Anda di halaman 1dari 9

PROSES PENYEMBUHAN LUKA

“TIME MANAGEMENT”

Penyembuhan luka dijabarkan sebagai “ suatu proses yang kompleks dan dinamis

yang menghasilkan pengembalian keutuhan dan fungsi anatomis’. Luka yang

sembuh merupakan sebuah spektrum dari penyembuhan. Luka yang sembuh secara

ideal adalah luka yang kembali ke struktur, fungsi dan penampilan anatomis yang

normal. Pada manusia, sembuh ideal hanya dapat terjadi dijaringan epidermis,

membran mukosa, dan tulang. Ketika terjadi luka di dermis, penampilan normal

tidak dapat kembali karena jaringan parut menggantikan jaringan dermis dan

epidermis yang hilang. Di sisi lain, penyembuhan luka minimal memiliki

kontinuitas anatomis (luka telah tertutup) tapi tidak memiliki fungsi.

Tidak tergantung oleh penyebab luka, proses penyembuhan luka dapat

diperkirakan, dan berbagai hal terjadi secara bersamaan. Adapun tahap

penyembuhan luka dapat dijabarkan dalam empat tahap, sebagai berikut (Black &

Hawks, 2014) :

 Respons vaskular (Tissue)

 Fase peradangan (Inflamasi)

 Proliferasi atau resolusi (Moisturized)

 Maturasi ata rekonstruksi (Epitalisasi)

TINJAUAN TEORI TIME MANAGEMENT


Pendekatan TIME untuk manajemen luka

A. Respon vaskular (Tissue)

Pengkajian dan debridement material lain yang tidak layak (jaringan nekrotik,

nanah eksudat, beberapa yang berhubungan dengan organisme biofilm,dll) pada

permukaan luka (Leaper et al., 2014).

Jaringan nekrotik dan slough menyediakan media pertumbuhan yang kaya

untuk bakteri yang akan memperparah peradangan dan infeksi. Falanga

mengusulkan istiah “beban nekrotik” untuk menggambarkan beban jaringan

nekrotik, kelebihan eksudat dan bakteri dalam jaringan yang mati. Akumulasi

beban nekrotik dalam luka kronis kemungkinan untuk memperpanjang respon

inflamasi, mekanis menghalangi kontraksi luka dan menghambat re-epithalisasi

(Schultz, Barillo, Mozingo, & Chin, 2004).

Debridement sendiri dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yaitu (Leaper et

al., 2014; Schultz et al., 2004):

1. Autolytic debridement

Debridemen autolitik didasarkan pada kemampuan macrofag untuk

memfagositosis debris dan jaringan nekrotik. Penggunaan Hydrocoloids

dan hydrogels digunakan secara luas untuk mendukung lingkungan yang

lembab yang akan meningkatkan aktifitas makrofag. Alginat juga dapat

digunakan untuk mendukung suasana lembab.

2. Biological debridement
Maggots atau belatung berasal dari larva lalat lucillia sericata yang

mensekresikan enzim yang dapat dicerna oleh belatung dan hanya

meninggalkan jaringan yang sehat (Thomas, 2001).

3. Enzymatic debridement

Debridement enzimatik juga dapat mendukung autolysis. Contohnya

penggunaan enzym seperti elastase, collagenase, dan fibrinolysin. Enzim-

enzim tersebut dapat melepaskan ikatan jaringan nekrotik terhadap bantalan

luka (Douglass, 2003).

4. Mechanical debridement

Metode mekanikal debridement antara lain: wet-to-dry dressing dengan

menggunakan kasa yang dilembabkan dengan Nacl kemudian ditempelkan

pada luka dan dibiarkan mengering, setelah itu diangkat. Cara ini dapat

mengangkat slough pada pasien dan dapat merusak jaringan yang baru.

Irigasi dengan tekanan tinggi juga dapat digunakan dan efektif untuk jumlah

bakteri pada luka dibanding dengan mencuci luka dengan cara biasa.

5. Sharp atau Surgical debridement

Merupakan metode debridement yang paling cepat namun tidak cocok

untuk semua jenis luka (utamanya luka dengan perfusi jelek). Selain itu

sharp/ surgical debridement dapat menimbulkan resiko perdarahan, oleh

karena itu harus dilaksanakan oleh petugas yang telah kompeten, terlatih

dan profesional (Faibairn, et,al, 2002).

B. Fase peradangan (Inflamasi)


Penilaian etiologi setiap luka, perlu untuk antiseptik topikal dan atau

penggunaan antibiotik sistemik untuk mengendalikan infeksi dan pengelolaan

yang tidak baik pada fase peradangan terkait dengan infeksi (Leaper et al.,

2014).

Mengelola kolonisasi luka dengan mikroorganisme dapat dilakukan dengan

penggunaan yang bijaksana perban antiseptik- diresapi modern atau irigasi

dapat mengurangi mikroorganisme dipermukaan luka dan dalam biofilm.

Pengobatan yang biasanya dilakukan meliputi agen antimikroba, resistensi

mikroba, dressing perak, dressing yodium, dressing PHMB, madu, dan

surfaktan (Leaper et al., 2014; Schultz et al., 2004).

C. Proliferasi atau resolusi (Moisturize)

Berlebih atau tidak produksi eksudat dapat mempengaruhi penyembuhan.

Eksudat yang berlebihan dan bau dapat secara signifikan mempengaruhi

kualitas hidup pasien, karakteristik eksudat yang penting, dan setiap perubahan

seperti meningkatkan bioburden atau autolisis jaringan nekrotik dapat

menunjukkan perubahan status luka. Rekomendasi diperbarui untuk

menajemen eksudat fokus pada pemilihan dressing atau perangkat yang sesuai

(Leaper et al., 2014).

D. Maturasi atau rekonstruksi (Epitalisasi)

Penilaian tepi luka dapat menunjukkan apakah kontaksi luka dan ephitelisasi

maju, dan pengobatan efektif sesuai kebutuhan untuk re-evaluasi. Berbagai

peningkatan modalitas pengobatan yang diusulkan untuk meningkatkan


penyembuhan luka dan dengan demikian pengaruh efek “tepi” terapi ini

termasuk terapi elektromagnetik (EMT), terapi laser, terapi ultrasound, terapi

oksigen sistemik dan NPWT (Leaper et al., 2014).


ANALISIS JURNAL

No. Jurnal Manajemen Luka


T (Tissue) I (Infeksi) M (Moisture) E (Epitalisasi)
1. Randomized clinical trial Tekanan negatif dari NPWT mempercepat Dressing NPWT dapat Penggunaan NPWT
of negative pressure NPWT dapat penghapusan eksudat mengelola eksudat dapat merangsang
wound therapy for high- memfasilitasi drainase dan bahan infeksi. berlebih, sehingga pembentukan
risk groin wound in luka, mengurangi keseimbangan jaringan granulasi
lower extremity edema dan bioburden kelembaban dapat dan penutupan luka.
revascularization (Lee, mikroorganisme, terjaga, karena
Murphy, Ingves, sambil meningkatkan menyediakan luka
Duncan, & Derose, n.d.) perfusi luka. NPWT lembab tertutup
juga dapat lingkungan.
melonggarkan slough
dan nekrosis dan
memfasilitasi
debridement.
2. Studying the Effect of Collagen yang Saponin yang Kandungan collagen Asam salisilat dapat
Aloe Vera Ointment on merupakan salah satu terkandung didalamnya pada aloe vera juga mempercepat
Wound Healing of kandungan dari Aloe memiliki sifat dapat digunakan pembentukan
CABG Surgery in Vera termasuk kedalam antijamur dan sebagai pelembab. kolagen pada
Diabetic Patient (Babaei, enzimatik debridement antimikroba. daerah
Najafi, Mohammadi, & yang dapat melepaskan Asam salisilat sebagai lukasehingga
Ghesmati, 2018) ikatan jaringan obat penghilang sakit dengan adanya
nekrotik. dan antiinflamasi kolagen pada
granula jaringan
dengan menghambat sehingga dapat
prostaglandin mempercepat
proses
penyembuhan.
3. Vacuum Sealing Cara kerja VSD hampir Antibiotik digunakan Keseimbangan VSD dapat
Drainage Treatment sama seperti NPWT dalam perawatan luka kelembaban luka terjadi mempercepat
Combined with yang dapat untuk mencegah atau karena tertutup dan penyembuhan luka.
Antibiotic- Impregnated memfasilitasi drainase mengobati infeksi. drainase eksudat
Bone Cement for luka, serta dapat VSD sendiri dapat difasilitasi.
Treatment of Soft Tissue melonggarkan slough mengurangi kejadian
Defects and Infection dan nekrosis dan infeksi dikarenakan
(Tao, 2016) memfasilitasi memfasilitasi hisap
debridement. lengkap rembesan,
jaringan nekrotik, dan
nanah dari daerah luka
dengan menggunakan
perangkat bertekanan
negatif.
4. Effects of honey and Penilaian ini dilakukan Infeksi dapat terkontrol Kelembaban jaringan Kondisi kemajuan
sugar dressings on wound dengan cara luka diusap dan dapat dilihat dari menjadi seimbang epitelisasi dapat
healing (Mphande, untuk menilai perkembangan koloni karena produk eksudat terlihat jelas pada
Killowe, Phalira, Wynn kolonisasi bakteri bakteri yang berkurang yang minimal kedua kelompok
Jones, & Harrison, 2007) diawal pengobatan pada kedua kelompok dengan
yaitu pada minggu karena 7 hari pertama perkembangan
pertama. Dalam terlihat kondisi luka penyembuhan luka
penelitian tidak terlalu tidak mengalami dalam waktu 3
menyampaikan terkait penambahan ukuran. minggu. Karena
kondisi jaringan, rasa sakit pun sudah
namun hasilnya pada berkurang pada
luka yang dirawat beberapa pasien
dengan madu dan gula saat dilakukan
menunjukkan penggantian
pertumbuhan koloni balutan.
bakteri dapat ditekan
meskipun perawatan
dengan madu lebih
tinggi pengaruhnya dan
dapat mempengaruhi
kondisi jaringan karena
dilihat dari ukuran luka
yang tidak bertambah
luas.
DAFTAR PUSTAKA

Babaei, K., Najafi, B., Mohammadi, T., & Ghesmati, F. (2018). Studying the
Effect of Aloe Vera Ointment on Wound Healing of CABG Surgery in
Diabetic Patients, 6(1), 256–260. https://doi.org/10.24896/jrmds.20186141
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Medical-Surgical Nursing: Clinical
Management for Positive Outcome (8th Editio). Singapore: Elsevier
(Singapore).
Leaper, D. J., Schultz, G., Carville, K., Fletcher, J., Swanson, T., & Drake, R.
(2014). Extending the TIME concept : what have we learned in the past 10
years ?*.
Lee, K., Murphy, P. B., Ingves, M. V, Duncan, A., & Derose, G. (n.d.).
Randomized clinical trial of negative pressure wound therapy for high-risk
groin wounds in lower extremity revascularization. Journal of Vascular
Surgery, 1–6. https://doi.org/10.1016/j.jvs.2017.06.084
Mphande, A. N. G., Killowe, C., Phalira, S., Wynn Jones, H., & Harrison, W. J.
(2007). Effects of honey and sugar dressings on wound healing. Journal of
Wound Care, 16(7), 317–319.
https://doi.org/10.12968/jowc.2007.16.7.27053
Schultz, G. S., Barillo, D. J., Mozingo, D. W., & Chin, G. A. (2004). Wound bed
preparation and a brief history of TIME, 1(1), 19–32.
Tao, K. (2016). Vacuum Sealing Drainage Treatment Combined with Antibiotic-
Impregnated Bone Cement for Treatment of Soft Tissue Defects and
Infection, 1959–1965. https://doi.org/10.12659/MSM.896108

Anda mungkin juga menyukai