Anda di halaman 1dari 16

1

BAB 1
KONSEP TEORI RUPTUR SINUS MARGINALIS

2.1 Definisi Ruptur Sinus Marginalis


Ruptur sinus marginalis adalah terlepasnya sebagian kecil plasenta dari
tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan. Berdasarkan tanda
dan gejalanya Ruptur Sinus Marginalis ini merupakan salah satu klasifikasi dari
solusio plasenta yaitu solusio plasenta ringan. Solusio plasenta ringan atau rupture
sinus marginalis adalah terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya, tidak
memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan, keadaan umum ibu
dan janin tidak mengalami gangguan, persalinan berjalan dengan lancar
pervaginam (Manuaba, 2012).
2.2 Etiologi / Penyebab
Penyebab primer rupture sinus marginalis belum diketahui secara pasti,
namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi antara lain yaitu:
(Saifuddin, 2011)
1. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain: dekompresi uterus pada hidramnion
dan gameli, tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin
yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan, trauma
langsung seperti jatuh, dipukul/ditentang dan lain-lain.
2. Faktor usia ibu
Terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta ringan sejalan dengan
meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur
ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
3. Faktor penggunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan kotekolamin, yang mana bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat
terlepasnya plasenta.

1
2

4. Faktor kebiasaan merokok


Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio
plasenta sampai dengan 25% pada ibu merokok 1 bungkus perhari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih
luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.
5. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada
kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil
lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
6. Pengaruh lain: seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada
vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya
kehamilan dan lain-lain.
7. Meskipun penyebabnya sampai kini belum diketahui dengan pasti, tetapi
lebih kepada peletakan plasenta dan usia kehamilan yang semakin tua terjadi
pada pertengahan segmen bawah rahim, plasenta akan sobek dan pembuluh
darah pinggirnya juga akan ikut pecah sehingga terjadi ruptur, plasenta yang
letaknya normal sekalipun akan meluaskan permukaannya. Sehingga
mendekati atau menutup sama sekali pembukaan jalan lahir.
2.3 Tanda & Gejala Ruptur Sinus Marginalis
Tanda atau gejala dari Solusio plasenta ringan (Ruptur sinus marginalis)
adalah: (Saifuddin, 2011)
1. Tidak ada atau sedikit perdarahan dari vagina yang warnanya kehitam –
hitaman, kalau ada perdarahan jumlahnya antara 100-200 cc.
2. Rahim yang sedikit nyeri atau terus menerus terasa tegang, namun bagian –
bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu
diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang
berlangsung.
3. Tidak ada koagulopati (gangguan pembekuan darah atau pendarahan yang
berlebihan)
4. Tidak ada gawat janin
3

5. Pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan


6. Kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%.
7. Tekanan darah tinggi
2.4 Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma di desisua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas. Perdarahan terjadi karena otot uterus yang telah meregang oleh
kehamilan tidak mampu lebih berkontraksi untuk menghentikan perdarahan.
Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian
kecil plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup
dibawah selaput ketuban keluar dari vagina, atau menembus selaput ketuban
masuk ke dalam kantong ketuban, atau ektravasasi diantara serabut-serabut otot
uterus. Karena sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama
sekali atau mengakibatkan gawat janin (Norma, 2013).
2.5 Gambaran Klinis
Menurut (Manuaba, 2012) gambaran klinis solusio plasenta ringan atau
ruptur sinus marginalis adalah sebagai berikut:
1. Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya
2. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
3. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
4. Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam.
Menurut (Norma, 2013) gambaran klinis solusio plasenta ringan atau ruptur
sinus marginalis adalah mengeluarkan darah kehitam-hitaman.
2.6 Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta ringan (ruptur sinus
marginal) ini berlangsung.
1. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu (Manuaba, 2012):
a. Syok perdarahan
Perdarahan antepartum dan intra partum pada ruptura sinus marginalis
hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan
4

segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari


perdarahan post partum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk
menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan
pada pembekuan darah. Tekanan darah tidak merupakan petunjuk
banyaknya perdarahan, karena vasospasme akibat perdarahan akan
meninggikan tekanan darah. Pemberian terapi cairan bertujuan
mengembalikan stabilitas hemodinamik dan mengkoreksi keadaan
koagulapathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan
yang terbaik, karena pemberian darah segar selain dapat memberikan sel
darah merah juga dilengkapi oleh platelet dan faktor pembekuan.
b. Gagal Ginjal
Gagal ginjal pada dasarnya disebabkan keadaan hipovelamia karena
perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang
mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan
yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan
intravaskular. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli
atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Pencegahan gagal ginjal meliputi
penggantian darah yang hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi
hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi
kelainan pembekuan darah.
c. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil
cukup bulan ialah 400mg%, berkisar antara 300-700mg%. Apabila kadar
fibrinogen plasma kurang dari 100mg% maka akan terjadi gangguan
pembekuan darah.
2. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: (Manuaba, 2012)
a. Hipoksia,
b. Asfiksia,
c. Fetal distress,
d. Gangguan pertumbuhan/perkembangan,
5

e. Anemia.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan rupture sinus marginalis dilakukan di rumah sakit dengan
cara Terapi Ekspektatif. Syarat-syarat terapi ekspektif antaralain: kehamilan
preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti, belum ada tanda-
tanda in partu, keadaan umum ibu cukup baik, janin masih hidup, terapi ini
dilakukan bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu: (Saifuddin, 2011)
1. Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup)
dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan
spontan.
b. Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.
c. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.
d. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta.
e. Berikan tokolitik bila ada kontraksi :
1) MgS04 9 IV dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam.
2) Nifedipin 3 x 20 mg perhari.
3) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
f. 5. Uji pematangan paru janin dengan tes kocok dari hasil amniosentesis.
g. Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar ostium uteri interim.
Catatan :
a. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan.
b. Apabila usia kehamilan sudah cukup matang dan pasien menginginkan
dan mampu untuk melakukan persalinan pervaginam dan tidak ada
tanda-tanda bahaya maka segera lakukan persalinan spontan
(pervaginam). Apabila direncanakan persalinan spontan maka :
1) Pantau perdarahan pervaginam
2) Observasi nyeri / HIS dan ketegangan rahim
6

3) Observasi tanda-tanda vital


4) Pantau tandaa-tanda koagulopati
5) Pantau tanda-tanda kegawatdaruratan janin
6) Jangan lupa untuk mengatasi kecemasan pasien dengan cara
melibatkan dan memberikan dukungan psikologis.
2. Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta
makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta
bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri.
3. Bila janin hidup, segera lakukan seksio sesaria. Dan apabila janin mati
lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.
Seksio sesaria biasanya dilakukan pada keadaan:
a. Anak hidup, pembukaan kecil
b. Terjadi toksemia berat, perdarahan agak banyak, tetapi pembukaan
masih kecil
c. Panggul sempit atau letak lintang.
7

BAB 2
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
RUPTUR SINUS MARGINALIS

3.1 Pengkajian Data


3.1.1 Data Subyektif
1. Biodata
Pada ibu dengan ruptur sinus marginalis biasa terjadi pada ibu yang berusia
<20 atau >35 tahun dan multiparitas (Norma, 2013).
2. Keluhan Utama
Merupakan alasan utama pasien masuk atau datang ketempat pelayanan kes
ehatan dan apa-apa saja yang dirasakan pasien. Dalam kasus rupture sinus
marginalis ini keluhan utama yang mungkin ditemui ibu antara lain: terdapa
t perdarahan berwarna kehitam-hitaman disertai rasa nyeri, terjadi spontan a
tau karena trauma, perut terasa nyeri diikuti penurunan sampai terhentinya
gerakan janin dalam rahim (Norma, 2013).
3. Riwayat Kesehatan
Pada ibu dengan ruptur sinus marginalis biasa terjadi pada ibu dengan riwa
yat hipertensi (Norma, 2013).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga ada yang menderita pen
yakit menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan kembar.
5. Riwayat kebidanan
a. Riwayat Haid
Data ini diperoleh untuk mempunyai gambaran tentang keadaan dasar d
ari organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riw
ayat haid anatara lain sebagai berikut :
1) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita h
aid pertama kali umumnya sekitar 12-16 tahun (Sulistyawati, 2012).

7
8

Hal ini dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkunga


n, iklim, dan keadaan umum. (Walyani, 2015).
2) Siklus haid
Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan haid berik
utnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari. (Sulistyawa
ti, 2012). Siklus normal haid biasanya 28 hari (Walyani, 2015).
3) Lamanya
Lamanya haid yang noral adalah ± 7 hari. Apabila sudah mencapai
15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan
ataupun penyakit yang mempengaruhi (Walyani, 2015).
4) Volume/Banyaknya
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang dikeluarkan. Seb
agai acuan biasanya digunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit.
Biasanya untuk menggali lebih dalam pasien ditanya sampai berapa
kali ganti pembalut dalam sehari. (Sulistyawati, 2012).
Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari. Apabila darahn
ya terlalu berlebih, itu berarti telah menunjukan gejala kelainan ban
yaknya darah haid (Walyani, 2015).
5) Dismenorea
Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagi
an kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gang
guan ini ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan sekunder. Dism
enorea primer yaitu nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan a
natomis alat kelamin. Dismenorea sekunder yaitu nyeri haid yang be
rhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas, kelainan ini kemun
gkinan adalah haid disertai infeksi, endometritis, mioma uteri, polip
serviks, polip endometrial, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrase
psi dalam rahim) (Manuaba, 2012).
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
Dikaji :
1) Gravida/Para
9

2) Usia Kehamilan
Menentukan usia kehamilan sangat penting untuk memperkirakan p
ersalinan (Manuaba, 2012).
3) Gerakan Janin
Gerakan janin bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, te
tapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16 – 20 min
ggu karena diusia kehamilan tersebut, dinding uterus mulai menipis
dan gerakan janin lebih kuat. Gerakan menendang atau tendangan ja
nin (10 gerakan/12 jam) (Saifuddin, 2011).
c. Riwayat Persalinan Sekarang
Ibu dengan perdarahan pervaginam <100 ml (Norma, 2013).
6. Data Psikososial dan Spiritual
Menanyakan data psikososial:
a. Dukungan keluarga lain terhadap kehamilan, hal ini perlu ditanyakan
karena keluarga selain suami klien juga sangat berpengaruh besar bagi
persalinan klien. Tanyakan bagaimana respon dan dukungan keluarga
lain, misalnya anak, orang tua, serta mertua.
b. Pengambilan keputusan, pengambil keputusan perlu ditanyakan karena
untuk mengetahui siapa yang diberi kewenangan klien mengambil
keputusan apabila ada hal kegawat-daruratan.
Menanyakan data spiritual:
Data spiritual klien perlu ditanyakan apakah keadaan rohaninya saat itu
sedang baik ataukah sedang stress karena suatu masalah. Apabila sadang
stress, bidan harus pintar memberikan konseling untuk membantu
memecahkan masalah klien tersebut dan meminta suami klien terus
memberikan dukungan. Mengingat, wanita yang sedang hamil dan keadaan
rohaninya sedang tidak stabil, hal ini sangat berpengaruh terhadap
kehamilanya.
Menanyakan data sosial budaya:
a. Tradisi yang mempengaruhi kehamilan, hal ini ditanyakan karena
bangsa Indonesia mempunyai beraneka ragam suku bangsa yang
10

tentunya dari setiap suku bangsa mempunyai tradisi khusus bagi wanita
hamil. Tugas bidan mengingatkan tradisi-tradisi tersebut diperbolehkan
selagi tidak merugikan kehamilannya.
b. Kebiasaan yang merugikan kehamilan, ditanyakan karena setiap orang
mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda dan bermacam-macam,
tentunya ada yang mempunyai dampak positif dan negatif. Apabila ibu
hamil mempunyai kebiasaan buruk seperti merokok, penyalahgunaan
alkohol dan obat – obatan (Norma, 2013).
3.1.2 Data Obyektif
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Ibu terlihat gelisah, sering mengerang kasakitan di daerah perut,
berkeringat dingin, anemis (Saifuddin, 2011).
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2012).
Pada ibu hamil yang mengalami rupture sinus marginalis tingkat
kesadarannya mulai menurun karena terus merasakan sakit yang hebat
didaerah perutnya dan keluarnya perdarahan pervagiman yang terdiri
dari gumpalan – gumpalan yang berwarna kehitaman (Saifuddin, 2011).
c. Tanda Vital
Tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat (Manuaba,
2012).
d. Antopometri
1) Berat Badan
Kenaikan berat badan selama hamil rata-rata : 9 – 13,5 kg.
Kenaikan BB selama TM I : min 0,7-1,4 kg
Kenaikan BB selama TM II : 4,1 kg
11

Kenaikan BB selama TM I : 9,5 kg


2) Tinggi Badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor resiko bagi ibu
hamil/ibu bersalin, jika tinggi badan kurang dari 145 cm
kemungkinan sang ibu memiliki panggul sempit (Mandriwati,
2011).
3) Lingkar Lengan Atas (LILA)
Mengukur lingkar lengan atas untuk mengetahui status gizi ibu
hamil. Normalnya 23,5-25 cm, bila kurang dari 23,5 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi yang kurang/buruk. Ibu beresiko
untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
sedangkan bila LILA di atas 25 cm, indikasi adanya janin besar
karena obesitas (Mandriwati, 2011).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah
Pada ibu hamil dengan rupture sinus marginalis wajah dan konjungtiva
palpepbra terlihat pucat, hal ini dikarenakan ibu mengalami perdarahan
yang hebat yang terdiri dari gumpalan – gumpalan darah berwarna
kehitaman (Manuaba, 2012).
b. Dada
Dikaji bentuk dan keimetrisan payudara, bunyi/denyut jantung,
ada/tidaknya gangguan pernafasan (auskultasi). Pada ibu hamil dengan
rupture sinus marginalis auskultasi dapat dilakukan walaupun perut
terasa tegang. Denyut jantung terdengar biasanya diatas 140, kemudian
turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih
dari satu per tiga bagian (Saifuddin, 2011).
c. Abdomen
terdapat 3 cara pemeriksaan pada abdomen, yaitu: (Nugroho, 2012)
1) Inspeksi
Perut terlihat sangat tegang dan keras.
2) Palpasi
12

Pada ibu dengan rupture sinus marginalis tinggi fundus uteri (TFU)
tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Uterus teraba keras dan
tegang seperti papan yang disebut dengan wooden uterus baik saat
sedang his maupun diluar his. Terdapat nyeri tekan didaerah tempat
plasenta terlepas. Bagian – bagian janin sukar diraba.
d. Genetalia
Dapat diraba servik uteri telah terbuka atau masih tertutup. Kalau sudah
terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu
his maupun diluar his; apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas
seluruhnya plasenta ini akan turun kebawah dan teraba pada
pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini sering meragukan dengan
plasenta previa (Manuaba, 2012).
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil:
1) Pemeriksaan urin positif (+)
2) Pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit
3) Pemeriksaan darah: hemoglobin (HB) menurun; periksa golongan
darah, lakukan cross-match test. Karena pada solusio plasenta sering
terjadi kelainan darah hipofibriniogenemia, maka diperiksakan ulang
COT (Clot Observation Test) triap 1 jam, tes kualitatif fibrinogen
(fiberindex), dan test kuantitativ fibrinogen (kadar normalnya
150mg%.
b. Pemeriksaan USG
Hasil pemeriksaan USG pada ibu hamil dengan rupture sinus marginalis
ditemukan antara lain: terlihat daerah terlepasnya plasenta, janin dan
kandung kemih ibu, darah, tepian plasenta. Serta dijumpai perdarahan
antara plasenta dan dinding abdomen (Manuaba, 2012).
13

3.2 Diagnosa Kebidanan


Langkah berikutnya dalam melakukan asuhan kebidanan yaitu menetukan
diagnosa. Menurut kementerian kesehatan RI No. 928/Menkes/SK/VIII/2007
tentang standar asuhan kebidanan dalam perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan bidan menegakkan diagnosa berdasarkan data yang diperoleh untuk
melakukan asuahan kebidanan yang sesuai kriteria perumusan diagnosa dan
masalah adalah :
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi, dan
rujukan
Contoh: G....PAPIAH, usia kehamilan...minggu, janin hidup, tunggal/ganda,
intrauterine, situs bujur/lintang, habitus fleksi/defleksi, posisi puka/puki,
presentasi kepala/bokong, hodge I-IV, inpartu kala I fase laten/aktif (akselerasi,
dilatasi maksimal, deselerasi), dengan rupture sinus marginalis…jam, keadaan
umum ibu dan janin...prognosa….. (Manuaba, 2012).
3.3 Perencanaan
1. Diagnosa : G....PAPIAH, usia kehamilan...minggu, janin hidup, tunggal/ganda,
intrauterine, situs bujur/lintang, habitus fleksi/defleksi, posisi puka/puki,
presentasi kepala/bokong, hodge I-IV, inpartu kala I fase laten/aktif
(akselerasi, dilatasi maksimal, deselerasi), dengan rupture sinus
marginalis…jam, keadaan umum ibu dan janin...prognosa….. (Manuaba,
2012).
2. Tujuan : Proses persalinan berjalan normal dan tanpa ada penyulit.
3. Kriteria :
a. KU baik, kesadaran komposmentis
b. TTV dalam batas normal
T : 100/60 – 130/90 mmHg
S : 36 – 37oC
N : 80–100x/menit
R : 16 – 24x/menit
14

c. His bersifat minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya 40 detik


d. Kala I pada primigravida < 13 jam sedangkan multin gravida < 7 jam
e. Kala II pada primigravida < 2 jam sedangkan pada multigravida < 1 jam
f. Bayi lahir spontan, menangis kuat, gerak aktif
g. Kala III < 30 menit
h. Plasenta lahir spontan
i. Perdarahan < 500 cc
Intervensi :
Menurut (Manuaba, 2012):
a. Jelaskan pada pasien dan keluarganya tentang keadaannya serta rencana
tindakan yang akan diberikan.
Rasional : Pasien mengetahui kondisi dirinya sehingga kooperatif
dengan tindakan yang akan diberikan.
b. Hadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu (suami, keluarga, teman
dekat)
Rasional :Memberi support mental dalam menghadapi persalinan.
c. Beri dukungan mental emosional bila perlu pasien selalu ditemani.
Rasional :Pasien merasa lebih tenang.
d. Lakukan penanganan konservatif sesuai keadaan janin.
Rasional :Memberikan penanganan yang tepat.
e. Lakukan sectio cesaria bila perdarahan berlangsung terus ketegangan
makin meningkat, dengan janin yang masih baik.
Rasional :Menghindari komplikasi lebih lanjut.
f. Lakukan perawatan inap bila perdarahan berhenti dan keadaan baik pada
kehamilan prematur.
Rasional :Menunggu hingga kehamilan aterm sehingga
menghasilkan janin yang berkualitas.
3.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan,
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang akan
15

terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah


perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial
ekonomi, kultural, atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan
terhadap wanita tersebut harus mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
semua aspek asuhan kesehatan (Hani, 2010).
3.5 Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan harus dievaluasi keefektifan asuhan yang
telah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah
terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
Ada kemungkinan bahwa sebagian asuhan tersebut efektif, sedangkan
sebagian lain belum efektif. Mengingat proses manajemen asuhan ini
berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan
yang tidak efektif melalui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa
proses manajeman tidak efektif, serta melakukan penyesuaian pada asuhan
tersebut (Hani, 2010).
16

DAFTAR PUSTAKA

Mandriwati, G. (2011). Asuhan Kebidanan Antenatal: Penununtun Belajar.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Manuaba, I. B. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk


Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Norma, N. (2013). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nugroho, T. (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saifuddin, A. B. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, A. (2012). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

Walyani, E. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka


Barupess.

16

Anda mungkin juga menyukai