Anda di halaman 1dari 21

http://www.kosngosan.

com/2017/03/cont
oh-makalah-mata-pelajaran-bahasa-
indonesia-kata-kalimat-terbaru.html?m=1
DIKSI DAN ARTI

KELOMPOK 2

DISUSUN OLEH :

ALIF FITRAH IKFI ASMAUL KHUSNA


NIM 1741150088 NIM 1741150003

QORI FADLI YAYANG ALFIN ALFENDI


NIM 1741150064 NIM 1741150028

POLINEMA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN
2017
BAB II
DIKSI DAN ARTI

2.1 DIKSI
2.1.1 Pengertian Diksi
Diksi menurut KBBI adalah sebuah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya)
untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Diksi memiliki dua arti, yang pertama merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspreksi oleh
penulis dan pembicara. Dalam artian kedua, Diksi adalah enusiansi kata, yaitu kejelasan pengucapan
kata dan ketepatan pemenggalan kalimat.
Pemilihan diksi atau kata yang baik akan memudahkan menentukan arti dari suatu kata kalimat
atau paragraf. Jika pemilihan kata tidak sesuai dengan maksud maka arti dari kata atau kalimat akan
bersifat ambigu atau susah untuk dimengerti.

2.1.2 Fungsi Diksi

Secara umum pemilihan kata atau diksi diperlukan karena untuk mencegah kesalahpahaman dari
kalimat atau paragraf. Selain itu terdapat beberapa fungsi lainnya yaitu sebagai berikut:
1. Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih faham mengenai
apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
2. Membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
3. Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis atau pun terucap).
4. Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar
atau pun pembacanya.

2.1.3 Jenis-jenis Diksi

Diksi sendiri memiliki macam-macam diantaranya sebagai berikut:

1. Sinonim adalah diksi yang dipilih karena memiliki persamaan makna. Diksi ini dipilih karena untuk
memberikan kesan yang lebih baik atau halus. Misalnya mati yang diganti wafat. Macam macam
sinonim:
 Sinonim mutlak, yaitu kata kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apapun
tampa mengubah makna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata atau frasa atau klausa
atau kalimat. Contoh: kosmetik=alat kecantikan, laris=laku.
 Sinonim semirip, yaitu kata kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan tertentu
tampa mengubah makna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata/kalimat/klausa/frasa
tersebut saja. Contohnya melatis=menerobos, lahiriah=jasmaniah.
 Sinonim selingkuh, yaitu kata kata yang dapat saling mengganti dalam satu konteks kebahasaan
tertentu saja secara struktural dan leksikal. Contohnya lemas=lemah, binatang=fauna.
2. Antonim yaitu diksi yang maknanya berlawanan dengan ungkapan lainnya. Misalnya buruk lawan
katanya baik. Macam macam antonim:
 Antonim berpasangan, yaitu kata kata yang secara makna jelas bertentangan karena berdasarkan
pada makna pasangannya sehingga tidak bisa di pertentangkan tanpa kehadiran makna pasangannya,
jika salah satu unsur di negatifkan, tidak secara serta merta memunculkan pasangannya. Contoh :
Suami >< Istri, Pembeli ><Penjual, Jual >< Beli
 Antonim melengkapi, yaitu kata kata yang secara makna bertentangan, tetapi kehadiran makna
salah satu kata bersifat melengkapi kehadiran makna yang lain. Contoh : Pertanyaan ><
Jawaban,mencari,menemukan
 Antonim berjenjang, yaitu kata kata yang secara makna mengandung pertentangan, tetapi
pertentangan makna ini bersifat berjenjang atau bertahap,bertingkat. Contoh : Dingin ><
Hangat><Panas, Mahal><Wajar><Murah
3. Polisemi ialah satuan kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Misalnya kepala yang dapat
diartikan sebagai bagian tubuh atas namun juga dapat berarti sebuah jabatan misalnya kepala bagian
marketing. Contohnya: kami sebetulnya masih memiliki hubungan darah, dipertandingan tinju tadi
malam,darah crist john bercucuran sangat deras, darah muda darah nya para remaja.
4. Homonim adalah diksi yang ejaan dan pengucapannya sama namun maknanya berbeda, misalnya
bisa yang berarti racun ular dan bisa yang berarti mampu.
 Homofon yaitu diksi yang pengucapannya sama, namun penulisan dan maknanya berbeda.
Misalnya Bang Ijuk dan Bank Rakyat Indonesia. Contoh :
1. Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
2. Kasus kecelakaan yang menghebohkan itu di muat di media massa (masa=masyarakat umum)
 Homograf adalah diksi yang memiliki persamaan dalam ejaan, namun pengucapan dan maknanya
berbeda. Misalnya buah apel dan apel pagi. Contoh
1. Untuk mengirim surat untuk bapak presiden kita harus menggunakan amplop (amplop=surat
biasa).
2. Agar bisa diterima menjadi PNS, ia memberi amplop kepada para pejabat (amplop= sogokan atau
uang pelicin).
5. Hipernim, yaitu suatu kata yang mencakup makna kata lain. Contohnya buah, ikan, bunga.
6. Hiponim ialah diksi yang maknanya sudah meliputi makna kata lainnya. Misalnya kata salmon
yang sudah mencakup makna kata ikan di dalamnya. Contohnya anggur, lele, melati.
2.1.4 Syarat-syarat pemilihan kata
1. Dapat membedakan denotasi dan konotasi dengan benar
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah
makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang terkandung
sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan
misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata
makan seperti ini adalah makna denotatif.Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang
timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau
pukul.Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu
kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal
ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata adalah makna denotatif atau konotatif.

2. Dapat membedakan kata umum dan kata khusus dengan benar


Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.Makin luas ruang
lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka
kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.Makin sempit ruang lingkupnya,
makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam
pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat. Misalnya:Kata
ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau
tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Sebaliknya, tawes
pasti tergolong jenis ikan demikian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang pasti merupakan
jenis ikan. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan
kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.

3. Dapat memahami dengan tepat makna kata abstrak dan kata konkret
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret, seperti meja,
rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap
panca indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak
digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus
gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-
hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
4. Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi
bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau
kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata
tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna
denotatif dan makna konotatif suatu kata.

5. Dapat membedakan kata ilmiah dan kata popular dengan benar


Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam
tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Contoh kata ilmiah: format, biodata, final.
Contoh kata popular : ukuran, biografi singkar, akhir.

2.1.5 PENERAPAN DIKSI DALAM RAGAM FORMAL

Penggunaan kata-kata dalam kalimat harus dipilih secara tepat agar dapat mengungkapkan
maksud yang akan kita sampaikan. Beberapa alasan untuk memilih kata dan menggunakannya secara
tepat, diantaranya :
1. Kata-kata ada yang memiliki makna denotatif dan adapila sekaligus memiliki makna konotatif.
2. Kata-kata yang memiliki makna umum dan makna khusus.
3. Kata-kata ada yang memiliki makna sinonim.
4. Kata-kata ada yang berupa kata ragam formal (baku) dan kata ragam percakapan
5. (non baku).
6. Kata-kata perlu digunakan secara tepat.
7. Kata-kata perlu di tulis secara benar.

Hal-hal diatas di jelaskan satu persatu, sebagai berikut :


1. Kata-Kata Denotatif dan konotatif
a. Makna denotatif adalah makna yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu
yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan makna. Contoh
kata denotatif yaitu membicarakan, memperlihatkan dan penonton.
b. Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan kata bermakna denotatif yang mengalami penambahan. Contoh kata konotatif, yaitu :
 Membahas, mengkaji
 Menelaah, meneliti, menyelidiki
 Pemirsa, pemerhati

2. Kata Umum dan Kata Khusus


a. Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain.
Contohnya ikan, bunga dan warna.
b. Makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang
lain. Contohnya hiu, mawar dan hijau.

3. Kata makna bersinonim


Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda namun pada dasarnya memiliki makna yang
hampir mirip atau serupa. Dalam menggunakan kata bersinonim, kita harus menggunakan kata yang
tepat dalam kalimat ragam formal karena meskipun bersinonim pada dasarnya kata-kata tersebut
memiliki perbedaan dalam konteks penggunaannya. Contoh kata bersinonim :
 Cerdas : cerdik, hebat, pintar.
 Besar : agung, raya
 Mati : mangkat,wafat,meninggal

4. Kata baku dan non-baku


Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan beberapa ranah. Diantaranya :
a. Ranah finologis
Kata baku yang memiliki kata non-baku karena :
 Penambahan fonem
Kata Baku Kata Non Baku
Imbau Himbau
Andal Handal
Utang Hutang
 Pengurangan fonem
Kata Baku Kata Non Baku
Terap Trap
Terampil Trampil
Tetapi Tapi
Tidak Tak
 Pengubahan fonem
Kata Baku Kata Non Baku
Telur Telor
Ubah Obah
Tampak Nampak

b. Ranah morfologis.
Kata baku yang memiliki kata nonbaku karena hasil proses morfologis.
 Pengurangam fonem
Kata Baku Kata Non Baku
Memfokuskan Memokukan
Memprotes Memrotes
Memprotes Memitnah
 Pengubahan fonem
Kata Baku Kata Non Baku
Mengubah Merubah
 Penggantian afiks
Kata Baku Kata Non Baku
Menangkap Nangkap
Menatap Natap
Mengambil Ngambil
Menahan Nahan
 Kelebihan fonem
Kata Baku Kata Non Baku
Beracun Berracun
Beriak Berriak
Beribu Berribu
Becermin Becermin

c. Ranah leksikon
Kata (frasa) baku yang memiliki kata (frasa) non-baku yang terdapat dalam ragam percakapan.
Contoh pasangan kata (frasa) baku dan kata (frasa) non-baku sebagai berikut :
Frasa Baku Frasa Non Baku
Tidak terlalu Tidak begitu
Belum masak Belum matang
Tidak mau Enggak mau
Hanya nasi Nasi doang

5. Pilihan Kata yang Tepat


a. Kata Redundan
Dalam kalimat ragam formal, kita sering membuat kata-kata yang maknanya redundan. Artinya,kata-
kata yang di gunakan melebihi makna, contohnya :
Frasa Baku Frasa Non Baku
Sangat pedih Amat sangat pedih
Paling kaya Paling terkaya
b. Kata Depan
Dalam kalimat ragam formal, kita perlu menggunakan kata-kata secara tepat dalam hal penggunaan
kata depan. Seperti :
Penggunaan Kata yang Tepat Penggunaan Kata yang Tidak Tepat
Pada siang hari Di siang hari
Pada pagi hari Di pagi hari
Pada kita Di kita
Penggunaan Kata yang Tepat Penggunaan Kata yang Tidak Tepat
Kepada kami Di kami
Kepada kita Di kita
Kepada ibu Di ibu
Dalam penggunaan kata depan dan kata penghubung harus digunakan secara tepat, yang sesuai
dengan jenis keterangan dalam jenis kalimat,:
1. Untuk keterangan tempat di gunakan kata di, ke, dari, di dalam, pada.
2. Untuk keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama,
sepanjang.
3. Untuk keterangan alat di gunakan kata dengan.
4. Untuk keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi.
5. Untuk keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
6. Untuk keterangan penyerta di gunakan kata dengan, bersama, beserta.
7. Untuk keterangan perbandingan atau kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan,laksana.
8. Untuk keterangan sebab di gunakan kata karena, sebab.

6. Kata Serapan
Dalam bahasa Indonesia, karena adanya penyerapan bahasa asing atau bahasa daerah (sanskerta)
terdapat pasangan kata baku dan non-baku. Maka harus memilih dan menggunakan kata serapan
yang sudah di bakukan.
Kata Baku Kata Non Baku
Apotek Apotik
Asas Azas
Asasi Azasi

2.1.6 PERUBAHAN MAKNA DIKSI

Macam-macam perubahan makna diksi antara lain:


 Perluasan arti, adalah suatu proses perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya
mengandung suatu makna yang khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas
makna yang lebih umum.
 Penyempitan arti, adalah sebuah proses yang dialami sebuah kata dimana makna yang lama
lebuh luas cakupnya dari makna yang baru.
 Ameliorasi, adalah suatu proses perubahan makna dinama arti yang baru dirasakan lebih tinggi
atau lebih baik nilainya dari arti yang lama
 Peyorasi, adalah proses perubahan makna sebagai kebalikan dari ameliorasi. Dalam peyorasi arti
yang baru dirasakan lebih rendah nilainya dari arti yang lama.

2.1.7 PERGESERAN MAKNA DIKSI

Pergeseran makna di bedakan atas 2 macam :


 Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi adanya persamaan sifat.
contoh : -Andani menyikat giginya sampai bersih
-Pencuri itu menyikat habis barang-barang berharga di rumah itu
 b.Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua indra yang
berbeda.
contoh : -Nasi goreng itu rasanya pedas sekali
-Kata-katanya saat marah sangat pedes di denger

2.1.8 PENGGUNAAN KATA DALAM KALIMAT

Idealnya setiap kata mengacu pada satu obyek, namun pada kenyataannya, suatu kata dapat mewakili
berbagai obyek, contoh kata buku, dapat mewakili ruas maupun mewakili kitab. Suatu kata dapat
diwakili oleh kata lain yang sama artinya, tetapi kata-kata yang bermakna sama itu tidak dapat
digunakan secara sama dalam konteks kalimat yang sama.

Contoh:
- Mereka pergi ke Bandung dengan kereta cepat.
- Dengan cepat pertumbuhan penduduk sebesar 2,3% penduduk Indonesia pada tahun 2014.
- Rencana itu perlu cepat dilaksanakan.

Penggunaan kata cepat pada kalimat pertama tepat, sedangkan dalam kalimat kedua kata cepat harus
diganti dengan kata laju, dan dalam kalimat ketiga kata cepat harus diganti dengan kata segera.
Selain dengan ketepatan, dalam pemilihan kata juga harus diperhatikan aspek kesesuaian yang dapat
dilihat dari kesempatan seperti:
- Dalam acara formal (karya ilmiah, ceramah ilmiah, dsb.) atau acara non formal (percakapan
santai)
- Situasi masyarakat
- Nilai sosial
- Kata baku dan non baku

2.1.9 KESALAHAN DALAM PEMAKAIAN GABUNGAN KATA


DAN KATA

Pada bagian berikut akan diperhatikan kesalahan kasalahan penbentukan kata, baik dalam bahasa
lisan maupun dalam bahasa tulis.

 Awalan Me-
Penganggalan pada judul cerita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya
awalan me- harus eksplisit. Dibawah ini diperhatikan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Contoh:
 Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Colombia (salah).
 Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Colombia (benar).

 Awalan Ber-
Kata-kata yang berawalan Ber- sering mengandalkan awalan Ber. Padahal awalan Ber harus
dieksplisitkan secara jelas. Berikut ini contoh salah dan benar dalam pemakaian.
Contoh:
 Sampai jumpa lagi (salah)
 Sampai berjumpa lagi (benar)

 Peluluhan Bunyi /c/


Kata dasar yang diawali bunyi c sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me-. Padahal tidak
seperti itu.
Contoh:
 Ali sedang menyuci mobil (salah)
 ali sedang mencuci mobil (benar)
 Kata Dasar
Ada gejala bunyi awal kata dasar, penggunaan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang
dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya pencampuran antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan
suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian.
Contoh:
Nyopet, mandang, nulis, dan nambrak. Dalam bahasa Indonesia kita harus menggunakan kata-kata
mencopet,memandang, menulis, dan menembrak.

 Bunyi /s/, /k/, p/, dan /t/ yang tidak Luluh


Kata dasar yang bunyi awalnya s, k, p, atau t sering tidak luluh jika mendapat awalan me- atau pe-.
Padahal menurut kaidah buku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.
Contoh:
 Semua warga neraga harus mentaati peraturan yang berlaku (salah)
 Semua warga neraga harus menaati peraturan yang berlaku (benar)

 Awalan Ke- yang Kelirugunaan


Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter sering diberi awalan ke. Hal itu
disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang tepat.
Contoh:
 Pengendara mator itu meninggal karena ketambrak oleh kereta api (salah)
 Pengendara motor itu meninggal karena tertambrak oleh kereta api (benar)
 Perlu tiketahui bahwa awalan ke hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain di depan kata
bilangan, awalan ke tidak dapat dipakai kecuali pada kata kekasih, kehendak, dan ketua.

 Pemakaian Akhiran –ir


Pemakaian kata akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal,
dalam bahasa Indonesia baku untuk akhiran –ir adalah asi atau isasi.
Contoh:
 Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu (salah)
 Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu (benar)

 Padanan yang Tidak Serasi


Terjadi ketika pemakaian bahasa yang kurang cermat memilih padanan yang serasi, yang muncul
dalam kehitupan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau yang tidak serasi. Hal itu, terjadi
karena dua kaidah yang berselang, atau yang bergabung dalam sebuah kalimat.
Contoh:
 karena modal dibank dibank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh
kredit. (salah)
 karena modal dibank terbatas, tidak semua pengusah lemah memperoleh kredit (benar)
 modal dibank terbatas sehingga, tidak semua pengusah lemah memperoleh kredit (benar)
 Bentuk-bentuk diatas adalah bentuk yang menggabungkan kata karena dan sehingga, kata
apabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi.

 Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian kata di, ke, dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan.
Contoh:
putusan dari pada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)

 Pemakaian Akronim (singkatan)


Yang dimaksud kata singkatan adalah PLO, UI, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan bentuk
singkat ialah lab (laboratorium), memo (memeorandum) dan lain-lain. Pemakaian akronim dan
singkatan dalam bahasa Indonesia kadang-kadang tidak teratur.

 Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemungkinan


Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan
bersaing pemakaiannya dengan kata purusan; kata pemukiman bersaing dengan kata
permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata pernalaran.
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan
konsisten. Kalau kita perhaikan dengan saksama, bentukan kata itu memiliki hubungan antara
yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan.
Pilih, memilih, pemilih, pemilihan, pilihan
Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut
Contoh:
Tani, bertani, petani, pertanian
Mukim, bermukim, pemukim, permukiman

 Penggunaan Kata yang Hemat


Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah kpemakaian bahasa yang hemat kata,
tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari-hari sering kita jumpai pemakaian kata yang
tidak hemat (boros).
Contoh:
 Boros hemat

 Sejak sejak atau dari

 Agar supaya agar atau supaya

 Mempunyai pendirian berpendirian

 Perbandingan kata yang hemat dan kata boros

 Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka diperlakukan tenaga dorong

buatan untuk memproduksi minyak lebih besar (boros, salah)


 Apabila suatu reservoir masihmempunyai cadangan minyak, diperlukan tenga dorong buatan untuk

memproduksi munyak lebih besar. (salah)


 Untuk mengksplorasi dan mengeksploitas munyak dan gas bumi di mana sebagai sumber devisa

negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di bidang geologi dan perminyakan. (benar)

 Analogi
Di dalam dunia olahraga tertapat istilah petinju. Kata petinju berkorelasi dengan kata bertinju berarti
‘orang yang (biasa) bertinju’, bukan ‘orang yang (biasa ) meninju’.
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesilat, petenis,
pesenam dan lain-lain. Jika dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini:
 Petinju ‘orang yang bertinju’
 Pesilat ‘orang yang bersilat’

 Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia


Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah menggunakan bentuk jamak bahsa Indonesia
sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
a. Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti;
 Kuda-kuda
 Meja-meja
 Buku-buku
b. Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan seperti;
 Beberapa meja
 Sekalian tamu
 Semua buku
 Bentuk jamak dengan menmbahkan kata Bantu jamak seperti;
 Para tamu
 Bentuk jamak dengan menggunakn kata ganti orang seperti;
 Mereka kita
 Kami kalian

2.2. ARTI
2.2.1 PENGERTIAN ARTI ATAU MAKNA
Arti adalah maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat
bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya,
peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu
(Tjiptadi, 1984:19).

Kata-kata yang bersal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan
berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung
dalam sebuah kata. Agar bahasa yang dipergunakan mudah dipahami, dimengerti, dan tidak
salah penafsirannya, dari segi makna yang dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran
pembaca atau pendengar karena rangsangan aspek bentuk kata tertentu.

Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna
donatif, makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal.

2.2.2 JENIS-JENIS MAKNA

Makna Denotatif

Sebuah kata mengandung kata denotatif, bila kata itu mengacu atau menunjukan
pengertian atau makna yang sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotative
digunakan dalam bahasa ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin
menyampaikan gagasannya. Agar gagasan yang disampaikantidak menimbulkan tafsiran
ganda, ia harus menyampaikan gagasannya dengan kata-kata yang mengandung makna
denotative.

Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa,
dan tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10).

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar, yang berarti
mkna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil pengukuran dan
pembatasan (perera, 1991:69).
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau
didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40).

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotative adalah
makna yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa
kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan kanannya sakit, maka yang dimaksudkan
adalah tangannya yang sebelah kanan sakit.

Makna Konotatif

Sebuah kata mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-nilai
emosi tertentu. Dalam berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi
pikiran. Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang
dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan
kata-kata yang diucapkan mengandung makna konotatif disamping mkna denotatif.

Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-
tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan criteria-kriteria tambahan
yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu jabatan atau
kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai tempat duduk
mengandung makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan atau
kedudukan yang diperoleh seseorang mengandung makna kiasan atau makna konotatif.

Makna Leksikal

Makna Leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal
berasal dari leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata
yang bermakna leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).

Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa,
istilah gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau
hasil peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata
gantungan adalah alat.

Makna Asosiatif

Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia
berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan
pemakai bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai 2bahasa dan perkembangan kata sesuai
kehendak pemakai bahasa. Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna
kolokatif, makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.

1. Makna Kolokatif

Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah
bahasa. Kata kaya dan miskin terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna
kata yang ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif
memiliki makna yang sebenarnya.

2. Makna Reflektif

Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan
konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu
terlarang, kurang sopan, atau haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau
pengalaman sejarah.

3. Makna Stilistika

Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan
lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah
satu cirri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak
langsung akan berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan
pada eaktu komunikasi itu.

4. Makna Afektif

Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam
berbahasa.

5. Makna interpretatif

Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan
dari pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan
(parera,1991:72).

DAFTAR PUSTAKA

Kridalaksana. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia

Maskurun, 1984. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta Yudistira.


Parera. 1991. Sintaksis. Jakarta. Garamadia Utama.

Tjiptadi, Bambang.1984.Tata Bahasa Indonesia. Cetakan II. Jakarta: Yudistira.

https://pengertiandefinisi.com/pengertian-diksi-fungsi-diksi-dan-macam-macam-diksi/

https://othersidemiku.wordpress.com/2013/01/24/jenis-jenis-makna/

https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-makna-kata

https://praptoprasojo.wordpress.com/2014/10/19/diksi-pilihan-

kata/http://gadonano.blogspot.co.id/2015/09/penerapan-diksi-pilihan-kata-dalam.html

http://gamepos.id/pengertian-diksi-fungsi-diksi-dan-macam-macam-diksi/

https://www.infokekinian.com/pengertian-fungsi-dan-contoh-diksi-serta-analisis-kesalahan-diksi/

Anda mungkin juga menyukai