Seorang pria melintasi jajaran kendaraan di Pool Taxi Express milik PT. Express Transindo Utama Tbk di Tanah Kusir,
Jakarta, Jumat (6/10/17). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Menurunnya pendapatan usaha, membuat laba bersih Blue Bird juga ikut terkoreksi. Emiten
dengan kode BIRD ini meraup laba bersih sebesar Rp427,49 miliar sepanjang 2017. Angka
itu turun 16 persen dari laba bersih 2016 senilai Rp510,2 miliar.
Secara tahunan pendapatan dan laba bersih Blue Bird pada 2017 menurun, kinerja Blue Bird
pada tahun Ayam Api itu relatif stabil, dan cenderung merangkak naik apabila dilihat antar
kuartal.
Pada kuartal I-2017, pendapatan Blue Bird tercatat menurun 10 persen menjadi Rp1,03 triliun
dari kuartal IV-2016. Namun pada kuartal-kuartal berikutnya, pendapatan mulai naik. Kuartal
II-2017, pendapatan naik 0,2 persen, kuartal III-2017 naik 1 persen, dan kuartal IV-2017 naik
2 persen.
Pola yang hampir sama juga terjadi pada laba bersih Blue Bird. Pada kuartal I-2017, laba
bersih Blue Bird turun 20 persen, pada kuartal II-2017 turun 36 persen, kuartal III-2017 naik
44 persen dan kuartal IV-2017 naik 15 persen.
“Jika melihat historis secara kuartal 2017, besar kemungkinan pendapatan Blue Bird stabil
karena menggandeng Gojek. Selain itu, aplikasi Blue Bird juga sudah banyak penggunanya,”
kata Kiswoyo Adi Joe, analis PT Narada Kapital Indonesia kepada Tirto.
Membaiknya jumlah pemesanan di seluruh channel perseroan, seperti aplikasi Gojek, aplikasi
Blue Bird dan lain sebagainya juga tidak terlepas dari persoalan tarif taksi online dengan tarif
taksi konvensional yang sudah tak berjarak. Contohnya ketika menggunakan aplikasi Gojek
pukul 19.00 WIB di Jakarta Pusat. Misalnya untuk jarak 2 kilometer, tarif GO-CAR
mencapai Rp17.000. Sementara fitur Go Blue Bird, tarifnya berkisar dari Rp7.000-8.000.
“Tidak seperti tarif pada 2016, tarif taksi aplikasi dengan taksi online gap-nya sudah semakin
kecil sekarang ini. Bahkan, dalam kondisi tertentu, tarif taksi aplikasi (online) bisa lebih
mahal,” kata Michael Tene, Head of Investor Relations Blue Bird kepada Tirto.
Infografik kinerja emite taksi kuartalan
Express Makin Tersungkur
Bisnis taksi konvensional yang terpukul taksi online sepanjang 2017 juga dirasakan oleh PT
Express Trasindo Utama Tbk. Kinerja pendapatan Express tercatat Rp304,71 miliar
sepanjang 2017, anjlok 51 persen dari 2016 sebesar Rp618,2 miliar.
Anjloknya pendapatan, membuat perusahaan dengan kode emiten TAXI ini menanggung rugi
bersih hingga Rp492,1 miliar, atau naik 166 persen dari rugi bersih tahun sebelumnya sebesar
Rp184,74 miliar.
Baca juga: Curhat Sopir Angkot Soal Driver Taksi Online yang Menolak Uji Kir
Selain Blue Bird, kinerja Express dari kuartal pertama sampai dengan kuartal IV-2017 justru
terus terperosok. Kolaborasi antara Express dan Uber tampaknya belum bisa menahan
tergerusnya kinerja pendapatan. Apalagi Uber kin sudah masuk dalam skema aksi korporasi
dari Grab di Asia Tenggara.
Pendapatan Express pada kuartal I-2017 tercatat anjlok 26 persen dari kuartal IV-2016. Pada
kuartal berikutnya, pendapatan tumbuh 3 persen, turun lagi 9 persen di kuartal III-2017 dan
naik tipis 0,3 persen pada kuartal IV-2017.
“Meski telah berkolaborasi dengan aplikasi (Uber), sangat berat bagi Express untuk bisa
menumbuhkan pendapatannya. Apalagi, jumlah pengemudi Express juga sudah berkurang,”
tambah Kiswoyo.
Sekretaris Perusahaan Express Megawati Affan sayangnya tidak merespons saat Tirto
mengonfirmasi soal kondisi kinerja perusahaan dan jumlah pengemudi yang berkurang.
Sepanjang semester I-2017, Express telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)
kepada 250 karyawan.
Dalam dua tahun terakhir, bisa dibilang fokus strategi emiten taksi adalah bagaimana untuk
bertahan hidup dari taksi online. Jurus merangkul lawan dengan berkolaborasi punya dampak
bagi Blue Bird.
Baca juga artikel terkait TRANSPORTASI UMUM atau tulisan menarik lainnya Ringkang
Gumiwang
(tirto.id - Ekonomi)