Anda di halaman 1dari 6

DISKUSI REFLEKSI KASUS

Kesalahan Pelaporan Nilai Kritis Analisa Gas Darah


di Ruang GICU RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang

DISUSUN OLEH :
ARINI, AM. Kep.
FITRI FATIMAH, AM. Kep.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


RSUP dr. MOH. HOESIN PALEMBANG
INSTALASI RAWAT INTENSIF
TAHUN 2017
DISKUSI REFLEKSI KASUS
Kesalahan Pelaporan Nilai Kritis Analisa Gas Darah
di Ruang GICU RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang

Oleh Arini dan Fitri Fatimah

Analisa Gas Darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting
bagi pasien untuk mengetahui status oksigenisasi dan keseimbangan asam basa dalam tubuh.
(SMF Patologi Klinik RSUP dr. Sardjito, dalam Hanum 2014)
Penilaian gangguan keseimbangan AGD telah dikenal dengan formula Hendersen-
Hasselbach. Syarat dari formula ini adalah adanya nilai PH, PCO2, HCO3, PO2, SO2. Namun,
formula ini memiliki kelemahan, nilai pH hanya bergantung pada ion bikarbonat. Sehingga
persamaan ini tidak dapat menemukan “buffer” lain di dalam plasma selain HCO3. Selanjutnya,
Peter Stewart (1981) menemukan metode kuantitatif yang mampu menjelaskan patofisiologi
yang terjadi pada gangguan keseimbangan asam basa.
Pemeriksaaan Analisa Gas Darah sering dilakukan pada pasien kritis yang membutuhkan
hasil yang cepat untuk kemudian dapat segera diambil tindakan medis. Oleh karena itu, di RSUP
dr. Moh. Hoesin nilai Analisa Gas Darah yang masuk ke nilai kritis dilaporkan via telp ke
perawat ruang GICU.
Insiiden yang dipilih oleh penulis untuk dijadikan pembelajaran adalah Kesalahan
pelaporan nilai kritis analisa gas darah. Pada dasarnya kesalahan pelaporan nilai kritis analisa
gas darah ini sudah terjadi sejak awal nilai kritis laboratorium pasien dilaporkan via telepon.
Sebagai bahan pembelajaran untuk kemudian hari, penulis menambil sampel insiden yang terjadi
pada tanggal 3 Oktober 2017 dan 5 Oktober 2017. Pengalaman ini tidak lansung dialami oleh
penulis, namun penulis memperhatikan sering kali pelaporan nilai kritis analisa gas darah oleh
petugas lab sentral ke perawat hanya dilaporkan item yang nilainya masuk ke kategori nilai kritis
saja. Hal ini mengakibatkan Analisa Gas Darah tidak bisa diinterpretasikan oleh Dokter jaga.

A. SITUASI
Insiden kesalahan pelaporan nilai kritis, didapati pada pasien yang di rawat di
Ruang GICU RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang. Pasien tersebut adalah Ny. A (62
tahun) yang sudah dirawat selama 29 hari dengan diagnosa medis Prolong Weaning
Ventilator + Post Wide Eksisi+ Post Sternotomi a.i Tumor Tiroid Invasif Intrathoracal +
Post Trakeostomi+ Hipertensi+Malnutrisi berat.
Insiden ini terjadi pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 07.00 dan 5 Oktober 2017
pukul 07.30. Kondisi pasien pada saat insiden memang sedang mengalami perburukan.
Pasien mengalami penurunan kesadaran, dari compos mentis ( GCS: E4M6VT) jatuh ke
somnolence (E3M5VT).
Insiden pertama tanggal 3 Oktober 2017 pukul 07.00, Perawat “X” menerima
telepon dari petugas “P” (petugas labor sentral) yang melaporkan nilai kritis untuk Ny. A
(62 tahun) nilai analisa gas darah, PCO2 88,1. Kemudian Perawat X lansung melapor ke
Dokter D, tidak ada intervensi dari Dokter tersebut. Perawat X mendokumentasikan
pelaporan tersebut di flowchart pasien.
Insiden kedua yang terjadi, 5 Oktober 2017 pukul 07.30, Perawat “Y” menerima
telepon dari petugas “N” (petugas labor sentral) yang melaporkan nilai kritis untuk Ny. A
(62 tahun) nilai analisa gas darah, PH= 7,162 dan PCO2= 98,6. Perawat Y melaporkan
nilai kritis tersebut kepada Dokter B, tidak ada intervensi dari dokter tersebut. Perawat Y
mendokumentasikan pelaporan tersebut di flowchart pasien.
Pada tanggal 5 Oktober 2017 kondisi pasien terus mengalami penurunan. Pasien
dinyatakan meninggal oleh Dokter Jaga pukul 23.10. Pada hari itu, Hemodinamik pasien
labil, didapatkan tekanan darah pasien naik-turun, Hingga mulai pukul 14.00 tekanan
darah pasien cenderung menurun.

B. PERASAAN
Penulis merasa dokter tidak melakukan intervensi bisa jadi karena nilai AGD
tidak dilaporkan secara lengkap.

C. REFLEKSI ATAU PEMBELAJARAN


Analisa Gas Darah merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
derajat keasaman (PH), status oksigenisasi dan jumlah karbondioksida dalam darah
pasien. (Titin, 2016)
Status asam basa adalah suatu keadaan yang mencerminkan keseimbangan antara:
- Input (intake dan produksi)
- Output ( eleminasi) dari ion Hidrogen.
(Lundstrom, 2011; Martini, 2006, dalam Titin, 2017)
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam
basa darah.
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia.
2. Tubuh menggunakan penyangga PH/ buffer dalam darah sebagai pelindung
terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam PH darah.
3. Pembuangan CO2.
( Afifah, 2013).
Dalam menginterpretasikan hasil analisa gas darah secara sederhana dapat
dilakukan dengan metode pendekatan asam basa Hendersen-Hasselbach atau lebih
dikenal dengan metode tradisonal. Pada mode pendekatan ini dapat dilihat seperti table di
bawah ini.
Disorder PH Primer Respon Kompensasi
Asidosis Metabolik ↓ HCO3↓ PCO2↓
Alkalosis Metabolik ↑ HCO3↑ PCO2↑
Asidosis ↓ PCO2↑ HCO3↑
Respiratorik
Alkalosis ↑ PCO2↓ HCO3↓
Respiratorik
Selain itu interpretasi AGD dapat dilakukan dengan metoda Stewart. Menurut
Stewart, konsentrasi ion hydrogen di dalam suatu larutan biologis dapat ditentukan
dengan menetapkan dahulu 2 variabel yang saling berinteraksi:
1. Variabel Independen, yang terdiri dari 3 Variabel;
1. PCO2
2. Perbedaaan konsentrasi elektrolit kuat (kation-anion) yang disebut strong
ion difference(SID)
3. Total konsentrasi asam lemah (Atot)
2. Variabel Dependen, yaitu ion –ion lemah (H+, HCO3, OH, laktat, dll).
Pendekatan Asam Basa dengan metoda Stewart, sebagai berikut.
Asidosis Alkalosis
I. RESPIRATORY ↑ PCO2 ↓ PCO2
II. NON RESPIRATORY
(METABOLIC)
1. ABNORMAL SID
+ +
A. WATER EXCESS/ ↓SID, ↓ NA S↑I SID, ↑ NA D,
DEFISIT +
NA
B. IMBALANCE OF
STRONG ANION
- -
- Chloride excess/defisit ↓SID, ↑Cl ↑SID, ↓ Cl
-
- Unmeasure anion ↓SID, ↑ XA
2. WEAK ACID
A. ALBUMIN ↑Alb ↓Alb
B. PHOSPHATE ↑Pi ↓Pi

Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa, untuk


menginterpretasikan hasil Analisa Gas Darah diperlukan nilai PH, PCO2, PO2, HCO3 dan
SO2. Bahkan untuk metoda Stewart ditambahkan dengan nilai elektrolit, albumin,
phosphate dan laktat. Akan tetapi, pada kenyataannya di ruang GICU didapatkan pelaporan
nilai kritis dari Lab. Sentral hanya melaporkan nilai yang kritisnya saja.
Sebagai sampel pelaporan tersebut dapat dilihat dari foto berikut ini.
D. RENCANA TINDAK LANJUT
No. Masalah/ Kasus Rekomendasi Penanggung Waktu
Jawab Peneyelesaian
1 Kesalahan Pelaporan 1. Melakukan refresh Katim/ PJ DRK tanggal
Nilai kritis AGD di materi tentang analisa (Petugas yang 12 Oktober
Ruang GiCU RSUP gas darah ke perawat ditunjuk) 2017
dr. Mohammad pelaksana ruang
Hoesin Palembang GICU
2. Koordinasi dengan Kepala
petugas lab sentral Ruangan
khusus untuk
pelaporan nilai kritis
analisa gas darah
dilaporkan secara
lengkap meliputi (PH,
PCO2, PO2,HCO3,
SO2)
3. DST…. (Dibahas
pada saat DRK)

E. Sumber/ Referensi

Achmadi, Anang.(2013). Pendekatan Asam Basa Metoda Stewart. (online).(www.scribd.com,


diakses pada tanggal 9 Oktober 2017).

Afifah, Efy.( 2013). Pemeriksaan Astrup/ Analisa Gas Darah. (online). (http://staff.ui.ac.id,
diakses pada tanggal 9 oktober 2017) .

Hanum, Hanifia.(2014).Respond Time Analisa Gas Darah Instalasi Laboratorium Klinik RSUP
dr. Sardjito.(online).(http: etd.repository.ugm.ac.id, diakses pada tanggal 9 Oktober
2017).

Mulyati, Titin. (2017). Complex acid base abnormality in critically ill patient in ICU. Bali :
Workshop Hipperci.

Anda mungkin juga menyukai