Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang diwujudkan dengan upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Peningkatan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) di Rumah Sakit secara terus menerus ditingkatkan sejlan
dengankebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.
Pengembangan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit juga diarahkan guna meningkatkan
mutu dan keselamatan pasien serta efisiensi biaya dan kemudahan akses segenap
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu
untuk di kembangkan di Indonesia yang bertujuan memberikan asuhan bagi pasien
dengan penyakit berat yang potensial reversibel, memberikan asuhan pada pasien yang
memerlukan observasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan
diruang perawatan umum memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial
atau adanya kerusakan organ umumnya paru mengurangi kesakitan dan kematian yang
dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis.
Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit perlu ditingkatkan secara
berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan pengobatan, perawatan
dan pemantauan secara ketat yang semakin meningkat sebagai akibat penyakit menular
maupun tidak menular seperti : diare, demam berdarah, penyakit jantung dll. HCU
merupakan ruang perawatan dengan tingkat resiko kematian pasien yang tingi. Tindakkan
keperawatan yang cepat tepat sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien.
Pengambilan keputusan yang cepat ditunjang data yang merupakan hasil observasi dan
monitoring yang kontinu oleh perawat.
Pelayanan HCU adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam kondisi
kritis diruang perawatan intensif, dilaksanakan secara terintegrasi oleh tim yang terlatih
dan berpengalaman dibidang critical care dan ditunjang oleh peralatan

1
yang tidak ditemukan diruang rawat pada umummnya seperti bed side monitor, ventilator,
infus pump dll.
Pedoman pelayanan ini sebagai acuan bagi Rumah Sakit dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan HCU yang berkualitas dan mengedepankan keselamatan
pasien di Rumah Sakit serta dalam penyusunan standar prosedur operasional pelayanan
HCU di Rumah Sakit

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Standarisasi pelayanan HCU di Rumah Sakit Emma Mojokerto.
2. Tujuan Khusus
a. Standarisasi ruang yang meliputi struktur, design, sarana dan prasarana ruangan
HCU.
b. Standarisasi ketenagaan struktur, kebutuhan dan kualifikasi sumber daya manusia
yang meliputi perhitungan kebutuhan, kualifikasi, kompetensi dan lain-lain.
c. Standarisasi standar mutu pelayanan, pemantauan dan pelaporan.
d. Standarisasi sistem meliputi kebijakkan / SOP dan lain-lain.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang
membutuhkan pelayanan, pengobatan dan pemantauan secara ketat tanpa penggunaan alat
bantu (misalnya ventilator) dan terapi titrasi.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien dengan
kondisi stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih
memerlukan pengobatan, perawatan dan pemantauan secara ketat. Tujuannya ialah
agar bisa diketahui secara dini perubahan-perubahan yang membahayakan, sehingga
bisa dengan segera dipindah ke ICU untuk dikelola lebih baik lagi.
2. Pasien yang dimaksud pada point 1 tersebut adalah pasien yang memerlukan tingkat
pelayanan yang berada diantara ICU dan ruang rawat inap biasa artinya

2
tidak perlu perawatan ICU namun belum dapat dirawat di ruang rawat inap biasa
karena masih memerlukan pemantauan yang ketat.
3. Waktu penyelenggaraan pelayanan HCU berlangsung selama 24 jam sehari 7 hari
seminggu.
4. Ada 3 (tiga) tipe HCU, yaitu:
a. Separated/ conventional/ freestanding HCU adalah HCU yang berdiri sendiri
(independent), terpisah dari ICU.
b. Integrated HCU adalah HCU yang menjadi satu dengan ICU.
c. Paralel HCU adalah HCU yang terletak berdekatan (bersebelahan) dengan ICU.
HCU Rumah Sakit Emma Mojokerto termasuk Separated HCU.

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
4. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153 Tambahan Negara Republik Indonesia
Nomor 5072);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Propinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

3
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/ Menkes/ Per/ IV/ 2007 tentang Iziin Praktik
dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berikut ini adalah daftar kualifikasi SDM di unit kerja HCU, adapun daftar
kulifikasi ketenagaan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan distribusi tenaga kerja di unit HCU Rumah Sakit Emma Mojokerto
berdasarkan shift. Tenaga kerja diunit HCU saat ini berjumlah 3 orang yang
memegang tanggung jawab sebagai :
1. Dokter Ruangan : 1 orang
2. Kepala Instalasi : 1 orang
3. Perawat Pelaksana : 2 orang
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan tenaga kerja di Rumsh Sakit berdasarkan shift dibawah ini :
1. Karyawan shift
a. Shift Pagi : 07.00 sampai 14.00.
b. Shift Siang : 14.00 sampai 21.00.
c. Shift Malam : 21.00 sampai 07.00.
2. Dokter spesialis Anestesiologi siap 24 jam menangani kasus kegawatan HCU.
3. Dokter spesialis konsulen siap 24 jam menangani kasus kegawatan HCU.
4. Tenaga perawat siap 24 melayani kasus kegawatan HCU.
5. Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut :
a. Batas keterlambatan karyawan dalam satu bulan adalah 30 menit.
b. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberkan maka karyawan
tersebut akan mendapatkan evaluasi keisiplinan dari atasan langsung.
c. Apabila terjadi keterlambatan selama 3 bulan dalam satu tahun karyawan akan
diberikan surat peringatan.
d. Izin meninggalkan dinas maksimal adalah 3 jam dalam satu hari kerja dengan
persyaratan mengisi form izin meninggalkan dinas (IMD) yang ditanda
tangani oleh atasan langsung dan dapat dipertanggung jawabkan
kepentinganya.

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

RUANG TUNGGU
BED BED BED DOKTER
PASIEN PASIEN PASIEN PERAWAT

RUANG TUNGGU
PASIEN

6
B. Lokasi
HCU satu komplek dengan kamar bedah. Berdekatan dan atau mempunyai akses yang
mudah ke IGD, Laboratorium dan Radiologi.
1. Desain HCU yaitu :
a. Ruangan tertutup & tidak terkontaminasi dari luar.
b. Merupakan ruangan aseptic & ruangan antiseptic dengan dibatasi kaca- kaca.
c. Bangunan:
Terisolasi dilengkapi dengan :
1) Pasien monitor.
2) Ventilator.
3) AC.
4) Exhouse fan untuk mengeluarkan udara.
5) Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata.
6) Tempat cuci tangan yang dapat dibuka dengan siku & tangan di area
pasien.

Unit Terbuka :-
Unit Tertutup :-
Jarak antara tempat tidur : 2 meter
Outlet oksigen, : 1 untuk tiap tempat tidur
Stop Kontak : 4 / Tempat Tidur

7) Area Kerja
a) Suhu ruangan diusahakan 20-25° C, nyaman , energi tidak banyak
keluar.
b) Ruang Dokter dan Ruang Perawat.
c) Ruang Tempat buang kotoran.
d) Ruang tempat penyimpanan barang dan obat.
e) Ruang tunggu keluarga pasien.
8) Sumber air, Sumber listrik cadangan/ generator, emergency lamp.
9) Suction mobile.
10) Almari obat, troli dan alat kesehatan.
11) Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus.

7
12) Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.
13) Tempat dokter dan perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah
untukmengobservasi pasien

C. Standar Fasilitas
Ruang HCU di Rumah Sakit Emma Mojokerto dengan kapasitas 3 tempat tidur
Fasilitas dan Alat yang ada di Ruang HCU.
SESUAI DATA DARI RUMAH SAKIT
Setiap peralatan yang ada baik medis maupun non medis harus dilakukan
pemeliharaan, pebaikan dan kalibrasi alat agar perlatan dapat tetap terpelihara dan
dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
a. Tujuannya yaitu
1) Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan
tujuannya.
2) Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai yang
diinginkan
3) Agar pelalatan yang ada dapat tetap terpelihara dan siap digunakan.
4) Sebagai bahan informasi untuk perencanaan peremajaan peralatan medis
yang diperlukan.
b. Prosedur
1) Untuk perbaikan peralatan yang rusak ruang HCU, kepala ruangan harus
membuat permintaan perbaikan di dalalam program Rumah Sakit Emma
Mojokerto sebanyak 2 rangkap, dan diantar ke bagian sarana dan prasarana.
2) Pihak maintenance melihat alat yang rusak dan diperbaiki.
3) Setelah alat selesai diperbaiki oleh teknisi, alat dikembalikan ke Ruang
HCU.
4) Bila alat tidak dapat diperbaiki oleh maintenance internal, maka alat
diperbaiki oleh meinteneence luar.

8
BAB IV
KEBIJAKAN PELAYANAN

A. Kebijakan
1. Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang
membutuhkan pelayanan, pengobatan, dan pemantauan secara ketat dalam
penggunaan alat bantu (misalnya ventilator) dan terapi titrasi.
2. Ruang lingkup pemantauan yang harus dilakukan antara lain :
a. Tingkat kesadaran.
b. Fungsi pernapasan dan sirkulasi dengan inteval waktu minimal 4 (empat) jam
atau disesuaikan dengan keadaan pasien.
c. Oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara terus-menerus.
d. Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8 jam atau disesuaikan
dengan keadaan pasien.
3. Penentuan indikasi pasien yang masuk ke HCU dan pasien yang tidak dianjurkan
untuk dirawat di HCU kriteria sebagai berikut
a. Indikasi masuk
1) Pasien gagal organ tunggal yang berpotensi mempunyai resiko tinggi
untuk terjadi komplikasi.
2) Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan perioperatif.
b. Indikasi keluar
1) Pasien sudah stabil yang tidak lagi membutuhkan pemantauan ketat.
2) Pasien yang cenderung, memburuk, dan atau memerlukan pemantauan
adan alat bantu invasif sehingga perlu pindah ke ICU.
c. Yang tidak perlu masuk HCU
1) Pasien dengan fase terminar sesuai penyakit (kanker stadium akhir).
2) Pasien dengan indikasi ataupun (suspect) menular/infeksius (HCU RS EMMA
belum memiliki Ruang Isolasi)
3) Pasien / keluarga menolak untuk dirawat di HCU (atas dasar informed
consent).
Contoh Kasus Indikasi Masuk Berdasarkan Keluhan Sistem Organ
A. SITEM KARDIOVASKULER
1. Miokard infark dengan hemodinamika stabil.

9
2. Gangguan irama jantung dengan hemodinamika stabil.
3. Gangguan irama jantung yang memerlukan pacu jantung sementara
atau menetap dengan hemodinamika stabil.
4. Gagal jantung kongestif NYHA class I dan II.
5. Hipertensi Urgensi tanpa ada gagal organ target.
B. SISTEM PERNAFASAN
Gangguan pernafsan yang memerlukan fisioterapi yang intensif dan
agresif.
C. SISTEM SARAF
1. Cidera kepala sedang sampai berat atau stroke yang stabil dan
memerlukan pemeliharaan jalan nafas secara khusus, seperti hisap
lendir berkala.
2. Cedera sumsum tulang belakang bagian leher yang stabil.
D. SISTEM SALURAN PENCERNAAN
Perdarahan saluran cerna bagian atas tanpa hipotensi ortostatik dan respon
dengan pemberian cairan.
E. SISTEM KELENJAR BUNTU (ENDOKRIN)
DKA dengan infus insulin yang konstan.
F. PEMBEDAHAN
Pascabedah besar dengan hemodinamik stabil tapi masih memerlukan
resusitasi cairan.
G. KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
Pre eklamsia pada kehamilan atau pascapersalinan.

10
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata laksana pelayanan HCU


1. Kriteria masuk HCU
a. Pasien yang memerlukan pelayanan HCU sesuai indikasi adalah :
1) Pasien dari IGD.
2) Pasien dari Kamar Operasi atau kamar tindakan lain, seperti kamar
bersalin.
3) Pasien dari Ruang Rawat Inap.
b. Indikasi Masuk
1) Pasien gagal organ tunggal yang berpotensi mempunyai resiko tinggi
untuk terjadi komplikasi.
2) Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan perioperatif.
3) Kasus-kasus lain atas advis DPJP
c. Prosedur Masuk HCU
1) Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menginformasikan kepada
penanggung jawab pasien terkait kondidi pasien untuk masuk HCU.
2) Dokter atau perawat mengonsulkan keadaan umum pasien ke dokter
penanggung jawab HCU (dr. anastesi ).
3) Penangung jawab pasien di anjurkan untuk kebagian administrasi.
4) Perawat ruang HCU diinformasikan oleh bagian admission terkait dengan
masuk pasien ke HCU.
5) Memberikan pelayanan.
d. Indikasi keluar
1) Pasien sudah stabil yang tidak lagi membutuhkan pemantauan ketat.
2) Pasien yang cenderung, memburuk, dan atau memerlukan pemantauan
adan alat bantu invasif sehingga perlu pindah ke ICU.
e. Prosedur Keluar HCU
1) Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menginformasikan kepada
penanggung jawab pasien terkait kondisi pasien membaik dan layak
pindah ruangan.

11
2) Dokter atau perawat mengonsulkan keadaan umum pasien ke dokter
penanggung jawab HCU (dr. anastesi ) bahwa indikasi pindah ruang.
3) Penangung jawab pasien di anjurkan untuk kebagian administrasi.
4) Perawat ruang HCU diinformasikan oleh bagian admission terkait dengan
pindah kamar di rawat inap.
5) Memindahkan pasien dan Memberikan pelayanan di rawat inap.
f. Yang tidak perlu masuk HCU
1) Pasienn dengan fase terminal suatu penyakit ( seperti : kanker stadium
akhir ).
2) Pasien atau keluarga yang menolak untuk di rawat di HCU (atas dasar
“informed consent”).

12
BAB VI
LOGISTIK

A. Alat Tulis Kantor


Sesuai data rumah sakit
B. Alat Kesehatan
Sesuai data rumah sakit
C. Barang Inventaris
Sesuai data rumah sakit

13
BAB VIII
KESELAMATAN PASIEN
A. Definisi
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
C. Standar Pasien Saftey
Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan IRI / ICU adalah
ketepatan :
1. Label identitas tidak tepat apabila : Tidak terpasang, salah pasang, salah penulisan
nama, salah penulisan gelar (Ny/An), salah jenis kelamin.
2. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap: pasien yang masuk ke rawat inap
terpasang gelang identitas.
3. Konsul ke dokter via telpon menggunakan metode SBAR.
4. Medikasi ketepatan pemberian :
Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah obat, salah dosis, salah jenis, salah rute
pemberian, salah identitas pada etiket, salah pasien.
5. Ketepatan Transfusi :
Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah identitas pada permintaan, salah tulis
jenis produk darah, salah pasien.
6. Pasien jatuh :
Tidak ada kejadian pasien jatuh diruang HCU.

14
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
B. Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit Emma Mojokerto.
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja.
2. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerja.
3. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaanya menjadi bertambah.
C. Tata laksana keselamatan Kerja
Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi
yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien HCU dapat menularkan.
2. Menggunakan alat pelindung diri (APD) terutama bila terutama bila terdapat
kontak dengan spesimen yaitu : urine, darah, muntah dan secret.
3. Penggunaan APD saat tindakan medis.
4. Pelaksanaan hand hygien saat five moment .

15
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

A. Standar Pelayanan Minimal

1; Pemberi Pelayanan Intensif

Judul Pemberian Pelayanan Intensif

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan


pelayanan intensif

Definisi Operasional Pemberi pelayanan intensif adalah dokter spesialis,


dokter umum dan perawat yang mempunyai
kompetensi sesuai yang dipersyaratkan dalam
persyaratan kelas rumah sakit

Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali

Periode Analisa Tiga bulan sekali

Numerator Jumlah tim yang tersedia

Denominator Tidak ada

Sumber data High Care Unit

Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit


Standar
Penanggung Jawab pengumpulan data

16
Kepala instalsi Intensif

2; Ketersediaan Fasilitas dan Peralatan Ruang

Judul Ketersediaan Fasilitas dan peralatan Ruang

Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas

Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan rumah sakit untuk


memberikan pelayanan High Care Unit

Definisi Operasional Fasilitas dan peralatan pelayanan intensif adalah


ruang, mesin, dan peralatan yang harus tersedia
untuk pelayanan intensif baik sesuai dengan
persayaratan kelas rumah sakit

Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali

Periode Analisa Tiga bulan sekali

Numerator Jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan pelayanan


High Care Unit.

Denominator Tidak ada

Sumber Data Inventaris ruangan

Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit

Penanggung jawab pengumpulan data Kepala instalasi ruangan

17
3. Ketersedian tempat tidur dengan monitoring dan ventilator

Judul Ketersediaan tempat tidur dengan Monitoring


dan ventilator

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan rumah sakit untuk


memberikan pelayanan

Definisi Operasiinal Tempat tidur ruang intensif adalah tempat tidur yang
dapat diubah posisi yang dilengkapi monitoring dan
Ventilator

Frekuensi Pengumpulan data Tiga bulan sekali

Periode Analisa Tiga bulan sekali

Numerator jumlah tempat tidur yang dilengkapi dengan


peralatan monitoring dan ventilator

Denominator Tidak ada

Sumber data Inventaris ruangan

Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit

Penanggung jawab pengumpulan data Kepala instalasi ruangan

4; Kepatuhan terhadap Hand Hygien

18
Judul Kepatuhan terhadap hand hygien

Dimensi mutu Keselamatan

Tujuan Menjamin hygien dalam melayani pasien diruang

Intensif

Definisi Operasional Hand hygien adalah prosedur cuci tangan sesuai


dengan ketentuan

Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulan sekali

Periode Analisa Tiga bulan sekali

Numerator Jumlah perawat yang diamati dan memenuhi


prosedur hand hygien

Denomiantor : jumlah perawat yang diamati


Sumber data : 100%
Standar : sesuai kelas rumah sakit
Penanggung jawab pengumpul data : kepala instalasi

19
BAB X
PENUTUP

Petunjuk teknis penggunaan High Care Unit ini disusun dalam rangka
memberikan acuan bagi Rumah Sakit Emma Mojokerto dalam menyelenggarakan
pelayanan yang bermutu, aman, efektif dan efisien dengan mengutamakan
keselamatan pasien. Pedoman pelayanan ini mempunyai peranan yang penting
sebagai pedoman, sehingga mutu pelayanan yang di berikan kepada pasien dapat terus
meningkat.
Penyusunan Pedoman Pelayanan High Care Unit ini adalah suatu langkah
awal kesuatu proses yang panjang, sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama
dari berbgai pihak dalam penerapannya untuk mencapai tujuan

20
21

Anda mungkin juga menyukai