Konsumen BBM Terbanyak Di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

Konsumen BBM Terbanyak di Indonesia

A. Pembahasan

BBM terdiri dari tujuh jenis yaitu avtur gasoline (avgas), avtur, mogas (motor
gasoline), minyak tanah (mitan), minyak solar, minyak diesel dan minyak bakar. Avtur
gasoline dan avtur adalah bahan bakar pesawat terbang.Sementara mogas atau motor gasoline
sering kita kenal dengan bensin. Minyak tanah, dulu sebelum konversi minyak tanah ke LPG
banyak digunakan sebagai bahan bakar memasak oleh rumah tangga. Sebagian lagi
digunakan oleh industri. Sedangkan minyak solar dan minyak diesel digunakan juga untuk
kendaraan yang bermesin diesel. Adapun minyak bakar lebih digunakan oleh industri-industri
besar yang seringkali juga digunakan sebagai energi alternatif bagi industri menengah.
Gambar 1: Konsumsi Energi Indonesia 2005-2011* (Sumber data: Statistik Minyak Bumi 2011)

Konsumsi BBM dibandingkan konsumsi Non-BBM dan LPG memang jauh lebih
tinggi.BBM sudah menjadi sumber energi utama, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga
seluruh dunia.Dari tahun 2005 hingga 2011, konsumsi BBM memang meningkat 297,807 juta
barrel menjadi 394,052 juta barrel. Peningkatan cukup signifikan terjadi pada tahun 2006
yaitu menjadi 374,691 juta barrel. Saat itulah pemerintah ramai-ramainya akan menaikkan
harga BBM.Setelah tahun 2006 hingga 2011,peningkatan konsumsi BBM tidak terlalu
signifikan.
Gambar 2: Konsumsi Energi Indonesia 2005-2011 (Sumber data: Statistik Minyak Bumi 2011)

Dari data yang dipublikasikan oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral itu,
juga bisa dilihat jenis BBM yang konsumsinya mengalami penurunan atau peningkatan.
Konsumsi avtur gasoline, avtur, dan minyak diesel tergolong yang rendah. Dari tahun 2005-
2011 konsumsinya stabil dan di bawah 30 juta barrel per tahun. Begitu juga konsumsi minyak
bakar yang cenderung stabil dari tahun 2005-2009. Bahkan sejak tahun 2010, konsumsi
minyak bakar mengalami sedikit penurunan. Lain halnya dengan konsumsi minyak tanah,
karena ada program konversi minyak tanah ke LPG, jumlah minyak tanah di pasaran
menurun. Selain karena mulai dikurangi jumlahnya dan masyarakat beralih ke LPG, subsidi
minyak tanah mulai dikurangi sedikit demi sedikit, sehingga harga minyak tanah tidak lagi
murah. Hal ini mendorong masyarakat untuk beralih ke bahan bakar lain selain minyak tanah.
Itulah sebabnya, sejak tahun 2007, konsumsi minyak tanah terus menurun signifikan.
Sementara itu, konsumsi minyak solar cenderung stabil. Tetapi memang diantara jenis
BBM lainnya, konsumsi minyak solar ternyata yang paling banyak. Solar banyak dibutuhkan
oleh Industri untuk bahan bakar mesin-mesinnya. Tahun 2005 konsumsi solar mencapai 175
juta barrel dan hingga tahun 2011 konsumsinya sedikit menurun menjadi 169 juta barel.
Selain solar, konsumsi mogas juga yang terbanyak dibanding jenis BBM lainnya. Mogas atau
gasoline atau lebih dikenal dengan bensin digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor. Awal tahun 2005, konsumsi bensin masih di angka 10 juta barel. Tetapi pada tahun
2011, konsumsi bensin mencapai 165 juta barel. Terjadi lonjakan yang cukup besar yaitu
sekitar 50% selama enam tahun.
Gambar 3: Jumlah kendaraan (Sumber data: BPS)

Mengapa konsumsi bensin begitu sangat tinggi? Tentu saja karena permintaan pasar,
dimana jumlah kendaraan pada periode tersebut juga meningkat. Dari rekaman data oleh
BPS, diantara kendaraan lainnya, pertumbuhan jumlah motor dari tahun 2005 sampai 2011
mengalami peningkatan menjadi 32.516.357

B. Kesimpulan
1. Dari tahun 2005 hingga 2011, konsumsi BBM memang meningkat 297,807 juta
barrel menjadi 394,052 juta barrel.
2. Sementara itu, konsumsi minyak solar cenderung stabil, . Tahun 2005 konsumsi
solar mencapai 175 juta barrel dan hingga tahun 2011 konsumsinya sedikit
menurun menjadi 169 juta barel.
3. Awal tahun 2005, konsumsi bensin masih di angka 10 juta barel. Tetapi pada
tahun 2011, konsumsi bensin mencapai 165 juta barel. Terjadi lonjakan yang
cukup besar yaitu sekitar 50% selama enam tahun.
4. Gap (jarak) antara Kebutuhan BBM dan kemampuan penyedian BBM Nasional
terus membesar.
5. Pemerintah harus segera merealisasikan transportasi umum yang layak dan
modern, agar masyrakat segera beralih ke transport umum.
6. Pertamina sebagai perusahaan negara di bidang pertambangan sumber daya
alam,perlu membangun kilang-kilang baru (non-Grass Root Refinery/non GRR)
untuk menutup gap pertumbuhan kebutuhan BBM dalam5-10 tahun ke depan.
7. Memanfaatkan sumber daya alternatif dengan semaksimal mungkin

Distribusi Frekuensi Perokok di Indonesia


A. Pembahasan
Prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat,
terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa. Kecendrungan merokok
terus meningkat dari tahun ke tahun baik pada laki-laki dan perempuan, hal ini
mengkhawatirkan kita semua. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (susenas) dan Riskesdas
menunjukkan bahwa prevalensi merokok untuk semua kelompok umur mengalami lonjakan.
Berdasarkan data Susenas tahun 1995, 2001, 2004 dan data Riskesdas tahun 2007 dan
2010 seperti tampak pada grafik di bawah ini menunjukkan perokok 16 kali lebih tinggi pada
laki-laki (65,8%) dibandingkan perempuan (4,2%).
Hampir 80% perokok mulai merokok ketika usianya belu mencapai 19 tahun.
Umumnya orang mulai merokok sejak muda dan tidak tahu resiko mengenai bahaya adktif
rokok. Keputusan konsumen untuk membeli rokok tidak didasarkan pada informasi yang
cukup tentang risiko produk yang dibeli, efek ketagihan dan dampak pembelian yang
dibebankan pada orang lain.
Gambar.1
Prevalensi konsumsi tembakau pada penduduk usia > 15 tahun

Gambar. 2
Proporsi Penduduk Usia > 10 Tahun yang Tiap Hari Merokok
Jka dilihat berdasarkan provinsi, maka provinsi tertinggi perokok setiap hari pada
Provinsi Kepulauan Riau (27,2%) dan terendah di Provinsi Papua (16,2%). Lima provinsi
tertinggi proporsinya adalah Kepulauan Riau, Jawa Barat, Bengkulu, Gorontalo, dan Nusa
Tenggara Barat.
Gambar.3
Trend Usia Mulai Merokok

Berdasarkan gambar di atas dapat kita ketahui bahwa trend usia merokok meningkat
pada usia remaja, yaitu pada kelompok umur 10-14 tahun dan 15-19 tahun. Hasil Riskesdas
pada tahun 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan bahwa usia merokok pertama kali paling
tinggi adalah pada kelompok umur 15-19 tahun.

Gambar.4
Proposi Usia Mulai Merokok 15-19 Tahun Berdasarkan Provinsi

Pada gambar di atas dapat kita ketahui bahwa terdapat 5 provinsi yang proporsi usia
mulai merokoknya pada rentang usia 15-19 tahun dan melibihi rata-rata nasional, yaitu
Provinsi Lampung, Nusa Tenggara Brat, Kalimantan Barat, Bengkulu, dan Jambi. Karena
masih tingginya proporsi usia mulai merokok pada usia remaja, maka masing-masing
provinsi perlu membuat kebijakan untuk menanggulangi hal tersebut, misalnya melakukan
penyuluhan dan kempanye anti merokok ke sekolah.

Gambar.5
Proporsi (%) Umur Pertama Kali Mencoba Merokok Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Global Youth Tobacco Survey (GYTS) menyatakan indonesia sebagai negara dengan
angka perokok remaja tertinggi di dunia. Selain itu, gambar di atas menggambrkan usia
pertama kali mencoba merokok berdasrakan kelompok umur dan jenis kelamin berdasarkan
GYTS 2014, dimana sebagian besar laki-laki pertama kali merokok pada umur 12-13 tahun,
dan sebagian besar perempuan pertama kali mencoba merokok pada umur <7 tahun dan 14-
15 tahun.

Gambar.6
Proporsi (%) Kebiasaan Mengkonsumsi Tembakau dan Rokok Berdasarkan Jenis Kelamin

Catatan:
(1) Penghisap tembakau selama 30 hari terakhir
(2) Penghisap rokok selama 330 hari terakhir
(3) Penghisap rokok elektrik selama 30 hari terakhir
(4) Pernah merokok walaupun hanya 1-2 hisapan

Berdasarkan data survei dari GYTS tahun 2014 dari total remaja yang di survei di
temukan 19,4% remaja penghisap tembakau selama 30 hari terakhir. Pada remaja yang di
survei tersebut di dapatkan 35,3% remaja laki-laki dan 3,4% remaja perempuan. Sementaraitu
dari total remaja yang di survei di dapatkan 18,3% remaja penghisap rokok selama 30 hari
terakhir, sebanyak 33,9% pada remaja laki-laki dan 2,5%pada remaja perempuan. Sedangkan
dari total remaja yang di survei ditemukan 2,1% remaja penghisap rokok elektrik selama 30
hari terakhir, dan hali ini terjadi pada 3% reemaja laki-laki dan 1,1% remaja perempuan.
Kemuadian didapatkan total remaja yang disurvei sebanyak 32,1% pernah merokok
walaupun hanya 1-2 hisapan, dan pada remaja tersebut ditemukan 54,1% remaja laki-laki dan
9,1% remaja perempuan.

Gambar.7
Proporsi (%) Rata-rata Jumlah Batang Rokok yang di Konsumsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar di atas dapat di ketahui bahwa sebagian besar perempuan


menghisap rokok dengan jumlah kurang dari 1 batang/hari, sedangkan sebagian laki-laki
menghisap rokok sebanyak 1 batang/hari.

Gambar.8
Proporsi (%) Sikap Pelajar Terhadap Asap Rokok
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja sebenarnya setuju
bahwa asap rokok berbahaya (27,5%), setuju terhadap pelarangan merokok di tempat umum
(89,4%), dan setuju pelarangan merokok di luar ruang tempat umum (80,9%). Namun
ironisnya umur mulai merokok paling tinggi justru dari kalangan usia remaja.

Tabel.1
Keinginan untuk Berhenti Merokok pada Pelajar (Perokok)

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja, baik laki-laki maupun
perempuan, mencoba berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir, mengakui ingin berhenti
merokok saat ini, dan mengaku bisa berhenti merokok saat meraka ingin berhenti. Namun
jumlah proporsi remaja yang pernah menerima bantuan dari program untuk berhenti
merokokmasih sedikit, yaitu sebesar 24%.

Gambar.9
Proporsi (%) Dampak Peringatan Bergambar dalam Kemasan Rokok
Gambar di atas menggambarkan dampak peringatan bergambar dalam kemasan
rokok, dimana sebanyak 89,8% perokok saat ini melihat peringatan kesehatan dalam kemasan
rokok, 64% merupakan perokok saat ini yang berpikir untuk berhenti merokok, dan sekitar
50,9% merupakan pelajar tidak pernah merokok yang berpikir untuk tidak mulai merokok.

B. Kesimpulan
1. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (susenas) dan Riskesdas menunjukkan
bahwa prevalensi merokok untuk semua kelompok umur mengalami lonjakan.
2. Hampir 80% perokok mulai merokok ketika usianya belu mencapai 19 tahun.
3. Dilihat berdasarkan provinsi, maka provinsi tertinggi perokok setiap hari pada
Provinsi Kepulauan Riau (27,2%) dan terendah di Provinsi Papua (16,2%).
4. Terdapat 5 provinsi yang proporsi usia mulai merokoknya pada rentang usia 15-
19 tahun dan melibihi rata-rata nasional, yaitu Provinsi Lampung, Nusa Tenggara
Brat, Klaimantan Barat, Bengkulu, dan Jambi.
5. Sebagian besar laki-laki pertama kali merokok pada umur 12-13 tahun, dan
sebagian besar perempuan pertama kali mencoba merokok pada umur <7 tahun
dan 14-15 tahun.
6. Sebagian besar perempuan menghisap rokok dengan jumlah kurang dari 1
batang/hari, sedangkan sebagian laki-laki menghisap rokok sebanyak 1
batang/hari.
7. Dampak peringatan bergambar dalam kemasan rokok, dimana sebanyak 89,8%
perokok saat ini melihat peringatan kesehatan dalam kemasan rokok.

Anda mungkin juga menyukai