Anda di halaman 1dari 8

Nama : Melina Indah Sari

NIM : 04011181520025
Kelas : Alpha 2015
ANALISIS MASALAH

1. Polisi mengantar Mr. X ke RSUD untuk dibuatkan visum et repertum, di RSUD Mr. X
mengeluh luka dan memar di kepala sebelah kanan disertai nyeri kepala hebat dan
muntah.
a. Bagaimana cara membuat visum et repertum pada kasus? 11 1
Tahapan-tahapan dalam pembuatan visum et repertum pada korban hidup
1) Penerimaan korban yang dikirim oleh Penyidik
Yang berperan dalam kegiatan ini adalah dokter, mulai dokter umum sampai dokter
spesialis yang pengaturannya mengacu pada S.O.P. Rumah Sakit tersebut. Yang
diutamakan pada kegiatan ini adalah penanganan kesehatannya dulu, bila kondisi telah
memungkinkan barulah ditangani aspek medikolegalnya. Tidak tertutup kemungkinan
bahwa terhadap korban dalam penanganan medis melibatkan berbagai disiplin
spesialis.
2) Penerimaan surat permintaan keterangan ahli/visum et revertum
Adanya surat permintaan keterangan ahli/visum et repertum merupakan hal yang
penting untuk dibuatnya visum et repertum tersebut. Dokter sebagai penanggung jawab
pemeriksaan medikolegal harus meneliti adanya surat permintaan tersebut sesuai
ketentuan yang berlaku. Hal ini merupakan aspek yuridis yang sering menimbulkan
masalah, yaitu pada saat korban akan diperiksa surat permintaan dari penyidik belum
ada atau korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan keterangan ahli/
visum et repertum. Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka perlu dibuat kriteria
tentang pasien/korban yang pada waktu masuk Rumah Sakit/UGD tidak membawa
SpV. Sebagai berikut:
- Setiap pasien dengan trauma
- Setiap pasien dengan keracunan/diduga keracunan
- Pasien tidak sadar dengan riwayat trauma yang tidak jelas
- Pasien dengan kejahatan kesusilaan/perkosaan
- Pasien tanpa luka/cedera dengan membawa surat permintaan visum
“Kelompok pasien tersebut di atas untuk dilakukan kekhususan dalam hal pencatatan
temuan-temuan medis dalam rekam medis khusus, diberi tanda pada map rekam
medisnya (tanda “VER”), warna sampul rekam medis serta penyimpanan rekam medis
yang tidak digabung dengan rekam medis pasien umum.”
3) Pemeriksaan korban secara medis
Tahap ini dikerjakan oleh dokter dengan menggunakan ilmu forensik yang telah
dipelajarinya. Namun tidak tertutup kemungkinan dihadapi kesulitan yang
mengakibatkan beberapa data terlewat dari pemeriksaan.
Ada kemungkinan didapati benda bukti dari tubuh korban misalnya anak
peluru, dan sebagainya. Benda bukti berupa pakaian atau lainnya hanya diserahkan
pada pihak penyidik. Dalam hal pihak penyidik belum mengambilnya maka pihak
petugas sarana kesehatan harus me-nyimpannya sebaik mungkin agar tidak banyak
terjadi perubahan. Status benda bukti itu adalah milik negara, dan secara yuridis tidak
boleh diserahkan pada pihak keluarga/ahli warisnya tanpa melalui penyidik.
4) Pengetikan surat keterangan ahli/visum et repertum
Pengetikan berkas keterangan ahli/visum et repertum oleh petugas administrasi
memerlukan perhatian dalam bentuk/formatnya karena ditujukan untuk kepentingan
peradilan. Misalnya penutupan setiap akhir alinea dengan garis, untuk mencegah
penambahan kata-kata tertentu oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Contoh :Pada kepala sebelah kanan ditemukan luka dan memar, tapi tidak rata ukuran
6x1cm--------------------------------------------------------------------------------------------
5) Penandatanganan surat keterangan ahli/visum et repertum
Dalam hal korban ditangani oleh hanya satu orang dokter, maka yang menandatangani
visum yang telah selesai adalah dokter yang menangani tersebut (dokter pemeriksa).
Dalam hal korban ditangani oleh beberapa orang dokter, maka idealnya yang
menandatangani visumnya adalah setiap dokter yang terlibat langsung dalam
penanganan atas korban. Dokter pemeriksa yang dimaksud adalah dokter pemeriksa
yang melakukan pemeriksaan atas korban yang masih berkaitan dengan
luka/cedera/racun/tindak pidana.
6) Penyerahan benda bukti yang telah selesai diperiksa
Benda bukti yang telah selesai diperiksa hanya boleh diserahkan pada penyidik saja
dengan menggunakan berita acara.
7) Penyerahan surat keterangan ahli/visum et repertum
Surat keterangan ahli/visum et repertum juga hanya boleh diserahkan pada pihak
penyidik yang memintanya saja.
FORMAT VISUM ET REPERTUM
1. Pembukaan (Pro justitia artinya untuk peradilan)
Tidak memerlukan materai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di
depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
2. Pendahuluan (identitas penyidik, identitas korban yang akan diperiksa, identitas
dokter yang memeriksa, tempat dan waktu pemeriksaan)
3. Pemberitaan (hasil pemeriksaan)
Dasarnya obyektif medis . Semua pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk
kelainan yang terlihat dan diketahui langsung ditulis apa adanya
4. Kesimpulan
landasan subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai dengan
pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis
5. Penutup (sumpah, ilmiah, tandatangan, cap, dsb)
landasannya UU/Peraturan , yaitu UU no 8 tahun 1981 dan sumpah jabatan/dokter
yang berisikan kesungguhan dan kejujuran tentang apa yang diuraikan pemeriksa
dalam Visum et Revertum

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH JAWA TENGAH
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG
PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
NO.POL. : R/ / VER/II/2010/DOKPOL

Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Semarang Selatan Sektor Gajah Mungkur
melalui suratnya tanggal 05 Maret 2010, No. Pol :B/69/III/2010 yang ditanda tangani oleh
Henry Soeprijanto, S.Pd Pangkat Ajun Komisaris Polisi, NRP 70050470 dan diterima
tanggal 05 Maret 2010 maka dengan ini saya, dr. Retno sebagai dokter yang bekerja pada
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang menerangkan bahwa pada tanggal 28 Februari 2010,
jam 15.30 WIB, di Instalasi Kedokteran Kepolisian Rumah Sakit Umum Bhayangkara
Semarang telah memeriksa serta merawat orang yang berdasarkan surat tersebut diatas dan
telah dibenarkan oleh yang bersangkutan bernama Mr. X, umur 20 tahun, jenis kelamin laki-
laki, pekerjaan swasta, alamat Tandang Selatan RT.04 RW.10 Kelurahan Jomblang,
Kecamatan Candisari SEMARANG.
Berdasarkan surat permintaan itu, orang tersebut diduga telah mengalami peristiwa
penganiayaan.

HASIL PEMERIKSAAN :----------------------------------------------------------------------------------


Dari pemeriksaan yang telah saya lakukan ditemukan fakta-fakta sebagai berikut : -------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

A. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TANGGAL DELAPAN BELAS SEPTEMBERI DUA RIBU DELAPAN
BELAS:--------------------------------------------------------------------------------
1. KEADAAN UMUM :--------------------------------------------------------------------------------------
a. Tingkat kesadaran : Sadar penuh------------------------------------------------------------------------
b. Denyut Nadi : Lima puluh kali per menit--------------------------------------------------------------
c. Pernapasan : Dua puluh delapankali per menit------------------------------------------------------
d. Tekanan darah : Seratus tigapuluh per sembilan puluh milimeter Hg-------------------------
e. Suhu badan : Tidak diukur---------------------------------------------------------------------------------
2. KELAINAN KELAINAN FISIK :----------------------------------------------------------------------------------
a. Bagian Luar Tubuh: -------------------------------------------------------------------------------------
 Kepala
Terdapat Luka dan memar daerah kepala dekat telinga kanan dengan ukuran
enam kali satu centi meter, tepi tidak rata, sudut tumpul dengan dasar tulang
patah.
 Mata
Tampak memar pada daerah mata kanan dan kiri.
 Hidung
Tampak darah segar mengalir dari kedua lubang hidung

b. Bagian Dalam Tubuh : Tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------

KESIMPULAN :----------------------------------------------------------------------------------------------
Dari fakta-fakta yang kami temukan sendiri dari pemeriksaan orang laki-laki berusia dua
puluh tahun tersebut maka kami simpulkan bahwa pada orang tersebut ditemukan tiga
buah luka yang terdapat pada daerah mata kanan, kiri dan bagian kepala kanan disertai
darah keluar pada lubang hidung kanan dan kiri.----------------------------------------------------------

PENUTUP:-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat
sumpah sewaktu menerima jabatan --------------------------------------------------------------------------
---------

Semarang, 18 September 2018


Dokter Yang Memeriksa,

dr. Retno
NRP.
b. Apa jenis- jenis visum? 1 3
Jenis-jenis visum et repertum, antara lain sebagai berikut.
 Visum pada orang hidup
Visum yang diberikan untuk korban luka-luka karena kekerasan, keracunan,
perkosaan, psikiatri dan lain-lain. Berdasarkan waktu pemberiannya visum untuk
korban hidup dapat dibedakan atas:
1. Visum seketika adalah visum yang dibuat seketika oleh karena korban tidak
memerlukan tindakan khusus atau perawatan dengan perkataan lain korban
mengalami luka - luka ringan
2. Visum sementara adalah visum yang dibuat untuk sementara berhubung korban
memerlukan tindakan khusus atau perawatan. Dalam hal ini dokter membuat visum
tentang apa yang dijumpai pada waktu itu agar penyidik dapat melakukan
penyidikan walaupun visum akhir menyusul kemudian
3. Visum lanjutan adalah visum yang dibuat setelah berakhir masa perawatan dari
korban oleh dokter yang merawatnya yang sebelumnya telah dibuat visum
sementara untuk awal penyidikan. Visum tersebut dapat lebih dari satu visum
tergantung dari dokter atau rumah sakit yang merawat korban.
Visum et repertum orang hidup dapat terdiri dari luka :
1. Luka yang paling banyak terjadi adalah luka mekanis, biasanya luka ini bisa karena
a. Luka benda tumpul
b. Luka benda tajam
c. Luka tembakan senjata api
2. Kemudian luka akibat kekerasan fisis diantaranya adalah
a. Luka akibat suhu tinggi atau luka bakar
b. Luka akibat listrik.
3. Luka akibat zat kimia terdiri dari
a. Luka akibat asam kuat
b. Akibat basa kuat
 Visum pada jenazah
Jenazah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat
identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari kaki atau
bagian tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas tertulis
jenis pemeriksaan yang diminta, apakah pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah) atau
pemeriksaan dalam/autopsi (pemeriksaan bedah jenazah).
Jenis visum et repertum pada orang mati atau mayat:
 Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan
jaringan jenazah secara teliti dan sistematik.
 Pemeriksaan dalam atau bedah jenazah, pemeriksaan secara menyeluruh dengan
membuka rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadangkala
dilakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan
histopatologi, toksikologi, serologi, dan sebagainya.

2. Dari hasil pemeriksaan didapatkan:


RR: 28 X/menit, Tekanan darah: 130/90 mmHg, Nadi 50 x/menit, GCS: E4 M6 V5,
Pupil isokor, refleks cahaya: pupil kanan reaktif dan pupil kiri reaktif
Regio orbital: dextra et sinistra tampak hematom, subconjungctival bleeding (-)
Regio temporal dextra: tampak luka ukuran 6x1 cm, tepi tidak rata, sudut tumpul
dengan dasar fraktur tulang
Regio nasal: tampak darah segar mengalir dari kedua lubang hidung
a. Bagaimana indikasi rawat inap pada kasus? 11 1
b. Bagaimana cara pemeriksaan GCS? 1 3

Hipotesis
Mr. x 20 th menderita EDH dan fraktur basis kranii anterior disertai lucid interval karena
trauma tumpul pada kepala.
a. Etiologi 8 1
Etiologi epidural hematom
1. Trauma kepala
2. Sobekan a/v. meningea mediana
3. Ruptur sinus sagitalis/sinus tranversum
4. Ruptur v. diplorica

b. Pemeriksaan Penunjang 1 6
Pemeriksaan Foto Polos Kepala
Indikasi pemeriksaan foto polos kepala :
1. Kehilangan kesadaran, amnesia
2. Nyeri kepala menetap
3. Gejala neurologis fokal
4. Jejas pada kulit kepala
5. Kecurigaan luka tembus
6. Keluar cairan cerebrospinal atau darah dari hidung atau telinga
7. Deformitas tulang kepala, yang terlihat atau teraba
8. Kesulitan dalam penilaian klinis : mabuk, intoksikasi obat, epilepsi, anak
9. Pasien dengan GCS 15, tanpa keluhan dan gejala tetapi mempunyai resiko :
benturan langsung atau jatuh pada permukaan yang keras, pasienusia > 50
tahun.
Pemeriksaan CT Scan
Indikasi pemeriksaan CT kepala pada pasien cedera kepala :
1. GCS< 13 setelah resusitasi.
2. Deteorisasi neurologis : penurunan GCS 2 poin atau lebih, hemiparesis,
kejang.
3. Nyeri kepala, muntah yang menetap
4. Terdapat tanda fokal neurologis
5. Terdapat tanda Fraktur, atau kecurigaan fraktur
6. Trauma tembus, atau kecurigaan trauma tembus
7. Evaluasi pasca operasi
8. pasien multitrauma ( trauma signifikan lebih dari 1 organ )
9. Indikasi sosial
1. Lucid interval 9 1
Patofisiologi
Definisi
Manifestasi klinis

Afandi, Dedi. 2017. VISUM ET REPERTUM: Tatalaksana dan Teknik Pembuatan. Edisi ke-
2. Riau: Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Anda mungkin juga menyukai