Anda di halaman 1dari 18

Pemeriksaan Endoscopy

By munjiati

A. latar Belakang
Pemeriksaan saluran cerna dengan menggunakan alat yang
menyerupai endoskopi untuk pertama kalinya dilakukan pada abad ke-18.
Pada saat itu pemeriksaan dilakukan dengan cara mengintip melalui suatu
tabung yang dimasukkan ke dalam rektum penderita dengan penerangan
lilin untuk dapat melihat keadaan didalam rektum. Cara ini kemudian
berkembang dengan pemakaian alat dari logam yang pemakaiannya masih
memberikan penderitaan bagi pasien. Baru pada tahun 1932,
diperkenalkan suatu gastroskop setengah lentur yang mempunyai lapang
pandang yang lebih luas, lebih praktis dan aman. Alat ini kemudian
dilengkapi dengan kamera dan forsep untuk biopsi. Endoskopi menjadi
lebih baik saat prinsip-prinsip optik serat (fiber optic) diterapkan pada alat
endoskopi.
Endoskopi Gastrointestinal (EGI) adalah suatu tehnik dalam
bidang Ilmu Gastro-enterologi- Hepatologi untuk melihat secara langsung
keadaan didalam saluran cerna bagian atas (SCBA), disebut
Esofagogastroduodenokopi (EGD) dan saluran cerna bagian bawah
(SCBB) disebut kolonoskopi, serta saluran organ padat
pankreohepatobilier disebut ERCP ( Endoskopic Retrograde Cholangio
Pancreatography) dengan menggunakan alat endoskopi . (Syafruddin
AR. Lelosutan, 2004)
Dewasa ini dokter telah menjadikan alat endoskopi sebagai alat
diagnostik dan terapeutik yang handal, sehingga mampu menyederhanakan
beberapa tindakan terapi operatif. Hampir setiap Rumah Sakit besar
memiliki dan menjadikan alat endoskopi sebagi sarana penunjang
yang menjanjikan pada pasien yang akan menjalankan pemeriksaan
kolonoskopi. Kemudahan yang didapat dengan tindakan endoskopi

1
menjadikan diagnosis berbagai penyakit saluran cerna dapat ditegakkan
dengan lebih akurat serta, memudahkan pengobatan dan mempercepat
masa penyembuhan pasien.
Pada tahun 2008 jumlah pasien yang dilakukan kolonoskopi di
Ruang Tindakan Rawat Jalan C RSPAD Gatot Soebroto Jakarta sebanyak
182 pasien dengan klasifikasi kasus yaitu, haemorroid sebanyak 33
pasien(18,1%), colitis infektif 59 pasien (32,4%), pasien dengan normal
kolon 27 pasien (14,8%), pasien dengan tumor kolon 41 pasien (22,5%),
pasien dengan polip kolon kurang baik sebanyak 8 pasien (4,3%).
(Register ruang tindakan,2008) .Pada tahun 2010 data pasien yang
menjalankan pemeriksaan kolonoskopi berjumlah 211 pasien.
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud Pemeriksaan Endoskopi?

C. Tujuan
1. Tujuan umum :
Untuk Mengetahui Pemeriksaan Endoskopi.

2. Tujuan khusus :

Untuk mengetahui pemeriksaan kolonoskopi.

Untuk mengetahui pemeriksaan gastroskopi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ENDOSKOPI
1. Definisi
Tindakan endoskopi adalah untuk mengamati struktur anatomi
dan fisiologi saluran pencernaaan (traktus digestivus) secara langsung
dengan bantuan alat endoskopi beserta asesorisnya. Pengamatan
endoskopi pada saluran cerna bagian atas dikenal dengan istilah
esofago-gastro-duodenoskopi (EGD), sedangkan endoskopi pada
saluran cerna bagian bawah dikenal dengan nama kolonoskopi.
Esofago-gastro-duodenoskopi (EGD) merupakan pemeriksaan
di dalam saluran kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari dengan
menggunakan endoskop serat optic atau EVIS (Elektronik Video
Information System). Tujuan dari pemeriksaan EGD adalah
identifikasi kelainan selaput lendir di dalam saluran kerongkongan,
lambung, dan usus 12 jari. Ketepatan diagnostic EGD berkisar 80-
90%, bahkan bias mencapai 100% bila dilakukan oleh tenaga yang
sudah berpengalaman.
Alat endoskopi EGD umumnya dengan skop frontview (lensa
kamera berada di ujung depan skop). Sedangkan endoskop dengan
skop sideview digunakan untuk ERCP (Endoskopic Retrogade
Cholangio Pancreatography) atau bila harus melihat dan melakukan
biopsy (mengambil jaringan dengan menggunakan jarum) pada
kelainan yang terletak di sisi luar saluran (misalnya kecurigaan tumor,
dll).
Prinsip dasar dari Endoscop fibre-optic ialah merupakan kumpulan
serat fibre-optic yang berdiameter 2-3 mm dan berisi sekitar 20.000 -
40.000 fibre-glass yang halus dengan diameter 10 micro meter. Sinar

3
yang berasal dari sumber cahaya ditransmisikan melalui refleksi
internal secara sempurna sampai kebagian distal sampai ke obyek yang
akan dilihat. Masing-masing fibre-optic masih diliputi lapisan glass
dengan optical density yang lebih rendah sehingga dapat menghindari
kerusakan akibat sinar yang melewati bagian dalam fibre tapi lapisan
ini tidak menghantarkan sinar disamping itu masih ada ruang antar
fibre yang memberikan bayangan gelap yang menyerupai jala kecil-
kecil yang biasa muncul pada gambar. Hal ini agak berbeda dengan
bayangan dari lensa yang rigid.
Suatu keuntungan fibreoptic ini adalah sangat fleksible
walaupun alat dalam keadaan membelok maksimal tanpa mengurangi
kualitas gambar. Pada instrumen modern lensa bagian distal yang
terfokus pada obyek betul-betul terfixasi. Kedalaman fokus obyek
yang dapat diamati ialah 3mm sampai dengan 10-15cm. Bayangan
gambar ini direkonstruksi pada ujung distal alat dan diteruskan kemata
melalui suatu lensa yang dapat diatur menyesuaikan individu masing-
masing.
2. Jenis Endoskopi
a. Endoskopi kaku (rigidscope)
b. Endoskopi lentur (fiberscope)
c. Video endoscope (evis scope)
d. Endoskop kapsul (capsul endoscope)

Endoskopi lentur (fiberscope)

4
Video endoscope (evis scope)

Endoskop kapsul (capsul endoscope)


3. Jenis Pemeriksaan Endoskopi
a. Diagnostic
1) Esofagogastrosduodenoskopi dan biopsy
2) Jejunoskopi dan biopsy
3) Enteroskopi dan biopsy
4) Kapsul endoskopi
b. Terapeutik
1) Skleroterapi dan ligasi varises esophagus
2) Skleroterapi histoacryl varises esophagus
3) Hemostatik endoskopi perdarahan non varises : adrenalin +
aethoxysclerol, electric coagulation, bipolar probe, dll
4) Polipektomi polip esophagus-gaster-duodenum
5) Endoscopic mucosal resection (EMR)
6) Terapi laser utnuk tumor, perdarahan, dll
7) Dilatasi esophagus : dengah Busi Hurst atau Svary-Guillard
8) Pemasangan stent esophagus
9) Pemasangan percutaneous endoscopic gastrostomy (PEG)

5
10) Pemasangan selang makanan/NGT-flocar perendoskopi
4. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
1) Untuk menerangkan perubahan-perubahan radiologis yang
meragukan atau tidak jelas, atau untuk menentukan dengan
lebih pasti atau tepat kelainan radiologis yang didapatkan pada
esophagus, gaster, atau duodenum
2) Pasien dengan gejala menetap (disfagia, nyeri epigastrium,
muntah-muntah) yang pada pemeriksaan radiologis tidak
didapatkan kelainan
3) Bila pemeriksaan radiologis menunjukkan atau dicurigai suatu
kelainan, misalnya tukak, keganasan atau obstruksi pada
esophagus, indikasi endoskopi yaitu memastikan lebih lanjut
lesi tersebut dan untuk membuat pemeriksaan fotografi, biopsy,
atau sitologi
4) Perdarahan akut saluran cerna bagian atas memerlukan
pemeriksaan endoskopi secepatnya dalam waktu 24 jam untuk
mendapatkan diagnosis sumber perdarahan yang paling tepat
5) Pemeriksaan endoskopi yang berulang-ulang diperlukan untuk
memantau penyembuhan tukak yang jinak pada pasien-pasien
dengan tukak yang dicurgai kemungkinan adanya keganasan
(deteksi dini karsinoma lambung)
6) Pada pasien –pasien pasca gastrektomi dengan gejala atau
keluhan-keluhan saluran cerna bagian atas diperlukan
pemeriksaan endoskopi karena intepretasi radiologis biasanya
sulit. Iregularitas dari lambung dapat dievaluasi langsung
melalui endoskopi
7) Kasus sindrom dyspepsia dengan usia lebih dari 45 tahun atau
di bawah 45 tahun dengan tanda bahaya (muntah-muntah
hebat, denanm hematemesis, anemia, ikterus, dan penurunan

6
berat badan), pemakaian obat anti inflamasi non-steroid
(OAINS) dan riwayat kanker pada keluarga
8) Prosedur terapeutik seperti polipektomi, pemasangan selang
makanan, dilatasi pada stenosis esophagus atau akalasia, dll.
b. Kontraindikasi
1) Kontraindikasi Absolut
a) Pasien tidak kooperatif atau menolak prosedur pemeriksaan
tersebut setelah indikasinya dijelaskan secara penuh
b) Renjatan berat karena perdarahan, dll
c) Oklusi koroner akut
d) Gagal jantung berat
e) Koma
f) Emfisema dan penyakit paru obstruktif berat
Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi
harus ditunda dulu hingga keadaan penyakitnya membaik
2) Kontraindikasi Relatif
a) Luka korodif akut pada esophagus, aneurisma aorta, aritmia
jantung berat
b) Kifoskoliosis berat, divertikulum Zenker, osteofit bear pada
tulang servikal, struma besar. Pada keadaan tersebut
pemeriksaan endoskopi harus dilakukan dengan hati-hati
c) Pasien gagal jantung
d) Penyakit infeksi akut (misal pneumonia, peritonitis,
kolesistitis)
e) Pasien anemia berat misalnya karena perdarahan, harus
diberi transfuse darah terlebih dahulu hingga Hb minimal
10g/dl
f) Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai infeksi
berat atau kejang-kejang
g) Pasien pasca bedah abdomen yang baru
h) Gangguan kesadaran

7
i) Tumor mediastinum
5. Persiapan Pasien Sebelum Endoskopi
a. Puasa selama 10 jam sebelum pemeriksaan. Bila ada gejala
disfagia/sulit menelan, puasa minimal 12 jam. Dalam hal
ini jika ada makanan di perut, makanan akan menghalangi
pandangan melului endoskopi dan bisa menyebabkan
muntah. Untuk anak-anak dan bayi puasa selama 4-6 jam.
b. Bila direncanakan tindakan seperti skleroterapi (STE),
ligase atau polipektomi, pasien harus dirawat untuk
observasi setelah tindakan
c. Menandatangani informed consent
d. Gigi palsu atau kaca mata harus dilepas
e. Tanda-tanda vital diperiksa (harus dalam batas normal)
f. Beritahu pasien cara menelan dan menarik nafas panjang
(diperagakan) agar memudahkan masuknya ujung skop ke
dalam esophagus
g. Pasien berbaring dengan posisi miring ke kiri. Tangan kiri
di bawah bantal dan tangan kanan di atas paha kanan
h. Dipasang slang oksigen melalui hidung
i. Dipasang pulse oxymetri pada jari pasien untuk memonitor
saturasi oksigen dan nadi pasien

6. Prosedur Pemeriksaan Endoskopi


Prosedur endoskopi biasanya berlangsung antara 5 sampai
10 menit. Pertama lakukan cuci tangan kemudian gunakan APD
seperti handscoon, masker, dan scord. Lakukan instruksi dokter
dengan menyemprotkan anastesi local (xylokain) spray ke daerah
orofaring. Kemudian pasang mouthpiece ke mulut pasien untuk
memfiksasi mulut agar tidak menggigit skop endoskopi. Berikan
suntikan premedikasi sesuai dengan order dari dokter. Jika
diindikasikan untuk melakukan biopsy siapkan botol yang berisi

8
cairan formalin 10% untuk menempatkan jaringan yang telah
diambil oleh dokter. Selama prosedur lakukan monitoring terhadap
TTV pasien.
Prosedur endoskopi dilakukan dengan bantuan endoskop.
Endoskop adalah tabung fleksibel dengan system pengiriman
cahaya yang menerangi sluran tersebut. Lebih lanjut memiliki
system lensa yang menyampaikan gambar dari fiberscope dan
menampilkan gambar di TV warna. Endoskop ini diturunkan dari
kerongkongan, ke perut dank e dalam usus. Endoskopi yang gagal
dapat mengganggu pernapasan. Selama prosedur pasien disarankan
untuk menarik nafas panjang.
Endoskopi kapsul adalah bentuk lain dari endoskopi
dimana pasien menelan kamera berbentuk kapsul yang merekam
gambar ketika kapsul bergerak melalui saluran pencernaan.
Selanjutnya kapsul akan keluar melalui gerakan usus. Endoskopi
biasanya digunakan bersama layar monitor sehingga gambaran
organ yang diperiksa tidak hanya dilihat sendiri oleh operator,
tetapi juga oleh orang lain di sekitarnya. Gambar yang diperoleh
selama pemeriksaan biasanya direkam untuk dokumentasi atau
evaluasi lebih lanjut.
7. Komplikasi
Penyulit atau komplikasi yang dapat timbul jika dilakukan tindakan
endoskopi meliputi adanya :
a. reaksi terhadap obat-obatan (misalnya koma karena
diazepam, gangguan pernapasan)
b. pneumonia aspirasi
c. perforasi
d. perdarahan
e. gangguan kardiopulmoner
f. penularan infeksi
g. instrument impaction

9
8. Perawatan Alat Endoskopi
Alat Endoscop merupakan alat yang canggih dengan harga
yang cukup mahal. Perawatan Endoscop beserta kelengkapannya
merupakan salah satu faktor penting didalam menunjang
keberhasilan tindakan Endoscopi dan mempertahankan alat tetap
awet dan tidak mudah rusak.
Konsep pemeliharaan alat meliputi hal berikut :
a. Handling Alat
Alat harus diperlakukan dengan halus dan penuh kasih
sayang. Tahapan yang harus diperhatikan dengan sungguh-
sungguh untuk mencegah kerusakan alat dimulai dari cara
mengambil alat dari lemari penyimpanannya, membawa
alat ke tempat pemeriksaan, meletakkan alat pada sandaran
Endoscop atau meja pemeriksaan, memasang alat pada
sumber cahaya, saat memulai tindakan, waktu manuver,
observasi dan waktu menarik alat dari pasien, melepas alat
dari sumber cahaya, membersihkan alat, mengeringkan
serta mengembalikannya lagi ke lemari penyimpanan.
b. Penyimpanan
Tempat penyimpanan alat harus mempunyai suhu konstan
di bawah 20ºC. Kelembaban diusahakan stabil dengan
memelihara silica gel yang harus selalu diganti, bebas jamur
dan bakteri. Lemari penyimpanan Endoscop didesain sesuai
kebutuhan, sandaran dibuat dengan kemiringan 60º dengan
dilapisi peredam untuk melindungi dari benturan sewaktu
mengambil dan meletakkan Endoscop.
c. Pembersihan
Pembersihan alat endoscop melalui 3 tahapan yaitu:
pembersihan, desinfektan dan steril. Hati-hati terjadi
kontaminasi infeksi yang sering terjadi pada paska
skleroterapi. Oleh karena itu perlu tindakan pembersihan

10
yang baik. Kelalaian pada proses ini dapat mengakibatkan
terjadinya infeksi paska tindakan.
9. Klasifikasi
Klasifikasi endoskopi ada 2 macam, yaitu : kolonoskopi
dan gastroskopi.

KOLONOSKOPI

1. Definisi
Kolonoskopi adalah suatu pemeriksaan kolon (usus besar)
mulai dari anus, rectum, sigmoid, kolon desendens, kolon
transversum, kolon asendens, sampai dengan sekum dan ileum
terminale. Selama kolonoskopi dilakukan, tube kamera teleskop
fleksibel yang halus dimasukkan melalui anus dan masuk ke dalam
menuju rektum dan kolom. Kolonoskopi biasanya dilakukan
sebagai bagian dari pemeriksaan rutin untuk kanker kolorektum
atau pada pasien yang memiliki riwayat kolorektal polip. Ini juga
dilakukan untuk mengevaluasi gejala masalah usus seperti
perubahan kebiasaan buang air besar atau pendarahan.
Tujuan pemeriksaan bagian dalam usus besar ini adalah
bertujuan untuk menegakkan diagnosa pemeriksaan sebelumnya.
Meneliti suatu penyakit pada mukosa kolon, rectum, polip di usus
besar, atau follow up operasi atau evaluasi kanker pada usus besar,
menilai keganasan atau evaluasi polipektomi. Untuk mengevaluasi
adanya kelainan pada saluran cerna bagian bawah dan untuk
pemeriksaan lebih lanjut adanya perdarahan yang cukup lama dari
anus.

2. Indikasi dan Kontraindikasi


a. Indikasi
1) Menyelidiki darah dalam tinja
2) Nyeri perut

11
3) Diare atau adanya perubahan kebiasaan BAB
4) Adanya suatu kelainan yang ditemukan pada sinar –
x kolon atau tomografi terkomputerisasi ( CT-
SCAN )
5) Pasien dengan riwayat polip atau kanker usus besar
6) Riwayat keluarga dengan beberapa jenis masalah
kolon yang mungkin terkait dengan kanker usus
besar ( seperti ulcerative colitis dan polip kolon )
7) Terapeutik seperti polipektomi, pengambilan benda
asing
b. Kontraindikasi
1) Infark jantung dan kardiopulmoner berat
2) Penyakit anal atau perianal
3) Aneurisma aorta abdominal atau aneurisma iliakal
4) Nyeri perut demam, distensi perut dan adanya
penurunan tekanan darah sewaktu pembersihan
kolon
5) Kehamilan trimester I, penyakit radang panggul
3. Persiapan Pasien
Kolonoskopi merupakan pemeriksaan yang dilakukan
untuk mendiagnosa kelainan-kelainan yang terjadi pada kolon.
Persiapan yang dilakukan untuk tindakan kolonoskopi adalah
kolon harus bersih dari feses sehingga visualisai mukosa kolon
dapat dilakukan dengan baik dan menjadi hal yang harus
diperhatikan karena dengan persiapan yang baik akan menentukan
kualitas kolonoskopi yang dilakukan. Persiapan kolon yang kurang
baik dapat menyebabkan hasil pemeriksaan yang kurang baik juga,
terjadinya pembatalan tindakan, waktu tindakan yang lebih lama,
serta meningkatkan angka terjadinya komplikasi. Persiapan kolon
yang ideal adalah pembersihan kolon dari materi feses dengan
cepat, mudah tanpa menyebabkan perubahan makroskopis dan

12
mikroskopis mukosa kolon, dapat dikonsumsi dan dievaluasi dalam
waktu singkat, nyaman dan tidak menyebabkan gangguan elektrolit
(Simadibrata, 2011)
Secara umum klien diminta untuk diet rendah serat selama
1-2 hari sebelum pemeriksaan, istilah yang sering digunakan
adalah makan bubur kecap, malam sebelum tindakan klien diberi
obat laksan dan diberikan enema 1-2 jam sebelum tindakan
kolonoskopi.
a. Malam hari sebelum tindakan, makan malam terakhir jam
19.00 WIB (6 - 8 jam sebelum tindakan dilakukan)
b. Jam 24.00 WIB minum Dulcolax 4 tablet
c. Pasien puasa, pada pagi hari sebelum tindakan, hanya boleh
minum air putih saja atau air manis
d. Tidak diperbolehkan minum air susu
e. Pagi hari buang air besar terlebih dahulu sebelum datang ke
ruangan pemeriksaan
f. Sesuai jam perjanjian pasien datang ke Unit Endoskopi
untuk minum cairan PEG sebanyak 1 liter untuk
membersihkan sisa kotoran yang masih ada di usus besar
g. Setelah minum cairan PEG pasien akan buang air besar,
tunggu sampai 2 jam atau sampai cairan feses berwarna
sama dengan cairan PEG yang diminum. Untuk
menunjukkan daerah usus sudah bersih dari sisa-sisa
kotoran
4. Prosedur Kolonoskopi
Pada saat tindakan, dokter biasanya memberikan obat
suntikan untuk relaksasi untuk mengurangi rasa sakit tidak
menyenangkan selama tindakan, yang kadang-kadang hanya
berupa rasa kembung, tekanan di perut atau kram perut ringan.
Pasien diinstruksikan untuk berbaring terlentang atau menghadap
kesamping. Kemudian lensa serat optic akan dimasukan perlahan-

13
lahan kedalam usus besar melalui anus ( dubur ) yang sebelumnya
diberi jelly bagian luar scope.
Bagian dalam saluran usus besar akan terpantau secara jelas
dan cermat oleh kamera pada ujung serat optic, yang akan
menyalurkan gambar hasil pemeriksaan ke layar monitor untuk
dianalisa oleh dokter dan gambar daapat direkam dalam rekaman
video tape. Prosedur ini biasanya memakan waktu sekitar 20 menit
atau bias lebih dilanjutkan dengan tindakan pengangkatan polip.
Bila dalam pemeriksaan ditemukan adanya polip atau bagian usus
besar yang harus diperiksa lebih detail, dokter akan melakukan
pengambilan [olip atau contoh jaringan pada bagian yang dicurigai
adanya kelainan tersebut, dengan menggunakan alat yang sama.
Contoh jaringan, selanjutnya akan diperiksa di laboratorium
patologi-anatomi untuk menentukan ada tidaknya sel-sel ganas.
Setelah tindakan Pasien diistirahatkan/ berbaring ± 1 jam
utk m’hilangkan pengaruh obat penenang yg diberikan. Kemudian
dokter akan menerangkan Hasil pemeriksaan scr jelas dg
menggunakan foto atau hasil rekaman Video Tape. Dianjurkan
pasien waktu pulang tidak sendiri (ditemani anggota keluarga atau
orang lain), terutama jangan mengemudikan kendaraan bermotor
dlm waktu 4 jam setelah tindakan Kolonoskopi. Setelah 2 jam
kemudian pasien bisa segera makan. Selain itu aktifitas & diet
diatur, bila saat dilaksanakan tindakan Kolonoskopi dilakukan juga
pengangkatan jaringan atau Polip (Polipektomi).
5. Kelainan Yang Didapatkan Saat Kolonoskopi
a. Divertikel kolon
1) Protusi dinding kolon
2) Berbentuk kantong dengan leher sempit
3) Besarnya beberapa mm samapai 2 mm
4) Divertikel sejati

14
Kantong terdiri dari semua / seluruh lapisan dinding
kolon
5) Divertikel palsu
Kantong hanya terdiri dari lapisan mukosa dan
submukos.
b. Polyposis Kolon
1) Herediter
2) Polip majemuk
3) Potensial ganas ( 60% kasus )
4) Insiden pria = wanita
5) Diagnose ditegakan berdasarkan riwayat polip
keluarga, foto barium, endoskopi
6) Pencegahan dengan pemeriksaan berkala pada
keluarga yang beresiko
c. Karsinoma kolon kanan
1) Nyeri tumpul
2) Teraba massa pada 1/3 kasus
3) Anemia
4) Sering diare
5) Sifat tumor fungating dan besar ulseri rapuh
d. Karsinoma kolon kiri
1) Keluhan tersering adalah konstipasi kadang juga
dapat diare
2) Keluhan keliber feses mengecil
3) Keluhan obstruksi
4) Sifat tumor tumbuh anuler dan konstrikting
sehingga menyebabkan obstruksi
e. Karsinoma rectum
1) Berak darah dan lendir
2) Tanesmus
3) Sering didiagnosa sebagai hemoroid

15
4) Tumor bersifat ulseratif, vegetative, infiltrative
5) Diagnose colok dubur, proktoskopi 8-10 cm,
sigmodoskopi
6) Hemoroid ( pelebaran vena pleksus hemoroidalis )
f. Hemoroid interna
1) Pelebaran pleksus vena hemoroidalis superior
2) Diliputi mukosa
3) Posisi kanan depan, kanan belakang dan kiri lateral
( jam 3-7-11 )
4) Drenase ke vena hemoroidalis superior selanjutnya
ke vena porta
g. Hemoroid Eksterna
1) Pelebaran plektus vena hemoroidalis inferior
2) Dibawah garis muko kutan
3) Diliputi epitel anus
4) Drenase kevena sistemik selanjutnya ke vena cava
h. Fisura Anus
1) Luka epitel pada anal kanal
2) Fisura biasanya tunggal pada posterior mid-line
3) Edema papilla pada anal kanal ( hipertropik papil )
4) Edema pada fisura kulit ( sentinel tag
5) Trias fisura anus= ulkus, hipertropik papil, sentinel
tag
6. Komplikasi
a. Gangguan kardiovaskuler dan pernafasan
b. Perforasi kolon
c. Perdarahan
d. Reaksi vasovagal
e. Distensi pasca kolonoskopi
f. Phlebitis
g. Infeksi

16
GASTROSKOPI
1. Definisi
Merupakan endoskopi atas, dimana alat endoskopi masuk melalui
mulut, ke esophagus, lambung sampai ke duodenumbagian distal.
Gastroskopi yaitu pemeriksaan dengan endoskopi untuk
mendiagnosis kelainan dig aster.
a. Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan
gastroskopi Puasa, tidak makan dan minum sedikitnya
enam jam sebelum pemeriksaan atau tindakan gastroskopi.
b. Gigi palsu dan kacamata harus dilepas selama pemeriksaan
atau tindakan gastroskopi.
c. Sebelum pemeriksaan atau tindakan gastroskopi, orofaring
disemprot dengan xylocain spray 10 % secukupnya.
2. Prosedur Tindakan Gastrokopi
a. Informed concent
b. Pada dewasa puasa (makan dan minum) 6-8 jam. Pada bayi
dan anak puasa (makan dan minum) selama 4-6 jam
c. Melepaskan perhiasan dan gigi palsu klien.
d. Menjelaskan kepada klien bahwa ruangan pemeriksaan
akan dingin dan gelap, serta klien tidak dapat berbicara
selama pemeriksaan gastroskopi.
e. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan selama
pemeriksaan :
1) Selama pemeriksaan klien dalam keadaan sadar.
2) Pemeberian anasthesi lokal spray pada pharing
posterior.
3) Pemeberian sedative, opiat, untuk penenang.
4) Posisi klien selama prosedur adalah latera;
recumbent ke kiri.
5) Endoskopi akan masuk melalui mulut, esofagus
sampai ke duodenum.

17
6) Selama pemeriksaan, tanda-tanda vital klien akan
dimonitor.
7) Jika diperlukan akan dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
f. Mengantarkan klien ke ruang endoscopy
g. Menganjurkan klien untuk menarik nafas dalam saat
pemeriksaan dilakukan atau bila merasa mual.
3. Persiapan Alat
a. Gastroskopi
1) Sumber cahaya
2) Suction pump
3) Printer endoskopi dengan kertasnya
4) Monitor TV
5) Sarung tangan steril
6) Beberapa aksesori sesuai kebutuhan
b. Injector varises esophagus
c. Injektor varises anus/hemoroid
d. Ligator esophagus
e. Biopsi forcep sesuai jenis skop
1) Mouth piece
2) Satu set peralatan cuci
3) Anastesi lokal spray
4) Jell pelumas
5) Kassa atau tisu
6) Baju skot kerja
7) Obat-obatan darurat
8) Oksigen bila diperlukan.

18

Anda mungkin juga menyukai