INHEREN
Untuk menetapkan risiko inheren, auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor
penting berikut:
1. Sifat Bisnis Klien
Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Risiko inheren
berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya, untuk akun seperti
persediaan, piutang usaha, dan tetap. Sifat bisnis klien tidak mempunyai dampak atau kecil
dampaknya terhadap risiko inheren untuk akun seperti kas, utang wesel, dan utang hipotik.
2. Hasil dari Audit sebelumnya
Kesalahan penyajian yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya memiliki
kemungkinan besar untuk terjadi lagi dalam audit tahun ini, karena banyak tipe penyajian
yang sifatnya sistemik, dan organisasi seringkali lambat melakukan perubahan untuk
meniadakan kesalahan penyajian seperti itu. Oleh karena itu, auditor akan dipandang lalai
jika hasil audit tahun lalu diabaikan pada saat ia mengembangkan program audit untuk tahun
ini.
3. Penugasan Baru atau Penugasan Ulangan
Auditor mendapat pengalaman dan pengetahuan tentang kemungkinan terjadinya
kesalahan penyajian setelah mengaudit klien selama beberapa tahun. Apabila tidak ada hasil
audit tahun lalu, sebagian besar auditor akan menilai risiko inheren yang tinggi pada audit
yang pertama kali dilakukan dibandingkan dengan penugasan ulangan yang pada waktu lalu
tidak ditemukan kesalahan penyajian material.
4. Pihak-pihak yang Berelasi
Contoh transaksi dengan pihak-pihak yang berelasi (related parties) adalah transaksi
antara perusahaan induk dengan perusahaan anak dan antara manajemen dengan entitas
perusahaan. Karena transaksi semacam ini tidak terjadi antara dua pihak yang independen
yang melakukan tawar menawar secara bebas, maka terdapat kemungkinan besar bahwa
transaksi demikian direkayasa yang menyebabkan naiknya risiko inheren.

5. Transaksi-transaksi Non Rutin

10
Transaksi-transaksi yang tidak biasa terjadi (non-rutin) pada perusahaan klien
mempunyai kemungkinan besar dicatat secara salah dibanding dengan transaksi karena klien
tidak berpengalaman dalam mencatatnya. Dengan mengetahui bisnis klien dan mereview
notulen rapat, auditor akan dapat menilai konsekuensi dari transaksl non-rutin
6. Pertimbangan yang Diperlukan untuk Mencatat Saldo Akun dan Transaksi
dengan Benar
Banyak saldo akun seperti misalnya investasi tertentu yang dicatat atas dasar nilai
wajar (fair value), cadangan kerugian piutang, keusangan persediaan, kewajiban untuk
pembayaran garansi, dan reserve untuk kerugian utang bank, memerlukan estimasi dan sarat
dengan pertimbangan manajemen. Karena hal-hal seperti itu membutuhkan pertimbangan
tertentu, kemungkinan kesalahan penyajiannya cukup tinggi, dan akibatnya auditor biasanya
menetapkan risiko inheren yang tinggi.
7. Pembentuk Populasi
Kadang-kadang unsur individual tertentu yang membentuk populasi juga
berpengaruh terhadap ekspektasi auditor tentang kesalahan penyajian material. Auditor
biasanya akan menggunakan risiko inheren yang lebih tinggi untuk piutang usaha apabila
sebagian besar tagihan telah lewat waktu dibandingkan dengan apabila sebagian besar
belum jatuh tempo.
8. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecurangan Pelaporan Keuangan
dan Penyalahgunaan Aset
Untuk memenuhi persyaratan standar auditing, bagi auditor lebih penting menilai
risiko dan menanggapinya daripada sekedar menggolongkan risiko menjadi jenis risiko
tertentu. Dengan alasan ini, banyak kantor akuntan menilai risiko kecurangan terpisah dari
penilaian atas komponen-komponen risiko audit. Risiko kecurangan dapat dinilai untuk
audit sebagai keseluruhan atau per siklus, dan tujuan.
MENETAPKAN RISIKO INHEREN
Auditor harus mengevaluasi informasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren
dan menetapkan tingkat risiko inheren untuk setiap siklus, dan untuk setiap tujuan audit. Dalam
standar audit (SA 200. A38) disebutkan bahwa risiko inheren dapat lebih tinggi untuk beberapa
asersi dan golongan transaksi, saldo akun, serta pengungkapan tertentu. Kondisi eksternal yang
menimbulkan risiko bisnis juga dapat memengaruhi risiko bawaan. Faktor dalam entitas dan
lingkungannya yang berhubungan dengan sebagian atau semua golongan transaksi, saldo akun,
atau pengungkapan dapat memengaruhi risiko bawaan yang berkaitan dengan asersi tertentu.
MENDAPATKAN INFORMASI UNTUK MENETAPKAN RISIKO INHEREN
11
Untuk mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien, auditor bisa
melakukan tentang mengelilingi perusahan dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa. Demikian pula berbagai hal lainnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko inheren, seperti misalnya hasil audit tahun lalu dan transaksi non-rutin
telah dibahas secara terpisah untuk membantu menilai risiko inheren.
HUBUNGAN ANTARA RISIKO DENGAN BUKTI DAN FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMEPENGARUHI RISIKO
Auditor menanggapi risiko terutama dengan mengubah luasnya pengujian dan jenis
prosedur audit, termasuk pula dengan memadukan hal-hal tak terduga dalam prosedur audit
yang digunakan. Selain dengan memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat diubah
auditor untuk menganggapi risiko, yaitu
 Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman. Kantor
akuntan akan menunjuk staf yang berkualitas untuk setiap penugasan. Untuk klien
dengan risiko audit bisa diterima yang rendah, diperlukan staf yang lebih
berpengalaman dengan penekanan pada pentingnya skeptisisme professional. Begitu
pula apabila suatu bidang audit seperti misalnya persediaan, memiliki risikoninheren
yang tinggi, maka bidang audit tersebut sebaiknya ditangani oleh staf yang
berpengalaman dalam audit persediaan.
 Penugasan harus di-review lebih cermat. Kantor akuntan harus memastikan adanya
review yang memadai atas kertas pengumpulan bukti dan kesimpulan, serta hal-hal
penting dalam audit. Apabila risiko audit bisa diterima rendah, diperlukan review yang
lebih cermat dan seksama, termasuk dengan review oleh orang yang tidak terlibat
dalam penugasan
RISIKO AUDIT PER SEGMEN
Risiko inheren dan risiko pengendalian tidak ditetapkan untuk audit sebagai
keseluruhan, melainkan ditetapkan untuk setiap siklus, setiap akun dalam suatu siklus, bahkan
kadang – kadang untuk setiap tujuan audit pada satu akun. Untuk audit yang sama, risiko yang
ditetapkan bisa berbeda – beda antara siklus yang satu dengan siklus yang lain antara akun
yang satu dengan akun yang lain, dan antara tujuan yang satu dengan tujuan yang lain. Risiko
audit bisa diterima biasanya ditetapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan tidak berubah
untuk setiap siklus dan akun. Auditor biasanya menggunakan risiko audit bisa diterimayang
sama untuk setiap segmen, karena faktor – faktor yang memepengaruhi risiko audit bisa
diterima berkaitan dengan keseluruhan audit, tidak untuk akun individual.

12
MENGAITKAN MATERIALITAS PELAKSANAAN (KESALAHAN PENYAJIAN
BISA DITOLERANSI) DAN RISIKO DENGAN TUJUAN AUDIT ATAS SALDO
Meskipun dalam praktik lazim untuk menetapkan risiko inheren dan risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit saldo akun, namun tidak lazim untuk mengalokasikan
materialitas pada tujuan – tujuan tersebut. Auditor akan lebih efektif untuk menggunakan
risiko yang berbeda – beda untuk tujuan yang berbeda, dan biasanya tidaklah sulit untuk
menghubungkan risiko dengan satu atau dua tujuan. Sebagai contoh, keusangan dalam
persediaan kemungkinan besar hanya akan berpengaruh terhadap nilai bersih bisa direalisasi.
KETERBATASAN PENGUKURAN
Salah satu keterbatasan paling besar dalam penerapan model risiko audit adalah adanya
kesulitan dalam pengukuran komponen – komponen dalam model. Disamping kerja keras
auditor dalam dalam membuat perencanaan audit, penetapan risiko audit bisa diterima, risiko
inheren, risiko pengendalian, dan selanjutnya risiko deteksi direncanakan sangat bersifat
subjektif dan hanya merupakan perkiraan. Untuk mengatasi masalah pengukuran ini, banyak
auditor menggunakan pengukuran subjektif yang dinyatakan dengan istilah rendah, medium,
dan tinggi
Dalam menetapkan model risiko audit, auditor sangat memperhatikan masalah
overauditing dan underauditing, tetapi sebagian besar auditor lebih memperhatikan masalah
yang terakhir.
HUBUNGAN ANTARA RISIKO DAN METERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT
Konsep materialitas dan risiko dalam pengauditan berhubungan erat satu sama lain dan
tidak bisa dipisahkan. Risiko adalah pengukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas adalah
pengukuran besarnya atau ukurannya. Namun apabila keduanya digabungkan akan mengukur
besaran ketidakpastian dari suatu jumlah tertentu.
MEREVISI PENILAIAN RISIKO DAN BUKTI
Model risiko audit utamanya merupakan model perencanaan dan oleh karena itu
kegunaanya terbatas dalam mengevaluasi hasil. Tidak ada kesulitan ketika auditor
mengumpulkan bukti yang direncanakan dan menyimpulkan bahwa penetapan setiap risiko
telah dilakukan secara wajar atau lebih baik dari yang diperkirakan. Auditor akan
berkesimpulan bahwa bukti yang tepat dan cukup telah terkumpul untuk akun atau siklus
tersebut. Dalam situasi ini, auditor dapat melakukan dua tahap pendekatan sebagai berikut:
1. Auditor harus merevisi penetapan awal risiko, merupakan tindakan gegabah untuk
membiarkan penetapan awal tidak diubah, padahal auditor tahu nahwa penetapan
tersebut tidak tepat.
13
2. Auditor harus mempertimbangkan pengaruh revisi terhadap bukti yang diperlukan,
tanpa menggunakan model risiko audit. Apabila risiko hasil revisi digunakan dalam
model risiko audit untuk menetukan risiko deteksi yang telah direvisi.
RISIKO SIGNIFIKAN
Standar Audit (SA 315.25) mengharuskan auditor untuk menilai Risiko kesalahan
penyajian material pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat aserasi untuk golongan
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan. Risiko signifikan adalah suatu risiko kesalahan
penyajian materal yag diidentifikasi dan dinilai yang dalam pertimbangan auitor, memerlukan
pertimbangan audit khusus (SA 315.4 (e)). Risiko kesalahan penyajian material mungkin lebih
besar untuk transaksi nonrutin yang signifikan yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Intervensi manajemen yang lebih besar dalam menentukan perlakuan akuntansi
b. Intervensi manual yang lebih besar dalam pengumpulan dan pengolahan data
c. Perhitungan atau prinsip akuntansi yang kompleks
d. Sifat transaksi nonrutin yang dapat menyebabkan kesulitan bagi entitas untuk
mengimplementasikan pengendalian yang efektif terhadap risiko.
Dalam melakukan pertimbangan atas penentuan suatu risiko sebagai risiko yang
signifikan, auditor harus mempertimbangkan paling tidak hal – hal sebagai berikut:
a. Apakah risiko tersebut merupakan suatu risiko kecurangan
b. Apakah risiko tersebut terkait dengan perkembangan terkini yang signifikan
c. Kompleksitas transaksi
d. Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dengan pihak berelasi
e. Derajat subjektivitas dalam pengukuran informasi keuangan yang berkaitan risiko,
terutama pengukuran yang melibatkan ketidakpastian pengukuran yang luas
f. Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi sifnifikan yang terjadi diluar kegiatan
bisnis normal entitas atau yang tampaknya tidak bisa.

14

Anda mungkin juga menyukai