Anda di halaman 1dari 12

REVITALISASI DAN

PENGEMBANGAN
POSYANDU MANDIRI
WADAH PEMBANGUNAN MANUSIA YANG
BERIMAN DAN TAQWA KEPADA TUHAN
YANG MAHA ESA, BERMUTU, INOVATIF,
DINAMIS DAN PEDULI ANAK BANGS A

MENEMPATKAN MANUSIA SEBAGAI TITIK


SENTRAL PEMBANGUNAN,
BERORIENTASI STRATEGI KEPADA MANUSIA
SEJAK DALAM JANIN SAMPAI LAN SI A

REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai
peranan yang sangat penting. Keluaga adalah wahana pertama dan
utama dalam pembangunan anggotanya, dan dengan demikian
keluarga adalah wahana pembangunan bangsa. Namun, di banyak
negara berkembang kondisi keluarga sangat lemah, pendidikan

REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI


pimpinan dan anggotanya rendah, keadaan kesehatannya kurang
terawat, dan kemampuan ekonomijuga rendah

Karena arus globalisasi yang melanda dunia dewasa ini, kelucga


menghadapi tantangan yang lebih dahsyat dibandingkan dengan
tantangan yang dihadapi keluaga di masa lain. Di masa depan
tantangan itu akan bertambah berat karena dinamika arus globalisasi
juga bertambah dahsyat.Arus globalisasi membawa nilai-nilai baru
yang menarik dan merangsang masyarakat dengan kekuatan maha
besar, berlangsung dengan sangat cepat dan tidak memilih sasarannya.
Akibatnya sebagian anggota masyarakat yang mempunyai tingkat
sosial ekonomi memadai dengan mudah bisa melakukan penyesuaian
dan menikmati berbagai kemajuan yang ditimbulkan oleh perubahan
sosial yang sangat dinamis tersebut.

Namun masyarakat, keluarga dan anggota dengan kondisi sosial


ekonomi dan budaya yang rendah akan selalu ketinggalan dan
memperoleh kesulitan untuk melakukan penyesuaian atau mengejar
ketertinggalan, sehingga akhirnya akan menderita, akan terpuruk, miskin
dan tercampakkan dari lingkungan keluaiga atau masyarakatnya.

Oleh karena itu perlupembangunan terpadu yang ditujukan


untuk memperkuat per an, ketahanan dan fungsi keluarga, sebagai
unit terkecil dalam masyarakat agar keluaga dapat menjadi kekuatan
pembangunan yang berorientasi pada manusia. Dengan dukungan
pada kemampuan dan penggerakan lingkungan sosial serta
kemampuan wirausaha yang peduli terhadap sesama anak bangsa,
maka keluarga diharapkan dapat melaksanakanfungsinya membangun
kesejahteraan anggotanya. Keluaiga dapat menjadi wahana
pembangunan bangsa.

Upaya pembangunan keluarga dengan tujuan tersebut dimasa

REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI


lain diarahkan pada pembinaan dan pengembangan keluaga yang
disebut Tri Bina, yaitu Bina Manusia, Bina Lingkungan dan Bina
Wirausaha. Pada masa reformasi pembangunan dengan pendekatan
Tri Bina mendapat kritik dan disempurnakan dengan menyebutnya
sebagai pembangunan dengan pendekatan Tri Daya, yaitu
Pemberdayaan Manusia, Pemberdayaan Lingkungan dan
Pemberdayaan Kemampuan Wirausaha.

Program-program pemberdayaan tersebut menempatkan


manusia, melalui pemberdayaan keluatga, sebagai titik sentral
pembangunan. Karena orientasinya pada pemberdayaan manusia,
maka sejakadanya kesepakatan PBBpada tahun 2000, program yang
semula berorientasipada peningkatan Mutu Manusia atau Human
Development dengan meningkatkan Human Development Index
(HDI). Pembangunan tersebut ditingkatkan lagi menjadi
pembangunan yang berorientasi pada pencapaianMillenium
Development Goals (MDGS). Sejak tahun 2005 MDGs tahun 2000

A REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI


tersebut disegarkan menjadi komitmen baru dengan isiyang diperluas
danjangka waktu pencapaian sasaranyang lebih tegas.

Di Indonesia komitmen baru tersebut telah ditindaklanjuti oleh


pemerintah. Dengan demikian semua komponen pembangunan
mempunyai tanggungjawab dan kewajiban untukmelaksanakannnya.
Kita semua, terutamapemerintah di segala tingkatan, tidakterkecuali
pemerintah daerah, diharapkan mengajak semua kekuatan
pembangunan agar secara gotong royong dapat menyelesaikan tcget-
targetyang telah disepakati dengan mulus dan mengantar seluruh anak
bangsa meraih mutu yang memadai agar bisa mencapai kesejateraan
yang optimal secara demokratis dan mandiri.

SEJARAH PENDIRIAN POSYANDU

Sejak lama disadari bahwa keluatga adalah wahana


pembangunan bangsa yang paling depan dan langsung berhadapan
dengan sasaranyang melimpah. Menurut UUnomor 10 tahun 1992
keluarga mempunyai delapan fungsi pokok sebagai kekuatan yang
diharapkan dapat diteruskan dengan baikkepada seluruh anggotanya.

Namun karena keluarga Indonesia umumnya mempunyai


kondisi sosial ekonomi dan budaya yang rendah, banyakyang tidak
mengetahui fungsi dan tanggung jawabnya, atau karena alasan diatas
tidak bisa melaksanakan fungsinya secara sempurna. Dalam
keterbatasan tersebut masyarakat dan keluaga tetap ingin
melaksanakan tanggung jawabnya dan dengan caranya sendiri
mempunyai cara-cara sederhana untuk melakukan tugasnya yaitu
dengan menggalang kerjasama atau begabung dalam kelompok-
kelompok kecil dalam masyarakat. Penggalangan kerjasama
seperti itu antara lain terjadipada saat keluqga harus menghadapi

REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI


suatu masalah pelikyang tidak dapat dipecahkannya sendiri.

Salah satu upaya penggalangan kerjasama itu terjadi tatkala


keluarga menghadapi tantangan, yaitu antara lainpada saat keluga
Indonesia menghadapi pilihan untuk menerima atau mengakui
keluarga berencana sebagai budaya baru di Indonesia. Untuk
mengatasi masalah, memahami perubahan sosial yang terjadi, dan
bersama-sama mengambil keputusan, keluarga-keluarga dipedesaan
saling bergabung dan membentuk kelompok keluarga yang
selanjutnya disebut Paguyuban Kelompok Akseptor KB.

Kelompok-kelompok ini berkumpul dan memilih ketua mereka


masing-masing, umumnya mereka memilih seseorang yang paling
senior atau disegani dalam lingkungannya sebagai ketua mereka.
Kelompok ini membagi pengetahuan yang mereka tangkap daripara
petugas lapangan maupunpara bidan dan doktekepada keluarga lain.
Kelompok ini menjadipenyuluh bagi keluarga lain biarpun keluaiga-
keluarga itu telah bersama-sama mendengar dari petugas yang sama,
tetapi karena kemampuannya terbatas, mereka tidak bisa menangkap
informasi dengan benar

Berkumpulnya keluarga-keluarga peserta KB dalam


Kelompok Akseptor tersebut berkembang dangan pesat dan
merubahfungsi Kelompok Akseptoryangsemula hanya menangani
masalah KB berkembang melayani kelompok yang melayani
masalah-masalah kesehatan lainnya. Pada perkembangan lebih
lanjut kelompok-kelompok itu bisa pula menangani kebu tuhan
utama keluarga lainnya, misalnyapengembangan kemampuan dan
kerjasama kewirausahaan.

Pada perkembangan yang lebih mutakhir, Kelompok Akseptor


memberi kesempatan anggotanya untuk bersama-sama membangun

REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI


kegiatan ekonomi antar anggota dan atau membangun kelompok
ekonomi dalam lingkungan Kelompok Akseptor, sehingga Kelompok
Akseptor berkembang menjadi Kelompok Ekonomi atau Kelompok
Keluarga Sejahtera.

Posyandu yang merupakan wahana Kelompok Akseptor


berkarya berkembang menjadi beberapa bentuk kelompok terpadu
dengan nama dan kegiatan yang berbeda-beda. Pada tahun 1983
Kepala BKKBN yang semula dijabat oleh Dr. Soewardjono
Surjaningrat dilimpahkan pelaksanaannya kepada Dr. Haryono
Suyono karena yang bersangkutan dipercaya menjadi Menteri
Kesehatan RI. Karena semula beliau adalah Kepala BKKBN, dan
ikut membangun Kelompok Akseptor dengan baik, maka kegiatan
membina akseptor KB melalui Pos KB itu memberi ilham untuk
membangun Pos Kesehatan. Tetapi Kepala BKKBN yang baru, Dr.
Haryono Suyono, menawarkan agar Pos KB yang ada ditingkatkan
menjadi Pos KB dan Kesehatan Terpadu sehingga tidak perlu
membentuk Pos Pelayanan baru.

Karena Dr Soewardjono Surjaningkrat dan Dr Haryono Suyono


kedua-duanyapemrakarsa danpembina Pos KB, maka segera dicapai
kesepakatan untuk memperluas fungsi Pos KB yangsudah terbentuk
disemuapedesaan danpedukuhan di seluruh Indonesia. Kesepakatan
tersebut dituangkan dalam Naskah Keputusan Bersama sebagai
wujud kerjasama antar a BKKBN dan Departemen Kesehatan pada
tanggal 29 Juni 1983 yang menjadi landasan pembentukan dan
pembinaan Pos Pelayanan Terpadu di seluruh Indonesia.

Sesuai dengan pengembangannya, dalam Posyandu tersebut


diutamakan pelayanan KB dan Kesehatan, khususnya tentang
pelayanan ibu hamildan anak-anakTenagayangdiperbantukan dalam
Posyandu adalah tenaga bidan, sukarelawan dari PKK dan petugas

REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI


PLKB BKKBN yang bertugas mengundang dan mengatur kegiatan
Posyandu di lapangan.

Bimbingan utama dari BKKBN dan Departemen Kesehatan itu


dirasa kurang memadai karena di lapangan Departemen Dalam Negeri
dan PKK memainkan peran yang sangat penting. Oleh karena itu
pengembangan Posyandu selanjutnya diperkuat dengan begabungnya
Departemen Dalam Negeri dan PKK sebagai pembina Posyandu di
seluruh Indonesia.

Parapeserta KB dalam oganisasi KelompokKeluarga Sejahtera


tetap menjadi intipembina danpelaksana Posyandu di daerah-daerah,
baik sebagai anggota PKK atau sebagai bagian dari PKKTetapi inti
pembinaan Posyandu tetap dilaksanakan oleh anggota Kelompok
Akseptor dengan bantuan atau perkuatan oleh anggota PKK lainnya,
bidan di desa dan tenaga medis lainnya. Kegiatan ekonomi keluaiga
tidak dilaksanakan dalam Posyandu tetapi berbaur dengan kegiatan
masyarakat lainnya.

REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN


POSYANDU

Pada saat terjadi krisis di tahun 1997-1998, kegiatan Posyandu


dalam bidang KB dan Kesehatan menurun. Jumlah Posyandu yang
aktif menurun dari sekitar 500.000 buah menjadi hanya sekitar
setengahnya. Begitujugaperanan bidan di desa. Jumlah bidanyang
aktif dalam Posyandu di desa merosot dari sekitar 65.000 menjadi
hanya sekitar 20.000 sampai 22.000 bidan. Kegiatan Kelompok
Keluarga Sejahtera dalam bidang ekonomi juga merosot, terutama
setelah kemampuan dukungan Program Takesra (Tabungan Keluarga

A REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI


Sejahtera) dan Kukesra (Kredit Usaha Keluaga Sejahtera) tidak lagi
mendapat perhatian.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak dilantik telah


menunjukkan perhatian yang tinggi terhadap upaya membantu
masyarakat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraannya. Dalam
berbagai kesempatan Presiden juga menyerukan agar dilakukan
revitalisasi ataupenyegaran Posyandu . Pemerintah Propinsi DKI

REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI


A
Jakarta dan pemerintah daerah lainnya segera menanggapi seruan
itu dengan langkah nyata. Bahkandi DKI Jakarta pada waktu ini
telah berhasil disegarkan hampir4.000 Posyandu yang serentak
pada tanggal 27 menyelenggarakan kegiatan pelayanan setiap
bulannya.

Pengembangan Posyandu "baru " yang disegarkan kembali di


DKI Jakarta, menurut Prof. Dr Haryono Suyono, yang bersama
Yayasan Damandiri secara kontinyu memberi dukungan yang kuat
terhadap upaya tersebut, telah menempatkan Pemerintah DKI Jakarta
dan PKKnya bertekad untuk mendukung pengembangan upaya
Posyandu itu menjadi Posyandu Mandiri dengan dimensi yang
lengkap. Artinya bukan saja Posyandu sebagai unit pelayanan gotong
royong oleh masyarakat untuk bidang kesehatan dan KB, tetapijuga
untuk membantu penguatan seluruhfungsi keluarga sesuai dengan
UUnomor 10 tahun 1992.

Menurut konsep baru tersebut, Posyandu menempatkan


manusia sebagai titiksentralpembangunan . Posyandu diarahkan
untuk mampu memperkuat fungsi keluarga agar akhirnya setiap
keluarga bisa menjadi wahanapembangunan anakbangsa. Karena
itu Posyandu harus pertama-tama mempunyai kemampuan yang
tinggi sesuai dengan arahan fungsi keluaga dan kelompokyang
besar. Fungsi-fungsi yang dikuasai oleh Posyandu secara tapak
demi tapak diarahkan sebagai pendukung upaya pemberdayaan
keluarga.

Seperti diketahui, fungsi-fungsi keluarga menurut UU Nomor


10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera serta Peraturan Pemerintah Nomor
21 tahun 1994 tentang Pembanguan Keluaiga Sejahtera adalah sebagai
berikut:

A REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI


1. Fungsi Keagamaan :Posyandu diharapkanmerangsangkeluaga
untukmampu menjadiwahana pertama dan utama untukmembawa
seluruh anggotanya melaksanakan ke Tuhanan Yang Maha Esa
dengan iman dan taqwa terhadapTuhan Yang Maha Esa;

2. Fungsi Kebudayaan , Posyandu diharapkan memberdayakan


keluarga menjadi wahana untuk melestarikan budaya nasional
yang luhur dan bermartabat;

3. Fungsi Cinta Kasih , Posyandu menyiapkan keluarga menjadi


wahana yang pertama dan utama untuk menumbuhkan cinta
kasih antar sesama anggotanya, antar orang tua dan dengan
pasangannya, antara anak dengan orang tuanya, dan antara
sesama anak-anak sendiri;

REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI


4. Fungsi Perlindungan , Posyandu membantu keluarga menjadi
pelindungyang utama dan kokoh dalam memberikan kebenaran
dan keteladanan kepada anak-anak dan keturunannya;

5. Fungsi Reproduksi, Posyandu mengembangkan keluarga


menjadi pengatur reproduksi keturunan secara sehat dan
berencana, sehingga anak-anak bangsa ini dapat dihasilkan
dengan kualitas yangprima karena anak-anak kita dikemudian
hari adalah anak Indonesia yang handal;

6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan , Posyandu membantu


keluarga berfungsi sebagai sekolah dari guru yangpertama dan
utama dalam mengantarkan anak-anaknya untuk menjadi
panutan masyarakat luas dan dirinya sendiri;

7. Fungsi Ekonomi , Posyandu membantu keluarga menyiapkan


dirinya untuk menjadi suatu unit yang mandiri dan sanggup
meningkatkan kesejahteraaan lahir dan batinnya dengan penuh
kemandirian dan kesanggupan yang membanggakan;

8. Fungsi Pemeliharaan Lingkungan , dimana Posyandu


membantu keluarga siap dan sanggup untuk memelihara
kelestarian lingkungan untuk memberikan yangterbaik kepada
anak cucunya dimasa yang akan datang.

Kedelapan fungsi keluarga yang dikembangkan melalui


Posyandu tersebut, harus membudaya terlebih dahulu dalam
lingkungan Posyandu. Proses ini diperlukan, tertutama sebelum setiap
keluarga mendapat pemberdayaan dan dukungan dari Posyandu agar
mampu menjalankanfungsi-fungsi itu secara mandiri.

000

REVITALISASI DAN PENGEMBANGAN POSYANDU MANDIRI

Anda mungkin juga menyukai