DEFINISI
Pulmonary embolism atau Emboli paru adalah peristiwa infark jaringan paru
akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri pulmonalis oleh peristiwa emboli.1
Keadaan ini dapat memberikan gambaran klinis dengan spektrum luas, mulai
dari suatu gambaran klinis yang asimptomatik sampai keadaan yang
mengancam nyawa berupa hipotensi, shock kardiogenik dan keadaan henti
jantung yang tiba-tiba (sudden cardiac death).2,3
EPIDEMIOLOGI
Penyebab utama dari suatu emboli paru adalah tromboemboli vena (venous
thromboembolism), namun demikian penyebab lain dapat berupa emboli udara,
emboli lemak, cairan amnion, fragmen tumor dan sepsis.7,8
PATOFISIOLOGI
Pada tahun 1856, Rudolf Virchow membuat suatu postulat bahwa ada tiga
faktor yang dapat menimbulkan suatu keadaan koagulasi intravaskuler, yaitu :
1. Trauma lokal pada dinding pembuluh darah
2. Hiperkoagulobilitas darah (blood hypercoagulability)
3. Statis vena6,10
Emboli paru terjadi karena terlepasnya bagian dari trombus yanng
terbentuk di vena dalam ekstrimitas bawah atau pelvis. Trombus tersebut akan
mengikuti aliran darah menuju arteri pulmonalis dan terjadi sumbatan. Hal ini
akan meningkatkan resistensi vaskuler paru yang berakibat peningkatan
tekanan Ventrikel kanan. Ventrikel kanan akan mengalami dilatasi.9
Secara garis besar emboli paru akan memberikan efek patofisiologi berikut :
MANIFESTASI
Gejala Emboli paru yang paling sering adalah sesak napas, nyeri dada, takipnea,
sinkop, dan batuk. Laporan dari PISAPED (The Prospective Investigative
Study of Acute Pulmonary Embolism Diagnosis) menyebutkan bahwa
penderita 96% penderita dengan Emboli paru mengeluhkan sesak napas
mendadak, nyeri dada atau pingsan (salah satu satu atau kombinasi). Gejala
yang lebih jarang adalah demam, batuk darah, sianosis, hipotensi dan syok.
Ringan beratnya gejala dipengaruhi oleh lokasi emboli di segmen atau
subsegmen cabang arteri pulmonalis. Gejala yang berat akan dialami bila
Emboli Parunya masif. Penderita Emboli paru dapat disertai keluhan TVD bila
terjadi bersamaan, diantaranya ekstrimitas bengkak, nyeri, teraba hangat dan
kemerahan.11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto Rongten
Gambar Gambar
b. Ekhokardiografi
Biru-Hijau dengan distribusi merata: defek perfusi ringan, Biru dengan konfigurasi
e. V/Q scintigrafi
Pada Emboli paru terjadi obstruksi arterial dan gangguan perfusi karena
thrombus. Hal ini akan menyebabkan rilis vasoaktif dan bronkoaktif dari
platelet.12
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan emboli paru mencakup terapi yang bersifat umum dan
khusus.1
PPOK / COPD
DEFINISI
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial.
PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
EPIDEMIOLOGI
PPOK adalah penyebab paling umum dari kor pulmonal kronis di Amerika
Utara. PPOK mengenai lebih dari 14 juta orang setiap tahunnya di Amerika
serikat dan merupakan penyebab utama kematian. Prevalensi sebenarnya pasien
kor pulmnal dengan PPOK sulit untuk didapat, namun diperkirakan antara 10-
30% daari seluruh pasien di rumah saki tuntuk gagal jantung di Amerika Serikat
tiap tahunnya adalah karena kor pulmonale. Pasien dengan penyakit paru kronis
ditemukan lebih dari 40% memiliki faktor resiko kor pulmonale. Prevalensi kor
pulmonal juga meningkat pada pasien hippoksemia, hiperkapnia, atau obstruksi
saluran nafas, dalam sebuah percobaan Administrasi Veteran 1966, pasien
dengan PPOK dan kor pulmonale memiliki angka kematian 73% tiap 4
tahunnya.13
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) adalah kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu,asap,dan gas-
gas kimiawi akibat kerja, riwayat infeksi saluran nafas, bersifat genetik yaitu
difisiensi α-1 antitripsin merupakan predisposisi untuk berkembangnya
Penyakit Paru Obstruksi Kronik dini.
PATOFISIOLOGI
Pada PPOK akan terjadi penurunan vascular bed paru, hipoksia, dan
hiperkapnea/ asidosis respirtorik. Hipoksia dapat mengakibatkan penyempitan
pembuluh darah arteri paru, demikian juga asidosis respiratorik. Disamping itu,
hipoksia akan menimbulkan polisitemia sehingga visikositas darah akan
meningkat. Visikositas darah yang meningkat ini pada akhirnya juga akan
meningkatkan tekanan pembuluh darah arteri paru. Jadi, adanya penurunan
vaskuler bed, hipoksia dan hiperkapnea akan mengakibatkan tekanan darah
(arteri pulmonal), hal ini disebut dengan hipertensi pulmonal. Adanya
hipertensi pulmonal menyebabkan beban tekanan pada ventrikel kanan,
sehingga ventrikel kanan melakukan kompensasi berupa hipretrofi dan dilatasi.
Keadaan ini yang disebut dengan Cor Pulmonal. Jika mekanisme kompensasi
ini gagal maka terjadilah gagal jantung kanan.14
MANIFESTASI
- Pink puffer Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit
kemerahan dan pernapasan pursed - lips breathing
- Blue bloater Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk
sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis
sentral dan perifer
- Pursed - lips breathing Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan
mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada
gagal napas kronik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Rontgen
Pada foto toraks, tampak kelainan paru disertai pembesaran ventrikel
kanan, dilatasi arteri pulmonal, dan atrium kanan yang menonjol.
Kardiomegali sering tertutup oleh hiperinflasi paru yang menekan
15
diafragrna sehingga jantung tampaknya normal.
Gambar Rontgen foto PPOK (sumber: www.e-radiography.net)
b. Ekokardiografi
Salah satu pencitraan yang bisa digunakan untuk melakukan
penegakan diagnosis kor pulmonal adalah dengan ekokardiografi. Dimensi
ruang ventrikel kanan membesar, tapi struktur dan dimensi ventrikel kiri
normal. Pada gambaran ekokardiografi katup pulmonal gelombang ’a’
hilang menunjukan hipertensi pulmonal. Kadang-kadang dengan
pemeriksaan ekokardiografi sulit terlihat katup pulmonal karena accoustic
window sempit akibat penyakit paru. 15
Gambar Ekokardiografi kor pulmonal (sumber: medscape.com)
c. CT Scan