Kasus Panjang Print Mataaa Feza, Cory, Faizah
Kasus Panjang Print Mataaa Feza, Cory, Faizah
%%!)
!* $ !!&+,
- . / 0 0- c1 / /
-
3
. .0
1-
-&.4!)
adalah kondisi umum yang dikeluhkan oleh kebanyakan pasien yang berobat pada
dokter mata. Keadaan mata kering ini merupakan gangguan akibat kurangnya
Adanya gangguan pada salah satu komponen lapisan air mata akan
terasa tidak nyaman. V biasanya bersifat kronis dengan keluhan yang samar-
samar dan biasanya agak sulit menemukan tanda-tanda klinisnya terutama pada
ireversibel.6,8
Tingginya faktor resiko terjadinya iritasi dan infeksi pada mata menjadi dasar
ini dapat menyebabkan komplikasi yang membahayakan penglihatan jika
tidak segera diberikan terapi. Hal inilah yang menarik minat penulis untuk
mengangkat sebagai topik laporan kasus. Dengan lebih
memahami penyebab, gejala dan tanda klinis yang ada, diharapkan kasus seperti
ini bisa dideteksi secara dini sehingga bisa mendapatkan pengobatan secara cepat
Dari paparan di atas, rumusan masalah yang digali adalah sebagai berikut :
(/$6$!!$5!
. .00
/0 / c
3-,5!&
Kapisan air mata yang melapisi permukaan kornea dan konjungtiva tersusun
dari tiga lapisan yaitu lipid, akuos dan musin. Ketiga lapisan ini melindungi epitel
Epitel konjungtiva terdiri dari 2-5 lapis epitel kolumnar berlapis dengan
diantaranya terdapat sel-sel berbentuk bulat atau oval yang merupakan penghasil
mucus yaitu sel goblet. Jumlahnya kepadatan sel goblet ini sekitar 30-70sel/0,1
bebentuk lebih pipih, dan mempunyai mikrovili dan mikroplika. Demikian juga
permukaan epitel kornea terdiri dari 5-6 lapis epitel yang merupakan kelanjutan dari
epitel konjungtiva bulbi. Sel-sel epitel kornea satu sama lainnya dihubungkan secara
hemidesmosom dan zonula okluden yang merupakan hubungan antar sel yang
sangat rapat sehingga hanya partikel tertentu berukuran kecil yang dapat
dan kornea tidak rata, adanya struktur ini membantu melekatkan lapisan mucus
Kapisan paling superficial dari lapisan air mata adalah lapisan lipid yang
mempunyai ketebalan 0,1µm. lapisan ini dihasilkan oleh kelenjar meibom palpebra
superior dan inferior, terdiri dari unsur-unsur hidrokarbon, sterol ester, triasil gliserol,
sterol bebas dan asam lemak bebas, mempunyai fungsi melicinkan pergerakan
palpebra dan sebagai barier untuk mencegah penguapan sehingga lapisan ini
mempunyai ketebalan 6-7 µm dan dihasilkan oleh glandula lakrimalis utama dan
asesoris yaitu kelenjar Krauss dan Wolfring. Pada lapisan akuos ini selain terdapat
air sebagai penyusun utama juga didapatkan elektrolit, glukosa, oksigen dan protein
berupa: albumin, globulin dan lisozym. Adapun globulin yang terkandung terutama
immunoglobulin A sebanyak 20-30 ml/100 ml. Sedangkan elektrolit pada lapisan air
zinc. Kapisan air mata mempunyai pH rata-rata 7,35 dengan variasi antara 5,2-8,35
%-,5!&
0,002-0,005 µm. lapisan ini dihasilkan oleh sel-sel goblet. Kapisan musin
yang melekat pada gugus protein. Selain dihasilkan oleh sel-sel goblet, musin juga
diproduksi oleh epitel permukaan konjungtiva dan kornea yag disebut N-linked
mucin, sedangkan musin yang dihasilkan oleh sel goblet disebut dengan O-linked
mucin. Kapisan musin akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan bola mata
sehingga lapisan akuos dapat tersebar merata diseluruh permukaan kornea dan
air mata.7,3
33!4,5!&
Sembilan puluh persen dari lapisan air mata dibentuk oleh lapisan akuos
yang dihasilkan oleh glandula lakrimalis mayor dan asesorius. Grandula lakrimalis
mayor merupakan kelenjar yang multilobus yang tiap lobus terdiri dari banyak
tubulus. Tiap tubulus terdapat sel sel acini yang mengsekresikan elektrolit, air dan
protein untuk membentuk cairan primer seperti plasma dan bersifat isotonis yang
merupakan bentuk pertama dari cairan air mata atau lapisan akuos. Bentuk pertama
ini akan melalui proses lagi sehingga terbentuk air mata yang sesungguhnya yang
siap diekskresikan.7
Proses berkedip sangat efisien dalam menyebarkan air mata dari tear
menciptakan lapisan lipid.7 beberapa saat selah kedipan akan terbentuk dry
spot pada permukaan kornea. Dry spot terbentuk karena masuknya lipid ke
dari kantus lateral sampai pungtum lakrimalis, oleh karena itu lapisan air
mata merupakan lapisan yang tidak stabil dan selalu harus diperbaharui,
mengedip.14 Dengan alat flluorofotometri pada keadaan normal rata rata produksi
Selain memelihara epitel konjungtiva dan korena agar tetap lembab lapisan
air mata juga mempunyai fungsi: membentuk permukaan refraksi yang baik,
oksigen 1,2,3,4
Disebutkan bahwa fungsi air mata dapat dibagi menjadi dua yaitu
dan
.
adalah kemampuan air mata untuk
adalah kemampuan air mata untuk dapat membasahi permukaan bola
mata.12
Wanita menopause lenih sering menderita dry eye, namun belum diketahui secara
terjadi akibat defisiensi masing masing komponen pembentukan lapisan air mata,
abnormalitas lapisan air mata dapat dikelompokan menjadi 3 sesuai dengan defek
1. Defisiensi lipid
Merupakan abnormalitas lapisan air mata karena adanya defek pada lipid,
yang cepat, dan osmolaritas yang tinggi. Nilai break up time yang memendek
2. Defisiensi akuos
Keadaan ini disebabkan adanya defek pada grandula lakrimalis atau adanya
day, dan sindroma cri du chat. Sedangakan kelainan yang didapat yang dapat
a. Meningkatnya usia
Ada hubungan yang erat antara epitel permukaan kornea dengan lapisanair
berhubungan dengan lapisan mukus yang normal. Hal ini mungkin disebabkan
klinis sering terlihat lapisan air mata akan menipis dan mengalami retraksi
pada daerah apitel yang ireguler.16 demikian juga adanya defek pada epitel
3'"!5
1. Congenital
d. Dysplasia ektodermal
2. Didapat
a. Penyakit sistemik
1. Sindrom sjogren
3. Sarkoidosis
4. Keukemia, limfoma
5. Amiloidosis
6. Hemokromatosis
b. Infeksi
1. Trakoma
2. Parotitis epidemica
c. Cedera
2. Iradiasi
d. Medikasi
1. Antihistamin
1. Avitaminosis A
2. Sindrom steven-johnson
3. Pemfigoid okuler
6. Medikasi
2. Bleparitis
D. Penyebaran defektif film air mata disebabkan:
1. Kelainan palpebra
a. Defek, koloboma
1. Gangguan neurologic
2. Hipertiroid
3. Kensa kontak
4. Obat
6. Kepra
e. Kagopthalmus
1. Kagopthalmus noctura
2. Hipertiroid
3. Kepra
2. Kelainan konjungtiva
a. Pterygium
b. Symblepharon
3. Proptosis
3'(&)!55V
Kelenjar air mata berfungsi untuk menghasilkan air mata yang berfungsi
mata. Adanya penyakit atau kelainan fungsi akan menyebabkan terjadinya sindroma
mata kering. Penurunan sekresi air mata dan fungsi mekanis akan merangsang
reaksi inflamasi pada permukaan mata dan beberapa penelitian menunjukkan
Populasi yang mempunyai resiko tinggi untuk terkena sindroma mata kering
antara lain:
4. Diabetes mellitus
5. Penyakit thyroid
6. Sindroma sjogren¶s
7. Transplantasi corneal
kolesterol)
13. Kondisi lingkungan (allergen, asap rokok, angin, iklim panas, bahan kimia)
3''6c!5
Pasien dengan akan mengeluh mata gatal, mata seperti
berpasir, silau dapat penglihatan dapat kabur. Pada mata didapatkan sekresi mucus
yang berlebihan, sensai terbakar, merah, sakit dan kelopak mata sukar digerakkan.
Ciri yang khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniscus
air mata ditepian palpebra inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang
normal dan mungkin menebal, edema dan hiperemik. Epitel kornea terlihat bertitik
halus pada fissure interpalpebra. Sel-sel epitel konjungtiva dan kornea yang rusak
terpulas dengan Bengal rose 1% dan defek pada epitel kornea terpulas dengan
(satu ujung setiap filament melekat pada epitel kornea dan ujung lainnya bergerak
bebas).
3')!55
, tujuan dari diagnose, terapi dan managemen pasien
untuk membedakan dengan gejala iritasi dan mata merah laannya, mengetahui
penyebab , untuk memberikan terapi yang tepat, untuk
infeksi dan kerusakan struktur jaringa, memberikan edukasi pada pasien dan
inkonsistensi hubungan antara symptom dan clinical sign dan tes diagnostic yang
kurang sensitive dan spesifik. Oleh karena adalah kondisi yang
Dry eye
eksposure
Blefaritis atau Factor lainnya:
kelainan fungsi Lensa kontak,
kelenjat meibom gerakan mengedip
abnormal,
Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti
Tes adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata.
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip
tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basal yang terpapar
diukur 5 menit setelah dimasukkan. Bila dilakukan tanpa anastesi, tes ini
bagian basal kurang dari 10mm maka dianggap abnormal. Tes
abnormal. Hasil rendah kadang-kadang dijumpai pada orang normal dan tes
defisiensi musin.
Pengukuran
berguna untuk memperkirakan
kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan musin mungkin tidak
mempengaruhi tes Schirmer tapi dapat menyebabkan film air mata tidak
stabil sehingga lapisan ini cepat pecah. Bintik kering akan terbentuk
Sel epitel yang rusak akan lepas dari kornea dan meninggalkan daerah kecil
dapat diukur dengan meletakkan secarik
berkedip. Film air mata kemudian diperiksa dengan bantuan saringan cobalt
pada slitlamp. Waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam
lapis fluorescein kornea adalah tear film break-up time. Keadaan normal
waktunya tidak lebih dari 15 detik tetapi akan berkurang nyata dengan
tetap terbuka. Waktu ini akan lebih pendek pada mata dengan defisiensi air
pada air mata dan selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan
defisiensi musin.
3. Tes mata
obyek bersih. Arborisasi ( ) mikroskopik terlihat pada mata normal.
Pada pasien konjungtivitis yang meninggalkan jaringan parut (pemphigoid
4. Sitologi impresi
permukaan konjungtiva. Pada orang normal populasi sel goblet paling tinggi
5. Pemulasan fluorescein
adalah indikator yang baik untuk menilai derajat basahnya mata dan
6. Pemulasan
Tes ini bertujuan untuk melihat sel mata (sel epitel non-vital) pada
sel yang telah mati. Sel mati dengan pewarnaan
akan
hal yang selalu terjadi pada sindroma mata kering ( ). Pada
dasar di limbus dan puncak pada kantus internus yang mengisi seluruh
celah kelopak.
Cara yang paling umum untuk menguji kadar lisozim air mata adalah
terjadi pada awal perjalanan sindrom sjogren dan pengujian ini berguna
untuk menegakkan diagnosa penyakit ini. Air mata ditampung dalam kertas
ditemukan pada pasien dengan tes schirmer normal dan pemulasan
normal.
9. Kactoferrin
Kactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan
3(#c,45
Pada tahap awal perjalanan , penglihatan akan sedikit
terganggu. Pada kasus yang lanjut dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea dan
perforasi. Kadang bisa juga terjadi infeksi bakteri sekunder yang dapat berakibat
3(/,
Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun dan
pemulihan total sukar terjadi kecuali pada kasus ringan. Adapun pengobatan untuk
1. Pemberian air mata tiruan bila yang kurang adalah komponen air.
punctum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu yang lebih lama
(silicon) untuk menahan secret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli
secara permanen dapat dilakukan dengan terapi thermal (panas), kauter
mempunyai resiko lebih besar untuk terkena infeksi. Blepharitis menahun sering
terjadi dan harus diobati dengan memperhatikan hygiene dan memakai antibiotic
topical.
. .000
- c
0!&&55!
Nama : Ny. S
Umur : 42 tahun
Alamat : Karang Ploso RT 26 RW 09 Malang
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan PT Sampoerna
Register : 10655445
!!5(Autoanamnesa)
Keluhan Utama : Mata kiri merah
Anamnesa :
Pasien mengeluh mata kirinya merah sejak ± 3 minggu belakangan ini. Mata merah
terjadi tiba-tiba. Pasien juga mengeluh matanya perih, ngeres dan sering berair.
Sekarang mata kanannya juga merah.
Keluhan cekot-cekot (-), gatal (-), silau (-), sakit kepala (-), mual (-), muntah (-).
Riwayat trauma (-)
Riwayat terapi: Pasien belum pernah berobat atas gejala ini
Riwayat penyakit dahulu: Pada tahun 2007 pasien pernah mendapat operasi CKG
pada mata kanan. Riwayat Diabetes Mellitus (-), hipertensi (-)
45!54
KU : cukup, compos mentis
T : 130/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Madarosis (-) Supracilia Madarosis (-)
Trichiasis (-) Cilia Trichiasis (-)
PBM
GBM
*4!))!55
ODS Dry Eye
!!!))!55
-
!!!)/,
Eye Fresh ed 6x1 ODS
KIE masase
!!!)
!&!)
Keluhan subyektif
Tanda infeksi sekunder
&5!
.
. .02
. 1
Pasien Ny. S / 42 tahun datang ke poliklinik Ilmu Kesehatan Mata RSSA
pada tanggal 9 Agustus 2010 dengan keluhan utama mata sebelah kiri merah.
Diagnosis dry eye syndrome ditentukan berdasarkan atas keluhan penderita,
pemeriksaan klinis dan beberapa pemeriksaan penunjang. Pasien dengan usia tua
(42 tahun) mempunyai kerentanan untuk menderita dry eye syndrome. Karena
dengan meningkatnya usia akan terjadi proses degenerasi pada seluruh organ-
organ tubuh, termasuk mata. Glandula lakrimalis yang membentuk lapisan akuos
juga akan mengalami proses degenerasi sehingga mengakibatkan menurunnya
produksi air mata dimana lapisan akuos merupakan penyusun 90% dari lapisan air
mata. Towsend menyebutkan produksi air mata menurun mulai usia 40 tahun.5 Dari
literatur lain juga disebutkan bahwa wanita menopause lebih sering menderita dry
eye syndrome, namun belum diketahui secara jelas bagaimana mekanisme
estrogen dapat mempengaruhi produksi air mata.2
Pekerjaan pasien yang memerlukan daya konsentrasi tinggi dapat
mengakibatkan penggunaan mata yang berlebihan akibat kurangnya intensitas
mata untuk berkedip. Frekuensi berkedip orang normal berkisar antara 12-15
kali/menit.3 Kurangnya intensitas berkedip dapat memicu peningkatan proses
penguapan dari lapisan air mata. Kapisan air mata merupakan lapisan yang tidak
stabil dan selalu harus diperbarui.2 Sedangkan proses berkedip sangat efisien
dalam menyebarkan air mata dari tear meniscus keseluruh permukaan bola mata,
selain itu juga membantu menciptakan lapisan lipid.7
Pasien mengeluh mata sebelah kirinya merah secara tiba-tiba sejak 3
minggu lalu, disertai dengan rasa perih, ngeres dan sering berair. Dari literatur yang
ada, disebutkan bahwa dry eye syndrome biasanya bersifat kronis dengan keluhan
yang samar-samar dan biasanya agak sulit menemukan tanda-tanda klinisnya
terutama pada awal perjalanan penyakit.6 Keluhan-keluhan tersebut secara umum
disebabkan oleh karena adanya abnormalitas dari lapisan air mata, yang pada
akhirnya menyebabkan peningkatan osmolaritas lapisan air mata. Keluhan mata
berair disebabkan oleh adanya reflek sekresi akibat adanya iritasi yang terus
menerus. Selain itu keluhan mata berair dapat juga disebabkan karena
berkurangnya removal mucus akibat aliran akuos yang berkurang.2
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
dry eye syndrome. Pada pasien ini dilakukan Schirmer test yang menunjukkan hasil
2 mm OD dan 2 mm OS. Dimana nilai normal schirmer test adalah >10-35 mm atau
rata-rata 20 mm, dan abnormal bila <10mm.1 Hasil ini mengindikasikan produksi
lakrima oleh glandula lakrimalis mayor dan asesoris berkurang. Pemeriksaan
penunjang lain yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan tear meniscus.
Tear meniscus adalah genangan air mata diperbatasan margo palpebra inferior
dengan konjugtiva bulbi, yang secara teoritis pada orang normal tingginya 1
mm,sedangkan pada penderita dry eye didapatkan rata-rata 0,1 mm.2 Pada pasien
ini, pemeriksaan tear meniscus menunjukkan hasil 4 mm. Dari beberapa literature
disebutkan Schein dkk mendapatkan ± 14,6 % usia lanjut di Salisbury, Maryland
mengeluhkan gejala dry eye tanpa didapatkan kelainan yang nyata pada hasil uji
tear function, dan sebanyak 3,5% mengeluh dry eye dengan didapatkan kelainan
pemeriksaan shirmer atau pemeriksaan rose Bengal.9
Pasien mendapat terapi artificial tears yang diberikan 6 kali sehari pada
kedua mata. Dari beberapa literatur yang ada, disebutkan bahwa sampai saat ini
pemberian air mata buatan merupakan dasar dari penanganan dry eye syndrome.
Penderita dyr eye syndrome memerlukan air mata buatan ini sepanjang hidupnya.
Pemberian air mata buatan diharapkan dapat menggantikan fungsi lapisan air mata
sebagai pelembab atau pembasah, dengan tujuan mencegah terjadinya kekeringan
atau kematian sel.7
. .2
/
Telah dilaporkan suatu kasus mengenai ODS dry eye syndrome. Dari
anamnesis berupa keluhan mata merah, perih, dan berair. Yang kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan status oftalmologis dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan hasil yang mendukung suatu diagnosa dry eye syndrome.
Penatalaksanaan dry eye syndrome pada pasien ini adalah dengan memberikan
artificial tears guna menggantikan fungsi lapisan air mata sebagai pelembab atau
pembasah, dengan tujuan mencegah terjadinya kekeringan atau kematian sel.
/ / c