DisusunOleh :
Kelompok 1
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan
senantiasa memberikan petunjuk – Nya kepada kita, sehingga kami bisa merasakan rahmat,
nikmat, sehat, dan kelancaran dalam pembuatan makalah tentang “Toksikologi Logam
Berat” pembahasan sebagai tugas dalam mata kuliah Toksikologi Lingkungan.
Tugas yang kami susun ini sebagai pembelajaran bagi kami sekaligus sebagai syarat
untuk memperoleh nilai yang diharapkan, semoga dalam pemaparan nanti penyimak bisa
memahami dan mengerti tentang “Toksikologi Logam Berat”.Sehingga makalah yang kami
susun ini bermanfaat bagi semua pihak.
Namun kami sadar bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna besar harapan kami kepada semua pihak jika terdapat kesalahan atau
penyimpangan semoga bisa memberikan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pengampuh mata kuliah
Toksikologi Lingkungan dan kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan
bantuan sehingga kami bisa menyusun makalah ini tepat waktu.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang beratnya lebih
dari 5g untuk setiap cm 3-nya. Beberapa jenis logam berat bersifat esensial tetapi dapat
menjadi toksik bila berlebihan, misalnya besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn) yang
merupakan logam yang terikat sistem enzim untuk metabolisme tubuh. Beberapa jenis
logam berat lainnya bersifat nonesensial dan bersifat toksik dalam jumlah yang sangat
sedikit, misalnya arsen (As), timbel (Pb), kadmium (Cd) dan merkuri (Hg). Logam esensial
yang sering menyebabkan toksisitas pada manusia adalah besi (Fe), sedangkan tembaga (Cu)
banyak menyebabkan toksisitas pada herwan atau ternak dan Zn banyak menyebabkan
toksisitas pada tanaman. Di lain pihak kasus defisiensi Fe, Cu dan Zn sering dilaporkan pada
manusia, sedangkan kasus toksisitas logam tersebut banyak dilaporkan bersifat individu.
Logam berat esensial yang penting dan banyak dilaporkan menyebabkan penyakit defisiensi
dan toksisitas adalah Fe, Cu, dan Zn. Logam lain seperti Mn, Co, dan logam berat esensial
lainnya jarang dilaporkan menyebabkan penyakit. Logam Fe, Cu, dan Zn keberadaannya
dalam tubuh saling terkait dan berinteraksi, misalnya bila kekurangan salah satu
logam tersebut akan meningkatkan adsorbsi logam lainnya
b. Pengertian Logam
Dalam kimia, sebuah logam (bahasa Yunani: Metallon) adalah sebuah unsur
kimia yang siap membentuk kation . Logam adalah salah satu dari tiga kelompok unsur yang
dibedakan oleh sifat ionisasi dan ikatan, bersama dengan metaloid dan nonlogam.Logam
merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai alat-alat yang
berperan penting dalam sejarah peradaban manusia .
Pada industri angkasa luar dan profesi kedokteran dibutuhkan bahan yang kuat, tahan karat,
dan bersifat noniritin, seperti aloi titanium. Sebagian jenis logam merupakan unsur penting
karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimiawi. Pada zaman dahulu, logam
tertentu seperti tembaga, besi, dan timah digunakan untuk membuat peralatan,
perlengkapan mesin, dan senjata.
Secara umum logam mulia berarti logam-logam termasuk paduannya yang biasa dijadikan
perhiasan, antara lain emas, perak, perunggu dan platina. Logam-logam tersebut memiliki
warna yang bagus, tahan karat, lunak dan terdapat dalam jumlah yang sedikit di alam,
sehingga harganya mahal. Emas dan perak memiliki sifat penghantar listrik yang sangat baik
sehingga banyak dipakai untuk melapisi konektor-konektor pada perangkat elektronik.
Kemampuan logam untuk meregang apabila ditarik disebut duktilitas. Kemampuan logam
meregang dan menghantarkan listrik dimanfaatkan untuk membuat kawat atau kabel,
contohnya tembaga. Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa disebut maleabilitas.
Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa dimanfaatkan untuk membuat berbagai
macam jenis barang, misalnya golok, pisau, cangkul, dan lain-lain.
d. Jenis-jenis logam
1. Logam berat (besi, nikel, khrom, tembaga, timah hitam, timah putih, timah, dan seng).
2. Logam ringan (alumunium, magnesium, titanium, kalsium, kalium, natrium, dan barium).
3. Logam mulia (emas, perak, dan platina).
4. Logantahan api (wolfram, titanium, sirkonium, dan molibden).
e. Logam Berat
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3,
terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap
unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7. logam berat
adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam berat dan metaloid yang
densitasnya lebih besar dari 5 g/cm3
Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis.
· Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu
sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat
menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain
sebagainya.
· Jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam
tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd,
Pb, Cr dan lain-lain
Beberapa dari logam berat berdampak negatif terhadap tubuh manusia misalnya
timbulnya beberapa penyakit berbahaya. Contohnya saja pada logam berat Merkuri (Hg),
dewasa ini penggunaan merkuri sangat marak diberbagai produk kosmetik dengan tujuan
agar kulit si pemakai akan tampak putih. Padahal tidak demikian, Hydragyrum/Merkuri jika
masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan dampak yang sangat berbahaya, misalnya Kulit
akan menjadi lebih gelap dan kusam (ketika kosmetik dihentikan pemakaiannya), keguguran,
dan lebih parahnya akan mengakibatkan kanker kulit.
Logam berat akan lebih berbahaya apabila telah tercemar ke lingkungan, misalnya
pencemaran logam berat terhadap air. Jenis logam berat yang bisa mencemari air itu salah
satunya Cd (Cadmium), Cadmium tercemar dalam air akibat dari proses pertambangan,
buangan industri, dan pengelasan logam. Air menjadi tidak layak konsumsi lagi karena sudah
tercemar oleh logam berat, apabila dikonsumsi akan berakibat fatal terhadap tubuh misalnya
timbul tekanan darah tinggi, kerusakan jaringan ginjal testibuler, dan kerusakan sel-sel darah
merah. Sedangkan untuk kerusakan lingkungan akan berdampak terhadap kehidupan air
A. Logam
Dalam kimia, sebuah logam atau metal (bahasa Yunani: Metallon) adalah
sebuah unsur kimia yang siap membentuk ion (kation) dan memiliki ikatan logam, dan
kadangkala dikatakan bahwa ia mirip dengan kation di awan elektron. Metal adalah salah satu
dari tiga kelompok unsur yang dibedakan oleh sifat ionisasi dan ikatan, bersama
dengan metaloiddan nonlogam. Dalam tabel periodik, garis diagonal digambar dari boron(B)
ke polonium (Po) membedakan logam dari nonlogam. Unsur dalam garis ini adalah metaloid,
kadangkala disebut semi-logam; unsur di kiri bawah adalah logam; unsur ke kanan atas
adalah nonlogam (Anonim, 2013).
Logam didefinisikan sebagai unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat: liat, kuat,
keras, penghantar listrik dan panghantar panas, mengkilap dan pada umumnya mempunyai
titik cair yang tinggi. Untuk mengklasifikasikan logam dapat ditinjau dan bermacam-macam
keadaan logam, sifat dan kegunaannya, logam dikelompokkan menjadi:
1. Logam berat.
Logam berat yaitu logam yang mempunyai massajenis lebih dan 5 kg/dm, logam
tersebut yaitu: Besi, Nikel, Crome, Tembaga, Timah hitam, Timah putih, Seng.
2. Logam ringan.
Logam ringan yaitu logam yang mempunyai massajenis kurang dan 5 kg/dm, logam
tersebut yaitu: aluminium, magnesium, titanium, kalsium, kalium, natrium, dan barium.
3. Logam mulia.
Logam mulia adalah logam yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, digunakan untuk
keperluan khusus, misalnya untuk alat tukar (uang), perhiasan dan asesoris lainnya. Logam
mulia tersebut yaitu: emas, perak, dan platina.
Definisi
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3
Dapat juga dikarenakan sifat toksiknya. Unsur-unsur logam berat adalah unsur yang
mempunyai nomor atom dari 22 sampai 92 yaitu sejumlah unsur seperti merkuri (Hg), arsen
(As), timbal (Pb).
1.1.Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia. Selain itu
toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan,
manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja
efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari
kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam
kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi
lingkungan dan ekotoksikologi.
1. Pengertian toksikologi ?
2. Klasifikasi Toksisitas logam?
3. mekanisme toksisitas logam berat?
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut ILO toksikologi adalah : “interdiciplinary science concern with the working and
living environment”, sehingga dikenal juga cabang keilmuan lain seperti “Industrial
Toxicology“, “Neuro behavioural Toxicology“,“Clinical Toxicology”, “Environmental
Toxicology”.
Toksisitas logam adalah terjadinya keracunan dalam tubuh manusia yang diakibatkan
oleh bahan berbahaya yang mengandung logam beracun. Zat-zat beracun dapat masuk ke
dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kulit, danmulut. Pada umumnya, logam terdapat di
alam dalam bentuk batuan, bijih tambang, tanah, air, dan udara.[2] Macam-macam logam
beracun yaituraksa/merkuri (Hg), kromium (Cr), kadmium (Cd), arsene (As), dan timbal
(Pb).[3] Walaupun kadar logam dalam tanah, air, dan udara rendah, namun dapat meningkat
apabila manusia menggunakan produk-produk dan peralatan yang mengandung logam,
pabrik-pabrik yang menggunakan logam, pertambangan logam, dan pemurnian
logam.[3] Contohnya penggunaan 25.000-125.000 ton raksa per tahun pada pabrik
termometer, spigmanometer, barometer, baterai,saklar elektrik, dan peralatan elektronik.[2]
Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat
ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam
jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn,
Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial
atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau
bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain.
Logam berat adalah bahan-bahan alami yang berasal dan termasuk bahan penyusun
lapisan tanah bumi. Logam berat tidak dapat diurai atau dimusnahkan. Logam berat dapat
masuk ke dalam tubuh mahluk hidup melalui makanan, air minum, dan udara. Logam berat
berbahaya karena cenderung terakumulasi di dalam tubuh mahluk hidup. Laju akumulasi
logam-logam berat ini di dalam tubuh pada banyak kasus lebih cepat dari kemampuan tubuh
untuk membuangnya. Akibatnya keberadaannya di dalam tubuh semakin tinggi, dan dari
waktu ke waktu memberikan dampak yang makin merusak.
Logam adalah unsur alam yang dapat diperoleh dari laut, erosi batuan tambang,
vulkanisme dan sebagainya (Clark, 1986). Umumnya logam-logam di alam ditemukan dalam
bentuk persenyawaan dengan unsur lain, sangat jarang yang ditemukan dalam elemen
tunggal. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar tidak selalu berbentuk padat melainkan ada
yang berbentuk cair, misalnya merkuri (Hg). Dalam badan perairan, logam pada umumnya
berada dalam bentuk ion-ion, baik sebagai pasangan ion ataupun dalam bentuk ion-ion
tunggal. Sedangkan pada lapisan atmosfir, logam ditemukan dalam bentuk partikulat, dimana
unsur-unsur logam tersebut ikut berterbangan dengan debu-debu yang ada di atmosfir (Palar,
2004). Menurut Palar (2004) melihat bentuk dan kemampuannya setiap logam haruslah
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Berbeda dengan logam biasa, logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum
untuk kelompok logam berat dan metaloid yang densitasnya lebih besar dari 5 g/cm3
(Hutagalung et al., 1997). Dalam perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk
terlarut dan tidak terlarut. Logam berat terlarut adalah logam yang membentuk komplek
dengan senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut
merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal yang
teradsorbsi pada partikel-partikel yang tersuspensi (Razak, 1980).
Sifat logam berat sangat unik, tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung
terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Pencemaran logam berat
ini menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya:
Klasifikasi toksisitas sangat bervariasi, misalnya berdasarkan sifat fisik, pengaruh terhadap
tubuh, lama terjadinya pemajanan atau pada tingkat efek racunnya. Menurut sifat fisiknya
dikenal :
Gas : tidak berbentuk, mengisi ruangan pada suhu & tekanan normal, tidak terlihat, tidak
berbau pada konsentrasi rendah, dan dapat berubah menjadi cair/padat dengan perubahan
suhu dan tekanan
Uap : bentuk gas dari zat yang dalam keadaan biasa berwujud cair atau padat,
tidak kelihatan dan berdifusi keseluruhan ruangan.
Debu : partikel zat padat yang terjadi oleh karena kekuatan alami atau mekanis.
Kabut : titik cairan halus di udara yang terjadi akibat kondensasi bentuk uap atau dari
tingkat pemecahan zat cair atau menjadi tingkat dispersi, melalui cara tertentu.
Fume : partikel zat padat yang terjadi oleh kondensasi bentuk gas, biasanya setelah
penguapan benda padat yang dipijarkan.
Asap : partikel zat karbon yang berukuran kurang dari 0,5 mikron, sebagai akibat
pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung karbon.
Awan : partikel cair sebagai hasil kondensasi fase gas ukuran partikelnya antara
0,1mikron.
Sifat - sifat fisik zat dapat pula digolongkan menjadi padat (padat biasa, fume, asap,
debu), cair (cair biasa, awan, kabut) dan gas (uap, gas). Sedang bahan kimia di udara menurut
sifatnya dapat dibedakan menjadi :
Bahan partikel yang bersifat : perangsang (kapas, sabun, bubuk beras), toksik (Pb, As,
Mn), fibrosis (Kwarts, asbes), allergen (tepung sari, kapas), menimbulkan demam (Fume,
Zn O), inert (Alumunium, kapas).
Bahan non partikel yang bersifat : asfiksian (metan, helium), perangsang (amoniak, Hcl,
H2S), racun anorganik, organik (TEL, As, H3), mudah menguap yang : berefek anesthesi
(Trichloroetilen), merusak alat dalam (C C14), merusak darah (Benzene), merusak saraf
(Parathion).
Menurut lama terjadinya pemajanan, dapat dibedakan dalam akut, contoh kecelakaan
kerja/keracunan mendadak, subkronik misalnya proses kerja dengan bahan kimia selama 1
tahun/lebih atau kronik misal bekerja untuk jangka waktu lama dengan bahan kimia.
Kasus-kasus keracunan yang disebabkan oleh logam berat, sering terjadi pada orang-
orang yang bekerja dalam bidang industri, di laboratorium, bidang pertanian dan
pembangunan. Peristiwa keracuanan itu biasanya di sebabkan oleh kelalaian penderita
ataupun oleh kecelakaan kerja.
Keracunan akut yang disebabkan oleh logam-logam berat yang berkenaan dengan
lingkungan kerja dapat dicontohkan sebagai berikut : Keracuanan dalam bidang industri,
biasanya terjadi sebagai akibat dari kecelakaan, misalnya peledakan pipa dan tangki,
kebocoran yang tiba-tiba dari uap logam, selain itu kerusakan sistem ventilasi. Terhirupnya
uap logam-logam yang berkosentrasi tinggi akan menyebabkan iritasi pada jalan pernafasan
dan bila dibiarkan akan sampai keparu-paru. Pada keracunan akut, kosentrasi tinggi ini dapat
mengakibatkan kematian secara seketika. Sebagai contoh, keracunan yang disebabkan oleh
logam merkuri. Keracunan merkuri secara kronis banyak ditemukan pada pekerja-pekerja
pertambangan emas karena untuk memurnikan emas menggunakan merkuri. Merkuri dalam
hal ini digunakan untuk menarik butiran-butiran emas dari batuan yang telah diproses. Uap
merkuri yang masuk lama kelaman akan mengendap atau menumpuk dalam tubuh. Jika
semakin banyak akan mulai menimbulkan gejala-gejala keracunan.
2.4. Toksisitas logam berat di lingkungan
1. Timbal(Pb)
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam. Dalam bahasa
ilmiahnya dinamakan Plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan Pb. Logam ini termasuk
kedalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia.
Mempunyai unsur atom (NA)82 dengan bobot atau berat atom (BA)207,2 (Anonim a, 2013).
Timbal merupakan bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi. Timbal (Pb)
dimanfaatkan manusia untuk bahan pembuat baterai, membuat amunisi, produk logam
(logam lembaran, solder, dan pipa), perlengkapan medis (penangkal radiasi dan alat bedah),
cat, keramik, peralatan kegiatan ilmiah/praktek (papan sirkuit (CB) untuk computer) untuk
campuran minyak bahan-bakar untuk meningkatkan nilai oktan (Wardhayani, 2006)
Logam timbal (Pb) merupakan logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman
serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb
ini adalah sering menyebabkan keracunan. Logam Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan, makanan, dan minuman. Accidental poisoning seperti termakannya senyawa
timbal dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan gejala keracunan timbal seperti iritasi
gastrointestinal akut, rasa logam pada mulut, muntah, sakit perut, dan diare. Pb dapat
mempengaruhi sistem saraf, inteligensia, dan pertumbuhan. Pb di dalam tubuh menyebabkan
hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim. Efek logam Pb pada kesehatan manusia adalah
menimbulkan kerusakan otak, kejang-kejang, gangguan tingkah laku, dan bahkan kematian.
Pada pengamatan yang dilakukan terhadap para pekerja yang bekerja menangani
senyawa Pb, tidak ditemukan keracunan kronis yang berat. Gejala keracunan kronis ringan
yang ditemukan berupa insomnia dan beberapa macam gangguan tidur lainnya, sedangkan
gejala pada kasus keracunan akut ringan berupa penurunan tekanan darah dan berat badan.
Keracunan akut yang cukup berat dapat mengakibatkan koma bahkan kematian. Meskipun
jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat
berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap
fungsi organ yang tedapat dalam tubuh.
Keracunan timbal akut jarang terjadi. Keracunan timbal akut secara tidak sengaja yang
pernah terjadi adalah karena timbal asetat. Gejala keracunan akut mulai timbul 30 menit
setelah meminum racun. Berat ringannya gejala yang timbul tergantung pada dosisnya.
Keracunan biasanya terjadi karena masuknya senyawa timbal yang larut dalam asam atau
inhalasi uap timbal. Efek adstringen menimbulkan rasa haus dan rasa logam disertai rasa
terbakar pada mulut. Gejala lain yang sering muncul ialah mual, muntah dengan muntahan
yang berwarna putih seperti susu karena Pb Chlorida dan rasa sakit perut yang hebat. Lidah
berlapis dan nafas mengeluarkan bau yang menyengat. Pada gusi terdapat garis biru yang
merupakan hasil dekomposisi protein karena bereaksi dengan gas Hidrogn Sulfida. Tinja
penderita berwarna hitam karena mengandung Pb Sulfida, dapat disertai diare atau
konstipasi. Sistem syaraf pusat juga dipengaruhi, dapat ditemukan gejala ringan berupa
kebas dan vertigo. Gejala yang berat mencakup paralisis beberapa kelompok otot sehingga
menyebabkan pergelangan tangan terkulai ( wrist drop ) dan pergelangan kaki terkulai (foot
drop).
Keracunan timbal dalam bentuk kronis lebih sering terjadi dibandingkan keracunan akut.
Keracunan timbal kronis lebih sering dialami para pekerja yang terpapar timbal dalam bentuk
garam pada berbagai industri, karena itu keracunan ini dianggap sebagai penyakit industri.
seperti penyusun huruf pada percetakan, pengatur komposisi media cetak, pembuat huruf
mesin cetak, pabrik cat yang menggunakan timbal, petugas pemasang pipa gas. Bahaya dan
resiko pekerjaan itu ditandai dengan TLV 0,15 mikrogram/m3, atau 0,007 mikrogram/m3 bila
sebagai aerosol. Keracunan kronis juga dapat terjadi pada orang yang minum air yang
dialirkan melalui pipa timbal, juga pada orang yang mempunyai kebiasaan menyimpan Ghee
(sejenis makanan di India) dalam bungkusan timbal. Keracunan kronis dapat mempengaruhi
system syaraf dan ginjal, sehingga menyebabkan anemia dan kolik, mempengaruhi fertilitas,
menghambat pertumbuhan janin atau memberikan efek kumulatif yang dapat muncul
kemudian.
1. Absorbsi
Pajanan timbal (Pb) dapat berasal dari makanan, minuman, udara, lingkungan umum, dan
lingkungan kerja yang tercemar timbal (Pb). Pajanan non okupasional biasanya melalui
tertelannya makanan dan minuman yang tercemar timbal (Pb). Pajanan okupasional melalui
saluran pernapasan dan saluran pencernaan terutama oleh timbal (Pb) karbonat dan timbal
(Pb) sulfat. Masukan timbal (Pb) 100 hingga 350 mikrogram/hari dan 20 mikrogram/hari
diabsorbsi melalui inhalasi uap timbal (Pb) dan partikel dari udara lingkungan kota yang
polutif (DeRoos, 1997 dalam Ardyanto, 2005.).
Timah hitam dan senyawanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan
dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui kulit sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh timbal (Pb) tergantung oleh ukuran partikelnya.
Partikel yang lebih kecil dari 10 mikrogram dapat tertahan di paruparu, sedangkan partikel
yang lebih besar mengendap di saluran nafas bagian atas. Absorbsi timbal (Pb) melalui
saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar, dan
pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di nasofaring, saluran trakeobronkhial, dan alveolus.
Deposisi tergantung pada ukuran partikel timbal (Pb) volume pernafasan dan daya larut.
Partikel yang lebih besar banyak di deposit pada saluran pernafasan bagian atas dibanding
partikel yang lebih kecil (DeRoos 1997, dan OSHA, 2005 dalam Ardyanto, D, 2005.).
Pembersihan mukosiliar membawa partikel di saluran pernafasan bagian atas ke nasofaring
kemudian di telan.
Rata-rata 10–30% Pb yang terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 5-10%
dari yang tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna (Palar, 1994). Fungsi pembersihan
alveolar adalah membawa partikel ke ekskalator mukosiliar, menembus lapisan jaringan paru
kemudian menuju kelenjar limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40% timbal (Pb) yang di
absorbsi melalui saluran pernapasan akan masuk ke aliran darah. Masuknya timbal (Pb) ke
aliran darah tergantung pada ukuran partikel daya larut, volume pernafasan dan variasi faal
antar individu (Palar, 1994).
Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95%
timbal (Pb) dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian timbal (Pb) plasma dalam bentuk yang
dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool timbal (Pb) tubuh lainnya
dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistim saraf, ginjal, hati) dan ke
jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi) (Palar, 1994). Gigi dan tulang panjang
mengandung timbal (Pb) yang lebih banyak dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi dapat
terlihat lead line yaitu pigmen berwarna abu abu pada perbatasan antara gigi dan gusi
(Goldstein & Kipen, 1994 dalam Ardyanto, 2005.). Hal itu merupakan ciri khas keracunan
timbal (Pb). Pada jaringan lunak sebagian timbal (Pb) disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak,
dan kulit. Timah hitam yang ada dijaringan lunak bersifat toksik.
3. Ekskresi
Ekskresi timbal (Pb) melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan
saluran cerna. Ekskresi timbal (Pb) melalui urine sebanyak 75–80%, melalui feces 15% dan
lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku (Palar,1994). Ekskresi timbal (Pb)
melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan
kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi empedu. Sedangkan
Proses eksresi timbal (Pb) melalui ginjal adalah melalui filtrasiglomerulus.
Efek Pb terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan kerja
dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala
kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, dan pusing. Efek
timbal terhadap kecerdasan anak memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat pajanan
rendah. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20
μg/dl dapat mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.
b) Efek Sistemik
Kandungan Pb dalam darah yang terlalu tinggi (toksitas Timbal yakni di atas 30 ug/dl)
dapat menyebabkan efek sistemik lainnya adalah gejala gastro-intestinal. Keracunan timbal
dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat
badan. Pb juga dapat meningkatkan tekanan darah. Intinya timbal ini dapat merusak fungsi
organ.
Pajanan Pb pada wanita di masa kehamilan telah dilaporkan dapat memperbesar resiko
keguguran, kematian bayi dalam kandungan, dan kelahiran prematur. Pada laki-laki, efek Pb
antara lain menurunkan jumlah sperma dan meningkatnya jumlah sperma abnormal.
d) Pada Tulang
Pada tulang, ion Pb2+ logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium)
yang terdapat pada jaringan tulang. Konsumsi makanan tinggi kalsium akan mengisolasi
tubuh dari paparan Pb yang baru (Winarno 1993).
· PENCEGAHAN
Terkena timbal di tempat kerja bisa di cegah dengan mengurangi jumlah kontak
timbal dengan pekerja. Semua karyawan di timbal industry harus menyediakan petunjuk
perencanaan kontak dengan timbal untuk mengurangi terkenanya timbal kepada pekerja
mereka (WorkSafe BC 2006). Selanjutnya, tanda harus di pasang di tempat kerja yang
mengandung material yang berbahaya sebagai peringatan kepada pekerja tentang daerah yang
memiliki potensial bahaya. Di tambah lagi, pekerja harus selalu mengenakan peralatan
kemanan dan memastikan peralatan tersebut aman dan berada pada kondisi yang bagus.
Terkena debu dan uap harus di kurangi di tempat kerja (DHS 2010). Juga perlu untuk
majikan menyediakan training dan informasi untuk bekerja dengan aman dengan timbal
dalam segala kondisi apakah dalam keadaan darurat atau tidak (HSE UK 2009). Juga,
majikan diminta untuk memonitor kualitas udara dalam rangka untuk menentukan kadar
terkena timbal di lingkungan kerja. Jika kualitas udara di tempat kerja mengandung timbal
diatas 30 microgram per cubic meter (ug/m3), majikan harus menyediakan tes kesehatan,
termasuk didalamnya test kandungan timbal dalam darah setiap enam bulan sekali (diizinkan
di tempat kerja kontak dengan timbal di bawah 50 ug/m3). Jika majikan memiliki kadar
timbal dalam darah tinggi, majikan harus memindahkan pekerja tersebut untuk bekerja di
daerah yang tidak berhubungan dengan timbal. Dan menjamin pekrja tersebut memperoleh
haknya sama dengan pekerjaan mereka (DHS 2010).
2) Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) ini pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuan Jerman bernama
Friedric Strohmeyer pada tahun 1817. Logam Cd ini ditemukan dalam bebatuan calamine
(seng karbonat). Nama Kadmium sendiri diambil dari nama latin “calamine” yaitu “cadmia”.
Kadmium hampir selalu ditemukan dalam jumlah yang kecil dalam bijih-bijih Seng, seperti
sphalerite (ZnS). Greenocite (CdS) merupakan mineral satu-satunya yang mengandung
Kadmium. Hampir semua Kadmium diambil sebagai hasil produksi dalam persiapan bijih-
bijih Seng, Tembaga dan Plumbum.
Logam berat ini bergabung bersama Timbal dan Merkuri sebagai the big three heavy
metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia. Menurut badan dunia
FAO/WHO, konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400-500 μg per
orang atau 7 μg per kg berat badan. Kadmium juga berefek pada potensial membran alga sel
chara.
Kadmium merupakan suatu logam sangat beracun yang secara umum dijumpai di tempat
kerja industri. Karena batas yang diperbolehkan rendah, pajanan berlebih dapat terjadi
bahkan dalam situasi di mana jumlah kadmium sangat kecil (renik) ditemukan. Kadmium
digunakan secara luas dalam electroplating, meskipun sifat operasi umumnya tidak
menyebabkan pajanan yang berlihan.
Kadmium juga dijumpai dalam beberapa industri cat dan mungkin terdapat bahaya ketika
disemprotkan. Operasi meliputi penghilangan cat kadmium melalui penyerapan atau
peledakan dapat menimbulkan bahaya yang signifikan.
Kadmium juga terdapat dalam pembuatan beberapa jenis baterai. Eksposur terhadap
kadmium dibahas dalam standar khusus untuk industri umum, pekerjaan galangan kapal,
industri konstruksi, dan industri pertanian.
3) Merkuri(Hg)
Merkuri (Hg) atau air raksa adalah logam yang berwarna keperakan, berbentuk cairan
tak berbau, dan mengkilap. Hg mempunyai bentuk kimiawi yang berbeda-beda dalam
menimbulkan keracunan pada mahluk hidup sehingga menimbulkan gejala yang berbeda
pula. Toksisitas Hg dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu toksisitas organik dan
anorganik. Senyawa tersebut sangat stabil dalam proses metabolisme dan mudah
menginfiltrasi jaringan yang sukar ditembus, misalnya otak dan plasenta. Senyawa tersebut
mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible, baik pada orang dewasa maupun anak.
Toksisitas Hg anorganik menyebabkan penderita biasanya mengalami tremor. Jika terus
berlanjut dapat menyebabkan pengurangan pendengaran, penglihatan, atau daya ingat.
Merkuri adalah logam berat secara alami yang terdapat di alam dan semakin besarnya
emisi di alam akibat proses industrialisasi karena merkuri (Hg) sangat besar manfaatnya.
Sedangkan keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta seyawa kimia toksik, dan lain (Sartono,2002 : 5). Bebagai
industri sekarang ini banyak menggunakan merkuri dalam proses produksinya. Terlepas dari
itu semua, merkuri tetap berbahaya bagi manusia bahkan dikatan bersifat sangat toksik.
Pada penelitian yang dilakukan Husodo, dkk (2005) di Desa Kalirejo Provinsi D.I
Yogyakarta, menemukan bahwa pertambangan emas di wilayah tersebut yang hasil
pemeriksaan darahnya mengandung merkuri ternyata juga menunjukkan keluhan-keluhan
seperti tremor, sakit kepala, mual, pelupa, diare dan sebagainya. Yang mana telah dijelaskan
dalam bab sebelumnya mengenai gejala-gejala keracunan merkuri baik akut maupun kronis.
gejala-gejala keracunan merkuri tampaknya dialami oleh pertambangan dan penduduk sekitar
lokasi penambangan. adanya keluhan-keluhan pada penambang dan penduduk sekitar
disebabkan oleh merkuri. Hal ini karena hasil pemeriksaan darah menunjukkan bahwa
pertambangan emas yang darahnya mengandung merkuri sekitar 76,92% dibandingkan
dengan penduduk yang sampel darahnya mengandung merkuri sekitar 56,18 %
(Husodo.dkk,2005).
Selain pada bidang pertambangan emas, kasus kontaminasi merkuri (Hg) juga terjadi
di bidang kedokteran dalam hal ini adalah kedokteran gigi. Pada kasus ini, mekuri (Hg)
digunakan sebagai bahan tambal amalgam gigi dan peneliti ingin melihat hubungan tambal
amalgam gigi dengan kadar merkuri (Hg) dalam urin. Dalam pembahasannya, terlihat bahwa
pasien dengan kadar merkuri atau air raksa (Hg) dalam urin > 4 µg/L sebanyak 92,5%, yang
menunjukkan dari seluruh responden hampir semuanya sudah terancam penyakit yang
diakibatkan oleh kadar merkuri dalam tubuh (Soemadi).
Keracunan akut yang disebabkan oleh logam merkuri umumnya terjadi pada pekerja-
pekerja industri, pertambangan, dan pertanian, yang menggunakan merkuri sebagai bahan
baku, katalis dan pembentuk amalgam atau pestisida. Keracunan akut yang ditimbulkan oleh
logam merkuri dapat diketahui dengan mengamati gejala-gejala berupa : Peradangan pada
tekak (pharyngitis), dyspaghia, rasa sakit pada bagian perut, mual-mual dan muntah, murus
disertai dengan darah dan shok. Bila gejala-gejala awal ini tidak segera diatasi, penderita
selanjutnya akan mengalami pembengkakan pada kelenjar ludah, radang pada ginjal
(nephritis), dan radang pada hati (hepatitis).
Keracunan kronis terjadi secara perlahan dan berlangsung dalam selang waktu yang
panjang. Penderita keracunan kronis biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah
menumpuk sejumlah racun dalam tubuh mereka, sehingga pada batas daya tahan yang
dimiliki tubuh, racun yang telah mengendap dalam selang waktu yang panjang tersebut
bekerja. Pengobatan akan menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Keracunan kronis yang
disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya sama dengan keracunan akut, yaitu melalui
jalur pernafasan dan makanan. Akan tetapi pada peristiwa keracunan kronis, jumlah merkuri
yang masuk sangat sedikit sekali sehingga tidak memperlihatkan pengaruh pada tubuh.
Namun demikian masuknya merkuri ini berlangsung secara terus-menerus. Sehingga lama
kelamaan jumlah merkuri yang masuk dan mengendap dalam tubuh menjadi sangat besar dan
melebihi batas toleransi yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat.
Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ tubuh yang paling sering
mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem pencernaan dan sistem syaraf. Radang
gusi (gingivitis) merupakan gangguan paling umum yang terjadi pada sistem pencernaan.
Radang gusi pada akhirnya akan merusak jaringan penahanan gigi, sehingga gigi mudah
lepas. Tanda-tanda seorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat pada organ
mata. Biasanya pada lensa mata penderita terdapat warna abu-abu sampai gelap atau abu-abu
kemerahan yang semua itu dapat dilihat dengan mikroskop mata. Di samping itu, gejala
keracunan kronis merkuri yang lainnya dapat berupa anemia ringan pada darah.
· PENCEGAHAN
Bila memungkinkan, merkuri hendaknya dikelola dalam sistem bersekat rapat dan
higine yang ketat hendaknya ditekankan di tempat kerja. Lebih lanjut, penting pula dicegah :
3. Infiltrasi merkuri pada retakan dan celah-celah lantai atau meja kerja (ini menyebabkan
penguapan yang berlangsung lama).
Uap merkuri dan debu yang mengandung senyawa merkuri hendaknya ditekan dengan
langkah-langkah pengendalian teknis. Pada keadaan darurat termasuk pajanan terhadap kadar
merkuri yang tinggi, peralatan pelindung nafas hendaknya dipakai. Batas-batas pajanan unsur
merkuri berbeda di berbagai negara antara 0,01 mg/m3 hingga 0,05 mg/m3. Batasan paparan
berdasarkan kesehatan yang dianjurkan oleh suatu Kelompok Studi WHO adalah 25 µg/g
kreatinin dalam kemih.
Pencegahan bila mungkin adalah substitusi merkuri dengan bahan lain yang kurang
berbahaya. Satu contoh substitusi, pembuatan cermin yang dulu memakai amalgam timah
putih diubah dengan menggunakan larutan amoniakal perak nitrat, dan ternyata cermin yang
dihasilkan lebih baik. Pencegahan harus dijalankan di tambang-tambang tempat bijih merkuri
diambil, yaitu dengan ventilasi, pengeboran basah, dan pemakaian masker yang dapat
menahan uap merkuri. Di pabrik-pabrik yang membuat barometer dan termometer, lantai
harus rata, licin, tidak boleh retak sehingga kalau terjadi penumpahan merkuri akan segera
dapat dibersihkan.
4) Arsenik (As)
Arsen (As) atau sering disebut arsenik dapat merusak ginjal dan bersifat racun yang
sangat kuat. Senyawa arsen sangat sulit dideteksi karena tidak memiliki rasa yang khas atau
ciri-ciri pemaparan lain yang menonjol. Gejala keracunan senyawa arsen terutama adalah
sakit di kerongkongan, sukar menelan, disertai rasa nyeri lambung dan muntah-muntah.
Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker, terutama kanker paru-
paru dan hati. Terpapar arsen di udara juga dapat menyebabkan pembentukan kanker kulit
pada manusia.
Selain itu arsen dapat juga mengganggu daya pandang mata, hiperpigmentasi (kulit
menjadi berwarna gelap), hiperkeratosis (penebalan kulit), pencetus kanker, infeksi kulit
(dermatitis). Selain itu, dapat menyebabkan kegagalan fungsi sumsum tulang, menurunnya
sel darah, gangguan fungsi hati, kerusakan ginjal, gangguan pernafasan, kerusakan pembuluh
darah, varises, gangguan sistem reproduksi, menurunnya daya tahan tubuh, dan gangguan
saluran pencernaan.
Toksisitas senyawa arsenik sangat bervariasi. Minimal dosis akut arsenik yang
mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar
melaporkan keracunan arsenik tidak disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu
senyawa arsen, terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada
arsenikum murni.
Sekitar 90% arsen yang diabsorbsi dalam tubuh manusia tersimpan dalam
hati,ginjal,dinding saluaran pencernaan,limfa, dan paru.Juga tersimpan dalam jumlah sedikit
dalam rambut dan kuku serta dapat terdeteksi dalam waktu lama, yaitu beberapa tahun setelah
keracunan kronis.Di dalam darah yang normal ditemukan arsen 0,2µg/100ml. sedangkan
pada kondisi keracunan ditemukan 10µg/100ml dan pada oarng yang mati keracunan arsen
ditemukan 60-90µg/100ml.
Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian alat
proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi
diri tersebut misalnya :
- Tutup kepala
- Kacamata khusus
Pada kasus keracunan kronis, tindakan pertama yang dilakukan ialah menghilangkan
sumber kontaminasi dari penderita. Pengobatan sistem kelasi tidak dianjurkan, karena As
mempunyai waktu paruh biologik hanya sekitar 3-4 hari.
5) Chromium (Cr)
Pada tahun 1797, analis dari Prancis, yang bernama Louis-Nicholas Vauquelin
menemukan “kromium“. Namun sebelumnya, Vauquelin menganalisis zamrud dari Peru dan
menemukan bahwa warna hijau adalah karena adanya unsur baru, yaitu kromium.
Bahkan, nama kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang berarti “warna”,
dinamakan demikian karena banyaknya senyawa berwarna berbeda yang diperlihatkan oleh
kromium Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang
bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakan
sumber utama kromit hingga sekarang.
Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia menunjukkan bahwa
kromium terdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO4, tetapi juga terdapat dalam senyawa
lain. Ini akhirnya diidentifikasi sebagai kromium oksida. Kromium oksida ditemukan pada
1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin.
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cr dan nomor atom 24. (Wikipedia)
Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr
dan nomor atom 24. Khrom juga berwarna abu-abu, berkilau, keras sehingga memerlukan
proses pemolesan yang cukup tinggi.
Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium terdapat pada industri
gelas, metal, fotografi, dan elektroplating. Dalam bidang industri, khromium diperlukan
dalam dua bentuk, yaitu khromium murni dan aliasi besi-besi khromium yang disebut
ferokromium sedangkan logam khromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Khromium
sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif. Inhalasi
khromium dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, khromium
ini dapat menimbulkan kanker. Sebagai logam berat, khrom termasuk logam yang
mempunyai daya racun tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh khrom ditentukan oleh valensi
ionnya. Logam Cr6+ merupakan bentuk yang paling banyak dipelajari sifat racunnya
dikarenakan Cr6+ merupakan toxic yang sangat kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya
keracunan akut dan keracunan kronis. (Soemirat, 2002).
· Keracunan Akut
Bila debu atau uap kromium terhirup pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi.
Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat menyebabkan iritasi pada mata.
4. Bila tertelan
Logam kromium sangat sulit diabsorbsi melalui saluran pencernaan. Absorbsi dalam
jumlah yang cukup dari beberapa senyawa kromium dapat menyebabkan pusing, haus berat,
sakit perut, muntah, syok, oliguria atau anuria dan uremia yang mungkin bisa fatal.
· Keracunan Kronis
Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa kromium
dilaporkan menyebabkan borok (ulcerasi) dan berlobang (perforasi) pada nasal septum, iritasi
pada tenggorokan dan saluran pernafasan bagian bawah, gangguan pada saluran pencernaan,
tapi hal ini jarang terjadi, gangguan pada darah, sensitisasi paru, pneumoconiosis atau fibrosis
paru dan efek pada hati hal ini jarang terjadi. Pada hakekatnya efek ini belum pernah
dilaporkan terjadi akibat paparan logam.
Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa senyawa kromium
dilaporkan menyebabkan berbagai tipe dermatitis, termasuk eksim “Chrome holes” sensitisasi
dan kerusakan kulit dan ginjal. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat
paparan logam.
Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama untuk beberapa senyawa krom dapat
menyebabkan radang selaput mata (konjungtivities) dan lakrimasi. Pada hakekatnya efek ini
belum pernah dilaporkan akibat paparan logam.
Pencegahan
1. Subsitusi bahan baku kromium dengan mengganti dengan bahan lain yang kurang atau tidak
toksik, mengurangi limbah cat dan mendaur ulang limbah cat mebjadi bahan bangunan,
misalnya lantai keramik atau aspal.
2. Pengembangan proses industry dengan mengurangi penggunaan bahan baku kromium serta
mengurangi limbah kromium
3. Perubahan jenis produksi atau melakukan redesign dengan mengurangi bahan baku pigmen
kromium yang diganti dengan organic
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Logam berat adalah bahan-bahan alami yang berasal dan termasuk bahan penyusun
lapisan tanah bumi. Logam berat tidak dapat diurai atau dimusnahkan. Logam berat dapat
masuk ke dalam tubuh mahluk hidup melalui makanan, air minum, dan udara. Logam berat
berbahaya karena cenderung terakumulasi di dalam tubuh mahluk hidup. Laju akumulasi
logam-logam berat ini di dalam tubuh pada banyak kasus lebih cepat dari kemampuan tubuh
untuk membuangnya. Akibatnya keberadaannya di dalam tubuh semakin tinggi, dan dari
waktu ke waktu memberikan dampak yang makin merusak
Daftar Pustaka