Anda di halaman 1dari 21

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karenan dengan

rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Anti Monopoli

dan Persaingan Curang dengan baik, meskipun banyak kekurangan didalamnnya. Dan

juga saya berterima kasih kepada Bapak Alexander Sampeliling, SE.,MM selaku dosen

Hukum Bisnis yang telah memberikan tugas ini kepada saya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita lebih dalam tentang anti monopoli dan persaingan

curang yang sering terjadi di Indonesia. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di

dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,

saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya

buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang

yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata

yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan sari dari Anda demi kesempurnaan

makalah ini dan kebaikan kita bersama.

Samarinda, 8 Mei 2016

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................... i

Daftar Isi......................................................................................................... ii

Bab I Pendahukuan ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

Bab II Pembahasan ......................................................................................... 2

A. Pengertian Monopoli Dan Persaingan Curang ................................... 2

B. Asas Dan Tujuan Dalam UU No 5 Tahun 1999 ................................ 3

C. Kegiatan Yang Dilarang ..................................................................... 4

D. Perjanjian Yang Dilarang ................................................................... 6

E. Sanksi-sanksi Anti Monopoli dan Persaingan Curang ..................... 13

F. Studi Kasus ...................................................................................... 15

Bab III Penutup ............................................................................................ 17

A. Kesimpulan ...................................................................................... 17

B. Saran ................................................................................................. 17

Daftar Pustaka .............................................................................................. 18

ii
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dunia usaha yang berkembang secara pesat dan efisien merupakan salah

satu aspek yang membuat suatu negara dapat berjalan dan maju. Namun pesatnya

perkembangan dunia usaha dapat mengakibatkan terjadinya praktik-praktik

persaingan usaha yang tidak sehat yang dilakukan oleh pelaku usaha. Dalam dunia

usaha sendiri pasti ada salah satu perusahaan yang sangat mendominasi pasar.

Perusahaan yang mendominasi pasar tersebut bisa disebut sebagai monopoli apabila

perusahaan itu adalah satu-satunya penjual suatu barang dan barang tersebut tidak

ada barang subtitusinya. Faktor utama yang menyebabkan munculnya monopoli

adalah susahnya perusahaan-perusahaan lain untuk masuk ke pasar itu dan bersaing

dengan perusahaan yang menjadi pemain tunggal di pasarnya.

Dengan memiliki monopoli, maka suatu perusahaan memiliki kesempatan

terbuka untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya bagi kepentingan perusahaan

sendiri. Dengan monopoli, suatu perusahaan bisa membedakan diri dari para

kompetitor dalam upaya untuk memenangkan persaingan pada pasar yang sama.

Dengan begitu perusahaan dapat mendominasi pasar, menetukan harga, kualitas

dan kuantitas produk yang ditawarkan kepada masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Monopoli dan Persaingan Curang

2. Apa saja Dasar hukum terkait Anti Monopoli dan Persaingan Curang?

1
3. Hal-hal apa saja yang tergolong dan tidak tergolong dalam Praktek

Monopoli?

4. Apa saja sanksi dalam Anti Monopoli dan Persaingan Curang?

5. Studi Kasus

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memberikan pengetahuan tentang Anti Monopoli dan Persaingan

Curang.

2. Mengetahui hal-hal yang termasuk sebagai Praktek Monopoli.

3. Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen terkait.

Bab II

Pembahasan

A. Pengertian Monopoli dan Persaingan Curang

Secara bahasa, Monopoli berasal dari bahasa yunani, yaitu Monos dan

Polein. Monos berarti sendiri, sedangkan Polien berarti penjual. Jadi kata monopoli

berarti suatu kondisi dimana hanya ada satu penjual yang menawarkan suatu barang

atau jasa tertentu atau sering disebut sebagai “monopolis”. Sebagai penentu harga

(price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau mengurangi harga dengan

cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi; semakin sedikit barang yang

diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya.

Menurut Pasal 1 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat definisi Monopoli adalah

“penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan

2
jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha”. Sedangkan

Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa praktek monopoli adalah “pemusatan kekuatan

ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya

produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga

menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan

umum”.

Menurut Pasal 1 ayat 6 pengertian Persaingan Curang ialah “persaingan

antarpelaku ”.

Dalam hukum Inggris kuno, monopoli diartikan sebagai suatu izin atau

keistimewaan yang dibenarkan oleh raja untuk membeli, menjual, membuat.

Mengerjakan atau menggunakan apapun secara keseluruhan, dimana tindakan

monopoli tersebut secara umum dapat mengekang kebebasan berproduksi atau

trading.

B. Asas dam Tujuan Yang Terkandung Dalam Undang-undang Nomor 5

Tahun 1999

Adapun Asas dan Tujuan yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999, adalah sebagai berikut:

Pasal 2 : Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya

berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan

antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.

Pasal 3: Tujuan pembentukan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 untuk:

3
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi

nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat

2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan

usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan

berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,

dan pelaku usaha kecil.

3. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat

yang ditimbulkan oleh pelaku usaha.

4. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

C. Kegiatan Yang Di Larang Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999

Dalam UU No 5 Tahun 1999, Kegiatan yang dilarang diatur dalam pasal

17 sampai dengan pasal 24. Adapun kegiatan yang dilarang

a. Monopoli

Monopoli merupakan masalah yang menjadi perhatian kita untuk

dibahas, padahal monopoli ini bukanlah suatu kejahatan atau

bertentangan dengan hukum apabila di dapatkan dengan cara-cara yang

adil dan tidak melanggar hukum. Tapi pada faktanya banyak perusahaan

yang mempunyai monopoli digunakannya untuk mengendalikan pasar

atau yang biasa disebut praktek monopoli. Dengan begitu perusahaan

tersebut mempunyai kekuatan untuk mengeluarkan atau mematikan

perusahaan lain.

4
b. Monopsoni

Monopsoni, adalah keadaan di mana satu pelaku usaha menguasai

penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau

jasa dalam suatu pasar komoditas. Biasanya harga barang atau jasa akan

lebih rendah dari harga pada pasar yang kompetitif. Pembeli tunggal ini

biasanya akan menjual dengan cara monopoli atau dengan harga lebih

tinggi, sehingga potensi kerugian masyarakat akan timbul karena kegiatan

monopoli yang dilakukan oleh pembeli tunggal.

c. Penguasaan Pasar

Penguasaan pasar adalah proses, cara, atau perbuatan menguasai pasar.

Dengan demikian pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan pasar

baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama pelaku usaha lainnya

yang mengakibatkan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.

d. Persengkongkolan

Pengertian Persekongkolan usaha yang diatur dalam pasal 1 ayat 8 UU

Nomor 5 Tahun 1999 yakni ”sebagai bentuk kerja sama yang dilakukan oleh

pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai

pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol.”. 3

bentuk kegiatan persenkongkolan yang dilarang adalah:

1. Persekongkolan Tender

2. Persekongkolan untuk memperoleh rahasia perusahaan

3. Persekongkolan untuk menghambat pasokan produk.

5
D. Perjanjian Yang Di Larang Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.

Salah satu yang diatur dalam UU No 5 Tahun 1999 Anti Monopoli adalah

dilarangnya perjanjian tertentu yang dianggap dapat menimbulkan monopoli atau

persaingan curang .Dalam pasal 1 ayat 7 UU No 5 Tahun 1999 perjanjian adalah

suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu

atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun baik secara tertulis maupun

secara lisan. Perjanjian-perjanjian yang dilarang oleh Undang-Undang Anti

Monopoli tersebut adalah perjanjian-perjanjian dalam bentuk sebagai berikut:

a. Oligopoli

Oligopoli adalah pasar yang terdiri dari beberapa produsen saja.

Larangan Perjanjian Oligopoli Menurut UU No 5 Tahun 1999 pasal 4

ayat 1 dan 2 yaitu:

1. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha

lainnya untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi

dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama

melakukan pengusaan produksi dan atau jasa, sebagaimana dimaksud

ayat (1), apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok

pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen)

pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Praktek Oligopoli pada umumnya dilakukan untuk menahan perusahaan-

perusahaan lainnya yang berpotensial untuk masuk ke pasar.

6
b. Penetapan Harga (Price Maker)

Perjanjian penetapan harga yang dilarang dalam UU No 5 Tahun 1999

pasal 5 ayat 1 dan 2 adalah:

1. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha

pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa

yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar

bersangkutan yang sama.

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi

a. suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau

b. suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.

c. Pembagian Wilayah

Dalam UU No 5 Tahun 1999 pasal 9, Pelaku usaha dilarang membuat

perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan untuk

membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan

atau jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli

dan atau persaingan tidak sehat.

d. Pemboikotan

Dalam UU No 5 Tahun 1999 pasal 10 ayat 1 dan 2 ialah:

1. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha

pesaingnya, yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk

melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri

maupun pasar luar negeri.

7
2. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian pelaku usaha pesaingnya,

untuk menolak menjual setiap barang dan atau jasa dari pelaku usaha

lain sehingga perbuatan tersebut :

a. Merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha lain;

atau

b. Membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap

barang dan atau jasa dari pasar bersangkutan

e. Kartel

Larangan perjanjian kartel diatur dalam UU No.5 tahun 1999 pasal 11

yang berbunyi: pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan

pelaku usaha pesaingnya yang bermaksud untuk memengaruhi harga

dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak

sehat.Perjanjian kartel merupakan perjanjian yang kerap kali terjadi

dalam praktek monopoli.

Perjanjian kartel merupakan salah satu perjanjian yang kerap kali terjadi

dalam praktik monopoli. Secara sederhana, kartel adalah perjanjian satu

pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menghilangkan

persaingan diantara keduanya. Praktik kartel merupakan salah satu

strategi yang diterapkan diantara pelaku usaha untuk dapat

memengaruhi harga dengan mengatur jumlah produksi mereka. Mereka

berasumsi apabila produksi mereka di dalam pasar dikurangi, sedangkan

permintaan terhadap produk mereka di dalam pasar tetap maka akan

8
berakibat pada terkereknya harga ke tingkat yang lebih tinggi.

Sebaliknya, apabila di dalam pasar produk mereka melimpah, sudah

tentu akan berdampak terhadap penurunan harga produk mereka di

pasar.

f. Trust

Dalam UU No 5 Tahun 1999 Larangan Perjanjian Trust di atur dalam

pasal 12 yang menyatakan bahwa Pelaku usaha dilarang membuat

perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerja sama

dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih

besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup

masing-masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan

untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau

jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan

atau persaingan usaha tidak sehat.

Trust merupakan wadah antar perusahaan yang di desain untuk

membatasi persaingan dalam bidang usaha atau industri tertentu.

Gabungan antara beberapa perusahaan dalam bentuk trust di maksudkan

untuk mengendalikan pasokan secara kolektif, dengan melibatkan

trustee sebagai koordinator penentu harga.

g. Oligopsoni

UU No 5 Tahun 1999 mengatur larangan perjanjian oligopsoni dalam

pasal 13 ayat 1 dan 2 yaitu:

9
1. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain

yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai pembelian

atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas

barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan, yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan

usaha tidak sehat

2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama

menguasai pembelian atau penerimaan pasokan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha

atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh

lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu

Oligopsoni adalah struktur pasar yang di dominasi oleh sejumlah

konsumen yang memiliki control atas pembelian. Oligopsoni

merupakan salah satu bentuk praktik antipersaingan yang cukup unik.

Hal ini karena dalam praktik oligopsoni, yang menjadi korban adalah

produsen atau penjual, sedangkan biasanya untuk bentuk-bentuk praktik

antipersaingan lain (seperti penetapan harga, diskriminasi harga, dan

kartel) yang menjadi korban umum nya adalah konsumen. Dalam

oligopsoni, konsumen membuat kesepaktan dengan konsumen lain

dengan tujuan agar mereka secara bersama-sama dapat menguasai

pembelian atau penerimaan pasokan yang pada akhirnya dapat

mengendalikan harga atas barang atau jasa pada pasar yang

bersangkutan. Dengan adanya praktik oligopsoni, produsen atau penjual

10
tidak memiliki alternatif lain untuk menjual produk mereka selain

kepada pihak pelaku usaha yang telah melakukan perjanjian oligopsoni.

Tidak adanya pilihan lain bagi pelaku usaha untuk menjual produk

mereka selain kepada pelaku usaha yang melakukan praktik oligopsoni,

mengakibatkan mereka hanya dapat menerima harga yang sudah di

tentukan oleh pelaku usaha yang melakukan praktik oligopsoni.

h. Integrasi Vertikal

Pasal 14 UU No 5 Tahun 1999 Tentang Anti Monopoli mengatur bahwa

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain

yang bertujuab untuk menguasai produksi sejumlah produk yang

termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang

mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau

proses lanjutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha

tidak sehat dan atau merugikan masyarakat.

i. Perjanjian Tertutup

Perjanjian Tertutup merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh pelaku

usaha agar dapat menjadi sarana dan upaya bagi pelaku usaha untuk

dapat melakukan pengendalian oleh pelaku usaha terhadap pelaku usaha

lain secara vertikal (“Pengendalian Vertikal”), baik melalui

pengendalian harga maupun melalui pengendalian non-harga. Strategi

perjanjian tertutup ini pada umumnya lebih banyak dilakukan pada level

distribusi produk barang dan/atau jasa.

11
Bentuk-bentuk perjanjian tertutup yang dimaksud oleh UU No. 5 Tahun

1999 dalam Pasal 15 adalah:

1. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain

yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan

atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang

dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat

tertentu.

2. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang

memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau

jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain daru

pelaku usaha pemasok.

3. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau

potongan harga tertentu atas barang dan atau jasa, yang memuat

persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan atau

jasa dari pelaku usaha pemasok :

a. harus bersedia membeli barang dan jasa lain dari pelaku usaha

pemasok;atau

b. tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis

dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha

pemasok

j. Perjanjian Dengan Pihak Luar Negeri

Peranjian dengan pihak luar negeri menjadi terlarang jika melakukan

perjanjian yang dapat merusak persaingan usaha dan melakukan tindak

12
monopoli. Larangan perjanjian dengan pihak luar negeri dalam pasal 16

UU No 5 Tahun 1999 yang berbunyi “Pelaku usaha di larang membuat

perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang

dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopolidan atau persaingan

usaha tidak sehat”.

E. Sanksi-sanksi Anti Monopoli dan Persaingan Curang Dalam UU No 5

Tahun 1999

Menurut UU Pasal 36 Anti Monopoli, salah satu wewenang KPPU adalah

melakukan penelitian, penyelidikan dan menyimpulkan hasil penyelidikan

mengenai ada tidaknya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

KPPU juga berwenang menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang

melanggar UU Anti Monopoli. Apa saja yang termasuk dalam sanksi administratif

diatur dalam Pasal 47 Ayat ( 2 ) UU Anti Monopoli. Meski KPPU hanya diberikan

kewenangan menjatuhkan sanksi administratif, UU Anti Monopoli juga mengatur

mengenai sanksi pidana. Pasal 48 menyebutkan mengenai pidana pokok. Sementara

pidana tambahan dijelaskan dalam Pasal 49.

Pasal 48

Bagian Kedua

Pidana Pokok

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal

16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana

denda serendah-rendahnya Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima milyar

13
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp. 100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah),

atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.

(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal

20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-undang ini diancam pidana

denda serendah-rendahnya Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan

setinggi-tingginya Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima milyar rupiah), atau

pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.

(3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam pidana

denda serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dan

setinggi-tingginya Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah), atau pidana

kurungan pengganti denda selama-lamanya 3 (tiga) bulan

Pasal 49

Bagian Ketiga

Pidana Tambahan

Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,

terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana

tambahan berupak:

a. Pencabutan izin usaha; ataua

b. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran

terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau

komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima)

tahun; atau

14
c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya

kerugian pada pihak lain.

F. Studi Kasus

Tingginya permintaan kendaraan roda dua di Indonesia membuat

berkembangnya bisnis di bidang otomotif dalam beberapa tahun terakhir. Apalagi

dengan kemajuan teknologi membuat perusahaan-perusahaan berinovasi

menciptakan kendaraan yang dapat didapatkan oleh masyarakat dengan mudah.

Seperti yang kita ketahui, di Indonesia sendiri perusahaan otomotif khususnya

kendaraan roda dua di dominasi oleh 2 perusahaan besar yaitu PT Yamaha

Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) dan PT Astra Honda Motor (AHM).

Kedua perusahaan ini baru saja diduga melakukan praktek monopoli khusunya

praktek kartel. Honda dan Yamaha terbukti melakukan pengaturan harga atau price

fixing penjualan motor matik kapasitas 110-125 cc pada periode 2013-2014.

Mereka terbukti melanggar pasal UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pasal 5 ayat 1, yang sangat jelas

melarang praktik kartel.

"Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha

pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus

dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama."

Peraturan Komisi KPPU No 4 tahun 2011 tentang pedoman pasal 5,

menjelaskan, penetapan harga dilarang karena selalu menghasilkan harga yang jauh

15
di atas harga melalui persaingan usaha yang sehat. Harga tinggi ini tentu saja

menyebabkan terjadinya kerugian bagi konsumen, secara langsung atau sebaliknya.

Ketua KPPU Syarkawi Rauf menjelaskan, terdapat tiga bukti yang

memberatkan terlapor. Ketiganya yaitu, adanya pertemuan kedua terlapor di

lapangan Golf, adanya surat elektronik atau email tanggal 28 April 2014, serta

adanya email pada 10 Januari 2015. Data KPPU menunjukkan pasar penjualan

Honda pada 2014 yang mencapai 72,88 persen, sedangkan Yamaha 25,60 persen.

Apabila digabungkan, penjualan keduanya akan mencapai sekitar 98 persen. Dari

hasil penelusuran KPPU, harusnya harga motor matik pada periode 2013-2014 di

Indonesia harganya Rp8,7 juta per unit, dengan juga membandingkan harga motor

di negara-negara ASEAN. Namun justru di Indonesia dijual dengan harga Rp14-18

juta per unit.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutuskan menghukum

denda dengan total Rp 47,5 miliar kepada PT Yamaha Indonesia Motor

Manufacturing (YIMM) dan PT Astra Honda Motor (AHM). Dalam putusan

perkara tersebut, Majelis menghukum denda dengan total Rp47,5 miliar.

Rinciannya, Yamaha selaku Pihak Terlapor I diberikan sanksi sebesar Rp25 miliar,

sedangkan Honda selaku Pihak Terlapor II dikenakan sanksi senilai Rp22,5 miliar.

Majelis Komisi menyatakan bahwa Terlapor I dan Terlapor II terbukti secara sah

dan meyakinkan melanggar Pasal 5 Ayat 1 UU Nomor 5/1999.

16
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa Monopoli adalah suatu

kondisi dimana hanya ada satu penjual yang menawarkan suatu barang atau jasa

tertentu. Monopoli sendiri sebenarnya bukan merupakan suatu tindakan kejahatan

apabila didapatkan dengan cara yang adil dan tidak melanggar hokum. Monopoli

sendiri belum tentu dilarang oleh hukum persaingan usaha melainkan yang dilarang

justru adalah perbuatan-perbuatan pratek monopoli yang dilakukan oleh suatu

perusahaan. Dengan adanya praktik monopoli menghambat persaingan yang ada di

pasar. Sedangkan Persaingan Curang adalah suatu persaingan antara pelaku usaha

dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa

yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat

persaingan usaha.

B. Saran

Dalam mengungkap kasus-kasus monopoli yang ada di Indonesia, maka

perlu adanya penguatan kewenangan KPPU untuk melakukan penggeledahan dan

penyitaan dokumen. KPPU juga perlu bersikap tegas dalam mengatasi masalah-

masalah monopoli yang terjadi di Indonesia. Selain itu KPPU perlu meningkatkan

kemampuan analisis ekonomi dan kerja sama untuk menyiapkan data yang bersifat

transparan dan mudah diketahui oleh masyarakat.

17
Daftar Pustaka

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/1999/5TAHUN~1999UU.HTM

Kincow, ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN TIDAK SEHAT ( CURANG )

https://kincow.wordpress.com/2014/04/03/anti-monopoli-dan-persaingan-tidak-

sehat-curang/

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Draft Pedoman Pasal 15 tentang

perjanjian tertutup http://www.kppu.go.id/id/blog/2011/06/draft-pedoman-pasal-

15-tentang-perjanjian-tertutup/

Yusep Ius, 2015, Makalah Sistem Kartel yang Mengganggu Stabilitas Persaingan

Usaha http://iusyusephukum.blogspot.co.id/2015/11/makalah-sistem-kartel-yang-

mengganggu.html

Kusuma, Leo. 2013, Memahami Pengertian Kartel, Monopoli, dan Persaingan

Usaha http://leo4kusuma.blogspot.co.id/2013/03/memahami-pengertian-kartel-

monopoli-dan.html

YOZ, 2017, KPPU: Yamaha-Honda Langgar UU Larangan Praktik Monopoli

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt58abff1598fdc/kppu--yamaha-honda-

langgar-uu-larangan-praktik-monopoli

Saputra, Hendra dan Yunisa Herawati. 2017 Investigator KPPU: Honda-Yamaha

Terbukti Monopoli Harga. http://otomotif.news.viva.co.id/news/read/868458-

investigator-kppu-honda-yamaha-terbukti-monopoli-harga

18
Gumilang, Prima. 2017, KPPU: Yamaha-Honda Bersekongkol Permainkan Harga

Skuter Matik.

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20170221002743-12-194853/kppu-

yamaha-honda-bersekongkol-permainkan-harga-skuter-matik/

Andreas, Damianus. 2017, Yang Dinanti Setelah Honda dan Yamaha Terbukti

Kartel.

https://tirto.id/yang-dinanti-setelah-honda-dan-yamaha-terbukti-kartel-cjod

19

Anda mungkin juga menyukai