Anda di halaman 1dari 5

ACADEMIC PAPER

KONSEP KI HADJAR DEWANTARA DAN


TAMANSISWA
Di ajukan sebagai tugas mata kuliah TIK

Dosen Pengampu : Prof. DR. Gunawan, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Hermin Ningsih

NIM : 2012002102

Jurusan : Pendidikan Bahasa Inggris

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA

2013
A. Konsep Ki Hadjar Dewantara
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menempatkan kemerdekaan sebagai syarat dan
juga tujuan membentuk kepribadian dan kemerdekaan batin bangsa Indonesia agar peserta
didik selalu kokoh berdiri membela perjuangan bangsanya.
Karena kemerdekaan menjadi tujuan pelaksanaan pendidikan, maka sistim pengajaran
haruslah berkaedah bagi pembangunan jiwa dan raga bangsa. Untuk itu, di mata Ki Hajar
Dewantara, bahan-bahan pengajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan hidup rakyat.
Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan; kita harus
mengunakan dasar tertib dan damai, tata tentram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan
pada tanah air menjadi prioritas. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan
menentukan kualitas seseorang.
Memajukan pertumbuhan budi pekerti, pikiran merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan, agar pendidikan dapat memajukan kesempurnaan hidup. Yakni: kehidupan yang
selaras dengan perkembangan dunia. Tanpa meninggalkan jiwa kebangsaan.
Dunia terus mengalami perkembangan, pergaulan hidup antar satu bangsa dengan bangsa
lainnya tidak dapat terhindarkan. Pengaruh kebudayaan dari luar semakin mungkin untuk
masuk berakulturasi dengan kebudayaan nasional. Oleh karena itu, seperti dianjurkan Ki Hajar
Dewantara, haruslah kita memilih mana yang baik untuk menambah kemulian hidup dan mana
kebudayaan luar yang akan merusak jiwa rakyat Indonesia dengan selalu mengingat: semua
kemajuan dilapangan ilmu pengetahuan harus terorientasikan dalam pembangunan martabat
bangsa.
Ki Hadjar bahkan menulis secara khususdalam buku yang berjudul “watak”. Mari kita
camkan dan renungkan secara saksama pesan dalam artikelnya itu berikut ini. “oleh karena
karakter itu bandingan yang tetap antara azas kebatinan dan perbuatan, maka baik dan
tidaknya perangi itu bergantung kepada kualitas kebatinan, yakni jiwa atau subyek seseorang,
dan sesuatu di luar jiwa seseorang yang selalu berpengaruh yakni obyek”. Dalam makna
yang sama dalam syair lagu kebangsaan “indonesia raya” karya Wage Rudolf Supratman,
disebutkan bahwa yang perlu dibandingkan pertama-tama adalah jiwa: “bangunlah jiwanya,
bangunlah badannya untuk indonesia raya”. Dan “menuju manusia merdeka” tak pelak lagi
adalah sebuah tesis tentang prioritas pembangunan pikiran dan jiwa; suatu hal yang amat
cocok dengan kondisi dan situasi masyarakat kebangsaan Indonesia yang kini terus terlilit
gurita materialisme dan pragmatisme kehidupan global.

B. Pendidikan di Indonesia
Pada jaman kemajuan teknologi sekarang ini, sebagian besar manusia dipengaruhi
perilakunya oleh pesatnya perkembangan dan kecanggihan teknologi (teknologi informasi).
Banyak orang terbuai dengan teknologi yang canggih, sehingga melupakan aspek-aspek lain
dalam kehidupannya, seperti pentingnya membengun relasi dengan orang lain, perlunya
melakukan aktivitas sosial di dalam masyarakat, pentingnya menghargai sesama lebih dari
pada apa yang berhsil dibuatnya, dan lain-lain.
Dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaaan seseorang pribadi,
jauh lebih penting dan tentu tidak persis sama dengan apa yang menjadi miliknya. Dan apa
yang telah dilakukannya. Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga
menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya
pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih
berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang. Pendidikan dan perkembangan
hendaknya di perbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek
sosialitas atau kehidupan bersama sebagai masyarakat. Pendidikan dan pembelajaran
hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu
ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak,
khusunya keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal
sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan itu, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama, merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni
membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia
pembangunan yang bermutu. Dengan demikian, pemenuhan fungsi dan peranan itu secara
optimal merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan nasional. Kenyataan
itu menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan
memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidika antara lain : landasan filosofis,
landasan sosiologis, landasan kultural, landasan psikologis, landasan ilmiah dan teknologis.
Dan juga gambaran yang jelas dan benar tentang pendidikan dapat diperoleh melalui
pengkajian terhadap arti dan tugas pendidikan, konsep-konsep yang mendasarinya, unsur-
unsurnya, dan kesatupaduan unsur itu dalam suatu wujud sistem.

C. Ajaran Ki Hadjar Dewantara

Ajaran Ki Hadjar Dewantara meliputi bermacam ragam, ada yang sifatnya konsepsional,
petunjuk operasional –praktek, fatwa, nasehat dsb.
1. Yang bersifat konsepsional:
a) Bidang pendidikan: Tri Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah masyarakat), Sistem
Among/Tutwuri Handayani, berasaskan kekeluargaan, pemerataan pendidikan.
b) Bidang kebudayaan: Trikon (kontinyu, konsentris, dan konvergen)
c) Bidang politik / kemasyarakatan: Trilogi Kepemimpinan (Ing ngarsa sung tulada, Ing
madya mangun karsa, Tutwuri handayani).
2. Yang berupa ajaran (pedoman operasional praktis):
a) Tri Pantangan: pantang menyalahgunakan kekuasaan/wewenang, pantang
menyalahgunakan keuangan, pantang melanggar kesusilaan.
b) Tri sentra pendidikan: pendidikan di keluarga, sekolah, dan di masyarakat.
c) Tri hayu: memayu hayuning sarira, bangsa, manungsa
d) Tri saksi jiwa: cipta, rasa, karsa
e) Tri nga: ngerti, ngrasa, nglakoni
f) Tri kon: kontinyu, konsentris, konvergen
g) Tri ko: kooperatif, konsultatif, korektif
h) Tri juang: berjuang memberantas kebodohan, kemiskinan, ketertinggalan
i) Tri logi kepemimpinan: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tutwuri
handayani.
j) Tri N: niteni, nirokke, nambahi

3. Yang berupa fatwa:


a) Lawan sastra ngesti mulya: Dengan ilmu pengetahuan / budaya mencita-citakan
kebahagiaan, kesejahteraan.
b) Suci tata ngesti tunggal: Dengan suci hati, dalam keadaan yang teratur, tertib mencita-
citakan, kesempurnaan.
c) Ning – neng – nung – nang : Dengan fikiran yang hening, tenang, diam tidak mudah
emosi, memiliki keteguhan, kekuatan hati, akhirnya memperoleh kemenangan. Ning
dari kata hening, tenang; neng dari kata mening, diam, tidak emosi, tidak gegabah;
nung dari kata hanung, teguh, kuat, sentosa, nang dari kata menang, wewenang.
d) Ngandel- kendel- bandel- kandel
Ngandel: percaya kepada Tuhan, percaya diri; kendel: berani, berani karena benar;
bandel: taha, tahan bantingan, tidak mudah putus asa; kandel = tebal, tebal
kepercayaan, tebal imannya.
e) Bibit- bebet- bobot:
Dalam membentuk keluarga yang baik, sejahtera, perlu memperhatikan bibit, bebet,
bobot. Bibit: benih yang dimaksut anak (calon pengantin); bebet: yang menurunkan
(orang tu, asal usul) dari keluarga yang baik ataukah tidak, mempunyai penyakit yang
menurun apa tidak, dst; bobot: berat, yang dimaksud adalah mutu, kualitas.
f) Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia:
Setiap orang mempunyai hak untuk memperoleh kebahagiaan, kesejahteraan.
g) Salam bahagia diri tidak boleh menyalahi damainya masyarakat.
h) Alam hidup manusia adalah alam hidup perbulatan:
Bahwa manusia hidupnya tidak terlepas dari keadaan alam, ekologi. Manusia yang
mampu menyatu dengan alam itulah yang dapat bahagia.
i) Dengan bebas dari segala ikatan dan dalam kesucian, kita berhamba kepada sang
anak.
j) Tetep- antep- mantep:
Tetep: ketetapan hati, tetap pada pendirian tidak tergoyahkan oleh pengaruh negatif;
Antep: berat, berbobot, bermutu; Mantep : mantap, tetap pada pilihan.

Ideologi Tamansiswa
1. Asas Tamansiswa:
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
Keadilan sosal bagi seluruh rakyat Indonesia
2. Dasar Tamansiswa
Dasar Tamansiswa yang merupakan ciri khas Tamansiswa adalah Pancadarma,
terdiri atas:
Kodrat Alam
Kebudayaan
Kemerdekaan
Kebangsaan
Kemanusiaan

Visi Tamansiswa adalah terwujudnya badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan


masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas sebagai sarana dalam upaya
membangun masyarakat tertib, damai, salam dan bahagia, serta tangguh dan berjaya.

Misi Tamansiswa adalah melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional


Indonesia; mewujudkan masyarakat tertib, damai, slam dan bahagia sesuai dengan
masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila, serta mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan mempertajam daya cipta, rasa, dan karsa, menuju pembangunan manusia
merdekalahir dan batin, berbudi pekerti luhur, serta tinggi harkat dan martabat
kemanusiaannya. Tamansiswa menempatkan misi pendidikan sebagai pencegahan budaya,
mempertebal keindonesiaan.
Tujuan Tamansiswa adalah mewujudkan cita-cita kemanusiaan, pekerti luhur bangsa
dan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.

Anda mungkin juga menyukai