Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan

lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi

(UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja). UU No 1 Tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja Pasal 2 ayat 2 poin (a) menyebutkan bahwa

keselamatan kerja berlaku dalam tempat kerja yang dibuat, dicoba, dipakai

atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi

berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.

Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik

barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja,

mengingat risiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi

yang lebih maju dan mutakhir (Suma’mur, 1987).

Tarwaka (2014) menyatakan bahwa setiap proses produksi,

peralatan/mesin dan tempat kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu

produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat

perhatian khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Menurut

penelitian Artia (2010) yang berjudul “Identifikasi Bahaya dan Penilaian

Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun 2009 (Studi Kasus di Unit

Utility PT. SK Keris Banten)” menghasilkan 19 macam risiko dengan tingkat

risiko rendah yang berjumlah 3 risiko, tingkat risiko sedang sedang berjumlah

1
Universitas Sumatera Utara
2

7 risiko, tingkat risiko tinggi berjumlah 8 risiko, dan tingkat risiko ekstrim

berjumlah 1 risiko. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Taufiq, dkk

(2016) yang berjudul “Analisis Risiko K3 dengan Metode HIRARC pada Area

Produksi PT. Cahaya Murni Andalas Permai” menghasilkan sebanyak 7 sub

divisi berada pada level risiko low (78%) sedangkan 2 sub divisi lain yaitu

pemotongan busa dan tahap finishing berada pada level risiko moderate

(22%).

Kecelakaan kerja tidak hanya menyebabkan penderitaan bagi pekerja itu

sendiri, sebab peningkatan kecelakaan kerja di tempat produksi menyebabkan

antara lain terhalangnya proses produksi yang dikarenakan oleh pengurangan

tenaga kerja, kemudian hilangnya hari kerja dikarenakan harus beristirahat

karena sakit dan proses pencarian tenaga kerja baru yang sangat memakan

waktu. Tidak adanya pelaporan tentang kecelakaan kerja, maka perlu

dilakukan penelitian tentang analisis risiko keselamatan kerja yang dimulai

dengan identifikasi risiko sampai dengan menentukan tingkat risiko

keselamatan kerja sehingga secara mudah risiko dapat diminimalisir dengan

menentukan pengendalian yang tepat.

Kabupaten Bintan memiliki luas wilayah 88.038,54 km2, yang terdiri dari

luas daratan 2,21% sejumlah 1.946,13 km2 dan luas lautan 97,79% yang

memiki luas 86.092,41 km2 (BPS Kabupaten Bintan, 2014). Wilayah lautan

yang sangat luas menyebabkan Kabupaten Bintan memiliki kekayaan hasil

laut yang melimpah, salah satunya adalah teripang. Teripang merupakan salah

satu komoditi perikanan yang bernilai ekonomi tinggi, baik di pasar lokal

Universitas Sumatera Utara


3

maupun internasional. Di pasar lokal, harga teripang Rp 30.000 - Rp 150.000

per kg. Pengolahan teripang umumnya masih banyak yang dilakukan secara

tradisional sehingga mutu dan kualitasnya rendah. Mutu dan kualitas yang

rendah sangat mempengaruhi harga jualnya. Umumnya teripang diolah

menjadi bentuk olahan kering dengan cara pengasapan (Sonhaji, 2013)

Pemerintah Kabupaten Bintan melalui Dinas Koperasi, UKM,

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bintan menyadari tentang potensi

komersial daerahnya. Dengan demikian, muncul usaha untuk melakukan

peningkatan ekonomi daerah melalui upaya pemberian bantuan modal usaha

melalui koperasi untuk jenis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Kabupaten Bintan memiliki koperasi berjumlah 224 Koperasi, untuk koperasi

yang aktif berjumlah 171 dan yang tidak aktif 53 (Pemerintah Kabupaten

Bintan, 2016). Koperasi AIMK (Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan)

Kabupaten Bintan termasuk salah satu koperasi yang masih aktif hingga saat

ini. Koperasi AIMK (Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan) Kabupaten

Bintan terdiri dari usaha mikro dan kecil yang bergerak pada jenis usaha

pemasaran produk makanan, oleh-oleh khas Kabupaten Bintan, dan

pengolahan Teripang Emas (Stychopus hermanii).

Pemerintah Kabupaten Bintan memfasilitasi Koperasi AIMK (Asosiasi

Industri Makanan dan Kerajinan) untuk melakukan pengolahan teripang

secara modern dengan menggunakan mesin-mesin pada setiap tahap

pengolahan sehingga diperoleh produk setengah jadi berupa liquid dan powder

dari Teripang Emas (Stychopus hermanii) yang berkualitas tinggi agar

Universitas Sumatera Utara


4

meningkatkan harga jualnya. Proses pengolahan Teripang Emas (Stychopus

hermanii) dimulai dari pencucian Teripang Emas (Stychopus hermanii)

mentah, penggilingan Teripang Emas (Stychopus hermanii) mentah, ekstraksi

Teripang Emas (Stychopus hermanii) yang telah dihaluskan, pengadonan

Teripang Emas (Stychopus hermanii) liquid, pemanggangan adonan Teripang

Emas (Stychopus hermanii), pendinginan Teripang Emas (Stychopus

hermanii), pengerukkan Teripang Emas (Stychopus hermanii), penggilingan

Teripang Emas (Stychopus hermanii) menjadi powder, pengayakan Teripang

Emas (Stychopus hermanii) powder dan pengemasan/packing Teripang Emas

(Stychopus hermanii) powder yang telah halus.

Menurut Suryaningrum (2008) dalam penelitian yang berjudul “Teripang :

potensinya sebagai bahan nutraceutical dan teknologi pengolahannya”

menghasilkan bahwa belum ada industri pengolahan teripang menjadi

suplemen atau bahan nutraceutical di Indonesia. Pendapat ini akhirnya

terpatahkan dengan adanya industri pengolahan teripang khususnya jenis

Teripang Emas (Stychopus hermanii) di Kabupaten Bintan. Akan tetapi,

berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di lokasi

pengolahan yaitu ditemukan bahwa pekerja pernah mengalami tersengat

listrik, tangan melepuh akibat tersentuh loyang panas, kaki tertimpa loyang

panas, terpeleset akibat lantai yang licin, dan lain sebagainya.

Peneliti meyakini bahwa proses pengolahan produk setengah jadi liquid

dan powder dari Teripang Emas (Stychopus hermanii) di Kabupaten Bintan

memiliki risiko yang tinggi sehingga diperlukan penelitian untuk menganalisis

Universitas Sumatera Utara


5

risiko keselamatan kerja, yang bertujuan memberikan rekomendasi

pengendalian yang tepat untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya

kecelakaan. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Risiko Keselamatan Kerja pada Proses Pengolahan

Produk Setengah Jadi Liquid dan Powder dari Teripang Emas (Stychopus

hermanii) di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Tahun 2017”

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah adanya pekerja yang pernah mengalami tersengat

listrik, tangan melepuh akibat tersentuh loyang panas, kaki tertimpa loyang

panas, terpeleset akibat lantai yang licin,dan lain sebagainya, sehingga perlu

dilakukan analisis risiko keselamatan kerja pada proses pengolahan produk

setengah jadi liquid dan powder dari Teripang Emas (Stychopus hermanii) di

Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau Tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis risiko keselamatan kerja pada proses pengolahan

produk setengah jadi liquid dan powder dari Teripang Emas (Stychopus

hermanii) di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.Untuk mengetahui identifikasi bahaya pada proses pengolahan produk

setengah jadi liquid dan powder dari Teripang Emas (Stychopus hermanii)

di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


6

2.Untuk mengetahui penilaian risiko pada proses pengolahan produk

setengah jadi liquid dan powder dari Teripang Emas (Stychopus hermanii)

di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tahun 2017.

3.Untuk mengetahui upaya pengendalian risiko pada proses pengolahan

produk setengah jadi liquid dan powder dari Teripang Emas (Stychopus

hermanii) di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan peneliti

mengenai analisis risiko keselamatan kerja dan menjadi pengalaman bagi

penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama proses

perkuliahan.

2) Bagi Koperasi AIMK (Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan)

Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

a) Melalui penelitian ini diharapkan pihak manajemen dan pekerja di

Koperasi AIMK (Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan)

Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau dapat mengetahui potensi bahaya

dan risiko keselamatan kerja yang dihadapinya sehari-hari. Dengan

demikian, diharapkan mereka dapat menyadari dan waspada terhadap

potensi bahaya dan risiko keselamatan yang ada.

b) Dapat memberikan rekomendasi terhadap manajemen dalam upaya

pengendalian risiko keselamatan di Koperasi AIMK (Asosiasi Industri

Makanan dan Kerajinan) Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

Universitas Sumatera Utara


7

3) Bagi Akademisi

a) Menambah bahan pustaka bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

b) Dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian yang relevan ataupun

penelitian berikutnya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai